Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Encup
Jenis Kelamin : perempuan
Umur
: 49 tahun
Alamat
: Jalaksana
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 Maret 2014.
KELUHAN UTAMA
Tidak dapat mencium bau secara tiba-tiba sejak 1 bulan yang lalu.
KELUHAN TAMBAHAN
Pusing berputar, kedua telinga terasa panas.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Satu minggu sebelum OS ke RS, OS menyadari bahwa dia tidak dapat mencium
bau parfum anaknya, gangguan penciuman ini dirasakan OS secara tiba-tiba. OS juga
merasa pusing dan berputar di sertai telinga terasa panas. OS mengaku bahwa adanya
gangguan penghidu yang tidak dia ketahui penyebabnya. OS tidak mengalami gatalgatal, kesemutan, rasa haus berlebih, kencing berlebih, pendengaran berkurang,
penglihatan berkurang, dan tidak juga kesemutan atau kebas. OS tidak sedang pileg
tetapi satu bulan yang lalu OS mengalami batuk pileg dan berobat ke puskes. Batuk pileg
yang dialami OS tersebut sekarang sudah sembuh. OS menyangkal pernah terbentur,
jatuh, dan tertusuk benda tajam pada hidung. OS juga menyangkal pernah mengkorekkorek hidung dan tidak pernah melakukan operasi pembedahan pada bagian hidung. OS
menyangkal adanya operasi pada muka. OS menyangkal memiliki penyakit kencing
manis dan hipertensi. OS menyangkal penggunaan obat apapun. OS mengatakan tidak
terdapat demam, menggigil, dan lemas. Nafsu makan OS baik dan tidak terdapat
penurunan berat badan.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit serupa
: (-)
: (-)
Batuk-pilek
: (-)
Sakit tenggorokan
: (-)
Riwayat Trauma
: (-)
Riwayat Keganasan
: (-)
Riwayat Dirawat di RS
: (-)
Alergi
: (-)
TBC
: (-)
Asma
: (-)
Hipertensi
: (-)
DM
: (-)
: (-) disangkal
Hipertensi
: (-) disangkal
DM
: (-) disangkal
Batuk lama
: (-) disangkal
Keganasan
: (-) disangkal
Alergi
: (-) disangkal
E. RIWAYAT KEBIASAAN
Merokok
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Tampak sehat
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
o TD
: 120/70 mmHg
o Nadi
: 80 x / menit
o Respirasi
: 24 x / menit
o Suhu
: 36,5o C
Kulit
Kepala ( Status lokalis )
Mata
Leher
Thorax
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
b. STATUS LOKALIS
STATUS THT
1. PEMERIKSAAN TELINGA
Kanan
Kiri
Daun telinga
Preaurikuler
Retroaurikuler
Liang telinga
Membrana timpani
Tes Penala
Tidak dilakukan
Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Swabach
Tidak dilakukan
Vestibulum
Septum nasi
Konka inferior kanan dan kiri
RINOSKOPI POSTERIOR
Tidak dilakukan
Koana
fossa Rusenmuler
Mukosa konka
Sekret
Muara tuba eustachius
Adenoid
Atap nasofaring
3. PEMERIKSAAN FARING
Arkus Faring
Mukosa faring
Dinding faring
Uvula
Tonsil palatina
Gigi geligi
:-
o Plika aryepiglotis
:-
o Arytenoid
:-
o Ventricular band
:-
:-
o Rima glotidis
:-
o Cincin Trakea
:-
o Sinus piriformis
:-
Tidak dilakukan
5. LEHER :
Pemeriksaan kelenjar getah bening regional : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe submandibula
6. MAKSILO FASIAL :
a. Tidak tampak deformitas
b. Paralisis nervus kranialis (-)
c. Nyeri pada : dahi (-), pipi (-), hidung (-), depan telinga (-)
G. RESUME
Dari anamnesis didapatkan :
Seorang ibu berusia 49 tahun datang dengan keluhan anosmia. Sebelum
ke RS. OS tidak dapat mencium bau parfum anaknya. Hal ini tidak pernah
dialami sebelumnya. OS juga mengeluh pusing berputar dan kedua telinga terasa
panas. OS belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat batuk pileg satu bulan
yang lalu.
H. DIAGNOSA BANDING :
1. Anosmia et causa Rinitis vasomotor
2. Anosmia et causa kerusakan n. olfaktorius
I. DIAGNOSA KERJA :
Operatif :
Medikamentosa:
Roborantia : Neurodex 3x 500 mg
2. Non-Medikamentosa :
Edukasi tentang bahayanya tidak memiliki indra penciuman
Memberi informasi kepada teman dan keluarga supaya dapat
memberi tahu bila mencium bau busuk atau gas.
BAB II
ANOSMIA
A. Definisi
Pengertian tentang penghidu menunjukan adanya hubungan rasa dan kemampuan
kecap. Bersama dengan sistem trigeminus, yang berfungsi sebagai monitor terhadap zat
kimiawi yang terhirup, termasuk bahan-bahan berbahaya seperti gas alam, asap, dan bau
busuk yang sering terhirup di dikehidupan sehari-hari.
Kelainan penghidu yaitu termasuk sebagai berikut: (1) Anosmia ( kehilangan
kemampuan menghidu); (2) Hyposmia (sensitivitas penghidu yang berkurang); (3)
Dysosmia (penyimpangan kemampuan menghidu); (4) Phantosmia (persepsi adanya
suatu aroma ketika tidak ada objek); (5) Agnosia (ketidakmampuan mengklasifikasikan,
membedakan, atau mengidentifikasi suatu aroma secara verbal, meskipun kemampuan
untuk membedakan aroma yang sama yang mungkin masih normal)
Istilah Anosmia berarti hilangnya kemampuan untuk menghidu. Ini juga termasuk
berkurangnya kemampuan untuk menghidu. Ageusia, diartikan untuk hilangnya
kemampuan untuk sensasi perasa. Pasien yang sebenarnya mempunyai anosmia bisa
salah mengeluhkan sebagai Ageusia, walaupun mereka menghalangi kemampuan untuk
membedakan rasa asin, manis, asam, dan pahit (Sensasi rasa yang dimiliki manusia).
transmembran. Setiap neuron olfactorius mengekspresikan hanya satu, atau sedikit gen
reseptor, memberikan dasar molekular dari beranekaragam aroma. Jadi, sistem
olfactorius memiliki 3 karakter penting, yaitu: (1) Gen reseptor yang sangat beragam
membuat respon terhadap aroma yang beragam, (2) Reseptor protein secara spesifik
membedakan aroma, (3) Asosiasi aroma disimpan dengan baik di memory dalam waktu
yang lama.
D. Etiologi
Banyak pasien mengalami disfungsi olfactory disebabkan karena satu atau lebih
dari beberapa penyebab sebagai berikut: obstruksi nasal dan penyakit sinus, post infeksi
saluran napas atas, trauma tengkorak, dan kelainan kongenital. Penuaan, paparan toxin,
dan penyebab idiopatik juga berperan dalam hilangnya kemampuan menghidu.
1. Obstruksi nasal dan infeksi saluran napas atas
Aliran udara melewati medial dan anterior ke bagian bawah dari turbinate
medial untuk mencapai olfactory cleft. Obstruksi nasal pada area ini atau
yang diatasnya, dapat disebabkan oleh pembengkakan mukosa yang hebat,
tumor, polip nasi, atau deformitas tulang dapat menyebabkan hyposmia atau
anosmia. Pasien sering mengeluh kehilangan kemampuan menghidu selama
infeksi saluran napas atas. Umumnya, gejala ini disebabkan karena obstruksi
jalan napas yang merupakan akibat sekunder dari pembengkakan mukosa.
Kemampuan olfactorius dapat membaik atau kembali normal dengan
menghilangnya sumbatan tersebut.
2. Kerusakan Nervus Olfaktorius
Bisa disebabkan karena infeksi virus, tumor pada N.Olfaktorius itu
sendiri, tumor intrakranial yang menekan N.Olfaktorius. Pada infeksi virus
yang menyebabkan kerusakan N.Olfaktorius dapat menyebabkan anosmia
atau sensasi penghidu yang samar-samar dan tidak ada bedanya untuk semua
rangsang bau-bauan . Pada tumor N.Olfaktorius diagnosis pasti dengan
pemeriksaan
histologik
dan
terapinya
dengan
pembedahan.
Tumor
olfactorius yang hilang total mempunyai skor 7-19 dari 40. Skor ratarata untuk anosmia total agak sedikit tinggi dari yang diharapkan
karena adanya aroma yang masuk dan menstimulasi trigemius.
F. Differensial Diagnosis
Saat ini tidak ada metode psikofisik untuk membedakan sensori dari hilangnya
kemampuan olfactorius. Beruntung, dari beberapa pengalaman yang didapat tentang
hilangnya kemampuan olfactorius memberikan petunjuk penting terhadap penyebabnya.
Penyebab tersering gangguan olfactorius adalah trauma kepala dan infeksi virus. Trauma
kepala lebih sering menyebabkan anosmia pada anak-anak dan dewasa muda, sedangkan
infeksi virus lebih sering menyebabkan anosmia pada orang dewasa.
1. Infeksi virus
Infeksi virus merusak neuroepitel olfactorius; dan perannya digantikan
oleh epitel pernapasan. Parainfluenza virus tipe 3 secara khusus merusak
penghidu manusia. Infeksi HIV dihubungkan dengan penyimpangan penghidu
dan pengecap secara subjektif, dimana akan bertambah berat seiring dengan
berjalanya proses penyakit. Lebih penting lagi, kehilangan kemampuan
mengecap dan menghidu berperan penting dalam perkembangan dan
progresifitas dari HIV yang sudah berat.
2. Trauma tengkorak
Trauma tengkorak diikuti oleh kelemahan kemampuan menghidu bilateral
atau unilateral sampai 15% dari kasus yang ada. Anosmia lebih sering terjadi
struktur rongga hidung yang abnormal dapat diatasi secara rasional dan
dengan kemungkinan besar dapat terjadi perbaikan. Pengobatan berikut ini
biasanya
efektif
dalam
mengembalikan
kemampuan
penghidu:
(1)
gangguan
penghidu
yang
sering
dialami.
Lagipula
mereka.
Konseling
yang
hati-hati
dapat
membantu
pasien
ini
olfaktorius tidak dapat disembuhkan. Penciuman yang kurang sensitif dapat diselesaikan
dengan mengunakan obat-obat homeopathic.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anosmia adalah ketidakmampuan penciuman/ penghidu sebagian atau total
kehilangan sensasi penciuman. Anosmia terjadi akibat obstruksi saluran kelenjar hidung
atau kerusakan syaraf. Anosmia biasanya disebabkan proses natural dari penuaan
ataupun kebanyakan karena common cold (influenza), anosmia dapat juga disebabkan
karena setelah operasi kepala atau alergi akut atau kronik. Banyak obat-obatan yang
dapat mengubah kemampuan penghidu. Sensasi penghidu menghilang karena kelainan
seperti tumor osteoma atau meningioma, sinus nasal atau operasi otak. Dapat juga
disebakan karena defisiensi zinc/ seng. Rokok tobacco adalah konsentrasi terbanyak dari
polusi yang dapat menyebabkan seorang menderita anosmia. Faktor siklus hormonal atau
gangguan dental juga dapat menyebabkan anosmia. Anosmia dapat juga terjadi karena
beberapa bagian otak yang mengalami gangguan fungsi.