You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan
suami istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan
penyebab terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh
dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia
khususnya pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan
di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari
laki-laki maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh 400
juta pasangan (Siswono, 2003).
Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas
karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan
kesuburan wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan
jiwa/kecemasan dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba
(utero-tubal junction). Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan
sterilias, 544 kasus (81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus
(18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang
mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi
(Prawirohardjo, 2003).
Saat ini diketahui diketahui bahwa sekitar 10% pasangan usia subur yang
telah menikah menderita infertilitas primer, 10% lainnya mengalami infertilitas
sekunder, yaitu ketidakberhasilan untuk hamil lagi setelah mempunyai satu atau dua
anak. Dalam masalah infertilitas pasangan ini, diketahui bahwa 64% penyebabnya
1

datang dari pihak istri, yaitu 15% karena tuba, 21% karena ovulasi, 8% karena
endometrosis, 8% karena masalah vagina, serviks, korpus dan endometrium, 8%
psikogenetik, dan 15-20% penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), 16% penyebab
yang multifaktorial dari suami maupun istri (Henderson, 2006).
Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah
pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah,
sedangkan 64% berada pada si ibu. Halini di alami 17% pasangan yang sudah
menikah lebih dari 2 tahun belum mengelami tanda-tanda kehamilan bahkan sama
sekali pernah hamil. Beberapa daerah di Indonesia, wanita seringkali disalahkan
menjadi penyebab infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas
dapat berasal dari pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Menurut
penelitian PERSI di Jakarta, 36% infertilitas diakibatkan adanya kelainan pada si
ayah, sedangkan 64% ada pada si ibu.
Pada tahun 1985 diperoleh data jumlah infertilitas di Indonesia sebanyak
12% pasangan, jumlah ini sama dengan 3 juta pasangan menikah, dari jumlah
tersebut 10% mengalami infertilitas primer, atau belum terjadi kehamilan walaupun
pasangan tersebut mengalami bersenggama teratur dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. 10% lainnya akibat
infertilitas primer, atau belum berhasil lagi untuk hamil, umumnya 32,7% hamil
dalam satu bulan 57% hamil dalam 3 bulan, 72,1% hamil dalam waktu 6 bulan,
85% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan (Robert, 2003).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas dan
memahami konsep medisnya.
2

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mengetahui pengertian dari infertilitas
2. Mengetahui klasifikasi dari infertilitas
3. Mengetahui etiologi dari infertilitas
4. Mengetahui patofisiologi dari infertilitas
5. Mengetahui manifestasi klinis dari infertilitas
6. Mengetahui syarat-syarat pemeriksaan infertilitas
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas
8. Mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas
9. Mengetahui pengobatan dari infertilitas
10.Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Infertilitas
2.1 Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
3

Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk


mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual
tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
2.2 Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :
1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus
teratur dan di hadapkan kepada kemungkinan selama 12 bulan berturut-turut.
2) Infertilitas sekunder yaitu jika perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian
tidak berhasil hamil lagu walaupun koitus teratur dan di hadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

2.3 Etiologi Infertilitas


1) Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
1. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah
dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau
bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga
perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada
daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu
saja infertilitas.
2. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur,
indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul
adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri
4

pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan
cairan yang kental atau berbau.
Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas
fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma
uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang
terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremasremas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip
menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus
terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai
ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga

menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal
maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur.
Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.
6. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak
terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo
Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rontgen (sinar X) untuk melihat
rahim dan saluran telur.
7. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur
(ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah
sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan
dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35
hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila
haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya untuk
periksa ke dokter.
b. Faktor fungsional
- Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
6

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
- Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika
terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini
diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal.
Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam
darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan
mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga
pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
- Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan
adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel
telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada
saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika
terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi
sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur klamidia.
7

Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang


mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
- Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang
menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada
endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah,
cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh
antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan
hormon progesteron yang memadai
c. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2) Penyebab pada laki-laki (suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
- Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis
- Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih
-Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
- Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b. Kegagalan fungsional
- Kemampuan ereksi kurang
- Kelainan pembentukan spermatozoa
8

- Gangguan pada sperma


c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis
dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi
yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik,
atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan
baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis
sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu
tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5 C. Bila suhu
tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa
jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta
vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina.
Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi
ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang
belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.
h. Lingkungan
9

Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.
3) Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke
vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan
anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan
3) Emosi karena didahului orang lain hamil
2.4 Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH
dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di
ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan
pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor
dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya

terjadi

fertilisasi.

Abnormalitas

ovarium,

mempengaruhi

pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan


sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi
imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa

10

bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada


akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
2) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis.
Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas
dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak
pada

abnormalitas

sperma

dan

penurunan

libido.

Konsumsi

alkohol

mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran


sperma.

Suhu

disekitar

areal

testis

juga

mempengaruhi

abnormalitas

spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan


sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu.
2.5 Manifestasi Klinis
1) Perempuan
- Terjadi kelainan system endokrin
- Hipominore dan amenore
- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
- Wanita infertil dapat memiliki uterus
- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
- Traktus reproduksi internal yang abnormal
2) Laki-laki
- Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
- Hipertiroidisme dan hipotiroid
11

- Tumor hipofisis atau prolactinoma


- Disfungsi ereksi berat
- Ejakulasi retrograt
- Hypo/epispadia
- Mikropenis
- Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
- Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
- Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
- Abnormalitas cairan semen
2.6 Syarat-syarat Pemeriksaan Infertil
Menurut Wikjosastro (2002), syart pemeriksaan infertil antara lain :
1. Istri yang berumur antar 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila
: pernah mengalami keguguran berulang, diketahui mengidap kelainan endokrin,
pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan pernah
mengalami bedah ginekologi.
2.Istri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinanya ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
pasangannya mengidap penyakit membahayakan kesehatan istri atau anaknya.
2.7 Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik:
- Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
- Pembesaran kel tiroid
- Galaktorea
- Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
- PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
b. Pemeriksaan penunjang
a) Analisis sperma
Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang menyedian tempat untuk
pasien mengeluarkan sperma. Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa
membawa specimen dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30 menit.
Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari sebelum pemeriksaan. Hasil
12

pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah sebagai berikut: Volume 2-5
cc, Jumlah > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal;
likuefaksi: 15-30 menit.
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka
biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan
yang lebih sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat
bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi,
tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b) Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1C setelah ovulasi : Bifasik
- Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun
pakis dan terjadi Estradiol meningkat
c ) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab
infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang
hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah
gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone
(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat
menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan
infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya
dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
d) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
e) Uji pasca senggama

13

Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui


kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya dianjurkan
melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, dating kerumah sakit
untuk

pemeriksaan.

Lendir

serviksdimbil

dan

selanjutnya

dilakukan

pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir tersebut. Pemeriksaan


ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12. 13, dan 14
dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih
belum mendapat kesepakatan para ahli.
f) Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri,
jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
h) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri
j) Analisa Semen
- Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma
seorang pria. Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisis sperma
yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan sperma dapat diambil melalui
masturbasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga dapat
dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.
- Persiapan khusus yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak
melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari
14

sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan
tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan reproduksi
atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain itu pemeriksaan
kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk memastikan
bahwa tidak ada sperma dalam semen.
- Parameter Warna Putih keruh
- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel-sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
k) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis
jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
l) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi: ukuran volikel 18-24m
m) Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi
n) Uji penetrasi sperma
o) Uji hemizona
2.8 Penatalaksanaan
1) Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;

15

1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi


hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8. Pengangkatan tumor atau fibroid
9. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2) Laki-laki
a.Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
2.9 Pengobatan infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa
optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik
seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal
dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba
bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu
diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas
dapat dilihat sebagai berikut:

16

Suami

Penyebab

Jenis pengobatan

infertilitas
Hidrokel
Varikokel
Bendungan

Aspirasi atau eksisi


Ligasi
Operasi pintas

vasa atau
epididimis
Oligozoospe

FSH dan hCG, FIV

rmia
Gangguan

dengan SSIS
Hindari berendam air

spermatogen

panas dan pemakaian

esis
Tuberkulosis
Endometrios

celana ketat
Tuberkulostatika
Operasi, koagulasi

is

listrik atau laser,


progesteron, danazol,
medroksiprogesteron

Istri
asetat,
dehidroretroprogestero
n, antiprogestin,
Miom uterus

anastrosol
Operasi konservatif

operabel
Spasme tuba

Hiosin

Obstruksi

amilnitrit, triemonium
Operasi rekonstruksi,

tuba
Gangguan

FIV
Pemicuan ovulasi

ovulasi

(klomifen sitrat,

17

epimestrol, tamoksifen,
siklofenil, metformin,
pioglutazon,
hMG/hCG, FSHmurni, GnRH);
pelubangan(drilling) o
Kedua

Idiopatik

nya

varium
Inseminasi
buatan, TAGIT, TAPIT,
TAZIT, FIV, SSIS,
Adopsi

2.10 Teknik mengatasi infertilitas


1) Inseminasi buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai
AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari
priake dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan
secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri
sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan
inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau
perawatan jenis lainnya.
2) GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer
merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk
menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari
18

ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel
telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba
falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui
operasilaparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan
kehamilan.
3) IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar
tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa
embrio dimasukkan kedalam rahim melalui serviks.
4) ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan
zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan seltelur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba
falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
5) ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic

Sperm

Injection

dilakukan

dengan

memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel
sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk
membuahi sel telur.

19

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
20

7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis


8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan wanita
1) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke
dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan.
Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan
sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.Pemeriksaan yang
dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk
menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk
dianalisa di laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut
terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak
memberikan

rasa

sakit, sehingga

pasien dapat

santai.

Hal itu

memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada


vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan
lain.
21

3) Pemeriksaan leher rahim


Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear
(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa
dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan
contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa
ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche /
menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b. Pemeriksaan Pria
1) Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut
dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda
akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi
pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises
pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak
(mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti
memperkecil kemampuan produksi sperma.
2) Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam
botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5
hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa
kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Wanita
a) Deteksi Ovulasi
b) Analisa hormone
c) Sitologi vagina
d) Uji pasca senggama
e) Biopsy endometrium terjadwal
f) Histerosalpinografi
g) Laparoskopi
22

h) Pemeriksaan pelvis ultrasound


2) Laki-laki
a) Analisa Semen
a) Parameter
b) Warna Putih keruh
c) Bau Bunga akasia
d) PH 7,2 - 7,8
e) Volume 2 - 5 ml
f) Viskositas 1,6 6,6 centipose
g) Jumlah sperma 20 juta / ml
h) Sperma motil > 50%
i) Bentuk normal > 60%
j) Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
k) persentase gerak sperma motil > 60%
l) Sel sel Sedikit,tidak ada
m) Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b) Pemeriksaan endokrin
c) USG
d) Biopsi testis
e) Uji penetrasi sperma
f) Uji hemizona
4. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

5. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Dx.1 :
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang
Kriteria Hasil:
1.
Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2.
Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3.
Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile

23

INTERVENSI
Jelaskan tujuan test dan prosedur

RASIONAL
Menurunkan cemas dan

takut

terhadap diagnosis dan prognosis


Tingkatkan ekspresi perasaan dan Biarkan pasien / orang terdekat
takut, contoh : menolak, depresi, mengetahui ini sebagai reaksi yang
dan marah.

normal Perasaan tidak diekspresikan


dapat

Dorong
menganggap
sebelumnya
Kolaborasi :

kekacauan

internal dan efek gambaran diri


untuk Meyakinkan bahwa peran dalam

keluarga
pasien
berikan

menimbulkan

seperti keluarga dan kerja tidak berubah


sedative, Mungkin

tranquilizer sesuai indikasi

membantu

diperlukan
pasien

rileks

untuk
sampai

secara fisik mampu untuk membuat


startegi koping adekuat
2) Dx.2 :
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami
perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1.
Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3.
Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI
Tanyakan dengan nama

RASIONAL
Menunjukan kesopan santunan / penghargaan

apa pasien ingin dipanggil


Identifikasi orang terdekat

dan pengakuan personal


Memungkinkan privasi untuk hubungan

dari siapa pasien

personal khusus, untuk mengunjungi atau

memperoleh kenyaman

untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan


24

dan siapa yang harus

dukungan bagi pasien

memberitahuakan jika
terjadi keadaan bahaya
Dengarkan dengan aktif

Menyampaikan perhatian dan dapat dengan

masalah dan ketakutan

lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan

pasien

maslah serta strategi koping pasien dan

Dorong mengungkapkan

seberapa efektif
Membantu pasien / orang terdekat untuk

perasaan, menerima apa

memulai menerima perubahan dan

yang dikatakannya

mengurangi ansietas mengenai perubahan

Diskusikan pandangan

fungsi / gaya hidup


Persepsi pasien mengenai perubahan pada

pasien terhadap citra diri

citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau

dan efek yang ditimbulkan

kemudian

dari penyakit / kondisi


3. Dx.3 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
3. Skala nyeri 0-3
4. Ttv dalam rentang normal
5. Klien mengetahui penyebab nyeri
6. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik

INTERVENSI
Lakukan komunikasi

RASIONAL
kemampuan komunikasi

terapeutik

terapeutik seperti aktif


25

mendengarkan, diam, selalu


bersedia, dan pemahaman
dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara
secara bebas dan berhadapan
Pantau lokasi, lamanya

dengan perasaan
Perhatikan tanda nonverbal,

intensitas dan penyebaran

contoh peningkatan TD dan

(PQRST)

nadi, gelisah, merintih


Untuk menentukan intervensi

Jelaskan penyebab nyeri dan

selanjutnya
Memberikan kesempatan

pentingnya melaporkan ke

untuk pemberian analgesik

staff terhadap karakteristik

sesuai waktu

nyeri
Berikan tindakan relaksasi,

Menurunkan tegangan otot

contoh pijatan, lingkungan

dan meningkatan koping

istirahat
Bantu atau dorong

efektif
Mengarahkan kembali

penggunaan nafas efektif

perhatian dan membantu

Bimbingan imajinasi

dalam relaksasi otot


Mengontrol aktivitas
terapeutik

4. Dx.4 :
Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
26

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan koping
individu tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan
konsekuensi.
2. Klien Menunjukan

kewaspadaan

dari

koping

pribadi

kemampuan

memecahkan masalah
3. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan
mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan
sumber sumber
4. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan
yang diambil.

INTERVENSI
Kaji keefektifan strategi

RASIONAL
kemampuan
menyatakan

koping

perasaan

dengan

dan

perhatian,

mengobservasi prilaku

keinginan

Kembangkan

dalam rencana pengobatan


mengubah
pola
hidup

mekanisme

adaptif

berpartisipasi

seseorang,
hipertensi

mengatasi
kronik,

mengintegrasikan

dan
terapi

yang diharuskan kedalam


Bantu

klien

untuk

mengidentifikasi

stresor

spesifik dan kemungkinan


27

kehidupan sehari hari


Pengenalan
terhadap
stressor

adalah

langkah

pertama dalam mengubah

strategi

untuk

respons seseorang terhadap

mengatasinya
Libatkan pasien

dalam

stresor
Keterlibatan

perencanaan
dan

perawatan

beri

partisipasi

memberikan

pasien perasaan kontrol diri

dorongan

yang

maksimal

memperbaiki keterampilan

dalam rencana pengobatan

koping

berkelanjutan,

dan

meningkatkan
Dorong

pasien

untuk

dapat
kerjasama

dalam regimen terapeutik


Fokus perhatian pasien pada

mengevaluasi prioritas /

realitas situasi yang ada.

tujuan hidup
Bantu
pasien

untuk

Perubahan yang perlu harus

mengidentifikasi

dan

diprioritaskan secara realisti

mulai
perubahan

merencanakan
hidup

yang

perlu.

untuk

rasa

tidak menentu dan tidak


berdaya

28

menghindari

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder
Etiologi
1. penyebab infertilitas pada istri
a. Faktor penyakit
Endometriosis
Infeksi Panggul
Mioma Uteri
Polip
Kista
Saluran Telur yang Tersumbat
Sel Telur
b. Faktor fungsional
Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
c. Lingkungan
2. Penyebab pada laki-laki (suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
b. Kegagalan fungsional
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
f. Tidak adanya semen
g. Kurangnya hormon testosterone
h. Lingkungan
3. Penyebab pada suami dan istri
29

a. Gangguan pada hubungan seksual


b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
3.2 SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah
ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat
ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.

30

31

You might also like