Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh ujian sarjana
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
ADE LESTARI
NPM 220110080069
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
JATINANGOR
2012
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................13
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................13
1.4.1 Bagi PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia..........................13
1.4.2 Bagi Profesi........................................................................13
1.4.3 Bagi Peneliti.......................................................................14
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya....................................................14
1.5 Kerangka Pemikiran.......................................................................14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................19
2.1 Motivasi..........................................................................................19
2.1.1 Definisi...............................................................................19
2.1.2 Motivasi Menurut Self Determination Theory...................20
2.2 Manajemen Laktasi........................................................................23
2.2.1 ASI Eksklusif......................................................................23
2.2.2 Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 4.1
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Menyusui merupakan proses alamiah dan merupakan salah satu tugas perawatan
kesehatan anak. Namun, pada kenyataannya tidak semua ibu dapat memenuhi
tugas perkembangan tersebut karena berbagai kondisi, salah satunya karena ibu
bekerja (Rejeki, 2008)
Padahal, ASI memiliki banyak manfaat, selain ASI merupakan makanan
ideal untuk bayi. ASI juga mengandung semua nutrisi yang bayi butuhkan untuk
perkembangan kesehatan. ASI sudah tersedia dan gratis sehingga akan membantu
untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan makanan yang cukup. Gizi yang
cukup selama masa bayi sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seumur
hidup (WHO). Lebih lanjut menurut WHO, ASI eksklusif adalah pemberian hanya
ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau
obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.
Manfaat ASI lainnya, menurut WHO, diantaranya ASI aman dan
mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari penyakit pada anak
seperti diare dan pneumonia yang merupakan dua penyebab utama kematian anak
di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Mihrshahiet al., (2007) dalam Prevalence of exclusive breastfeeding in
Bangladesh and its association with diarrhoea and acute respiratory infection:
results of the multiple indicator cluster survey 2003 yang menyatakan bahwa
prevalensi penyakit diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) secara
signifikan berhubungan dengan kurangnya pemberian ASI eksklusif.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun
2007, Angka Kematian Bayi di Indonesia sebesar 34 kematian/1000 kelahiran
hidup, ini berarti kematian bayi terjadi sebanyak 146.000 kematian per tahun, 401
kematian per hari, dan 17 kematian per jam. Penyebab kematian bayi usia 0-11
bulan adalah diare (42%), pneumonia (24%), meningitis/ensefalitis (9%), kelainan
saluran pencernaan (7%), kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus (6%),
sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%) (Riset Kesehatan Dasar, 2007).
Dari penyebab kematian bayi tersebut, sebagian besar merupakan
penyebab yang dapat dicegah. Penyebab kematian tersebut erat kaitannya dengan
status nutrisi. Status nutrisi yang buruk dapat mempengaruhi status kesehatan.
Nutrisi yang baik bagi bayi adalah semua nutrisi yang terkandung dalam ASI.
Lebih lanjut menurut WHO kurangnya pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan pertama kehidupan memberikan kontribusi lebih dari satu juta kematian
anak yang dapat dihindari setiap tahunnya.
Di seluruh dunia, kurang dari 40% bayi di bawah usia enam bulan
menyusu secara eksklusif. Dengan dukungan yang cukup untuk ibu dan keluarga
dalam memberikan ASI eksklusif bisa menyelamatkan banyak kehidupan (WHO,
2011). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 %. Lebih lanjut menurut
data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 (Riskesdas, 2010), menunjukkan bahwa
bayi 0-5 bulan yang menyusu eksklusif di daerah perkotaan sebesar 25,2%,
sedangkan di daerah pedesaan sebesar 29,3%. Hal ini disebabkan kesadaran
masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah
(Depkes RI, 2011a). Padahal kandungan ASI kaya akan karotenoid dan selenium,
sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah
berbagai penyakit. Lebih lanjut menurut Depkes RI (2011a) setiap tetes ASI juga
mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang
lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula.
Menurut Dirjen Gizi dan KIA (2011) masalah utama masih rendahnya
penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan
ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan
yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI).
Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya
dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan
yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat
kerja (seperti ruang ASI). Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui
bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan,
masyarakat serta lingkungan kerja (Depkes RI, 2011a).
Ibu yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan salah satu
kendala dalam suksesnya Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Chatterji dan
Frick (2005) dalam Does Returning to Work After Childbirth Affect Breastfeeding
Practices? menyatakan bahwa kembali bekerja dalam tiga bulan pertama setelah
selama menjadi pekerja. Karena itu, dibutuhkan perhatian yang memadai agar
status ibu bekerja tidak lagi menjadi alasan untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif (Depkes RI, 2011b).
Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid,
kehamilan,melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM,
dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai
dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa (Pusat
Kesehatan Kerja Depkes RI).
Sekjen Kemenkes RI mengimbau kepada para pengusaha, pengelola
tempat kerja/perkantoran baik milik pemerintah maupun swasta pada saat Seminar
Penguatan Pemberian ASI di Tempat Kerja (2011) untuk dapat mendukung
program pemerintah dalam mewujudkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi
sampai umur 6 bulan melalui upaya-upaya yaitu: memberikan kesempatan kepada
pekerja perempuan yang masih menyusui untuk memberikan ASI kepada
bayi/anaknya selama jam kerja; menyediakan tempat untuk menyusui bayinya
berupa ruang ASI dan tempat penitipan anak apabila kondisi tempat kerja
memungkinkan untuk membawa bayi/anaknya; atau menyediakan ruang dan
sarana prasarana untuk memerah ASI dan menyimpan ASI ditempat kerja, agar
ibu selama bekerja tetap dapat memerah ASI untuk selanjutnya dibawa pulang
setelah selesai bekerja (Depkes RI, 2011b).
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128
mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Hal ini didukung oleh Undang-undang Nomor
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 83 menyebutkan bahwa
pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilaksanakan selama waktu
kerja (Depkes RI, 2011b).
PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia yang merupakan perusahaan garment
adalah salah satu contoh langka perusahaan yang memberikan fasilitas berupa
ruang laktasi untuk memerah ASI selama ibu bekerja dan sarana untuk
menyimpan ASI. Dengan jumlah karyawan sebanyak 5.200 orang yang 93%
adalah perempuan dan sebagian besar masih berada dalam usia reproduksi
sehingga besar kemungkinan untuk terjadi proses kehamilan, melahirkan, dan
menyusui di antara karyawatinya, perusahaan ini menyadari akan pentingnya
dukungan bagi ibu hamil dan menyusui.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff HRD dan rekrutmen
PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia, bentuk dukungan bagi ibu hamil yang
diberikan oleh perusahaan ini berawal dari sebuah program yang dibentuk oleh
PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia yang bekerja sama dengan lembaga asuransi
kesehatan dan LSM, program ini diberi nama program safe motherhood. Dari
program safe motherhood ini dibentuk sebuah program yang bekerja sama dengan
bidan-bidan di empat tempat dimana karyawati PT. Dewhirst Mens Wear
Indonesia banyak tinggal disana, empat tempat tersebut adalah Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut. Selain itu,
perusahaan ini juga mendirikan sebuah klinik untuk mendukung terlaksananya
program tersebut. Setiap buruh dan karyawati yang hamil di PT Dewhirst Mens
Wear Indonesia wajib melaporkan kehamilannya pada manajemen. Selanjutnya,
karyawati yang bersangkutan kemudian mendapatkan pemeriksaan secara rutin di
klinik perusahaan tersebut atau di bidan jaringan. Karyawatiyang sedang hamil
juga mendapatkan suplemen vitamin secara gratis, mendapatkan fasiltias
pemeriksaan USG gratis, pemeriksaan kadar Hb dalam darah, serta imunisasi TT
sebanyak dua kali dalam masa kehamilan. Perusahaan ini membentuk tim
Pendamping Minum Vitamin (PMV) guna memastikan vitamin yang diberikan
benar-benar diminum oleh ibu hamil. Selain itu, perusahan ini juga memberikan
penyuluhan kepada karyawati yang sedang hamil tentang antenatal care. Tidak
hanya karyawati yang diberi penyuluhan, setiap enam bulan sekali perusahaan ini
mengadakan training untuk para bidan yang bekerjasama dengan mereka, tujuan
training ini adalah untuk meningkatkan kompetensi para bidan. Secara rutin juga
kinerja para bidan dan dokter yang bekerjasama dengan perusahaan ini setiap
enam bulan sekali dievaluasi kinerjanya.
Selain dukungan terhadap ibu hamil, perusahaan ini juga memberikan
dukungan kepada ibu menyusui. Lebih lanjut menurut hasil wawancara tersebut,
karyawati yang baru melahirkan dan ingin tetap menyusui bayinya diberikan
fasilitas berupa dua buah ruangan laktasi untuk memerah ASI selama ibu bekerja
dan sarana untuk menyimpan ASI seperti lemari es. Waktu untuk pemanfaatan
fasilitas laktasi ini tidak dibatasi. Pendirian fasilitas laktasi ini dilatarbelakangi
oleh banyaknya ibu menyusui yang membuang ASInya. Dukungan bagi ibu
menyusui lainnya yang diberikan oleh perusahaan ini adalah penyuluhan tentang
10
memberikan ASI
kepada
bayinya.Faktor
eksternal
lainnya
yaitu
11
paling kecil untuk menyusui walaupun dengan dukungan dan instruksi. Seseorang
melakukan suatu perbuatan bila mengharapkan sesuatu yang menyenangkan
akibat perbuatannya. Artinya setiap perilaku didorong oleh motivasi (Nurdin,
2011). Menurut Quinn (1995 dalam Notoadmodjo, 2005) motivasi secara umum
mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk
berperilaku tertentu. Motivasi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif adalah
dorongan(alasan) yang menggerakkan ibu untuk memberikan ASI saja tanpa susu
formula dan makanan tambahan lain kepada bayinya sampai berumur 6 bulan.
Dari studi pendahuluan kepada 16 orang karyawati menyusui didapat data
bahwa dari 16 karyawati tersebut hanya 5 orang yang memberikan ASI secara
eksklusif selama enam bulan, sisanya 11 orang memberikan ASI saja kurang dari
enam bulan, bahkan ada satu orang karyawati yang menyatakan tidak memberikan
ASI eksklusif sama sekali melainkan memberikan kombinasi antara ASI dengan
susu formula. Mereka yang tidak memberikan ASI eksklusif menyatakan bahwa
tidak memberikan ASI eksklusif karena mereka bekerja dan ada satu orang yang
menyatakan bahwa ASI yang keluar sedikit. Dari 16 responden tersebut 8 orang
menyatakan pernah memanfaatkan fasilitas laktasi di tempat kerja dan
menyatakan memanfaatkannya ketika jam istirahat, sedangkan 8 orang lainnya
menyatakan tidak pernah memanfaatkan fasilitas laktasi dengan alasan tidak ada
waktu, banyak kerjaan, jarak rumah jauh dengan tempat kerja, dan ASInya sedikit.
Selain itu, peneliti juga melakukan studi pendahuluan kepada 7 orang
karyawati yang memiliki anak kurang dari dua tahun tentang pengetahuan ibu.
Dari 7 orang tersebut, 3 orang menyatakan pernah mengikuti penyuluhan tentang
12
menyusui yang diadakan di PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia. Dari 7 orang
tersebut semuanya mengetahui manfaat ASI dan dapat menyebutkan dua sampai
lima manfaat ASI juga semuanya berpendapat bahwa ASI itu penting. Selain itu
ketujuh orang tersebut juga berpendapat bahwa ibu yang sedang bekerja masih
dapat memberikan ASI kepada bayinya. Dari 7 orang tersebut, ketika diberi
pertanyaan tentang kapan waktu yang paling tepat untuk memerah ASI, 4 orang
menjawab ketika payudara terisi penuh oleh ASI, 3 orang lainnya menjawab
kapan saja. Ketika diberi pertanyaan berapa lama ASI perah dapat bertahan di
suhu ruangan, 6 orang menjawab tidak lebih dari 4 jam, 1 orang menjawab tidak
dapat disimpan di suhu ruangan. Ketika diberi pertanyaan tentang cara
menghangatkan ASI perah yang disimpan di lemari es, 3 orang menjawab
menyimpan botol berisi ASI dalam mangkuk berisi air panas tidak mendidih, 1
orang menjawab menyimpannya dalam air mendidih, dan 3 orang menjawab tidak
tahu.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Motivasi Ibu bekerja terhadap
Pemberian ASI Eksklusif Di PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan data dan uraian di atas, penulis dapat merumuskan masalah
13
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran motivasi
ibu bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif di PT. Dewhirst Mens Wear
Indonesia.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
1.4.2
Bagi Profesi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang motivasi
ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif sehingga dapat membantu perawat
dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai tindakan promotif mengenai
ASI eksklusif di kalangan ibu bekerja.
14
1.4.3
Bagi Peneliti
1.4.3.1
1.4.4
1.5
Kerangka Pemikiran
Salah satu tugas perkembangan ibu postpartum adalah menyusui.
Menyusui merupakan proses alamiah dan merupakan salah satu tugas perawatan
kesehatan anak. Namun, pada kenyataannya tidak semua ibu dapat memenuhi
tugas perkembangan tersebut karena berbagai kondisi, salah satunya karena ibu
harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan.
Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan salah satu kendala
dalam keberhasilan ASI eksklusif. Ibu bekerja yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
yang ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya harus bekerja di perusahaan
yang memberi dukungan penuh kepada ibu menyusui. Namun, jika dukungan
15
yang diberikan perusahaan tidak dimanfaatkan secara optimal, maka kendala yang
dihadapi merupakan kendala yang berasal dari dalam diri ibu sendiri. Alasan atau
hal yang mendasari seseorang dalam melakukan suatu perbuatan disebut motivasi.
Motivasi ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif merupakan salah satu hal
yang berpengaruh dalam berhasilnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di
perusahaan yang sudah mendukung ibu menyusui.
Motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoadmodjo, 2007). Menurut Deci dan
Ryan (2000, dalam Murray, 2005) pada bentuk dasarnya, motivasi manusia dapat
dilihat pada enam poin kontinum (rangkaian kesatuan), dari amotivasi di sebelah
kiri, lalu empat kategori dari motivasi ekstrinsik, sampai motivasi intrinsik di
sebelah kanan. Keempat kategori dari motivasi ekstrinsik adalah external
regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation,
dicantumkan pada urutan dari tingkatan internalisasi dan self-regulation, seperti
terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1
Amotivasi
Nonregulation
Motivasi Ekstrinsik
External
regulation
Tak terinternalisasi
Introjected
regulation
Identified
regulation
Integrated
regulation
Motivasi
Intrinsik
Intrinsic
regulation
Terinternalisasi penuh
16
17
ASI eksklusif menurut WHO dalam Fikawati & Syafiq (2010) adalah
pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.
Meskipun menghadapi kendala dalam pemberian ASI eksklusif, ibu
bekerja yang ingin terus menyusui bayinya secara eksklusif akan mampu
menghadapi kendala tersebut apabila memiliki motivasi yang tinggi. Sebaliknya
ibu yang memiliki motivasi yang rendah akan sulit menghadapi kendala dalam
meberikan ASI eksklusif.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dari penelitian ini, penulis
sajikan dalam betuk bagan seperti di bawah ini :
18
Menyusui
Eksternal
Pengalaman
Tuntutan Ekonomi
Fasilitas
Bekerja
Sosialbudaya
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
Keinginan
Motivasi
ExternalIdentified
IntrojecedIntegrated
Keterangan :
Niat
= diteliti
AmotivasiEkstrinsikIntrinsik
Sikap
= tidak diteliti
Sumber : Notoatmodjo (2010), Deci & Ryan (2000) dalam Murray (2005), WHO (2001) dalam Fikawati & Syafiq (2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Motivasi
2.1.1
Definisi
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum
19
20
2.1.2
dasarnya, motivasi manusia dapat dilihat pada enam poin kontinum (rangkaian
kesatuan), dari amotivasi di sebelah kiri, lalu empat kategori dari motivasi
ekstrinsik, sampai motivasi intrinsik di sebelah kanan. Keempat kategori dari
motivasi ekstrinsik adalah external regulation, introjected regulation, identified
regulation, dan integrated regulation, dicantumkan pada urutan dari tingkatan
internalisasi dan self-regulation.
Orang
yang
termotivasi
secara
intrinsik
akan
dapat
lebih
21
Theory (OIT) menjelaskan proses penting dari internalisasi dan integrasi yang
terdiri dari empat kategori yang berbeda dari perilaku yang termotivasi secara
ekstrinsik.
Internalisasi mengacu pada proses yang menganut nilai atau peraturan
sebagai miliknya sendiridan integrasi adalah proses dimana seseorang menerima
nilai yang diinternalisasi ini sebagai bagian dari dirinya sendiri (Ryan dan Deci,
2000 dalam Murray, 2005).
Keempat motivasi ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
1. External Regulation
Merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang paling tidak otonom, perilaku
karena motivasi jenis ini terjadi karena imbalan atau hukuman eksternal. Motivasi
ini disebut juga motivasi yang dikontrol (controlled motivation). Sebagai contoh,
seorang ibu memberikan ASI eksklusif karena suami atau orang tua yang
mengharuskannya.
2. Introjected Regulation
Hal ini melibatkan tingkat internalisasi dari regulasi eksternal tetapi tidak
terintegrasi dalam diri. Jenis motivasi ekstrinsik ini masih cukup mengendalikan,
karena perilaku ini dilakukan untuk menghindari rasa malu dan rasa bersalah, atau
untuk mencapai perasaan menghargai atau harga diri. Ini adalah perilaku dimana
orang termotivasi untuk menunjukkan kemampuan dirinya untuk harga diri
mereka. Jenis perilaku ini agak lebih stabil dibanding external regulation, karena
tidak tergantung hanya pada penghargaan eksternal. Seperti halnya external
regulation, introjected regulation juga merupakan motivasi yang dikontrol
22
23
2.2
Manajemen Laktasi
2.2.1
ASI Eksklusif
ASI eksklusif menurut WHO dalam Fikawati & Syafiq (2010)
adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan.
Menurut Roesli (2000) yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau
lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Rekomendasi terbaru dari UNICEF bersama World Healthh
Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
24
25
untuk
pertumbuhan
fisik-otak
dimana
kebutuhan
ini
26
Bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memperoleh imun alami,
oleh karena itu, jarang terjadi infeksi sehingga dapat mencegah terjadinya
badan pendek.
7) Selalu bersih
ASI selalu bersih karena berasal dari tubuh ibu dan langsung masuk
ke dalam tubuh bayi melalui proses menyusui sehingga tidak ada
kontaminasi dari luar. Selain itu, ASI juga selalu siap tersedia dan dalam
suhu yang sesuai.
8) Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap
Kandungan ASI sudah disesuaikan dengan pencernaan bayi sehingga
ASI mudah dicerna dan diserap tubuh bayi.
9) Melindungi terhadap alergi
ASI melindungi bayi dari alergi karena tidak mengandung zat yang
dapat menimbulkan alergi.
10) Mengandung cairan yang cukup
ASI mengandung cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
dalam 6 bulan pertama karena kandungan ASI 87% adalah air.
11) Isapan bayi membantu perkembangan gigi dan otot-otot muka
Dengan menyusu, isapan bayi akan memebantu perkembangan gigi
dan otot-otot muka.
12) Hubungan fisik ibu-bayi baik untuk perkembangan bayi
Seringnya kontak kulit ibu ke kulit bayi dapat mengakibatkan
perkembangan psikomotor maupun sosial yang baik bagi bayi.
27
28
Nursing,
2007)
dalam
Barriers
and
Facilitators
for
29
30
31
32
bekukan lagi ASI yang sudah dipanaskan. Ada baiknya memberikan ASI
perah dengan menggunakan sendok kecil supaya bayi tidak mengalami
bingung puting.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Metodologi Penelitian
3.1.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif kuantitatif, dimana peneliti melakukan
pengukuran
kemudian
peneliti
mendeskripsikan
dan
menjelaskan
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel dalam penelitian ini
adalah variabel tunggal yaitu motivasi ibu bekerja terhadap pemberian ASI
eksklusif.
3.1.3
34
35
36
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri individu.
Motivasi ekstrinsik terdiri dari :
a. External Regulation adalah perilaku yang terjadi karena imbalan
atau hukuman eksternal.
b. Introjected Regulation adalah perilaku yang dilakukan karena untuk
menghindari rasa malu dan rasa bersalah, atau untuk mencapai
perasaan menghargai atau harga diri.
c. Identified Regulation adalah perilaku yang dilakukan karena sesuatu
yang dianggap penting secara personal.
d. Integrated Regulation adalah perilaku yang dilakukan karena sesuatu
yang dianggap nilai, kepercayaan atau keyakinan dalam diri
individu.
3. Amotivasi adalah tidak adanya motivasi untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu.
4.
3.1.3.2 Definisi Operasional
5.
1. Motivasi intrinsik
6.
Motivasi intrinsik adalah motivasi ibu bekerja terhadap pemberian
ASI eksklusif karena kepuasan atau kesenangan.
2. Motivasi ekstrinsik
7.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri ibu
37
a. External
Regulation
adalah
motivasi
ibu
bekerja
terhadap
38
3.1.4
3.1.4.1 Populasi
11.
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki populasi.
14.
Teknik pengambilan sampel disebut sampling. Sampling
pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana
sampel pada penelitian ini dibatasi dengan kriteria-kriteria tertentu.
15.
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.
Menurut Nursalam (2003, dalam Hidayat, 2007) kriteria inklusi adalah
kriteria subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi
syarat sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria subjek
penelitian yang tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel (Hidayat, 2007).
16.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Karyawati PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia yang memiliki anak
berumur 0-6 bulan
39
Instrumen Penelitian
20.
Dalam
penelitian
ini,
data
dikumpulkan
dengan
40
41
42
dengan cara diujikan kepada 10 orang karyawati PT. Wiska pada tanggal
14-15 Mei 2012 kemudian dihitung dan hasilnya didapatkan 8 pernyataan
tidak valid, 6 pernyataan diperbaiki redaksi kalimatnya dan 2 pernyataan
dihilangkan karena sudah terwakili oleh pernyataan yang lainnya.
31.
Untuk pengujian validitas, digunakan rumus korelasi
product-moment dari Pearson, dengan rumus :
32.
rxy
N X
N XY X Y
( X ) 2 N Y 2 Y
33.
34.
35. Keterangan:
36. X
= skor item yang akan dicari koefisien validitasnya
37. Y
= skor total toleransi
38. N
= banyaknya pertanyaan
39.
43
40.
2
Si
k
k 1 1
2
S x
49. Keterangan :
50. K
= Banyaknya belahan tes
2
51. Si
52.
53.
3.1.8
Sx
varians belahan j (j = 1, 2, k)
44
54.
terkumpul
45
f
P = n x 100%
62.
63. Keterangan :
64. P
= presentasi jawaban
65. f
= frekuensi jawaban
66. n
= banyaknya jawaban
67.
Selanjutnya hasil perhitungan
distiribusi
frekuensi
Tahap Penelitian
46
47
48
mempertanggungjawabkan
hasil
penelitian,
peneliti
Informed concent
98.
49
bersedia
maka
mereka
harus
menandatangani
lembar
Anonimity
99.
Confidentiality
100.
oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil
riset. Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya
101.
3.2
3.2.1
Lokasi Penelitian
102.
Waktu Penelitian
104.
BAB IV
105.
106.
107.
50
51
52
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
111.
113.
Kategori
114.
F
116.
ia
117.
<20
Tahu
n
121.
20-35
Tahu
n
125.
>35
Tahu
n
118.
0
128.
ku
Us
Su
136.
A
gama
115.
Perse
nt
as
e
(
%
)
119.
0%
122.
3
123.
93.75
%
126.
2
127.
6.25
%
129.
Sunda
130.
2
133.
Jawa
134.
6
137.
Islam
138.
3
141.
Kristen
142.
1
131.
81.25
%
135.
18.75
%
139.
96.88
%
143.
3.12
%
53
144.
Ti
ngkat
Pendidik
an
156.
La
ma Kerja
164.
Us
ia Anak
Terakhir
176.
Pe
mberian
ASI Saja
184.
Pe
ngalama
n
Menyusu
i
Sebelum
nya
192.
K
eikutsert
145.
SMP
146.
5
147.
15.63
%
151.
81.25
%
155.
3.12
%
149.
SMA
150.
2
153.
Pergurua
n
Tingg
i
154.
1
157.
1,5 4
Tahu
n
161.
>4 Tahun
158.
8
159.
25%
162.
2
163.
75%
165.
<2 Bulan
169.
2-4 Bulan
166.
0
170.
2
173.
>4 Bulan
174.
7
177.
Masih
178.
1
181.
Tidak
182.
1
185.
Ya
186.
2
167.
0%
171.
78.13
%
175.
21.87
%
179.
53.13
%
183.
46.87
%
187.
75%
189.
Tidak
190.
8
191.
25%
193.
Ya
194.
2
195.
90.63
54
aan
dalam
Penyuluh
an
200.
Pe
manfaata
n Ruang
Laktasi
208.
209.
197.
Tidak
198.
3
201.
Ya
202.
2
%
199.
9.37
%
203.
75%
205.
Tidak
206.
8
207.
25%
hampir seluruh responden berada pada rentang usia 20-35 tahun dengan
persentase 93.75% sedangkan sisanya berusia di atas 35 tahun dan tidak
ada yang berusia di bawah 20 tahun.
210. Hampir seluruh responden berasal dari suku Sunda dengan
persentase 81.25% dan sisanya sebanyak 18.75% berasal dari suku Jawa.
Hampir seluruh responden beragama Islam, dan hanya 1 orang yang
beragama kristen.
211. Hampir seluruh responden berpendidikan SMA dengan
persentase 81.25%, sedangkan yang bependidikan SMP sebanyak 15.63%
dan sisanya sebanyak 3.12% berpendidikan perguruan tinggi.
212. Lama kerja responden sebagian besar lebih dari 4 tahun
dengan persentase 75% dan sisanya berada pada rentang lama kerja 1,5 - 4
tahun.
213.
rentang usia 2-4 bulan dengan persentase 78.13%. Responden yang masuh
memberikan ASI saja sebanyak 53.13%. Sebagian besar responden
memiliki pengalaman menyusui sebelumnya yaitu 75% dan sisanya tidak
memiliki pengalaman menyusui sebelumnya.
55
214.
pernah
mengikuti
penyuluhan.
Sedangkan
yang
pernah
217.
Level Motivasi
Amotivasi
External
219.
Rata-rata Skor
Motivasi
221. 1.84
223.
3.00
regulation
224.
Introjected
225.
2.85
regulation
226.
Identified
227.
3.15
regulation
228.
Integrated
regulation
230.
Intrinsik
232.
233.
229.
231.
3.25
3.15
56
4.2
Pembahasan
4.2.1
Karakteristik Responden
235.
pada rentang usia 20-35 tahun. Rentang usia ini termasuk dalam rentang usia
dewasa awal, dimana pada periode ini pertumbuhan fungsi tubuh berada pada
tingkat yang optimal. Dengan fungsi tubuh yang optimal, ibu bekerja dapat
memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka dengan sedikit kendala fungsi
tubuh. Dibanding ibu yang usianya lebih muda, ibu yang berusia lebih dari 35
tahun akan lebih banyak menemukan kendala dalam memberikan ASI eksklusif
seperti produksi ASI kurang dan mudah lelah. Akibatnya ibu yang menemukan
banyak kendala akan memiliki motivasi yang lebih rendah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pechlivani, et al., (2005) dalam Prevalence and
determinants of exclusive breastfeeding during hospital stay in the area of Athens,
Greece yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
maternal dengan menyusui eksklusif, usia maternal muda (25-34 tahun)
menunjukkan angka yang lebih tinggi untuk menyusui eksklusif dibanding dengan
usia maternal yang lebih tua (35 tahun).
236. Dari hasil penelitian, sebagian besar responden berpendidikan
SMA. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mungkin untuk memberikan ASI
eksklusif, terlebih sebagian besar responden pernah pendapatkan penyuluhan
tentang ASI yang diadakan di tempat kerja. Pendidikan sangat diperlukan untuk
memudahkan seseorang menerima informasi misalnya dalam hal yang berkaitan
dengan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
57
58
239.
berasal dari suku Sunda dan beragama Islam, dimana kedua karakteristik
tersebut sangat berpengaruh terhadap sosial budaya.
240.
59
termotivasi memberikan ASI eksklusif dan 61 responden tidak termotivasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah umur ibu, status
ekonomi, pengalaman menyusui dan menyusui dini. Dari 50 wanita yang
termotivasi memberikan ASI eksklusif, cakupan pemberian ASI eksklusif hanya
26%. Hal ini karena adanya hambatan berupa: pekerjaan, gangguan putih susu
pada bulan pertama, gangguan kesehatan ibu dan bayi, yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
243.
4.2.2
ibu yang bekerja di PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia termotivasi secara
ekstrinsik dalam memberikan ASI eksklusif dengan integrated regulation yang
merupakan level motivasi yang paling dominan dimana integrated regulation
merupakan regulasi yang paling terinternalisasi dari motivasi ekstrinsik.
Integrated regulation adalah motivasi ibu bekerja terhadap pemberian ASI
eksklusif karena sesuatu yang dianggap nilai, kepercayaan atau keyakinan dalam
dirinya.
Dalam hal ini berarti ibu bekerja meyakini bahwa memberikan ASI
60
terutama pada
61
248.
62
252.
intriksik merupakan motivasi otonom yaitu motivasi yang ditentukan oleh diri
sendiri tanpa adanya paksaan dari luar. Dengan motivasi otonom yang tinggi, ibu
akan mampu menghadapi kendala dalam memberikan ASI eksklusif. Menurut
Racine, et al., (Journal Human Lactation, 2009) dalam penelitiannya How
motivation influences breastfeeding duration among low-income women
menyatakan bahwa wanita yang termotivasi secara intrinsik menghargai
breastfeeding namun masih membutuhkan informasi dan instruksi dalam
mencapai tujuan menyusui, sedangkan wanita yang termotivasi secara ekstrinsik
memiliki kemungkinan paling kecil untuk menyusui walaupun dengan dukungan
dan instruksi, sedangkan wanita yang memiliki pengalaman sukses dengan
keduanya (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) dalam menyusui sangat mungkin
untuk menyusui bayinya sampai enam bulan.
253. Motivasi yang tinggi akan mendorong seseorang berperilaku
tertentu dan akan berusaha mempertahankan perilaku tersebut. Seorang ibu
bekerja yang memiliki motivasi tinggi akan selalu berusaha untuk tetap dapat
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan akan mempertahankan perilaku
tersebut.
254.
sendiri dan dari luar individu. Dukungan yang diberikan oleh perusahaan berupa
ruang laktasi dan penyuluhan tentang menyusui dapat memotivasi karyawatinya
untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Dengan dukungan
tersebut ibu bekerja yang ingin tetap memberikan ASI eksklusif pada bayinya
akan terfasilitasi. Selain itu, dukungan perusahaan berupa cuti melahirkan yang
63
fleksibel akan sangat berpengaruh terhadap lama pemberian ASI, terutama ASI
eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Guendelman, et
al., (2009) yang menyatakan bahwa lama cuti postpartum sangat berhubungan
dengan menyusui, ibu yang kembali bekerja dalam waktu 12 minggu setelah
melahirkan, terutama dalam 6 minggu setelah melahirkan memiliki kemungkinan
kecil untuk menyusui, dibandingkan dengan ibu yang memiliki cuti lebih lama.
Sedangkan dari dalam diri individu yang dapat menyebabkan motivasi tinggi yaitu
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan perasaan positif terhadap menyusui.
Sebaliknya seorang ibu yang memiliki perasaan negatif terhadap menyusui
misalnya perasaan tidak yakin akan kecukupan ASI, maka akan menyebabkan
motivasi yang rendah. Selain, dari dalam diri ibu, motivasi yang rendah juga dapat
disebabkan dari luar diri individu, seperti gencarnya promosi susu formula, beban
kerja yang tidak fleksibel, dan dukungan keluarga yang kurang.
255.
64
menyusui, dengan 60% wanita yang berniat untuk menyusui ketika mereka
kembali bekerja, tetapi hanya 40% yang melakukannya. Dukungan untuk
terus menyusui selama bekerja terutama berasal dari keluarga dan
pasangan (masing-masing 74% dan 83%), dukungan dari organisasi
(13%), itu pun hanya sedikit yang dirasakan, dan sumber daya manusia
(6%). Kebanyakan wanita (92%) tidak menerima informasi dari manajer
mereka tentang pilihan mereka untuk menyusui setelah mereka kembali
bekerja, dan hanya sedikit yang memiliki akses ruangankhusus yang
ditujukan untuk menyusui (19%). Pilihan kerja yang fleksibel dan istirahat
untuk menyusui, serta akses ke ruangan yang terjaga privasinya,
diidentifikasi sebagai faktor utama yang memfasilitasi menyusui di tempat
kerja.
256.
65
bersalah. Dalam hal ini berarti ibu bekerja tidak menganggap pemberian ASI
eksklusif sebagai harga diri mereka. Tipe kedua dari motivasi ekstrinsik ini
merupakan tahap awal dari proses internalisasi di mana individu mengambil nilainilai dari lingkungannya dan membawanya masuk ke dalam diri sendiri. Individu
mulai untuk menginternalisasikan alasan dari perilaku mereka namun tidak benarbenar menerimanya sebagai kemauan sendiri. Individu yang mengalami
introjected regulation menampilkan perilaku atau tindakan dengan perasaan
tertekan untuk menghindari perasaan bersalah atau cemas atau untuk memperoleh
ego-enhancement atau kebanggaan. Perilaku individu diperkuat melalui tekanan
internal diri seperti rasa bersalah dan rasa cemas tersebut. Bentuk klasik dari
introjected regulation adalah keterlibatan ego (Nicholls, 1984; Ryan 1982),
dimana seseorang berperilaku untuk meningkatkan atau memelihara self-esteem
dan perasaan berharga. Seorang ibu bekerja yang termotivasi secara introjected
regulation untuk memberikan ASI eksklusif akan merasa bersalah apabila tidak
melakukannya.
258. Amotivasi dalam penelitian ini yaitu tidak adanya motivasi ibu
bekerja untuk memberikan ASI eksklusif. Amotivasi mewakili kurangnya niat
untuk terlibat dalam suatu perilaku, dalam hal ini perilaku pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang amotivasi selalu disertai dengan perasaan ketidakmampuan
dan kurangnya merasakan hubungan antara perilaku yang dilakukan dengan hasil
yang diharapkan. Seorang ibu yang amotivasi dalam memberikan ASI eksklusif
seringkali memerlukan konseling, karena mereka sangat rentan untuk tidak
memberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa amotivasi
66
merupakan level motivasi yang paling tidak dominan pada responden. Artinya ibu
bekerja masih memiliki motivasi dalam memberikan ASI eksklusif.
259.
4.3
Keterbatasan Penelitian
260.
5
262.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
263.
5.1
Simpulan
264.
ibu bekerja di PT. Dewhirst Mens Wear Indonesia, dapat disimpulkan bahwa ibu
bekerja termotivasi secara ekstrinsik dalam memberikan ASI eksklusif dengan
integrated regulation sebagai level motivasi yang paling dominan.
265.
5.2
Saran
5.2.1
dapat dijadikan bahan rekomendasi dan evaluasi terhadap program yang telah
dilaksanakan. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk:
1.
67
68
5.2.2
Bagi Profesi
5.
5.2.3
10.
9. DAFTAR PUSTAKA
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
69
33.
34.
70
71
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika
Johnston dan Esposito, 2007. Barriers and Facilitators for Breastfeeding
Among Working Women in the United States. JOGNN in review volume
36, number 1.
Linkages project, 2009. Manfaat ASI bagi bayi. [online]. Available at :
http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENAHandouts/Indonesia/Theme4HO4.2-4.6BahasaIndonesia.pdf
Mihrshahi et al. 2007. Prevalence of exclusive breastfeeding in
Bangladesh and its association with diarrhoea and acute respiratory
infection: results of the multiple indicator cluster survey 2003. Journal of
Health, Population, and Nutrition; 25(2):195-204.
Murray, B. 2005. Self-Determination Theory in a Collectivist Educational
Context: Motivation of Korean Students Studying English as a Foreign
Language. Dissertation. Austin.
Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
RinekaCipta.
______________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
RinekaCipta.
______________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurdin, A. E. 2011. Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Ogunlesi, T. A. 2009. Maternal socio-demographic factors influencing the
initiation and exclusivity of breastfeeding in a Nigerian semi-urban
setting. Matern Child Health Journal 14:459465.
Pechlivani, et al. 2005. Prevalence and determinants of exclusive
breastfeeding during hospital stay in the area of Athens, Greece. Acta
Paediatrica, 2005; 94: 928934.
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. Kebijakan departemen
kesehatan tentang peningkatan pemberian air susu ibu (ASI) pekerja
wanita.
[online].
Available
at
:
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/KIA/mei2/re
72
gulasi_terkait/Kebijakan%20depkes%20ttg%20pemberian
%20asi.pdf(diakses tanggal 6 Februari 2012).
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
73
79.
80.
81.
82. Lampiran 1
83. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
84. V
85. SUB
VARIABEL
BENTUK
PERNYATAAN
I
A
B
E
L
87.
92. Amotivasi
88.
95.
89.
90.
96.
91. M
o
97.
ter
10 (+), 14 (+), 20
na
27 (-), 30 (+).
gu
98.
io
2 (-), 5 (+),
lat
100.
re
99. Ex
103.
Introje
cte
104.
3 (+), 9
(+),16 (-).
d
P
re
gu
lat
io
107.
Identif
ied
re
108.
4 (+), 13
gu
A
lat
io
n
111.
Integr
ate
re
gu
lat
io
112.
6 (+), 12
114.
Motivasi
Intrinsik
116.
117.
115.
1 (+), 8 (-),
15 (-), 19 (+).
118.
119.
Lampiran 2
120.
121.
122.
Nama
123.
Usia
124.
Alamat
125.
Pekerjaan
126.
127.
Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari,
mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang
mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat
mengundurkan diri dari keikutsertaanya, maka saya setuju/tidak
setuju *) ikut serta menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul:
128.
129. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan
tanpa paksaan.
130.
131.
132.
133.
Penanggung jawab
penelitian,
Sumedang,
134.
135.
Yang menyatakan,
136.
137.
138.
140.
139.
141.
142.
Lampiran 3
KUESIONER
143.
145.
146.
PETUNJUK PENGISIAN
147.
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara mengisi titik-titik dengan
jawaban Anda dan beri tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah
disediakan.
148.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
149.
1. Usia ibu
:..........Tahun
2. Suku
:
Sunda
Jawa
Lainnya, .................
3. Agama
:
Islam
Kristen
Buddha
Hindu
Lainnya, .........................
4. Pendidikan
:
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
5. Lama kerja
:..............Bulan/ tahun *)
6. Usia anak terakhir
:.............Bulan
7. Lama pemberian ASI saja (tanpa susu formula dan makanan lain):.........Bulan
8. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya?
150.
ya
tidak
9. Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan tentang menyusui yang diadakan di tempat
kerja Anda?
151.
ya
tidak
10. Apakah Anda pernah memanfaatkan ruang laktasi yang ada di tempat kerja Anda ?
152.
ya
tidak
11. Apakah di tempat Anda bekerja Anda ada kebijakan untuk memerah ASI saat bekerja?
153.
ya
tidak
12. Bagaimanakah sikap pimpinan Anda terhadap ASI eksklusif?
154.
mendukung
tidak mendukung
13. Bagaimanakah sikap teman kerja Anda terhadap ASI eksklusif?
155.
mendukung
tidak mendukung
14. Apakah di keluarga Anda terdapat tradisi untuk memberikan makanan tambahan sebelum
bayi berumur 6 bulan?
156.
ya
tidak
15. Apakah Anda memiliki budaya atau nilai-nilai yang menganut larangan untuk
memberikan ASI eksklusif?
157.
ya
tidak
158.
159.
*) Coret yang tidak perlu
181.
2
187.
3
193.
4
176.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena
mendapat kebahagiaan
tersendiri jika saya
berhasil menyusui
eksklusif.
182.
Saya tidak
memberikan ASI
eksklusif karena keluarga
saya tidak
mengharuskannya.
188.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena jika
tidak, saya akan merasa
malu pada diri sendiri.
194.
Saya menemui
petugas kesehatan
199.
5
205.
6
211.
217.
7
223.
8
229.
9
235.
10
(dokter/perawat/bidan)
karena ingin mengetahui
tentang ASI eksklusif.
200.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena
untuk mencegah
kehamilan berikutnya.
206.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena saya
bertanggung jawab atas
kesehatan anak saya.
212.
PERNYATAAN
218.
Saya tidak berfikir
sama sekali untuk
memberikan ASI
eksklusif kepada bayi
saya.
224.
Saya tidak
mengikuti penyuluhan
tentang menyusui karena
menurut saya ini
merupakan hal yang tidak
menarik.
230.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena jika
tidak, saya akan merasa
bersalah.
236.
Saya memberikan
ASI eksklusif agar anak
241.
11
247.
12
253.
259.
13
265.
14
271.
15
277.
16
283.
17
289.
18
295.
19
301.
20
307.
21
memberikan ASI
eksklusif, saya tidak akan
merasa puas.
278.
Saya tidak
memberikan ASI
eksklusif karena
walaupun saya berhasil
memberikan ASI
eksklusif saya tidak akan
merasa bangga.
284.
Memberikan ASI
eksklusif sudah menjadi
kebiasaan di keluarga
saya.
290.
Saya tidak akan
pernah menyusui bayi
saya secara eksklusif.
296.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena saya
merasa tertantang untuk
memberikannya.
302.
Saya memberikan
ASI eksklusif karena
menurut saya ASI
eksklusif dapat membuat
anak saya cerdas.
308.
Dengan mengikuti
penyuluhan tentang
menyusui yang diadakan
314.
320.
22
326.
23
332.
24
338.
25
344.
26
350.
27
356.
28
362.
29
368.
30
374.