Professional Documents
Culture Documents
MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit yang tepat
untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan
atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapt
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas
atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien menolak
untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan
pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut. Untuk
menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang mendalam atas
penerapan materialitas.
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MATERIALITAS
Langkah 1
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam
laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika
mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Dinamakan pertimbangan
materialitas awal, karena meskipun merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat
berubah selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat
salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para
pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada
materialitas yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal
tersebut sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling
penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan
pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal
untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat.
Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang diistilahkan
sebagai penilaian materialitas yang direvisi
FACTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENILAIAN
Beberapa factor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas awal
dalam laporan keuangan. Hal-hal yang snagat penting untuk diperhatikan dalam konsep
materialitas adalah sebagai berikut :
1. Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute
Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan
kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi
perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan nilai nominal untuk
pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
1. Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas
Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk memiliki
dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.laba bersih sebelum
pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi perusahaan yang
berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para
penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba
bersih sering kali naik turun secara signifikan dari tahun ketahun, sehingga tidak dapat
memberikas dasar secra stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering
kali dasar utama yang digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau
asset bersih. Setelah menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah
saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar,
total asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk
RISIKO
Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat ketidakpastian dalam
menjalankan fungsi audit.
Model risiko audit dan perencanaan
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan
model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak
dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya.
JENIS-JENIS RISIKO
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan (Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian
tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. Risiko ini
hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu risiko dalam model risiko audit
tersebut.
1. Risiko Bawaan (inherent risk)
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material
(baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum
mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien.
1. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah
yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
1. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima
kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan
dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas penggunaan
laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total atau pendapatan total, akan
berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat diterima.
b)
oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup lainnya. Untuk
perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan lainnya adalah SEC, analisis keuangan, dan
masyarakat umum.
c)
Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memiliki sejumlah besar liabilitas,besar
kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih luas oleh para kreditor yang ada
ataupun para calon kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih sedikit
liabilitas.
Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini
perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa dalam saldo laba.
c)
klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjan, karena sejumlah besar kas
keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat akan memaksa perusahaan untuk
mengalami kebangkrutan.
d)
Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih berisiko
b)
c)
d)
e)
f)
dengan benar
g)
Membuat populasi
h)
i)
Auditor harus mengevaluasi informasi yang dapat memengaruhi risiko bawaan dan
memutuskan factor risiko bawaan yang tepat untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan
audit. Beberapa factor seperti kontrak kerja pertama atau kontrak kerja yang berulang, hanya
akan memengaruhi akun-akun atau tujuan audit tertentu saja.
1. Mendapatkan Informasi Untuk Menilai Risiko Bawaan
Auditor mulai melakukan penilaian atas risiko bawaan selama fase perencanaan dan
memperbarui penilaian tersebut disepanjang pengauditan.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan risiko dalam audit sangat berkaitan erta dan tidak dapat dipisahkan.
Risiko merupakan ukuran atas ketidakpastian, sedangkan materialitas merupakan ukuran
besaran atau tinggi rendanhnya. Bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian
dalam suatu besaran tertentu.
MERIVISI RISIKO DAN BUKTI
Dalam merivisi risiko dan bukti audit, auditor sebaiknya mengikuti pendektan dua langkah
berikut ini :
1. Auditor harus merivisi penilaian awal dari risiko yang wajar. Adalah pelanggaran jika
membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wahar
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak dari rivisi terhadap bukti yang diharuskan,
tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam bidang audit telah
menunjukkan, jika risiko yang dirivisi digunakan dalam model risiko audit untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan yang juga telah direvisi, ada bahaya
dari tidak meningkatkannya bukti secara memadai. Sebagai gantinya, auditor harus
berhati-hati mengevaluasi implikasi dari revisi risiko dan memodifikasi dengan tepat,
diluar dari model risiko audit.