Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
AGUNG DARMAWAN
G1B210052
PENDAHULUAN
berat,
tenggelam,
aspirasi,
penyumbatan
trakea,
darah
sistolik
50
mmHg
mungkin
tidak
elektrokardiogram
(EKG)
mungkin
terus
terminal
suatu
penyakit
yang
tak
dapat
disembuhkan lagi.
iii. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak
akan pulih, yaitu sesudah 1 jam terbukti tidak ada nadi
pada normotermia tanpa RJP.
Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan
BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan
nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar) dilakukan kalau memang
betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah ABC
RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas dan
dapat
dihilangkan.
Kepala
harus
kepala
ke
belakang
dan
kemudian,
3. Buka rahang bawah untuk memudahkan
bernafas melalui mulut atau hidung.
4. Penarikan rahang bawah paling baik
dilakukan bila penolong berada pada
bagian puncak kepala korban. Bila korban
tidak mau bernafas spontan, penolong
harus pindah ke samping korban untuk
segera melakukan pernafasan buatan mulut
ke mulut atau mulut ke hidung.
b. Breathing (Pernafasan)
Dalam melakukan pernafasa mulut ke mulut
penolong menggunakan satu tangan di belakang leher
korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke
belakang, tangan yang lain menutup hidung korban
(dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan
sambil
diperhatikan
gerakan
dada
waktu
dada
waktu
membesar
dan
mengecil
2. merasakan tahanan waktu meniup dan isi
paru korban waktu mengembang
3. dengan suara dan rasakan udara yang
keluar waktu ekspirasi.
4. Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat,
penuh, tanpa menunggu paru korban
mengecil sampai batas habis.
c. Circulation (Sirkulasi buatan)
Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar
(KJL). Henti jantung (cardiac arrest) ialah hentinya
jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada
seseorang yang tadinya tidak apa-apa; merupakan
keadaan darurat yang paling gawat. Untuk mencegah
mati biologi (serebral death), pertolongan harus
diberikan dalam 3 atau 4 menit setelah hilangnya
sirkulasi. Bila terjadi henti jantung yang tidak terduga,
maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup dasar
harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan
sirkulasi buatan. Henti jantung diketahui dari :
1. Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
2. Korban tidak sadar
3. Korban tampak seperti mati
gerakan
yang
menyentak.
komplikasi
yang
mungkin
karena RJP.
ABC RJP dilakukan pada korban yang mengalami
henti jantung dapat memberi kemungkinan beberapa
hasil,
1. Korban menjadi sadar kembali
2. Korban
dinyatakan
mati,
ini
dapat
terlambat
tetapi
tidak
betul
pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum
timbul denyut jantung spontan. Dalam hal
ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut
yaitu bantuan hidup lanjut (BHL).
2. Bantuan Hidup Lanjut
a. Drugs
Setelah penilaian terhadap hasil bantuan hidup
dasar, dapat diteruskan dengan bantuan hidup lanjut
(korban dinyatakan belum mati dan belum timbul
denyut jantung spontan), maka bantuan hidup lanjut
dapat diberikan berupa obat-obatan.
Penting
untuk
melawan
metabolik
asidosis,
sirkulasi
pemberian
harus
spontan
yang
dihentikan
efektif
karena
tercapai,
bisa
terjadi
penafsiran
status
serebral
dan
KESIMPULAN
Resusitasi mengandung arti harfiah Menghidupkan kembali tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri
atas 2 komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup
lanjut
BHL Usaha
Bantuan
Hidup
Dasar
bertujuan
dengan
cepat
mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil
menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obatobatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark jantung
kecil yang mengakibatkan kematian listrik, serangan Adams-Stokes, Hipoksia
akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks vagal,
serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk hidup. Resusitasi
tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu yang tak dapat
disembuhkan.
Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya
pada kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk
itu perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alkatri J, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Editor Soeparman, Jilid I, ed. Ke-2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, hal : 281, 1987.
Emergency Medicine Illustrated, Editor Tsuyoshi Sugimoto, Takeda Chemical
Industries, 1985.
Mustafa I, dkk, Bantuan Hidup Dasar, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta,
1996.
Otto C.W., Cardiopulmonary Resuscitation, in Critical Care Practice, The
American Society of Critical Care Anesthesiologists, 1994.
Safar P, Resusitasi Jantung Paru Otak, diterbitkan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, hal : 4, 1984.
Siahaan O, Resusitasi Jantung Paru Otak, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi
Khusus, No. 80, hal : 137-129, 1992.
Sjamsuhidajat R, Jong Wd, Resusitasi, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, hal : 124-119, 1997.
Soerianata S, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kardiologi, Editor Lyli Ismudiat R, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal :
106, 1998.
Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor Muchtaruddin Mansyur, IDI,
Jakarta, hal : 193.
Sunatrio S, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Anesteiologi, Editor Muhardi
Muhiman, dkk, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, 1989.