You are on page 1of 7

I.

Definisi
Penyakit Addison (Addisons disease) adalah kelainan yang disebabkan
oleh ketidakmampan korteks adrenalis memproduksi hormon kortisol dan
aldosterone. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh insufisiensi adrenal primer
seperti autoimun, infeksi dan tumor adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder
karena tumor atau infeksi, kurangnya aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi
kelenjar hipofisis atau pengangkatan bagian hipotalamus.

(1)

II. Epidemiologi
Penyakit Addison adalah penyakit yang jarang dan dapat terjadi pada pria
maupun wanit. onset penyakit ini dapat terjadi pada semua usi. Frekuensi penyakit
Addison pada populasi manusia diperkirakan 1 dari 100.000. Beberapa penelitian
dan informasi mendapatkan 40-60 kasus dalam 1 juta populasi, 5-6 kasus dalam 1
juta populasi pertahun di US dan dilaporkan sekitar 8 dalam satu juta populasi di
UK. Faktor etnis disebutkan tidak signifikan dalam epidemiologi penyakit
Addison.

(1,2)

III. Etiologi / Faktor Resiko


Penyebab paling umum penyakit Addison adalah perusakan dan/atau atrofi
dari korteks adrenal. Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi
karena adanya gangguan autoimun. Pada sekitar 20% dari semua kasus, perusakan
korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. sisa kasus lainnya dapat disebabkan
oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis. (1)
Ketidakmampuan memproduksi hormone kortisol yang adekuat disebut
juga insufisiensi adrenal yang terjadi karena berbagai hal. keadaan tersebut
disebabkan oleh gangguan di kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau
gangguan sekresi hormone ACTH oleh kelenjar hipofisis (insufisiensi adrenal
sekunder). (3,2)
Insufisiensi adrenal adalah keadaan dimana kurangnnya produksi
glukokortikoid atau mineralokortikoid di adrenal.

Sebagian besar penyakit

Addison disebabkan oleh system imun tubuh kita sendiri. Kira-kira 70% kasus

Penyakit Addison yang dilaporkan merupakan penyakit autoimun dimana saat


destruksi korteks adrenal mencapai 90% terjadi insufisiensi adrenal. Insufisiensi
adrenal sekunder daapt terjadi ketika seseorang mendapat asupan hormone
glukokortikod dalam jangka waktu yang lama dan akan normal apabila
pengobatan dihentikan. (4,5)
IV. Patogenesis / Patofisiologi
Insufisiensi adrenal dapat bermanifestasi sebagai defek pada sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Insufisiensi adrenal primer merupakan akibat dari
destruksi korteks adrenal. Zona glomerulosa, lapisan terluar kelenjar adrenal
menghasilkan aldosterone. Kortisol diproduksi di zona fasikulata dan zona
retikulris, bagian tengah dan dalam kelenjar adrenal. . (4,5)
Mineralokortikoid dan glukokortikoid menstimulasi reabsorbsi natrium
dan ekresi kalium, defisiensinya akan menyebabkan peningkatan ekskresi natrium
dan penurunan ekskresi kalium, terutama pada urin, selain itu juga pada keringat,
saliva dan saluran gastrointestinal. Ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan
urin disertain gangguan keseimbangan elektrolit menyebabkan dehidrasi berat,
hipertonisitas plasma, asidosis, penurunan volume sirkulasi, hipotensi akhirnya
kolaps sirkulasi. bila insufisiensi adrenal disebabkan produksi ACTH yang tidak
adekuat, maka kadar elektrolit biasanya normal atau sedikit berkurang. Defisiensi
glukokortikoid menimbulkan hipotensi dan menyebabkan sensitivitas insulin
berat, gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein. Tanpa adanya
kortisol, kekurangn karbohidrat dibentuk dari protein akibatnya terjadi
hipoglikemia dan penurunan glikogen hati. Terjadi kelemaham karena gangguan
fungsi neuromuscular. Ketahanan terhadap infeksi, trauma dan stress lainnya juga
berkurang. Kelemahan otot jantung dan dehidrasi menurunkan output jantung,
kemudian terjadi kegagalan sirkulasi. Penurunan kortisol darah menyebabkan
peningkatan beta lipotropin darah yang memiliki aktivitas stimulasi melanosit
bersama dengan ACTH menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membrane
mukosa khas pada penyakit Addison. (3,2,4)

Gambar 1. Regulasi dari kortisol pada konsentrasi plasma(2)


V. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit addison tidak spesifik. gejala yang muncul biasanya
berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, anoreksia, nausea, nyeri abdomen,
gastroenteritis, diare dan labilitas mood. Pada orang dewasa dengan penyakit
addison dapat dijumpai penurunan berat badan 1 15 kg. Kelemahan badan ini
disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gangguan
metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis
oto bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein, terutama pada sel-sel
otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah. Gejala kelemahan
otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid. Nausea,
Vomitus, dan nyeri abdomen difus dijumpai sekitar 90% dari pasien dan biasanya
merupakan inpending dari krisis addison. Diare kurang umum daripada nausea,
vomitus dan nyeri abdomen dan terjadi pada sekitar 20% pasien. Komplikasi
dehidrasi dan harus segera dihidrasikan. Gajala flu berulang telah dilaporkan
dalam beberapa kasus. (6)
Gangguan mood termasuk depresi, iritabilitas, dan konsentrasi menurun.

Diagnosis mungkin tertunda karena depresi komorbid atau penyakit kejiwaan


lainnya Temuan fisik termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan membran mukosa,
berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita, vitiligo, dehidrasi, dan
hipotensi.Membran mukosa oral hiperpigmentasi merupakan patognomonik untuk
penyakit ini. Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan
melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi pada penderita yang
menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensiadrenal
dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hiperpigmentasi pada
kulit dianggap sebagai ciri khas penyakit Addison dan dijumpai dalam 95% pasien
dengan insufisiensi adrenal kronis. (5,6)
VI. Diagnosis / Pemeriksaan
Evaluasi pasien dengan penyakit Addison yang diduga melibatkan
diagnosis insufisiensi adrenal dan kemudian identifikasi defek pada hipotalamushipofisis axis. Penyakit Addison adalah insufisiensi adrenal primer dengan defek
pada glandula adrenal.Setelah insufisiensi adrenal diidentifikasi, etiologi dari
insufisiensi adrenal harus di temukan. Awalnya, elektrolit serum harus diperiksa
tetapi tingkat kalium normal tidak menyingkirkan penyakit Addison. Akibat
aldosteron tidak ada, inbalance elektrolit seperti hiponatremia, dengan klorida
rendah dan hiperkalemia sering dijumpai. Hiponatremia adalah yang paling sering
terjadi pada 90% pasien. Hiperkalemia ditemukan pada 60-70% pasien.
Hiperkalemia jarang terjadi dan ditemukan pada sekitar 5-10% pasien. (1)
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar sodium, potassium, kortisol,
ACTH dan antibodi yang berhubungan dengan autoimun pada penyakit Addison.
Tes stimulasi ACTH, CRH, tes hipoglikemia yang diinduksi isulin serta tes
pencitraan CT Scan dan MRI sangat membantu dalam mengegakkan diagnosis. (2)
Setelah diagnosis insufisiensi adrenal dikonfirmasi, bagian dari defek
dalam hipotalamus- hipofisis axis harus ditentukan dengan menggunakan sampel
kortikotropin, melalui pemeriksaan yang disebut corticotropin provocation testing,
atau

corticotrophin-releasing

hormone

(CRH)

provocative

test.

Tingkat

kortikotropin serum lebih besar dari 100 pg / mL merupakan diagnostik dari


insufisiensi adrenal primer. (3,2,6)

Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)


menunjukkan berkurangnya glandula adrenal pada pasien dengan kerusakan
autoimun dan pembesaran glandula adrenal pada pasien dengan infeksi. CT
memadai menunjukkan kalsifikasi yang terjadi pada kegagalan adrenal
disebabkan oleh tuberkulosis. CT dan MRI mengungkapkan perdarahan
adrenal.MRI lebih unggul daripada CT dalam membedakan massa adrenal, tetapi
MRI tidak dapat membedakan tumor dari proses inflamasi. (3,2)
VI. Terapi
Subtitusi hormon yang tidak dapat dihasilkan kelenjar adrenal. Kortisol
digantikan dengan prednisone oral 1-2 mg/kgBB/hari, deksametason 0,25-0,75
mg/kgBB/hari, hidrokortison injeksi dan oral dengan dosis 0,5-2 mg/kgBB/hari
diberikan dalam dua atau tiga kali sehari. Pada keadaan stress, masa pertumbuhan,
penyakit atau pembedahan dibutuhkan lebih banyak dosis glukokortikoid. Apabila
terdapat defisiensi aldosterone, maka apat digantikan dengan mineralokortikoid
oral yang disebut fludorkortison asetat 0,1-0,2 mg/hari diberikan satu kali
perharinya. Pasien yang mendapat terapi sulih aldosterone biasanya dianjurkan
oleh dokter untuk meningkatkan asupan garamnya. Karena pasien dengan
infusiensi adrenal sekunder biasanya mampu mempertahankan produksi
aldosterone, maka mereka tidak membutuhkan terapi sulih aldosteron. (4,5)
Selama krisis addison, tekanan darah rendah, kadar glukosa rendah dan
tinggi kadar kalium dapat mengancam kehidupan. Standar terapi melibatkan
pemberian glukocorticoid intravena dan sejumlah besar cairan dextrose intravena.
Pengobatan ini umumnya memberikan pemulihan yang cepat bagi pasien.ketika
pasien diberikan terapi cairan dan obat-obatan oral, jumlah glukokorticoid akan
menurun sampai dosis pemeliharaan tercapai. Jika kadar aldosteron menurun,
dilakukan terapi pemeliharaan dengan pemberian fludrocortisone acetate oral. (2)
Karena kortisol merupakan hormon untuk mengatur keadaan-keadaan
yang menyebabkan stress pada tubuh, pasien dengan insufisiensi adrenal kronik
yang membutuhkan pembedahan dengan anastesi umum harus ditangani dengan
glukocorticoid intravena dan saline. Pengobatan intravena dimulai sebelum
pembedahan dan dilanjutkan hingga pasien sadar penuh setelah pembedahan dan

setelah mampu mengkonsumsi obat oral. Dosis hormon stress ini disesuaikan
untuk masing-masing pasien pemulihan hingga dosis pemeliharaan prebedah
tercapai. Selain itu, pasien yang sedang tidak menggunakan glukocortikoid tetapi
telah menggunakan hormon glukocortikoid selama setahun terakhir harus
memberitahukan kepada dokternya sebelum pembedahan. Pasien-pasien seperti
ini mungkin memiliki kadar ACTH yang normal, tetapi mereka memerlukan
pengobatan intravena untuk mengatasi stress pasca pembedahan. (1)
VII. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit Addison berkaitan dengan penyakit dasarnya.
Pada kasis yang tidak dapat ditangani dengan baik, penyakit Addison dapat
mengakibatkan krisis Addison yang ditandai dengan penurunan tekanan darah,
penurunan glukosa darah dan peningkatan kalium. (5)

DAFTAR PUSTAKA
1. Sperling M. Adrenal Insufficiency. In Thomas M. Oediatric Endocrinology. 2nd
ed. Wincousin: Saunders Company; 2003. p. 385-412.
2. Henwood M, LEL K. Disorders of Adrenal Gland. In Sperling. Pediatric
Endrocinology. 1st ed. Missoouri: Elsevier Mosby; 2005. p. 193-207.
3. Miller W. Primary Adrenocortical Insufficiency Section of the Adrenal Cortex.
In Miller. Endocrinology and Metabolism. 1st ed. New York: McGraw-Hill;
2001. p. 461-475.
4. Grinspoon S. Laboratory Assessment of Adrenal Insufficiency. Journal Clinic
Endocrinology Metabolism. 2001; 7(9): p. 923-931.
5. Stulberg D, Clark N. Common Hyperpigmentationj Disorders in Adults.
Diagnostic Approach AAFP Journal. 2003; 6: p. 290.
6. Mariadi IK, Gotera W. Insufisiensi Adrenal Pada Pasien Dengan Penyakit
Kritis. Jurnal Penyakit Dalam. 2007 Januari; 8(1): p. 93-97.

You might also like