You are on page 1of 6

ANTIHIPERTENSI PADA KEHAMILAN

1. PEMBERIAN NIFEDIPIN SUBLINGUAL


Nifedipin tergolong ke dalam antagonis kalsium (calcium channel blocker). Obat
ini bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan
miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relakasasi
arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Nifedipin bersifat vaskuloselektif sehingga
efek langsung pada nodus SA dan AV minimal, menurunkan resistensi perifer tanpa
penurunan fungsi jantung yang berarti, dan relatif aman dalam kombinasi bersama blocker.
Bioavailabilitas oral rata-rata 40-60% (bioavailabilitas oral baik). Penggunaan
nifedipin secara sublingual sebaiknya dihindari untuk meminimalkan terjadinya hipotensi
maternal dan fetal distress akibat hipoperfusi plasenta. Kadar puncak tercapai dalam
waktu 30 menit hingga 1 jam dan memiliki waktu paruh 2-3 jam. Nifedipin bekerja
secara cepat dalam waktu 10-20 menit setelah pemberian oral dengan efek samping yang
minimal. Antagonis kalsium hanya sedikit sekali yang diekskresi dalam bentuk utuh
lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis pada gangguan fungsi ginjal.
Efek samping utama nifedipin terjadi akibat vasodilatasi yang berlebihan. Gejala
yang tampak berupa pusing atau sakit kepala akibat dilatasi arteri meningeal, hipotensi,
refleks takikardia, muka merah, mual, muntah, edema perifer, batuk, dan edema paru.

2. OBAT

UNTUK

GESTASIONAL

ATAU

HIPERTENSI

KRONIK

PADA

KEHAMILAN (menurut American Heart Association)


Obat (Risiko FDA)
Methyldopa (B)

Dosis
Keterangan
0.5-3.0 g/hari terbagi 2 Drug of choice untuk NHBEP,
dosis

terbukti

aman

setelah

trimester

pertama, termasuk 7 tahun dilakukan


follow-up
Second-line agents
Labetalol (C)

200-1200

Nifedipine (C)

terbagi 2-3 dosis


fetal growth restriction
30-120 mg/hari secara Dapat menghambat kelahiran dan
slow-release

mg/hari Kemungkinan berhubungan dengan

memiliki

aksi

sinergis

dengan

magnesium

sulfat

dalam

menurunkan tekanan darah


50-300 mg/hari terbagi Few controlled trials, bermanfaat

Hydralazine (C)

dalam 2-4 dosis

dalam

kombinasi

sympatholytic

agent;

menyebabkan

spesifik

dapat

trombositopenia

neonatal
Reseptor beta bloker Tergantung dari obat Dapat menurunkan
(C)

dengan

uteroplasental;

aliran

dapat

darah

mengalami

gangguan respon fetal pada hypoxic


stress;

risiko

growth

restriction

ketika dimulai trimester pertama


atau kedua (atenolol); kemungkinan
berhbungan
Kontraindikasi

ACE-I

dan ARB (D)

dengan

hipoglikemia

neonates pada dosis lebh tinggi


Menimbulkan fetal loss pada hewan;
penggunaan

pada

manusia

berhubungan dengan defek kardiak,


fetopathy, oligohydramnions, growth
restriction,

renal

agenesis

dan

neonatal anuric renal failure, yang


sangat fatal.

3. LABETALOL TIDAK DIREKOMENDASIKAN SEBAGAI ANTIHYPERTENSI


PADA KEHAMILAN
Terdapat 11 percobaa dilakukan dengan 570 peserta tidak mendukung
rekomendasi menguntngkan dari hydralazine. Penelitian ini membandingkan hydralazine
intravena 5-10 mg bolus; infuse 3-10 mg/jam (max 15-80 mg/jam); atau 20-40 mg im
dengan antihipertensi lain yang sering digunakan labetalol ( 4 percobaan; bolus 10-20 mg
selama 2 menit, setiap 10 menit jika dibuthkan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan hydralazine intravena, agen lain dikaitkan dengan kejadian
hipotensi maternal yang rendah, section caesaria yang lebih sedikit, abrupsi plasenta

yang lebih kecil, dan Apgar score rendah yang lebih kecil,; peningkatan neonatal
bradikardi dengan labetalol, tetapi hanya satu dari 6 neonatus yang membutuhkan
perawatan.
Sumber:
Magee LA, Ornstein MP, von Dadelszen P. Fortnightly review: management of
hypertension in pregnancy. BMJ. 1999; 318: 13321336.
Labetalol merupakan nonselective beta bloker dengan kemampuan memblok
reseptor alfa 1 vaskular, dimana telah diterima dalam kehamilan. Ketika pemberian
secara oral pada wanita dengan hipertensi kronik, ini terlihat aman dan efektif sama
seperti methyldopa, meskipun hipoglikemia neonates dengan dosis lebih tinggi telah
dilaporkan (AHA, 2007).

4. NIFEDIPINE SEBAGAI TERAPI ANTIHIPERENSI PADA KEHAMILAN


Calcium channel antagonist telah digunakan untuk mengobati hipertensi kronik,
preeklampsia ringan, hipertensi urgensi yang berhubungan dengan preeclampsia.
Pemberian nifedipine secara oral dan verapamil tidak terlihat adanya risiko teratogenik
terhadap fetus yang terlihat pada trimester pertama. Para peneliti lebih focus pada
penggunaan nifedipine, meskipun terdapat laporan nikardipin, isradipine, felodipine, dan
verapamil. Meskipun digunakan pada kehamilan, dihydropyridine amlodipine belum
diteliti pada populasi ini. Efek samping pada maternal dari CCB termasuk takikardi,
palpitasi, edema perifer, nyeri kepala, dan ruam wajah. Nifedipin tidak menunjukkan
menyebabkan penurunan pada aliran darah uterine. Pemberian nifedipin short-acting
telah dilaporkan berhubungan dengan hipotensi maternal dan fetal distress. Jika
menginginkan tekanan darah terkontrol dengan cepat, maka direkomendasikan
menggunakan labetalol atau hydralazine parenteral sampai target yang diinginkan.
Sebuah penelitian menunjukkan efikasi dan safety long-acting oral nifedipin pada pasien
hamil dengan hipertensi berat dalam kehamilan*, dan mengingat kemunginan tidak baik
pada janin yang tak diinginkan dari short-acting nifedipine sublingual (AHA, 2007).
Available at: http://hyper.ahajournals.org/content/51/4/960.full#ref-67

*Keterangan:

5. NIFEDIPINE SEBAGAI DRUG OF CHOICE PADA HIPERTENSI EMERGENSI


DALAM KEHAMILAN

You might also like