You are on page 1of 5

RESIKO AUDIT

M. UTAMA NASUTION

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara

A. PENDAHULUAN
Resiko pemeriksaan (Audit Risk) telah lama diakui adanya dan diterima
sebagai suatu hal yang wajar. Tujuan tulisan ini adalah untuk menerangkan
tentang resiko pemeriksaan sehingga efeknya terhadap keputusan pemeriksaan
(audit dicision) dapat lebih dimengerti dan dikendalikan.
Pada akhirnya, resiko pemeriksaan dicerminkan dalam kemungkinan
pemberian pendapat (opinion) yang tidak benar terhadap laporan keuangan oleh
karena adanya kesalahan materil yang tidak dapat diketemukannya.
Sampai seberapa jauh sebuah kantor akuntan mau menerima tingkat
resiko pemeriksaan tertentu, ini tergantung pada analisa biaya manfaat yang
dilakukan kantor tersebut. Manfaat yang diperoleh dari diterimanya resiko
pemeriksaan yang tinggi adalah penghematan biaya oleh karena berkurangnya
pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu pemeriksaan dan bertambahnya
pendapatan jasa pemeriksaan (audit fees) oleh karena diterimanya klien-klien
marginal. Biaya yang timbul dari diterimanya resiko pemeriksaan yang tinggi
adalah sanksi -sanksi hukum yang mungkin diderita dan hilangnya reputasi
sebagai kantor akuntan yang baik.

B. AUDIT RISK (RESIKO AUDIT)

I. Definisi Audit Risk.


Resiko audit didefinisikan sebagai probabilita dikeluarkannya pendapat
yang tidak tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang
materil yang tidak dapat diketemukan dalam pemeriksaan.
Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup kemungkinan-
kemungkinan:
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)

Resiko audit berbeda dengan resiko usaha. Resiko usaha adalah


kemungkinan akuntan menderita kerugian yang mengancam eksistensi usahanya
sebagai kantor akuntan. Walaupun demikian resiko audit sangat mempengaruhi
resiko usaha kantor akuntan, dalam arti apabila akuntan dalam mengeluarkan
laporannya berbeda dengan keadaan sebenarnya tentu resiko usahanya lebih
tinggi.

II. Determinan Audit Risk


Ada dua komponen resiko yang dapat mengakibatkan pemberian
pendapat-pendapat yang tidak tepat, yakni:
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses akuntansi.
2. Kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil tersebut dalam
pemeriksaan.

Ad.1. Kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses Akuntansi.


Determinan dari pada jenis resiko ini berada diluar kontrol Akuntan
pemeriksa. Cara langsung untuk megontrol jenis resiko ini adalah dengan
menolak penugasan yang diberikan.

© 2004 Digitized by USU digital library 1


Ada tiga determinan yang menyebabkan terjadinya kesalahan materil
dalam proses akuntansi, yaitu:
1. Integritas management
Faktor ini merupakan faktor yang terpenting dari pada faktor yang lain, dan
faktor ini pulalah yang sulit untuk diketemukan. Ada beberapa sebab kenapa
management, ingin membuat laporan keuangan yang salah dari sebab-sebab
pribadi sampai dengan untuk mncapai tujuan-tujuan tertentu melalui laporan
keuangan yang salah tersebut.
2. Kuatnya sistem pengendalian intern perusahaan.
Sistem pengendalian intern yang baik merupakan dasar dari dapat dipercaya
laporan keuangan yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Oleh karena makin
kompleksnya sistem akuntansi, faktor ini menjadi semakin penting sebagai
cara untuk mengetahui resiko kesalahan materil, sehingga bnyak kantor
akuntan yang menitik beratkan pada penilaian sistem pengendalian intern ini
dalam pemeriksaannya.
3. Kondisi perekonomian perusahaan
Pada umumnya perusahaan yang sedang mengalami tekanan ekonomi akan
merupakan klien dengan resiko pemeriksaan, misalnya, masalah mengenai
apakah perlu mengeluarkan pendapat setuju dengan pengecualian terhadap
suatu perushaan yang kelangsungan hidupnya (azas going concer) sangat
tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk menunda jangka
waktu pembayaran hutangnya akan merupakan penegambilan keputusan
dengan resiko tinggi.

Ad. 2. Kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil tersebut dalam


pemeriksaan.
Komponen dari resiko ini sepenuhnya berada dibawah kontrol Akuntan
pemeriksa. Kemungkinan Akuntan pemeriksa tidak dapat menemukan kesalahan
materil tergantung pada dua determinan, yaitu:

1. Resiko Sampling
adalah resiko yang disebabkan karena Akuntan pemeriksa tidak melakukan
pemeriksaan dengan sepenuhnya, resiko sampling ini tergantung kepada:
- materiality
- ketepatan yang diinginkan (desired precision).
- jumlah sample yang diambil dan tingkat kepercayaan yang diinginkan
(desired convidence level).
Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat
ditentukan secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko
sampling tidak dapat ditentukan secara pasti.
2. Resiko non sampling.
adalah resiko yang disebabkan oleh karena perbedaan interprestasi atau
akumulasi dari hasil pengujian.
Resiko non sampling ini dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu:
a. dari segi Akuntan pemeriksa.
b. dari segi bukan Akuntan pemeriksa.
Komponen dari segi bukan Akuntan pemeriksa biasanya datang dari pihak
ketiga atau management. Akuntan pemeriksa dapat secara tidak langsung
mengontrol kesalahan non sampling yang disebabkan oleh pihak lain dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan yang lain. Resiko non sampling yang
berasal dari Akuntan pemeriksa biasanya disebabkan karena perencanaan
dengan supervisi yang tidak cukup, kurangnya integritas sedangkan yang
sebenarnya dapat diterima kewajarannya.
b. Resiko Beta atau Resiko Incorrect Acceptance.
Resiko ini sangat berbahaya yaitu resiko yang timbul apabila kita menarik
kesimpulan dari sample bahwa laporan keuangan adalah wajar yang
sebenarnya tidak wajar.

© 2004 Digitized by USU digital library 2


III. PENGENDALIAN RESIKO AUDIT
Setiap Akuntan sudah tentu akan berusaha akan menemukan resiko audit
sekecil mungkin. Bagaimana seorang Akuntan itu? Untuk menekan resiko audit
maka Akuntan perlu mempertimbangkan sejak dini aspek-aspek yang dapat
memperbesar resiko itu antara lain:
- penggunaan staf yang cakap juga mampu.
- penerimaan klien yang ekstra hati-hati.
- penggunaan prosedur yang tetap.
- mentaati standar profesional akuntan publik, kode etik dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah diatas para Akuntan biasanya mempertanyakan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi :
- apakah perusahaan terganggu akhir-akhir ini
- apakah perusahaan ini diperkirakan akan mengalami kesulitan
pasar/teknologi
- apakah mungkin perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan
2. Prilaku dan kredibilitas/reputasi management.
- apakah management hanya memenuhi tujuan jangka pendek
- apakah management terlalu berani mengambil resiko
- apakah management royal dalam memberi deviden dan biaya perusahaan.
3. Masalah-masalah tertentu dalam menerapkan prinsip akuntansi dan
penafsiran akuntansi.
- apakah ada prinsip akuntansi yang tidak dianut secara konsisten..
- apakah ada percobaan prinsip akuntansi yang dilakukan.
- apakah ada percobaan taksiran akuntansi.

Ada tiga ciri perusahaan yang mungkin mengandung kesalahan dan


penyelewengan (SAS No.. 53) :
1. Kegiatan operasi dan kebijakan keuangan didominasi oleh satu orang..
2. Perusahaan menganut sistem desentralisasi yang tidak diawasi secara wajar..
3. Perusahaan memiliki issu-issu akuntansi yang sukar dan tidak memuaskan..

Ada dua type kesalahan, yakni :


1. Error
yaitu kesalahan yang timbul akibat ketidak sengajaan yang mengakibatkan
kesalahan teknis perhitungan pemindahan buku penerapan prinsip akuntansi
yang tidak disengaja dilakukan.
2. Irregularities
yaitu kesalahan yang sengaja dilakukan Akuntan/management atau
pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian
laporan keuangan.

Seorang Akuntan pemeriksa dapat mengendalikan resiko dengan


mengetahui resiko kesalahan:
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses akuntansi (berada diluar
pengendalian akuntan pemeriksa) dengan cara:
- menyelidiki intregritas management kliennya
- mengadakan kontak dengan klien yang bersangkutan dari mengikuti
perkembangannya.
- mengadakan kontak dengan kantor Akuntan yang digantikan.

2. Kesalahan materil yang disebabkan oleh karena sistem pengendalian intern:


- melakukan review terhadap penilaian sistem pengendalian intern tahun-
tahun yang lalu.
- melihat apakah rekomendasi yang diberikan telah dijalankan.
- mengetahui situasi industri dimana klien berada.

© 2004 Digitized by USU digital library 3


Untuk dapat dijadikan pedoman dalam menilai resiko pemeriksaan
Statement on Auditing Standard menyediakan formula sebagai berikut:

(1 -R)
S=1-
(1 -C)

dimana:
S = tingkat kepercayaan (reliabiliti level) untuk pengujian substantif
(pemeriksaan atas pos-pos dalam laporan keuangan).
R = tingkat kepercayaan gabungan yang diinginkan
C = tingkat kepercayaan yang diberikan kepada sistem pengendalian intern
dan faktor-faktor lain.

Dalam formula diatas diasumsikan bahwa resiko terjadinya kesalahan


materil adalah 100%, maka kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam
laporan keuangan selama proses akuntansi berlangsung digambarkan dalam
formula sebagai berikut:

( 1- R ) = (1 -S ) (1 -C) (ME)

dimana : ME = kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses


akuntansi (faktor ini ditentukan secara subjektif oleh akuntan pemeriksa dengan
angka nilai dari 0 s/d 1).

Apabila ME = 0, maka berarti tidak ada kesalahan meteril oleh karena itu
jumlah resiko (1 -R) = O. Apabila ME = 1, berarti dianggap ada kesalahan materil
faktor-faktor (1 -S) dan (1 -C) mencerminkan kemungkinan tidak
diketemukannya kesalahan materil dalam pemeriksaan.
Pada waktu berakhirnya pemeriksaan, akuntan pemeriksa harus
memperbandingkan tingkat resiko yang diinginkan dengan tingkat resiko yang
betul-betul dapat dicapai. Tingkat resiko yang betul-betul dapat dicapai dapat
diketahui dengan memper'timbangkan semua faktor-faktor penentu resiko
(determinan) seperti yang telah disebutkan diatas.

PENUTUP
Resiko audit berbeda dengan resiko usaha, tetapi resiko audit sangat
mempengaruhi resiko usaha.
Dalam prakteknya kita sulit untuk mengukur jenis resiko apa yang kita
temui dan mengendalikan resiko itu. Untuk itu terlebih dahulu kita harus
mengetahui determinan dari resiko audit, Begitu juga dengan pengendaliannya,
dalam mengendalikan resiko audit kita terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor
yang menentukan resiko pemeriksaan seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu
dengan cara mempertimbangkan aspek-aspek yang dapat menimbulkan dan
memperbesar resiko itu.
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, baru kemudian akuntan pemeriksa
membandingkan tingkat resiko yang diinginkan dengan tingkat resiko yang betul-
betul hendak dicapai.

© 2004 Digitized by USU digital library 4


DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A and Loebbecke James K, Auditing an Integrated Approach, Fifth


Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffis, New Jersey, 1991.

Boynton William C, Kell, Walter G, Modern Auditing John Wiley & Sons, Inc, New
York, 1995

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, STIE YKPN, 1994

© 2004 Digitized by USU digital library 5

You might also like