You are on page 1of 5

BEBERAPA KESALAHAN KHATIB JUMAT

Beberapa Hal Berkenaan dengan Khutbah dan Khatib


A. Syarat Sah dan Wajib Jumat


a. Syarat Sah
[1]- Islam
[2]- Dilaksanakan sebelum keluar waktunya (sebelum masuk waktu Ashar)
[3]- Satu Jumat dalam satu sebuah kampung
[4]- Khutbah dan shalat dua rakaat
Syarat-syarat Khutbah:
a. Dengan Bahasa Arab (Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah); Malikiyah:
jika tidak ada, gugur kewajiban jumat. Syafi'iyah dan Hanabilah: boleh tanpa
Bahasa Arab, jika tidak tahu Bahasa Arab. Abu Hanifah: boleh tidak, meskipun
tahu Bahasa Arab. Yang rajih tidak harus Bahasa Arab.
b. Berdiri (Syafi'iyah, Malikiyah, salah satu riwayat Ahmad). Yang rajih boleh
duduk (riwayat Ahmad, Abu Hanifah, Ibnul Arabi [Malikiyah])
c. Memuji Allah, bershalawat atas Nabi, membaca satu atau beberapa ayat,
wasiat untuk bertaqwa (Syafi'iyah, Hanabilah, Ibnul Arabi [memberi peringatan
dan berita gembira sebagai ganti wasiat bertaqwa]). Malikiyah, Abu Yusuf
[cukup dikatakan sebagai kutbah menurut orang Arab, sedang pujian shalawat
dan bacaan al-Quran adalah mustahab], Abu Hanifah (sah, walau hanya dzikir
atau tasbih berdasarkan kemutlakan perintah dzikir)
Al-Qanuji berkata, "Ketahuilah, khutbah yang disyariatkan ialah yang
ditekankan oleh Rasulullah berupa dorongan dan peringatan bagi manusia.
Inilah hakikat ruh (intisari) khutbah. Adapun pensyaratan memuji Allah,
bershalawat atas Rasulullah, membaca sebagian ayat terlepas dari tujuan
disyariatkannya khutbah. Tidak diragukan lagi, dominasi dari tujuannya adalah
nasehathanya saja, jika didahului dengan memuji Allah dan bershalawat atas
Rasul-Nya serta penyebutan ayat-ayat akan lebih sempurna dan baik."
d. Sebagian Malikiyah, Syafi'iyah dan dalam sebuah riwayat Hanabilah, dua
khutbah sebagai ganti dari dua rakaat dan karena selalu dilakukan oleh Nabi dan
para Sahabat.

Hanafiyah, sebagian besar Malikiyah dan Ahmad: khutbah satu cukup, dua
khutbah merupakan sunnah. Pendapat ini yang rajih karena tidak ada dalil yang
mensyaratkannya.
e. Jumhur Malikiyah, Hanafiyah, dominan Syafi'iyah dan Hanabilah: Muwalat
(berkesinambungan) antara khutbah, khutbah dan shalat. Sekiranya terputus
lama maka batal. Hanafiyah dan Syafiiyah: muwalat bukan syarat.
f. Imam adalah khatib, kecuali ada udzur (Malikiyah dan salah satu dari dua
madzhab Syafi'iyah). Hanabilah ada 3: sunnah, syarat, syarat jika tidak ada
udzur. Hanafiyah: imam boleh selain khatib. Ini yang rajih, tidak ada dalil yang
mensyaratkannya.
g. Hanafiyah tidak mensyaratkan suci dalam dua khutbah, masyhur di
kalangan Malikiyah, riwayat Ahmad, slah satu dari dua pendapat Syafii:
merupakan sunnah dan syarat sempurnanya. Sahnun al-Maliki, Ibnu Qudamah
mensyaratkan suci, dominan Syafi'iyah, Malikiyah dan riwayat Ahmad. Yang
rajih awal, tidak ada dalil yang mensyaratkannya.
b. Syarat Wajib
[1]- Baligh
[2]- Laki-laki
[3]- Mampu untuk melaksanakannya
Udzur: sakit yang tidak mampu datang ke masjid, buta yang tidak ada
pemapah, orang tua yang tak mampu melangkah, keamanan hartanya
dikawatirkan [gosong makanan dsml], hujan yang lebat, setiap bau yang tidak
enak [sakit, bawang dll], takut musuh, tidak ada pakaian yang bisa dipakai,
keberatan atas lamanya khutbah.
[4]- Iqamah (mukim)
[5]- Menetap di sebuah negeri
c. Syarat Sah dan Wajib
[1]- Berakal
[2]- Masuk waktu
B. Adab-adab dan Sunnah Jumat
[1]- Mandi
[2]- Membersihkan badan dari kotoran dan bau yang tidak disukai. Memakai
minyak rambut dan minyak wangi
[3]- Memakai pakaian yang paling bagus
[4]- Bersegera ke masjid [pagi-pagi, semenjek zawal]

[5]- Jalan kaki


[6]- Mendengarkan khutbah
[7]- Shalat dua rakaat tahiyatul masjid
C. Larangan Jumat (umum, selain khatib)
[1]- Tidak bersegera ke masjid
[2]- Mengeraskan suara atau bacaan amin ketika khutbah
[3]- Melangkahi pundak jamaah [kecuali imam yang tidak mendapat jalan dan
makmum yang hendak mengisi shaff yang kosong]
[4]- Menyambung shalat Jumat dengan shalat sunah
[5]- Melakukan laghah/kesiaan ketika khutbah
[6]- Menjadikan hari Jumat sebagai hari libur, sebagai bentuk pengagungan
[7]- Meninggalkan Jumat dengan alasan kefasikan imam atau kebidahannya
[8]- Bersedekap pada lutut
D. Beberapa Kesalahan Khatib
a. Kesalahan-kesalahan yang sifatnya Qauliyah
[1]- Membaca do'a ketika menaiki mimbar, tepatnya sebelum imam duduk di
atas mimbar
[2]- Tidak mengucapkan salam kepada jamaah
[3]- Tidak membuka khutbah denga lafazh Innal hamda lillah
[4]- Tidak membaca surat Qaf ketika khutbah, padahal Rasulullah selalu
membacanya
[5]- Mengucapkan salam seusai membacakan khutbah pertama.
[6]- Terlalu cepat dalam membacakan khutbah kedua, atau bahkan tidak ada
nasehat sama sekali
[7]- Sebagian khatib ada yang membaca shalawat kepada Nabi terlalu keras
[8]- Selalu mengakhiri khutbah dengan firman Allah Ta'ala, "Innallaha ya'muru
bil 'adli wal ihsan" atau mengatakan, "Udzkurullaha yadzkurkum,
wasykuruhu 'ala ni'amihi yazidkum."
[9]- Selalu menyebutkan nama para khalifah, raja maupun penguasa pada
khutbah kedua dan dibaca dengan dilagukan.
[10]- Format khutbah yang dibaca di Negara-negara Islam hampir menjadi
sebuah model yang diseragamkan.
[11]- Memperlama khutbah dan mempercepat shalat.
b. Kesalahan-kesalahan yang sifatnya Fi'liyah
[1]- Memperlambat langkah ketika menaiki mimbar

[2]- Mengangkat kedua tangannya ketika berdo'a


c. Kesalahan-kesalahan dalam Pelaksanaan Shalat
[1]- Imam tidak meluruskan shaf dan langsung memulai shalat
[2]- Tidak disunahkan membaca sebagian al-Ghasyiyah-al-A'la dan alJum'ah-al-Munafiqun atau membaca salah satunya dalam dua rakaat shalat.
E. Hendaknya dilakukan oleh para khatib
[1]- Hendaklah mengetahui dan memahami aqidah dengan benar. Dengan
berbekal aqidah yang benar, dia tidak akan tersesat dan menyesatkan banyak
orang.
[2]- Hendaklah seorang khatib mengetahui hal-hal yang menyhebabkan shalat
menjadi sah, memahami hukum-hukum fiqih sehingga memungkinkan bagi dia
untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh jamaah.
[3]- Hendaklah dia bisa berbahasa dengan baik.
[4]- Hendaklah dia pandai membaca kondisi manusia yang dihadapinya.
[5]- Khatib hendaklah seorang yang shalih, wara' dan memiliki wibawa.
F. Petunjuk Rasulullah dalam Melaksanakan Khutbah Jumat
[1]- Rasulullah berdiri ketika berkhutbah
[2]- Rasulullah berkhutbah di atas mimbar
[3]- Rasulullah menjiwai dalam khutbahnya
[4]- Rasulullah menghadapkan wajahnya kepada jamaah, kemudian memberi
salam
[5]- Rasulullah duduk di atas mimbar setelah memberi salam pada jamaah
[6]- Rasulullah memulai khutbahnya dengan kalimat;
- Innalhamda lillah
- membaca syahadat
- membaca shalawat dan salam
[7]- Metode penyampaian khutbah
Nabi tidak memperbanyak kata-kata dalam khutbahnya, tidak menyambung
langsung dari pembicaraan yang satu dengan pembicaraan lainnya, tidak
tergesa-gesa dalam menyampaikan khutbah dan bahkan beliau memperlambat
dalam berkata-kata.
[8]- Kandungan khutbah-khutbah Rasulullah;
Ibnul Qayyim mengatakan, "Cakupan khutbah Rasulullah meliputi;
- Hamdalah
- Pujian kepada Allah atas segala nikmat karunia-Nya

- Penyebutan sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna lalu memuji-Nya


- Pengajaran kaidah-kaidah keislaman
- Menyebutkan jannah dan neraka serta tempat kembali setelah mati
- Memerintahkan untuk bertakwa
- Menjelaskan tentang hal-hal yang dapat mendatangkan murka Allah dan halhal yang dapat mendatangkan keridhaan-Nya."[1]
[9]- Rasulullah mengisyaratkan dengan telunjuknya pada saat berdoa
[10]- Rasulullah memotong khutbah untuk suatu keperluan
[11]- Rasulullah duduk diantara dua khutbah dan beliau tidak berbicara dalam
duduknya
[12]- Rasulullah memendekkan khutbah dan memanjangkan shalat
Disarikan dari:
- Zaadul Ma'ad fii Hadyi Khairil Ibad, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Al-Qaulul Mubin fii Akhtha'il Mushallin (Koreksi Total Ritual Shalat),
syaikh Masyhur Hasan Salman, Pustaka Azzam
- Khutbah Jumat Pilihan Setahun, Darul Haq
- 474 Kesalahan dalam Aqidah dan Ibadah, syaikh Wahid Abdus Salam Bali.
Darul Haq
- Fihris al-Fiqh al-Manhaji 'ala Madzahibi al-Imam asy-Syafii
- 33 Kesalahan dalam Khutbah Jumat, syaikh al-Unaizi. Tazkiya Pustaka
- Al-Jum'ah: Adab wa Ahkam, syaikh Abul Mundzir as-Sa'idi
- Minhajul Muslim, syaikh Abu Bakar al-Jaza'iri

You might also like