You are on page 1of 22

Tugas Mandiri Ilmu Faal II

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO


BERDASARKAN AGLUTINOGEN

Oleh :
Lisa Rosullia
021411131035

ILMU FAAL I DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
MEI 2015
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya,makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Ilmu Faal I dengan judul PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
BERDASARKAN AGLUTINOGEN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pembaca. Penulis
dengan segala kerendahan hati berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari segala pihak yang bertujuan untuk penyempurnaan makalah ini.
Saya ucapkan terimakasih kepada Yuliati, drg., M.Kes yang telah membimbing
saya dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin

Surabaya,11 Mei 2015

Lisa Rosullia

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR GAMBAR. iv
DAFTAR TABEL...v
ABSTRAK. vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Tujuan Penelitian..2
1.3 Manfaat Penelitian2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Darah.3
2.1.1 Komposisi dan Struktur Sel Darah Manusia.3
2.1.2 Fungsi Darah6
2.1.2.1 Transportasi6
2.1.2.2 Termoregulasi6
2.1.2.3 Imunologi6
2.1.2.4 Homeostasis6
2.2 Golongan Darah8
2.2.1 Sistem Golongan Darah ABO.8
2.2.2 Antibodi dalam Sistem ABO..12
2.3 Penentuan Genetik terhadap Aglutinogen.13
2.4 Proses Aglutinasi pada Reaksi Transfusi..14
2.4.1 Hemolisis Akut yang terjadi pada beberapa reaksi transfuse..14
BAB III PENUTUP...15
3.1 Kesimpulan.15
3.2 Saran15
DAFTAR PUSTAKA16

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.19
Gambar 2.29
Gambar 2.3 10
Gambar 2.410

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1...7
Tabel 2.2...8
Tabel 2.3.13

iv

Pemeriksaan Golongan Darah ABO Berdasarkan Aglutinogen


Lisa Rosullia
Abstrak
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Darah
mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut
karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh,
mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi. Transfusi darah adalah
pemberian darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Dalam proses transfusi darah diusahakan

agar aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di dalam plasma
darah resipien.
Kata kunci : Darah, Aglutinogen

Based on the examination of ABO Blood Group Aglutinogen


Lisa Rosullia
Abstract
Blood is a suspension of cells and cytoplasmic fragments in fluid called plasma . Blood has the function ,
among others : carry oxygen from the lungs throughout the body , transporting karbondioksioda of the
body's tissues to the lungs , hauling in nutrients throughout the body , transporting leftovers of all body
tissues to tools excretion . Blood transfusion is the administration of blood from someone who called the
donor . In the process of blood transfusion labored to aglutinogen in donor blood is not met antinya
substances contained in blood plasma recipient .
Keywords: Blood , Aglutinogen

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan
yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan
pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan
substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah
merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian
dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh
maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning
jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen
(protein) (Subowo 1992).
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah
dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah
darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%.
Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu erythrocyt, leucocyt, dan
trombocyt yang berperan dalam pembekuan darah. Pada organisme diploid, setiap
sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu
pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi
berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel
adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan
sifat keturunannya (Prawirohartono 1995: 213).
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada
tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah
(Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan
serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak
mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer
membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O.
Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan
1

dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau disebut
juga aglutinin (Subowo 1992: 113).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila
darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan
berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan
orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi,
berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan
darah B atau O. Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut
dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan
tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin.
Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan
ion Ca2+ (Kimball 1999: 158).
Darah mempunyai fungsi antara lain : mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru,
mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan
dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi. Transfusi darah adalah pemberian
darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Kepada orang yang memerlukan
yang disebut dengan resipien. Dalam proses transfusi darah diusahakan agar
aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di
dalam plasma darah resipien. Pada umumnya transfusi darah dapat dilakukan
dalam keadaan seperti kecelakaan dan tubuh luka parah, tubuh yang terbakar,
penyakit kronis (Prawirohartono 1995: 219).
1.2

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pemeriksaan Golongan Darah ABO berdasarkan
Aglutinogen.

1.3

Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.

Menambah pengetahuan tentang Pemeriksaan Golongan Darah


Mengetahui tentang terjadinya Sistem Darah ABO
Mengetahui terjadinya Proses Aglutinasi pada reaksi Transfusi
Mengetahui penggolongan darah berdasarkan aglutinogen

BAB II

2
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato.
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55%
plasma darah. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45). Warna darah bervariasi
dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang
dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa
berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini
bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah
jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan perubahan
cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya (Bach JF, 1979)
2.1.1 KOMPOSISI DAN STRUKTUR SEL DARAH MANUSIA
Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah
(plasma) dan 45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga
macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga sel-sel darah tersebut
tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler (Bach JF, 1979).
Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya
sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung
campuran kmpleks zat organik dan anorganik. Protein plasma mencapai 7%
plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat
menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma
yang utama yaitu:

a. Albumin

Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55% sampai


dengan 60%, Tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati
dan bertanggung jawab untuk Tekanan Osmotik koloid darah.
Koloid adalah zat yang berdiameter 1nm sampai 100nm, sedangkan
kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1nm. Plasma
mengandung koloid dan kristaloid.
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan
jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran
daya tarik plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraseluler yang
melewati membran kapiler (Poedjiadji, 2009).
b. Globulin
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa
lipid, beberapa hormon, berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.
Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada 5 jenis
imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam
imunitas. Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis dihati dan
merupakan komponen essensial dalam mekanisme pembentukan darah
(Poedjiadji, 2009).
Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral,
hormon, vitamin dan zat-zat sisa.
a.
Nutrien meliputi asam amino, gula, dan lipid yang diabsorpsi dari
saluran pencernaan.
b. Gas darah meliputi oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.
c.
Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida,
kalsium, bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.
Plasma darah Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan
Fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum
Darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap
adanya benda asing (Antigen). Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin.
Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacammacam.
Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen adalah Presipitin.
Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah Lisin.

Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah Antitoksin.


Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum
adalah penentuan cara ABO (ABO System) oleh Landsteiner.
Aglutinogen = antigen; aglutinin = antibodi
Jika aglutinogen dan aglutinin yang sesuai bercampur Reaksi
Aglutinasi. Donor Universal golongan darah yang dapat memberikan
darahnya pada semua jenis golongan darah yang lain Golongan Darah O.
Resipien Universal golongan darah yang dapat memberikan darah dari
semua jcnis golongan darah yang lain Golongan Darah AB.
Sistem golongan darah yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan
oleh Landsteiner.
Nama Rhesus diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India).
Prinsipnya adalah terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D).
Sistem rhesus mengenal dua jenis golongan darah yaitu:
1. Rhesus POSITIF
2. Rhesus NEGATIF (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)
Eritroblastosis Foetalis adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi
ketidaksesuaian faktor rhesus (bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini
adalah Ikterik ditemukan oleh Levine. Pertolongan pada bayi tersebut adalah
dengan cara Transfusi Eksanguinasi (Exchange Transfussion).
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,
merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah
merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi
bahan organik dan anorganik dari suatu jaringan atau organ. Pada penyakit
ginjal plasma albumin turun sehingga terdapat kebocoran albumin yang besar
melalui glomerulus ginjal. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, di
samping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya (Dale, 1984).
2.1.2 Fungsi Darah
2.1.2.1 Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah
dan air)
Sebagai alat pengangkut yaitu:

Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk


diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan


melalui paru-paru.

Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan


dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh.

Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh


untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.

2.1.2.2 Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)


Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
2.1.2.3 Imunologi (mengandung antibodi tubuh)Sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/ zatzat anti racun.
2.1.2.4 Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)
Zat-zat yang diangkut oleh darah diantaranya:
a. Zat makanan seperti: Glukosa, asam lemak dan vitamin
b. Hasil-hasil metabolisme
c. Gas-gas pernafasan
d. Hormon (Kimball, 1999)

2.1.3 Komposisi Darah dan Fungsinya :


Tabel 2.1 Komposisi Darah dan Fungsinya

Plasma 55%

tekanan osmotik

putih (5000

Kandungan

Fungsi utama

Air

Pelarut bagi zat-zat lain

Garam

Mempertahankan

Sel-sel darah
Jenis &
Fungsi utama
jumlah/ mm3
Sel darah
Mengangkut O2
merah
dan CO2
(4,5 sampai 5
(pertukaran gas)
juta)
Sel darah
Pertahanan

Sodium

tubuh dan

Kalium
Kalsium
Magnesium
Klorida

Mempertahankan

PH dan regulasi
Permeabilitas

membrane
mempertahankan

Albumin
Imunoglobulin
Fibrinogen

kekebalan

tekanan osmotik dan

Plasma protein

10.000)

Keping darah

PH
proses pembekuan

400.000)

darah
pertahanan tubuh

(250.000

Pembekuan
darah

(antibodi)
2.1.4 Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:

Air: 91%

Protein: 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)

Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,


magnesium, kalsium, dan zat besi).

Bahan organik: 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan
asam amino

2.2 Golongan Darah


2.2.1 Sistem Golongan Darah ABO
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah berdasarkan
ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah
(eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein,
atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter, dan sangat
tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang bersangkutan.
Darah perlu digolongkan untuk banyak kepentingan, khususnya untuk
Transfusi Darah. Karl Landsteiner menemukan, bahwa darah manusia yang
ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel, dan menimbulkan
aglutinasi ( si penerima darah terlihat syok dan ikterik / kuning ). Transfusi
dengan darah yang inkompatibel antara donor dan resipien ( penerima ) dapat
berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat bermanfaat untuk kepentingan
forensik dan penentuan ayah sebagai metode penentu paling sederhana.
Tabel 2.2 Golongan Darah dalam sistem ABO
Sumber : (Gandasoebrata, 1995).

Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen


permukaan eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen.

Molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem ABO ada 4 macam,
yaitu:
1. D-galactose
2. N-acetylgalactosamine
3. N-acetylglucosamine
4. L-fucose (Harper H, 1971)

1.

Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun


dari 1 molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil
galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.

Gambar 2.1. Antigen Golongan Darah A


Sumber : (Harper H, 2009)

2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit


berbeda dengan antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul Nasetil galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa.

Gambar 2.2. Antigen Golongan Darah B


Sumber : (Harper H, 2009)

3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen


permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.

Gambar 2.3. Antigen Golongan Darah AB


Sumber : (Harper H, 2009)

4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan,


namun terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan
karbohidrat pada permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul
fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus
ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan golongan darah O tidak
memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.

Gambar 2.4. Antigen Golongan Darah O


Sumber : (Harper H, 2009)

Yang kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi golongan A, dan


kelebihan D-galactose menjadi golongan B. Sebelum D-galaktosa dapat menerima
monomer karbohidrat yang menentukan aktivitas A atau B, molekul ini harus sudah
mengikat monomer karbohidrat fukosa. Suatu gugus D-galaktosa yang sudah
mengikat fukosa, tetapi tanpa N-asetilgalaktosamin aktif-A atau D-galaktosa aktif
B, memiliki aktivitas antigenik yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki
konfigurasi monomer karbohidrat aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan
disebut golongan O.
Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B bergantung pada
adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya. Perlekatan fukosa ke Dgalaktosa menyediakan prekursor ini. Perlekatan fukosa diperantarai oleh enzim
lain, fukosa-transferase, yang keberadaannya ditentukan oleh gen H. Gen H terletak
di luar lokus ABO dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat sering dijumpai,
dan hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah mereka. Beberapa
orang bersifat homozigot untuk suatu gen inaktif di tempat itu, yang disebut h.
Karena orang dengan dua gen h tidak dapat menghasilkan enzim yang diperlukan
untuk melekatkan fukosa, sel-sel darah mereka tidak memiliki aktivitas H.
Perubahan dalam Tipe ABO pada berbagai penyakit
Melemahnya antigen A dapat terjadi pada beberapa orang yang mengidap
leukemia akut atau pada penyakit mieloproliferatif kronis dengan evolusi leukemik.
Kanker tertentu, terutama kanker kolon, mungkin berkaitan dengan akuisisi antigen
B yang disebut B didapat. B didapat juga dapat terjadi pada infeksi gram-negatif
tertentu dan obstruksi usus. Dengan demikian, pada penyakit ini kadang-kadang
pasien dari fenotipe golongan O mungkin memperoleh B dan tampak sebagai
golongan B, atau seseorang dengan golongan A mungkin memperoleh B dan
menjadi golongan AB. Berdasarkan penelitian dari Lindsey Kinball Institute, New
York, yang menemukan bahwa Alpha galactosidase, suatu enzim yang disarikan dari
kopi, dapat mengubah golongan darah B menjadi O. Yang membedakan sel darah
merah golongan B dari O adalah adanya kelebihan satu molekul D-galactose dalam
sel darah merah golongan darah B. Enzim galactosidase dimanfaatkan untuk
melepaskan satu molekul D-galactose yang berlebih tadi sehingga susunan
molekulnya sama dengan sel darah merah golongan O.
Adapun isi dari reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdapat dari Invitro

culture supernatants dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur dengan


buffer phosphate, sodium chloride,dimana terjadi Anti serum A berwarna biru,
Antiserum B berwarna kuning, Antiserum AB tidak berwarna. BCSH. Clin Lab
Haem. (1990).
Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang
akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut yaitu:
a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B).
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O) (Wijaya.
2009).

2.2.2 Antibodi dalam sistem ABO


Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara kuat dan spesifik dengan antigen
sel darah merah yang sesuai, rangsangan bagi terbentuknya Anti-A dan Anti-B
bukanlah pajanan ke sel darah merah. Ikatan galaktosa dengan N-asetilgalaktosamin
yang sama atau galaktosa yang menjadi ciri glikosfingolipid sel darah merah juga
dijumpai di dinding sel bakteri. Pajanan lingkungan yang terus menerus terhadap
antigen-antigen yang tersebar luas ini memicu pembentukan antibodi pada individu
yang mampu mengembangkan imun, asalkan antigennya bukan konstituen diri
dari sel darah merah individu yang bersangkutan. Orang dengan golongan A hanya
membentuk anti-B, dan mereka dengan golongan B hanya memiliki anti-A. Orang
dengan golongan O memiliki anti-A dan anti-B, sedangkan individu AB tidak
memiliki kedua antibodi tersebut.
Bakteri di lingkungan juga memiliki ikatan galaktosa-fukosa yang
memperlihatkan aktivitas H. Namun anti-H jarang dijumpai karena hampir semua
sel darah merah memiliki antigen H dalam jumlah yang berkisar dari sedikit sampai
bermakna. Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin kuat, yang mudah dibuktikan di
laboratorium. Dalam sirkulasi, keduanya menyebabkan destruksi cepat melalui

perantaraan komplemen terhadap semua sel yang tidak sesuai yang kebetulan masih
ke aliran darah. Kecuali untuk beberapa sel janin yang masuk ke aliran darah ibunya
selama kehamilan dan persalinan, satu-satunya cara sel yang tidak cocok golongan
ABO nya masuk ke dalam sirkulasi adalah melalui transfusi yang salah
identifikasinya. Identifikasi pasien, sampel darah, atau darah donor yang tidak tepat,
atau pencatatan yang salah, merupakan penyebab tersering reaksi transfusi
inkompatibel-ABO hemolitik.
Sebagian besar aktivitas anti-A dan anti-B terletak pada kelas IgM
imunoglobulin, yang menghasilkan aglutinasi cepat dan / atau hemolisis. Namun,
sebagian aktivitas adalah IgG, dan antibodi dari kelas ini melekat ke permukaan sel
tanpa langsung mempengaruhi viabilitas. Anti-A atau anti-B kelas IgG mudah
melewati plasenta dan dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus.
Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG anti-A dan Anti-B
dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit hemolitik ABO pada bayi
baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir dari ibu dengan golongan O
(Jouvenceaux, 1978).
2.3 Penentuan genetik terhadap aglutinogen
Dua gen, salah satunya terdapat di setiap kromosom dan dua kromosom yang
berpasangan, menentukan golongan darah O-A-B. Gen-gen tersebut dapat mengandung
salah satu dari ketiga antigen, namun hanya satu tipe saja yang terdapat disetiap
kromosom dari dua kromosom: tipe O, tpe A, atau tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi atau
hampir tidak berfungsi, sehingga gen tipe ini menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak
bermakna pada sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B menghasilkan aglutinogen yang kuat
pada sel (Guyton&Hall, 2004).
Tabel 2.3 Golongan Darah dengan genotip serta unsur pokok aglutinogen dan aglutininnya.

Genotip
Golongan Darah
OO
O
OA atau AA
A
OB atau BB
B
AB
AB
Enam kemungkinan kombinasi dari

Aglutinogen
Aglutinin
Anti-A dan Anti-B
A
Anti-B
B
Anti-A
A dan B
gen gen ini, dapat dilihat pada tabel 1, yaitu

OO,OA,OB,AA,BB, dan AB. Kombinasi gen gen ini dikenal sebagai genotip dan setiap
orang memiliki salah satu dari keenam genotip tersebut.

Dapat dilihat dari tabel bahwa orang dengan genotip OO tidak menghasilkan
aglutinogen dan karena itu golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA atau
AA menghasilkan aglutinogen tipe A dan karena itu mempunyai golongan darah A.
Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B dan genotip AB menghasilkan
golongan darah AB (Guyton&Hall, 2004).

2.4 Proses aglutinasi pada reaksi transfusi


Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga aglutinin plasma anti-A atau anti-B
dicampur dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B, sel darah
merah akan mengalami aglutinasi karena aglutinin melekatkan diri pada sel darah merah.
Oleh karena itu, aglutinin mempunyai dua tempat pengikatan (tipe IgG) atau 10 tempat
pengikatan (tipe IgM), maka satu aglutinin dapat melekat pada dua lebih sel darah merah
pada waktu yang sama, dengan demikian menyebabkan sel tersebut melekat bersamaan
dengan aglutinin. Keadaan ini menyebabkan sel-sel menggumpal yang merupan proses
aglutinasi. Kemudian, gumpalan ini menyumbat pembuluh darah kecil di seluruh sistem
sirkulasi. Selama beberapa jam sampai beberapa hari berikutnya, baik gangguan fisik sel
maupun serangan oleh sel darah putih fagositik akan menghancurkan sel-sel yang
teraglutinasi, yang akan melepaskan hemoglobin ke dalam plasma, yaitu suatu keadaan
yang disebut hemolisis sel darah merah. (Guyton&Hall, 2004).
2.4.1

Hemolisis akut yang terjadi pada beberapa reaksi transfusi


Jika darah resipien dan darah donor tidak cocok, segera terjadi hemolisis sel

darah merah dalam darah sirkulasi. Dalam hal ini, antibodi menyebabkan lisis sel
darah merah dengan mengaktifkansistem komplemen, yang selanjutnya melepaskan
enzim-enzim proteolitik (kompleks litik) yang akan merobek-robek membran sel.
Hemolisis intravaskular segera jauh lebih jarang terjadi daripada aglutinasi yang
diikitu hemolisis lambat, karena untuk terjadinya proses lisis tersebut, tidak hanya
diperlukan titer antibodi yang tinggi tetapi juga diperlukan tipe antibodi yang
berbeda, terutama antibodi IgM; antibodi ini disebut hemolisin.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Golongan darah dibagi menjadi 4 macam yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah
dapat diketahui dengan tes golongan darah menggunakan anti serum A dan anti serum
B.

Perbedaan golongan darah terjadi karena perbedaan gen. Golongan darah A

memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1 molekul fukosa, 2 molekul


galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.
Golongan darah B memiliki antigen permukaan B, antigen ini tersusun molekul Nasetil galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa. Golongan darah AB
memiliki dua macam antigen permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A
dan antigen B. Golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan
eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2
molekul galaktosa.
3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca jika terdapat berbagai kekurangan dalam makalah
ini, penulis dengan segala kerendahan hati berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun yang bertujuan untuk penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John.W. 1999.Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. xii+585hlm.

Poedjiadi, A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia (UI-Press). Depok. xi+472


hlm.
Prawirohartono, S. 1995.Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta. i+253 hlm.
Subowo, 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.viii+196hlm
Golongan DarahBach JF., (1979) Imunologie, Edisi 1, Flammarion, Paris
Cormane RH dan Ashgar SS., (1981), Current Topics in Immunologies. Series 15.
Immunology and Skin Disease.Edward Arnold,London.
Dale M.M dan Foreman J.C., (1984) Textbook of immunopharmacology, Edisi 1,Blackwell
Scientific Publication, Oxford, US.
Dausset, J., Immunohematologie : Biologique et Clinique, Flammarion, Paris
Gandasoebrata.R., (1995), Penuntun Laboratorium Klinik Edisi ke VIII, hal : 61 63.
Harper H., (1971), Review of Physiological Chemistry, Edisi 13, Lange Medical Publication,
Los Altos,California.
Harper H., (2009),Ilustrated Biochemistry, Edisi 27, hal : 645 646.
Jouvenceaux, (1978), Immunohematologie, Edisi 1, Simep, Lyon, France.
Mochamad Sadikin, (2001), Biokimia darah, Widya Medika, Jakarta.
Peakman. M. dan Vergani. D., (1997). Basic and Clinical Immunology, Edisi 1,
ChurcillLivingstone, NY,USA.
Wijaya Gede Eka, (2009), Golongan Darah
Guyton, Hall. Edisi 12.Buku ajar fisiologi kedokteran.indonesia edition: Ermita I. Ibrahim
Ilyas. Lynch MA: sel-sel darah, imunitas, dan pembekuan darah ,physical rev 479480, 2004.

You might also like