Kendala
Pelaksanaan
Public
Private
Partnership
(PPP)
di
Indonesia
Oleh
:
Wisanggeni
Sholata
Sya
(34/8A
STAR)
Pembangunan
di
Indonesia
semakin
mengalami
perkembangan.
Konsep- konsep
yang
diusung
dalam
melaksanakan
pembangunan
turut
mengalami
banyak
tantangan.
Setelah
sekian
lama
kita
mengenal
yang
namanya
Bangun
Kelola
Serah
atau
juga
Bangun
Serah
Kelola,
kini
tak
kalah
populer
istilah
baru
dalam
pembangunan
yaitu
Public
Private
Partnership
(PPP).
PPP
adalah
suatu
proses
pengembangan
pembangunan
yang
lebih
diprioritaskan
dalam
hal
infrastruktur
dan
investasi
yang
berbentuk
perjanjian
jangka
panjang,
biasanya
lebih
dari
20
tahun,
antara
pemerintah
baik
pusat
ataupun
daerah
dengan
mitra
swasta.
PPP
ini
merupakan
suatu
kerjasama
antara
pemerintah
dan
swasta
dalam
menyediakan
pelayanan
kepada
masyarakat.
Dalam
melaksanakan
kerjasama
ini,
risiko
dan
potensi
manfaat
dalam
menyediakan
pelayanan
ataupun
fasilitas
dibagi
kepada
peemrintah
dan
swasta.
PPP
ini
mulai
mencuat
setelah
adanya
PerPres
Nomor
67
Tahun
2005
tentang
Kerjasama
Pemerintah
dengan
Badan
Usaha
dalam
Penyediaan
Infrastruktur
yang
kemudian
diamandemen
PerPres
Nomor
66
Tahun
2013.
PPP
ini
diharapkan
mampu
meningkatkan
investasi
pemerintah
dalam
hal
infrastruktur.
Tetapi
dalam
penerapannya,
terdapat
banyak
kendala
untuk
menjalankan
PPP
secara
optimal.
Beberapa
kendala
antara
lain:
1.
2.
3.
4.
Perbedaan
persepsi
baik
pemerintah
ataupun
swasta
Pemerintah
kekurangan
anggaran,
sehingga
menerapkan
PPP
dengan
harapan
adanya
sumber
dana
dari
Swasta
untuk
membangun
infrastruktur
dan
mengelola,
tetapi
tidak
sedikit
pihak
Swasta
masih
berpandangan
bahwa
PPP
tidak
berbeda
dengan
Bangun
Kelola
Serah
yang
dimana
adanya
sumbangsih
yang
cukup
banyak
dari
pemerintah.
Pola
pikir
masyarakat
Indonesia
merupakan
bangsa
yang
kebudayaannya
sangat
kental.
Untuk
itu
pola
pikir
masyarakatnya
sebagian
besar
masih
kuno
atau
belum
bisa
menerima
pandangan
dan
sistem
yang
futuristik.
Contohnya
PPP,
masyarakat
sulit
menerima
suatu
investasi.
Sebagian
besar
masyarakat,
berpikir
investasi
hanya
memberikan
dampak
yang
buruk
bagi
masyarakat
di
sekitar
pembangunan.
Tumpangtindih
peraturan
Beberapa
pembangunan
mengalami
kendala
dalam
hal
ini,
sebut
saja
pemerintah
A
memberikan
insentif
untuk
mengembangkan
geotermal
tetapi
undang-undang
kehutanan
melarang
eksploitasi
di
dalam
hutan
sehingga
belum
ada
titik
temu
penyelesaian
masalah
tersebut.
Undang-undang
pengadaan
lahan
menjadi
salah
satu
pengurang
minat
swasta
dalam
menerapkan
PPP.
Belum
adanya
jaminan
dari
pemerintah
Perusahaan
yang
telah
menjalani
proses
pembangunan
seperti
membangun
jalan
untuk
akses
pembangunan
berikutnya,
tetapi
mendapati
5.
kendala
dari
masyarakat
sehingga
proyek
tidak
dapat
dilanjutkan.
Seharusnya
untuk
mengatasi
keadaan
ini,
pemerintah
memberikan
jaminan.
Permainan
Penguasa
Perencanaan
pelaksanaan
suatu
proyek
dalam
kategori
PPP
ini,
pertama
kali
sudah
pasti
terlebih
dahulu
diketahui
dan
dengan
persetujuan
penguasa.
Dengan
kondisi
ini,
penguasa
biasanya
sudah
mencari
celah
agar
perusahaannya
yang
akan
diutamakan
untuk
menang
dalam
pelaksanaan
pembangunan
ini
terutama
dalam
pembangunan
yang
akan
mendapatkan
profit
yang
sangat
besar.
Menurut
saya,
kelima
hambatan
diatas
merupakan
hambatan
utama
dalam
menerapkan
PPP.
Sudah
seharusnya
Pemerintah
mendeteksi
hambatan
dan
memberikan
solusi
atas
semua
permasalahan
dalam
menjalankan
PPP
agar
swasta
tertarik
berinvestasi
dan
menerapkan
PPP
di
Indonesia.
Salam
Semangat
untuk
Kemajuan
Bangsa
Indonesia
Dari
Indonesia
untuk
Indonesia.
KITA
BISA