Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan
suami istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan
penyebab terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh
dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia
khususnya pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan
di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari
laki-laki maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh 400
juta pasangan (Siswono, 2003).
Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas
karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan
kesuburan wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan
jiwa/kecemasan dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba
(utero-tubal junction). Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan
sterilias, 544 kasus (81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus
(18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang
mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi
(Prawirohardjo, 2003).
Saat ini diketahui diketahui bahwa sekitar 10% pasangan usia subur yang
telah menikah menderita infertilitas primer, 10% lainnya mengalami infertilitas
sekunder, yaitu ketidakberhasilan untuk hamil lagi setelah mempunyai satu atau dua
anak. Dalam masalah infertilitas pasangan ini, diketahui bahwa 64% penyebabnya
1
datang dari pihak istri, yaitu 15% karena tuba, 21% karena ovulasi, 8% karena
endometrosis, 8% karena masalah vagina, serviks, korpus dan endometrium, 8%
psikogenetik, dan 15-20% penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), 16% penyebab
yang multifaktorial dari suami maupun istri (Henderson, 2006).
Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah
pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah,
sedangkan 64% berada pada si ibu. Halini di alami 17% pasangan yang sudah
menikah lebih dari 2 tahun belum mengelami tanda-tanda kehamilan bahkan sama
sekali pernah hamil. Beberapa daerah di Indonesia, wanita seringkali disalahkan
menjadi penyebab infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas
dapat berasal dari pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Menurut
penelitian PERSI di Jakarta, 36% infertilitas diakibatkan adanya kelainan pada si
ayah, sedangkan 64% ada pada si ibu.
Pada tahun 1985 diperoleh data jumlah infertilitas di Indonesia sebanyak
12% pasangan, jumlah ini sama dengan 3 juta pasangan menikah, dari jumlah
tersebut 10% mengalami infertilitas primer, atau belum terjadi kehamilan walaupun
pasangan tersebut mengalami bersenggama teratur dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. 10% lainnya akibat
infertilitas primer, atau belum berhasil lagi untuk hamil, umumnya 32,7% hamil
dalam satu bulan 57% hamil dalam 3 bulan, 72,1% hamil dalam waktu 6 bulan,
85% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan (Robert, 2003).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas dan
memahami konsep medisnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Infertilitas
2.1 Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
3
pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan
cairan yang kental atau berbau.
Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas
fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma
uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang
terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremasremas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip
menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus
terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai
ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga
menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal
maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur.
Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.
6. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak
terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo
Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rontgen (sinar X) untuk melihat
rahim dan saluran telur.
7. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur
(ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah
sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan
dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35
hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila
haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya untuk
periksa ke dokter.
b. Faktor fungsional
- Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
6
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
- Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika
terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini
diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal.
Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam
darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan
mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga
pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
- Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan
adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel
telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada
saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika
terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi
sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur klamidia.
7
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.
3) Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke
vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan
anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan
3) Emosi karena didahului orang lain hamil
2.4 Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH
dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di
ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan
pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor
dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya
terjadi
fertilisasi.
Abnormalitas
ovarium,
mempengaruhi
10
abnormalitas
sperma
dan
penurunan
libido.
Konsumsi
alkohol
Suhu
disekitar
areal
testis
juga
mempengaruhi
abnormalitas
pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah sebagai berikut: Volume 2-5
cc, Jumlah > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal;
likuefaksi: 15-30 menit.
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka
biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan
yang lebih sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat
bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi,
tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b) Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1C setelah ovulasi : Bifasik
- Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun
pakis dan terjadi Estradiol meningkat
c ) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab
infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang
hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah
gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone
(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat
menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan
infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya
dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
d) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
e) Uji pasca senggama
13
pemeriksaan.
Lendir
serviksdimbil
dan
selanjutnya
dilakukan
sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan
tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan reproduksi
atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain itu pemeriksaan
kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk memastikan
bahwa tidak ada sperma dalam semen.
- Parameter Warna Putih keruh
- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel-sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
k) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis
jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
l) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi: ukuran volikel 18-24m
m) Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi
n) Uji penetrasi sperma
o) Uji hemizona
2.8 Penatalaksanaan
1) Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
15
16
Suami
Penyebab
Jenis pengobatan
infertilitas
Hidrokel
Varikokel
Bendungan
vasa atau
epididimis
Oligozoospe
rmia
Gangguan
dengan SSIS
Hindari berendam air
spermatogen
esis
Tuberkulosis
Endometrios
celana ketat
Tuberkulostatika
Operasi, koagulasi
is
Istri
asetat,
dehidroretroprogestero
n, antiprogestin,
Miom uterus
anastrosol
Operasi konservatif
operabel
Spasme tuba
Hiosin
Obstruksi
amilnitrit, triemonium
Operasi rekonstruksi,
tuba
Gangguan
FIV
Pemicuan ovulasi
ovulasi
(klomifen sitrat,
17
epimestrol, tamoksifen,
siklofenil, metformin,
pioglutazon,
hMG/hCG, FSHmurni, GnRH);
pelubangan(drilling) o
Kedua
Idiopatik
nya
varium
Inseminasi
buatan, TAGIT, TAPIT,
TAZIT, FIV, SSIS,
Adopsi
ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel
telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba
falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui
operasilaparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan
kehamilan.
3) IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar
tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa
embrio dimasukkan kedalam rahim melalui serviks.
4) ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan
zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan seltelur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba
falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
5) ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic
Sperm
Injection
dilakukan
dengan
memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel
sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk
membuahi sel telur.
19
rasa
sakit, sehingga
pasien dapat
santai.
Hal itu
23
INTERVENSI
Jelaskan tujuan test dan prosedur
RASIONAL
Menurunkan cemas dan
takut
Dorong
menganggap
sebelumnya
Kolaborasi :
kekacauan
keluarga
pasien
berikan
menimbulkan
membantu
diperlukan
pasien
rileks
untuk
sampai
RASIONAL
Menunjukan kesopan santunan / penghargaan
memperoleh kenyaman
memberitahuakan jika
terjadi keadaan bahaya
Dengarkan dengan aktif
pasien
Dorong mengungkapkan
seberapa efektif
Membantu pasien / orang terdekat untuk
yang dikatakannya
Diskusikan pandangan
kemudian
INTERVENSI
Lakukan komunikasi
RASIONAL
kemampuan komunikasi
terapeutik
dengan perasaan
Perhatikan tanda nonverbal,
(PQRST)
selanjutnya
Memberikan kesempatan
pentingnya melaporkan ke
sesuai waktu
nyeri
Berikan tindakan relaksasi,
istirahat
Bantu atau dorong
efektif
Mengarahkan kembali
Bimbingan imajinasi
4. Dx.4 :
Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
26
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan koping
individu tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan
konsekuensi.
2. Klien Menunjukan
kewaspadaan
dari
koping
pribadi
kemampuan
memecahkan masalah
3. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan
mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan
sumber sumber
4. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan
yang diambil.
INTERVENSI
Kaji keefektifan strategi
RASIONAL
kemampuan
menyatakan
koping
perasaan
dengan
dan
perhatian,
mengobservasi prilaku
keinginan
Kembangkan
mekanisme
adaptif
berpartisipasi
seseorang,
hipertensi
mengatasi
kronik,
mengintegrasikan
dan
terapi
klien
untuk
mengidentifikasi
stresor
adalah
langkah
strategi
untuk
mengatasinya
Libatkan pasien
dalam
stresor
Keterlibatan
perencanaan
dan
perawatan
beri
partisipasi
memberikan
dorongan
yang
maksimal
memperbaiki keterampilan
koping
berkelanjutan,
dan
meningkatkan
Dorong
pasien
untuk
dapat
kerjasama
mengevaluasi prioritas /
tujuan hidup
Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi
dan
mulai
perubahan
merencanakan
hidup
yang
perlu.
untuk
rasa
28
menghindari
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder
Etiologi
1. penyebab infertilitas pada istri
a. Faktor penyakit
Endometriosis
Infeksi Panggul
Mioma Uteri
Polip
Kista
Saluran Telur yang Tersumbat
Sel Telur
b. Faktor fungsional
Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
c. Lingkungan
2. Penyebab pada laki-laki (suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
b. Kegagalan fungsional
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
f. Tidak adanya semen
g. Kurangnya hormon testosterone
h. Lingkungan
3. Penyebab pada suami dan istri
29
30
31