You are on page 1of 34

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi otak terganggu
yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung bagian mana
otak yang rusak (Pudiastuti, 2011, hlm. 55). Menurut Smeltzer (2001, hlm. 873)
merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke
bagian otak. Stroke merupakan penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak)
karena kematian jaringan otak (infark serebral) penyebabnya adalah berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah.
Sekitar 795.000 stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Satu dari enam orang di
seluruh dunia akan mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat
stroke (Centers for Disease Control and Prevention, 2012, 1). Insiden stroke
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan
insiden stroke pada tahun 2007 sebanyak 8,3/1000 penduduk menjadi 12,1/ 1000
penduduk pada tahun 2013. Prevalensi ini juga diikuti oleh angka kejadian stroke
yang terdiagnosa atau yang tercatat oleh tenaga kesehatan sebesar 57,9% dan sisanya
belum dapat di di dokumentasikan karena beberapa faktor seperti jarak antara rumah
dan fasilitas kesehatan yang jauh. Di Jawa Tengah sendiri sebanyak 7,7/1000
penduduk yang terdiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013. Penyebab
kematian sebanyak 41,3/1000 penduduk pada usia lebih dari 75 tahun (Riskesdas,
2013, 11).
Hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa stroke menjadi penyebab kematian
terbanyak di usia lebih dari 75 tahun sebanyak 41,3% per 1000 penduduk. Hal ini

membuat banyak peneliti mengembangkan penelitian mereka mengenai aktivitas yang


dapat dilakukan penderita stroke agar dapat mengembalikan fungsi motorik mereka.
Latihan pada penderita stroke, untuk stroke hemoragik maupun stroke iskemik
sangatlah penting. Selain berguna untuk menghilangkan kekakuan juga berguna
mengembalikan fungsi persendian secara optimal. Pada akhirnya pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer, 2001, hlm. 871). Salah satu
program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit
motorik adalah program latihan gerak. Dalam teknik ini dilakukan latihan fungsional dan
identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan pada
aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dilakukan dalam bentuk aktivitas
fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu
pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi (Widiyanto, 2009, hlm. 118)
Dampak dari stroke di antaranya adalah keterbatasan dalam melakukan aktifitas seperti
mandi, makan, melepas baju dan lain-lain. Widuri (2010, hlm. 7) mengatakan aktifitas adalah
suatu energi atau kemampuan bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain atau
hanya dengan bantuan alat, sehingga tingkat ketergantungan pasien stroke sangat bervariasi
termasuk dalam melakukan Activity of Daily Living.
Untuk melakukan aktivitas sehari-hari selain dukungan dari perawat, dokter, terapis
melibatkan juga anggota keluarga. Keluarga harus tahu bagaiman cara melatih aktivitas bagi
pasien pasca stroke setelah pulang ke rumah pasca perawatan di rumah sakit. Motivasi ini
harus diberikan kepada pasien agar pasien bersemangat dan tidak mudah putus asa karena
kelumpuhan yang dialami. Pendidika kesehatan adalah suatu penerapan pendidikan di bidang
kesehatan. Sehingga proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah dewasa dan lebih baik, lebih matang
pada individu atau kelompok masyarakat (Notoatmodjo, 2007, hlm. 108).
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondis ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swanburg, 2000,
hlm. 282). Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan
dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan pasien. Dukungan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi
keperawatan misalnya memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidup klien
(Asmadi, 2008, hlm. 5)

Penelitian oleh Indahsari, Agusman dan Ekowati (2013) tentang perubahan fungsi
fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan
stroke. Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun,
jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia
dengan stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup
Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar dependen berat. Ada hubungan
perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada
lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
(pvalue=0,029).
Penelitian yang dilakukan oleh Fadluloh, Upoyo dan Hartanto pada penelitiannya
(2014) yang berjudul hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke di poliklinik syaraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil analisis diperoleh p-value =
0,003 dan tingkat korelasi (r) = 0,521. Sehingga kesimpulannya ada hubungan yang
bermakna antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasan dan Rufaidah (2013) tentang hubungan antara
dukungan sosial dengan strategi coping pada penderita stroke. Hasil analisis product
moment menunjukkan korelasi 0,563 dengan p = 0,000 ( p = 0,01 ) , itu berarti ada
hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan strategi coping
pada pasien dengan stroke. Sumbangan efektif ( SE ) dukungan sosial untuk
mengatasi strategi sebesar 31,7 % , sehingga masih memiliki 68,3 % faktor lain yang
mempengaruhi munculnya strategi coping pada pasien dengan stroke.
Berdasarkan hasil literatur tersebut diatas, ada pengaruh antara ketergantungan dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari dengan harga diri pasien stroke. Jadi semakin pasien
tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya maka semakin turun harga dirinya. Oleh
karena itu, perlunya dukungan keluarga terhadap motivasi pasien dalam melakukan
aktifitas. Sehingga pasien tidak hanya mengandalkan tenaga kesehatan tetapi juga
dukungan dari keluarga berperan penting.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang
pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan Activity of Daily Living
pada pasien stroke.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Bagaimana pengaruh motivasi keluarga terhadap kemadirian melakukan ADL pada
pasien stroke?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan
ADL pada pasien stroke
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan usia, jenis kelamin,
tipe stroke, lama pemulihan paska serangan, dan kekuatan otot

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas


kehidupan sehari-hari (AKS) penderita stroke
c. Untuk mengetahui motivasi kelurga terhadap pasien stroke.
d. Untuk mengetahui kekuatan pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian
melakukan ADL pada pasien stroke.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita Stroke
Penderita mampu mengidentifikasi tingkat ketergantungan dalam pemenuhan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan harga dirinya.

2. Bagi Rumah Sakit


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi
rumah sakit untuk menentukan kebijakan melalui peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan yang memperhatikan dan mengoptimalkan tingkat fungsional penderita .
3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan kepustakaan dala
pengembangan ilmu kesehatan khususnya tentang pemenuhan aktivitas sehari-hari.
4. Bagi peneliti
Penelitian dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya sehingga dapat
menambah variabel dalam penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dalam bab II ini, membahas tentang konsep penyakit stroke, konsep
aktivitas, konsep indeks Barthel, konsep motivasi keluarga dan kerangka teori.

I.

Stroke
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan
berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam

jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yan dapat merusakkan atau mematika sel-sel otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Seperti yang kita ketahui, otak adalah pusat sistem saraf dalam tubuh manusia.
Otak tidak hanya mengendalikan gerakan namun juga pikiran, ingatan, emosi,
suasana hati, bahkan sampai dorongan seksual. Selama masih hidup, otak
terus-menerus menerima rangsangan, mengolah dan menyimpan informasi
dalam bentuk memori (Wiwit, 2010, hlm. 14/ Wiwit. 2010. Stroke dan
penanganannya: memahami, mencegah dan mengobati stroke. Jogjakarta:
Katahati).

Stroke atau Cerebral Vasculer Accident (CVA) adalah gangguan dalam


sirkulasi intraserebral yang berkaitan vascular insufficiency, trombosis, emboli
atau perdarahan (Widagdo, Suharyanto dan Aryani, 2008, hlm. 87/ Widagdo,
Suharyanto dan Aryani. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persyarafan. Jakarta: Trans Info Media).

B. Etiologi penyakit stroke menurut Muttaqin (2008, hlm. 235) antara lain :
1. Trombosis arteri
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis ini biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebri.

2. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara.
3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atay intra serebri meliputi perdarahan di dalam
ruang subarakhnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecah pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah darah ke dalam ke dalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak , jaringan
otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi
otak.
C. Faktor resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat sesorang rentan
terhadap serangan stroke. Menurut Junaidi (2011, hlm. 9) faktor resiko stroke
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
a.

Tidak dapat dikontrol:


1) Umur: Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Setelah umur 55 tahun resiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap
dekade. Menurut Schutz penderita yang berumur antara 70-79 tahun
banyak menderita perdarahan intrakranial.

2) Ras / bangsa: tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami


oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk melaporkan orang
negro Amerika cenderung berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami
perdarahan intraserebral (dalam otak) dibandingkan kulit putih.
3) Jenis kelamin: laki-laki lebih cenderung untuk terkena stroke lebih
tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3:1, kecuali pada
usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda.
4) Riwayat keluarga (orang tua atau saudara) yang pernah mengalami
stroke pada usia muda, maka yang bersangkutan beresiko tinggi
terkena stroke.

b.

Dapat dikontrol :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Hipertensi
Diabetes Mellitus
Merokok
Meminum alkohol
Infeksi: virus dan bakteri
Obat kontrasepsi oral, obat-obatan lainnya
Obesitas/kegemukan
Hiperkolesterolemia, hiperlipidemia
Stress fisik dan mental
Kurang aktifitas fisik

D. Klasifikasi
1. Stroke hemoragik menurut Junaidi (2006, hlm. 58) dibagi menjadi 2
yaitu :

a.

Perdarahan subarachnoid (PSA)


Masuknya darah ke ruang subarachnoid baik dari tempat lain
(perdarahan

subarachnoid

sekunder

atau

sumber

perdarahan

berasaldari rongga subarachnoid itu sendiri/perdarahan subarachnoid


primer). Penyebab paling sering dari PSA adalah robeknya aneurisma
(51-75%) dan sekitar 90% aneurisma sakuler kongenital.
b. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral sehingga darah
keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan
otak. Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama
lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya
adalah terjadi mikroaneurisma.
2. Stroke Iskemia
Terjadi setelah aliran darah berkurang atau berhenti karena oklusi atau
hipoperfusi pada pembuluh darah otak dan jika keadaan tersebut tidak
dapat diatasi akan terjadi kematian sel dalam beberapa menit. Penyebab
stroke iskemik adalah karena trombosis, emboli dan hipoperfusi global.
Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering, biasanya
berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis. Stroke karena emboli biasanya berasal dari suatu trombosis
dalam jantung serta berasala dari plak aterosklerosis sinus karotikus atau
arteri karotis interna (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007, hlm. 89).

E. Tanda Gejala

Pinzon, et al., (2010, hlm. 16) menyebutkan tanda dan gejala dari stroke antara lain :
1. Kelumpuhan anggota gerak.
2. Wajah perot.
3. Gangguan bicara.
4. Pusing berputar.
5. Nyeri kepala.
6. Penurunan kesadaran.
7. Penurunan tajam penglihatan.
8. Gangguan menelan yang bersifat mendadak.
9. Perubahan tingkah laku.

F. Patofisiologi
Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan aliran darah otak, baik
karena emboli/oklusi pembuluh darah otak ataupun karena perdarahan pada otak,
menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurannya oksigen atau
meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk berdilatasi sebagai
kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak. Sebaliknya keadaan
vasodilatasi memberi efek pada peningkatan tekanan intrakranial (Tarwoto, Wartonah
& Suryati, 2007, hlm. 86).

Trombus dapat berasal dari plak ateroslerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus
dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluah darah

yang bersangkutan dan edema serta kongesti di area sekitar. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi aseptik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral. Otak menerima 15-20% dari cardiac output.
Cerebral Blood Flow(CBF) pada keadaan istirahat 50-60 ml per menit per 100 gram
otak, jika CBF berkurang menjadi 20 ml per menit per 100 gram otak, otak berada
dalam keadaan iskemik yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Jika
CBF berkurang menjadi 8-10 ml per menit per 100 gram otak, sel otak berada dalam
keadaan infark dan sel otak akan mati dalam waktu beberapa menit, jika tidak segera
diatasi akan timbul defisit neurologis dan menyebabkan kecacatan atau kematian
(Rasyid & Soertidewi, 2007, hlm. 65).

Perdarahan intaserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskuler karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri. Kematian dapat disebabkan oleh kematian batang otak,
hemisfer otak dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Jika sirkulasi serebral terhambat dapat berkembang anoksia serebral.
Selain kerusakan parenkim otak, volume perdarahan yang relatif banyak juga akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak
serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan

kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Mutaqqin, 2008, hlm 131).

G. Komplikasi
Beberapa komplikasi penyakit stroke adalah sebagai berikut (Junaidi, 2006, hlm.42):
1. Kejang
Kejang biasanya terjadi dalam 2 minggu setelah serangan stroke, yang biasa
disebut dengan early seizure atau kejang dini. Stroke yang sering
menimbulkan kejang adalah stroke yang mengenai daerah kortikal.
Kemungkinna terjadinya kejang dini lebih sering pada stroke infark karena
emboli dibandingkan dengan infark infark trombolitik. Untuk mengatasi
kejang dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,2-0,3 mg/KgBB atau obat
lain sejenis.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD)
Timbulnya komplikasi Trombosis Vena Dalam (TVD) dapat menyebabkan
terjadinya kematian atau kecacatan pada pasien stroke. Penggunaan asam
tranexamic dalam mengobati perdarahan dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya TVD. Begitu diagnosis TVD sudah ditegakkan, maka terpai
antikoagulasi adalah heparin (antikoagulan parenteral) sedangkan warfarin
(antikoagulan oral).

3. Emboli Pulmonal (EP)


Tanda dan gejala dari EP antara lain nyeri dada, batuk darah (hemoptisis),
sesak nafas (dyspnoe), nadi cepat (tachykardi), dan nafas cepat (tachynoe). EP
dapat menyebabkan syok kardiogenik atau kematian mendadak. Terapi
antikoagulasi atau fibrinolitik dapat diberikan kepada pasien.

4. Perdarahan saluran cerna


Kejadian perdarahan saluran cerna pada pasien stroke sebagai komplikasi
strokenya sendiri maupun karena obat yang diberikan seperti penggunaan
kortikostreroid atau nasogastrik.

5. Dekubitus
Tidur terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan luka lecet pada tubuh
yang menjadi tumpuan saat berbaring seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan
tumit. Luka lecet (dekubitus) ini apabila dibiarkan akan terkena infeksi. Untuk
mencegahnya, pasien hendaknya sering dipindah dan digerakkan secara
teratur.

6. Kekakuan otot dan sendi


Terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot atau sendi. Untuk
itulah fisioterapi dilakukan sehingga kekakuan tidak terjadi atau minimal
dikurangi.

7. Depresi
Pasien stroke serigkali mudah marah dan depresi. Hal itu terjadi karena pasien
merasa tidak berdaya dan khawatir akan masa depan serta keterbatasnnya
akibat lumpuh, sulit berkomunikasi dan sebagianya. Depresi ini dapat
ditunjukkan dengan sikap marah dan kesal pada orang disekelilingnya
(Sustrani, Alam, & Hardibroto, 2003, hlm. 22).

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien stroke adalah sebagai berikut (Widuri, 2010, hlm. 38):
1. Angiografi Serebral
Mendeteksi abnormalitas di dalam pembuluh darah otak (menyempit atau
tersumbat atau adanya aneurisma dan mengetahui tingkat penyempitan atau
penyumbatannya).
2. MRI (Magnetic Resonance Scanning)
Mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat kecil
dan tidak mungkin dijangkau oleh CT Scan.
3. PET (Positron Emission Tomography)
Untuk memantau gangguan fisiologi, seperti metabolisme gula dalam otak.
4. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena maslah sistem arteri karotis (aliran
darah atau timbulnya plak) dan arteriosklerosis.
5. EEG (Electroensefalography)

Mengidentifikasi maslah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah


lesi yang spesifik.
6. Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis
serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

7. EKG (Electrokardiography)
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara rutin untuk mendeteksi adanya
infark miokard atau aritmia jantung. Salah satu bentuk aritmia adalah fibrilasi
atrium yang sering menyebabkan stroke iskemik akibat emboli yang
ditimbulkan. Selain itu, infark miokard dan stroke memiliki banyak kesamaan
faktor resiko.

II.

Konsep Aktivitas
Gordon (2002, dalam Kozier., 2010, hlm 587) mengemukakan bahwa aktivitas adlah
rutinintas latihan, aktivitas, waktu luang dan rekreasi yang dilakukan seseorang yang
terdiri dari atas:
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) yang memerlukan pengeluaran energi
seperti higiene, memasak, berbelanja, makan, bekerja dan merawat rumah
2. Tipe, kualitas dan kualitas latihan termasuk olahraga.

Menurut Potter & Perry (2010, hlm. 529) Activity Daily of

Living(ADL) adala

aktivitas yang diperlukan untuk menjadi mandiri masyarakat selain makan, berhias,
memindahkan, ke kamar mandi dan meliputi kemampuan seperti berbelanja,
mempersiapkan makanan, keuangan dan mengambil obat.

Pasien stroke pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas


keseharianny karena kelemahan pada salah satu sisi anggota. Pada masa ini, pasien
stroke akan sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Aktivitas kehidupan pasien
stroke terganggu seperti makan, mandi, berpakaian, toileting dan lain-lain. Aktivitas
tersebut terganggu karena terjadi kelumpuhan pada anggota gerak. Oleh karena itu
fungsi ADL menurut Meiyani (2010, hlm. 1) antara lain:
1. Mengembangkan ketrampilan ketrampilan pokok untuk memelihara dan
memenuhi kebutuhan kebutuhan pribadi.
2. Untuk melengkapi tugas-tugas pokok secara efisisen dalam kontak sosial sehingga
dapat diter ima lingkungan.
3. Meningkatkan kemandirian.
Cristiansen, Sehwartz & Barnes (1993, hlm. 178 dalam Santoso, 2003, hlm 11),
berpendapat bahwa Activity Daily of Living (ADL)terdiri dari berbagai macam, yaitu:
1. ADL dasar
Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat merawat
dirinya, meliputi berpakaian, makan minum, toileting, mandi dan berhias.
2. ADL Instrumental
ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan
sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telepon, menulis,
mengetik, mengelola uang kertas dan koin, menghitung dan meberi kembalian.
3. ADL Vokasional
ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah. Misalnya: pergi
ke sekolah atau pergi bekerja.

III.

Indeks Barthel

IV. Keluarga
A. Pengertian
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi,
dan kelahiran yan bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individuindividu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998, dalam Achjar, 2010, hlm. 1).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan emosi (Hanson, 1996, dalam Achjar,
2010, hlm. 2).

B. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986, dalam Setyowati & Murwani, 2008, hlm.
29) terdiri dari lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari

keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik
senang

mauun

sedih,

dengan

melihat

bagaimana

cara

keluarga

mengekspresikan kasih sayang. Kberhasilan melaksanakan fungsi afektif


tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluaruh keluarga. Keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan
pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual dengan cara memelihara
dan merawatanggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.
5. Fungi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk


keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

C. Pengertian Dukungan keluarga


Dukungan sosial didefinisikan sebagai penukaran informasi pada tingkat interpersonal
yang memberikan dukungan emosional (individu dalam keluarga meyakini bahwa
mereka dicintai dan disayang), dukungan harga diri (anggota keluarga mempercayai
bahwa mereka dihormati dan dihargai) dan dukungan jaringan (anggota keluarga
meyakini bahwa mereka termasuk dalam jaringan komunikasi tempat dukungan dan
pemahaman bersama ditekankan) (Friedman, Vicky & Elaine, 2010, hlm. 436)
Kane (dalam Friedman, Vicky & Elaine, 2010, hlm. 446) mendefinisikan dukungan
sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup
dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus
kehidupan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit.

D. Sumber dukungan keluarga


Keluarga telah lama dipandang sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting terhadap
pembentukan identitas dan konsep diri individu yang menjadi anggotanya. Dukungan
sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh
anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal

antara lain dukungan dari suami atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak
dan dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, tetangga, pekerjaan,
sekolah, dll (Friedman, 1998, hlm. 196).

E. Jenis dukungan keluarga


Menurut House (1994, dalam Setiadi, 2008, hlm. 22-23)Jenis-jenis dukungan
keluarga;
a. Dukungan instrumental
Keluarga memberikan pertolongan secara langsung.
b. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar
informasi).
c. Dukungan penilaian (appraisal)
Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah dan sebagai sumber dan vasilidator identitas keluarga.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Tahap paling penting dalam suatu penelitan adalah menyusun kerangka konsep. Konsep
adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu
teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun
yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil
penemuan dengan teori (Nursalam, 2008, hlm. 55). Kerangka konsep penelitian pada
dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 69).

Variabel indepen

Variabel dependen

Kemandirian ADL

Motivasi keluarga

Skema 3.1
B. Kerangka konsep
a. Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Hipotesis adalah
jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melampaui pembuktian dari hasil
penelitian , maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoatmodjo, 2005, hlm. 72).
Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol yaitu hipotesis tidak beda
atau tidak ada hubungan , kemudian terhadap sampel

dilakukan uji untuk

memperoleh angka apakah cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, hingga dapat
disimpulkan ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok (Sastroasmoro, 2008, hlm.
64).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha: ada hubungan antara motivasi keluarga dengan peningkatan kemandirian ADL
b. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati atau di observasi (Suryabrata, 2006, hlm. 29).
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel dapat diukur
dan ditetukan karakteristiknya seperti pada table dibawah ini (Hidayat, 2007, hlm.
88):

Table 3.1
Definisi operasional

No.

Variabel

Definisi

cara ukur

alat ukur

skala ukur

penelitian
1.

ADL

ADL adalah
aktivitas yang
dilakukan
dalam
sepanjang hari
normal,
aktivitas
tersebut
mencakup
ambulasi,
makan,
berpakaian,
mandi,
menyikat gigi
dan berhias
(Potter &
Perry, 2005,
hlm. 208)

Observasi
ADL

Indeks Barthel

interval

Kriteria:
Skor 100:
mandiri
Skor 80-100:
ketergantungan
Skor 60-79:
membutuhkan
minimal
bantuan ADL
Skor 40-59:
Tergantung
sebagian
Skor 20-39:
sangat
tergantung
Skor < 20:
ketergantungan
total

2.

Dukungan
keluarga

Dukungan
keluarga
adalah sikap,
tindakan dan
penerimaan
keluarga
terhadap
penderita
yang sakit
stroke

Dengan
kuisioner
dukungan
keluarga
terhadap 16
pertanyaan,
menggunakan
sangat tidak
skala
likert:
setuju,
cukup,
setuju,
sangat setuju
diukur dengan
skor 1-5
(Sunyoto,
2012, hlm. 31)

Kuisioner alat
ukur derajat
depresi

interval

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN
Bab IV ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian,
etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan analisis data.

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimntal yaitu pre eksperimental design


dengan menggunakan jenis penelitian pre test post test design, yaitu penelitian
dilakukan dengan cara memberikan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan
posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2009, hlm. 61).
Penelitian ini melibatkan satu kelompok responden yaitu pasien stroke di sebuah RS
X, yang dilakukan dengan cara responden penelitian diukur dulu tingkat kemandirian
ADL sebelum dan sesudah diberikan motivasi tentang kemadirian ADL.
Rancangan penelitian in dapat digambarkan sebagai berikut:
Pre test

01

Treatment

Post Test

02

Skema 4.1
Desain penelitian
Keterangan:
01: Observasi sebelum
02: Observasi setelah
X: Perlakuan menggunakan penkes tentang kemandirian ADL.

B. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke pada tanggal 14 Januari 20
Februari 2014 di ruang X RS X sebanyak 30 pasien.

2. Sampel
Teknik sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan mengunakan purposive sampling
yaitu seluruh pasien stroke yang telah memenuhi kriteriainklusi untuk penelitian inklusi
untuk penelitian yang digunakan pada tanggal 14 Januari 20 Februari 2014 di ruang X
RS X berjumlah 25 orang. Dalam penetapan sampel dimasukkan dalam kriteria inklusi
dan eksklusi, sehingga jumlah responden yang sesuai kriterian inklusi 25 orang dan 5
orang yang tidak sesuai.

3. Kriteria inklusi
Penentuan jumlah sampel dan populasi pasien stroke di ruang X RS X dengan ketentuan
kriteria inklusi sebagai berikut:
1) Pasien yang bersedian menjadi responden penelitian.
2) Usia diatas 20 tahun.
3) Pasien yang mengalami stroke.
4) Pasien stroke yang tidak mengalami tetraplegi.
5) Pasien stroke yang di rawat inap di RS X.

4. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien dengan GCS < 15.


2) Pasien yang menolak untuk menjadi responden penelitian.

C. Waktu dan tempat penelitian


Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada tanggal 14 Januari 20 Februari 2014 di rusng X
RS X. Alasan peneliti melakukan penelitian di RS X dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. RS X merupakan lahan praktek mahasiswa keperawatan
2. Merupakan RS X tipe B. dikatakan RS tipe B karena mempunyai kapasitas 325 tempat
tidur dan sudah mempunyai 116 bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

D. Etika penelitian

1. Informed consent (lembar persetujuan)


Diberikan kepada responden yang memenuhi criteria inklusi. Peneliti menjelaskan
keikutsertaan responden dalam penelitian, setelah responden menyetujui ikut dalam
penelitian, ditunjukkan dengan menandatangani lembar informed consent yang
telah peneliti siapkan.
2. anonym (tanpa nama)
Kerahasiaan identitas responden dalam penelitian dijaga oleh peneliti, dengan tidak
mencantumkan nama, alamat serta umur pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode berupa nomor pada nama pasien yang hanya diketahui oleh
peneliti saja.
3. confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, baik informai ataupun
masalah-masalah lainnya. Hanya sekelompok data tertentu seperti umur dan
tingkat pendidikan responden saja yang dilaporkan pada hasil penelitian. Setelah
keperluan penelitian ini setelah, data-data responden segera peneliti musnahkan.
4. peneliti ini tidak mempnyai resiko yang membahayakan bagi pasien.
Sehingga apabila terjadi sesuatu di luar perkiraan dalam penelitian, maka peneliti
akan bertanggungjawab serta di selesaikan secara kekeluargaan dan dikolaborasikan
dengan tim kesehatan.

E. Alat pengumpul data


1. Data primer

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner dan observasi.
Yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah data dukungan keluarga dan
data ADL dari pasien. Jumlah item pertanyaan untuk kuisioner dukungan keluarga
berjumlah 15 pertanyaan dan 10 pertanyaan untuk observasi ADL. Pada penelitian ini
kuisioner yang digunakan oeh peneliti merupakan kuisioner modifikasi indeks Barthel.
2. Data sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diambil dari rekam medic pasien (nama, jenis kelamin,
umur, diagnose medis), catatan medic, catatan keperawatan di ruang X RS X. Pada
penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada pengambilan data yaitu:
a. Mengukur uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument, suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara
tepat (Notoatmodjo, 2005, hlm. 129). Untuk uji validitas dilakukan uji coba pada 25
reponden di ruang X RS X pada tanggal 19 Desember 2014 9 Januari 2014. Teknik
uji validitas yang dipakai adalah uji Chi-Square.
b. Mengukur uji reliabilitas
Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dan hasilnya valid, maka dilakukan uji
reliabilitas. Reliabilitas aalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapt diandalkan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 133).
Pengujian relibilitas menggunakan rumus koefisien relibilitas alpha cronbach. Criteria
alpha cronbach yaitu apabila nilai r alpha > konstanta (0,6) artinya pertanyaan tersebut
reliable. Jika r alpha < 0,6 artinya pertanyaan tersebut tidak reliable (Eiyanto, 2009,
hlm. 46).
F. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dilakukan pada responden yang telah memenuhi criteria
pengumpulan data. Kemudian dilakukan berbagai tahap yaitu:
1. Mengurus perijinan dari Ketua STIKES Telogorejo sampai ke tempat penelitian RS X.
2. Menyerahkan surat ijin pengambilan data ke ruang Direktorat RS X
3. Mengambil data pendahuluan di bagian rekam medic, setelah mendapat surat balasan dari
pihak RS X.

4. Melakukan sosialisasi kepada kepala ruang X serta perawat ruangan untuk menyamaklan
persepsi dalam melaksanakan penelitian.
5. Peneliti mencari responden dengan penyakit stroke dengan gangguan ADL.
6. Sebelum membagikan kuisioner peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meyakinkan
kepada calon responden bahwa penelitian ini tidak berbahaya dan tida merugikan, serta
penandatanganan lembar persetujuan (inform consent) bagi calon reponden yang bersedia
terlibat dalam peneliitan ini.
7. Setelah responden menandatangani inform consent, peneliti membagikan kuisioner kepada
responden.
8. Memberikan penjelasan mengenai pengisian kuisioner dan menunggui saat pengisian
kuisioner berlangsung.
9. Setelah responden selesai mengisi kuisioner ADL, peneliti mengobservasi dukungan
keluarga pasien dan bertanya tingkat aktivitas sehari-hari kepada responden ataupun
keluarga
10.Untuk mengukur tingkat ADL respponden peneliti hanya melakukan observasi dan cross
cek pada catatan perkembangan responden.
11.Setelah responden selesai, mengisi kuisioner secara lengkap, peneliti mengecek kembali
kuisioner sebelum juisioner sebelum dikumpulkan dan diolah oleh peneliti.
G. Analisis data
1. Pengolahan data menurut Danim & Darwis (2003, hlm. 259), maka data diolah melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Editing (mengedit data)
Editing bertujuan mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara
kriterian data yang bertujuan untuk mneguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.
Dengan tujuan penelitian ini bermakna untuk membuktikan hipotesis. Pada penelitian
ini yang di edit adalah kelengkapan hasil kuisioner.
b. Coading (mengode data)
Coading bertjuan menguantifikasi data kulitatif atau membedakan aneka karakter.
Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengelolaan data, baik
secara manual mapun dengan menggunakan computer. Pada pertanyaan dukungan
keluarga 15 pertanyaan dengan pengkodean 1= baik, 2= cukup, 3= sedang. Dan untuk
pengkodean tingkat ADL yang terdiri dari 10 pertanyaan yaitu 1= mandiri, 2=

ketergantungan, 3= membutuhkan minimal bantuan, 4= tergantung sebagian, 5= sangat


tergantung, 6= ketergantungan total.
c. Tabulasi data
Membuat table-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis
yang dibutuhkan. Data yang dimasukkan adalah data hasil dari kuisioner penelitian
yang telah dijawab oleh responden, sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang peningkatan kemandirian ADL.
d. Uji asumsi statistik
Menentukan rumus yang tepat untk digunakan dalam rangka analisis/ pengolahan data
penelitian, apakah akan menggunakan statistic parametric atau non parametric. Rumus
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic parametric.
e. Pembahasan atau diskusi hasil penelitian
Peneliti mengabstrasikan kembali hasil uji hipotesis, membahas hasil penelitian tesebut,
serta mengkonsultasikannya dengan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini
berupa kemandirian ADL sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
2. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data,
sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun data dianalisis dengan
menggunakan bantuan program computer. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
a. Analis univariat
Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Arikunto, 2006,
hlm. 158). Digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan skor kemandirian
ADL sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan serta karakteristik
responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan alamat. Table univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan presentase. Dalam penelitian ini menggunakan
skala ordinal (Setiawan & Saryono, 2011, hlm. 123).
Hasil analisis univariat dlam penelitian ini berupa responden (jenis kelamin dan umur).

b. Analisa bivariat

Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel yang meliputi variabel
bebas (kemandirian ADL) dan variable terikat (dukungan keluarga) (Setiawan &
Saryono, 2011, hlm. 123).
Setelah di uji statistic Chi-Square pada variabel bebas dan variabel terikat didapatkan
nilai probabilitas < dari taraf signifikan 0,003 yang bermakna bahwa:
Hipotesa alternative (Ha) diterima jika p value lebih kecil dari (0,003), hal ini berarti
terdapat pengaruh yang bermakna.
Maka dari hasil penelitian didapatkan hasil p value lebih kurang dari 0,05 yaitu 0,003
maka Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap
kemandirian ADL.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika

Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Announcements: World Stroke Day.
Diakses dari http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6142a4.htm, tanggal 4
Mei 2014
Fadluloh, Siti. 2014. Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam Pemenuhan Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari dengan Harga Diri Rendah Penderita Stroke di Poliklinik
Syaraf RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/922/974 diakses tanggal 3 Mei
2014
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/Siti%20Fathimah
%20Fadlulloh_G1D010051.pdf diakses pada tanggal 3 mei 2014
Indahsari, Putri Nur. 2013. Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas
Hidup Sehari-hari (AHS) pada Lansia dengan Stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi
Sosial Kota Semarang).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu dan seni kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Penyakit pemicu stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Angka Kejadian Stroke Menurut Riskesdas. Diakses dari
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/ tanggal 3 Mei 2014
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta:
EGC
Widiyanto. (2009). Terapi Gerak Bagi Penderita Stroke. MEDIKORA. Vol 5, 118-129
Widuri, Hesti. 2010. Kebutuhan dasar manusia (aspek mobilitas dan istirahat tidur).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Wiwit. 2010. Stroke dan penanganannya. Yogyakarta: Katahati
Junaidi, iskandar. 2006. Stroke A-Z. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular Gramedia
_______.2010. Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Gramedia.
Pinzon, R., Asanti, L., Sugiyanto., & Widyo, K., 2006. Awas stroke!- pengertian, gejala, tindakan,
perawatan dan pencegahan. Yogyakarta: Andi

You might also like