Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi otak terganggu
yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung bagian mana
otak yang rusak (Pudiastuti, 2011, hlm. 55). Menurut Smeltzer (2001, hlm. 873)
merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke
bagian otak. Stroke merupakan penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak)
karena kematian jaringan otak (infark serebral) penyebabnya adalah berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah.
Sekitar 795.000 stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Satu dari enam orang di
seluruh dunia akan mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat
stroke (Centers for Disease Control and Prevention, 2012, 1). Insiden stroke
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan
insiden stroke pada tahun 2007 sebanyak 8,3/1000 penduduk menjadi 12,1/ 1000
penduduk pada tahun 2013. Prevalensi ini juga diikuti oleh angka kejadian stroke
yang terdiagnosa atau yang tercatat oleh tenaga kesehatan sebesar 57,9% dan sisanya
belum dapat di di dokumentasikan karena beberapa faktor seperti jarak antara rumah
dan fasilitas kesehatan yang jauh. Di Jawa Tengah sendiri sebanyak 7,7/1000
penduduk yang terdiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013. Penyebab
kematian sebanyak 41,3/1000 penduduk pada usia lebih dari 75 tahun (Riskesdas,
2013, 11).
Hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa stroke menjadi penyebab kematian
terbanyak di usia lebih dari 75 tahun sebanyak 41,3% per 1000 penduduk. Hal ini
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah dewasa dan lebih baik, lebih matang
pada individu atau kelompok masyarakat (Notoatmodjo, 2007, hlm. 108).
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondis ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swanburg, 2000,
hlm. 282). Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan
dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan pasien. Dukungan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi
keperawatan misalnya memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidup klien
(Asmadi, 2008, hlm. 5)
Penelitian oleh Indahsari, Agusman dan Ekowati (2013) tentang perubahan fungsi
fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan
stroke. Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun,
jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia
dengan stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup
Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar dependen berat. Ada hubungan
perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada
lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
(pvalue=0,029).
Penelitian yang dilakukan oleh Fadluloh, Upoyo dan Hartanto pada penelitiannya
(2014) yang berjudul hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke di poliklinik syaraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil analisis diperoleh p-value =
0,003 dan tingkat korelasi (r) = 0,521. Sehingga kesimpulannya ada hubungan yang
bermakna antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasan dan Rufaidah (2013) tentang hubungan antara
dukungan sosial dengan strategi coping pada penderita stroke. Hasil analisis product
moment menunjukkan korelasi 0,563 dengan p = 0,000 ( p = 0,01 ) , itu berarti ada
hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan strategi coping
pada pasien dengan stroke. Sumbangan efektif ( SE ) dukungan sosial untuk
mengatasi strategi sebesar 31,7 % , sehingga masih memiliki 68,3 % faktor lain yang
mempengaruhi munculnya strategi coping pada pasien dengan stroke.
Berdasarkan hasil literatur tersebut diatas, ada pengaruh antara ketergantungan dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari dengan harga diri pasien stroke. Jadi semakin pasien
tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya maka semakin turun harga dirinya. Oleh
karena itu, perlunya dukungan keluarga terhadap motivasi pasien dalam melakukan
aktifitas. Sehingga pasien tidak hanya mengandalkan tenaga kesehatan tetapi juga
dukungan dari keluarga berperan penting.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang
pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan Activity of Daily Living
pada pasien stroke.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Bagaimana pengaruh motivasi keluarga terhadap kemadirian melakukan ADL pada
pasien stroke?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan
ADL pada pasien stroke
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan usia, jenis kelamin,
tipe stroke, lama pemulihan paska serangan, dan kekuatan otot
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita Stroke
Penderita mampu mengidentifikasi tingkat ketergantungan dalam pemenuhan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan harga dirinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dalam bab II ini, membahas tentang konsep penyakit stroke, konsep
aktivitas, konsep indeks Barthel, konsep motivasi keluarga dan kerangka teori.
I.
Stroke
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan
berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam
jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yan dapat merusakkan atau mematika sel-sel otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Seperti yang kita ketahui, otak adalah pusat sistem saraf dalam tubuh manusia.
Otak tidak hanya mengendalikan gerakan namun juga pikiran, ingatan, emosi,
suasana hati, bahkan sampai dorongan seksual. Selama masih hidup, otak
terus-menerus menerima rangsangan, mengolah dan menyimpan informasi
dalam bentuk memori (Wiwit, 2010, hlm. 14/ Wiwit. 2010. Stroke dan
penanganannya: memahami, mencegah dan mengobati stroke. Jogjakarta:
Katahati).
B. Etiologi penyakit stroke menurut Muttaqin (2008, hlm. 235) antara lain :
1. Trombosis arteri
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis ini biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebri.
2. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara.
3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atay intra serebri meliputi perdarahan di dalam
ruang subarakhnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecah pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah darah ke dalam ke dalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak , jaringan
otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi
otak.
C. Faktor resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat sesorang rentan
terhadap serangan stroke. Menurut Junaidi (2011, hlm. 9) faktor resiko stroke
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
a.
b.
Dapat dikontrol :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Hipertensi
Diabetes Mellitus
Merokok
Meminum alkohol
Infeksi: virus dan bakteri
Obat kontrasepsi oral, obat-obatan lainnya
Obesitas/kegemukan
Hiperkolesterolemia, hiperlipidemia
Stress fisik dan mental
Kurang aktifitas fisik
D. Klasifikasi
1. Stroke hemoragik menurut Junaidi (2006, hlm. 58) dibagi menjadi 2
yaitu :
a.
subarachnoid
sekunder
atau
sumber
perdarahan
E. Tanda Gejala
Pinzon, et al., (2010, hlm. 16) menyebutkan tanda dan gejala dari stroke antara lain :
1. Kelumpuhan anggota gerak.
2. Wajah perot.
3. Gangguan bicara.
4. Pusing berputar.
5. Nyeri kepala.
6. Penurunan kesadaran.
7. Penurunan tajam penglihatan.
8. Gangguan menelan yang bersifat mendadak.
9. Perubahan tingkah laku.
F. Patofisiologi
Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan aliran darah otak, baik
karena emboli/oklusi pembuluh darah otak ataupun karena perdarahan pada otak,
menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurannya oksigen atau
meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk berdilatasi sebagai
kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak. Sebaliknya keadaan
vasodilatasi memberi efek pada peningkatan tekanan intrakranial (Tarwoto, Wartonah
& Suryati, 2007, hlm. 86).
Trombus dapat berasal dari plak ateroslerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus
dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluah darah
yang bersangkutan dan edema serta kongesti di area sekitar. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi aseptik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral. Otak menerima 15-20% dari cardiac output.
Cerebral Blood Flow(CBF) pada keadaan istirahat 50-60 ml per menit per 100 gram
otak, jika CBF berkurang menjadi 20 ml per menit per 100 gram otak, otak berada
dalam keadaan iskemik yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Jika
CBF berkurang menjadi 8-10 ml per menit per 100 gram otak, sel otak berada dalam
keadaan infark dan sel otak akan mati dalam waktu beberapa menit, jika tidak segera
diatasi akan timbul defisit neurologis dan menyebabkan kecacatan atau kematian
(Rasyid & Soertidewi, 2007, hlm. 65).
Perdarahan intaserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskuler karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri. Kematian dapat disebabkan oleh kematian batang otak,
hemisfer otak dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Jika sirkulasi serebral terhambat dapat berkembang anoksia serebral.
Selain kerusakan parenkim otak, volume perdarahan yang relatif banyak juga akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak
serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Mutaqqin, 2008, hlm 131).
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi penyakit stroke adalah sebagai berikut (Junaidi, 2006, hlm.42):
1. Kejang
Kejang biasanya terjadi dalam 2 minggu setelah serangan stroke, yang biasa
disebut dengan early seizure atau kejang dini. Stroke yang sering
menimbulkan kejang adalah stroke yang mengenai daerah kortikal.
Kemungkinna terjadinya kejang dini lebih sering pada stroke infark karena
emboli dibandingkan dengan infark infark trombolitik. Untuk mengatasi
kejang dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,2-0,3 mg/KgBB atau obat
lain sejenis.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD)
Timbulnya komplikasi Trombosis Vena Dalam (TVD) dapat menyebabkan
terjadinya kematian atau kecacatan pada pasien stroke. Penggunaan asam
tranexamic dalam mengobati perdarahan dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya TVD. Begitu diagnosis TVD sudah ditegakkan, maka terpai
antikoagulasi adalah heparin (antikoagulan parenteral) sedangkan warfarin
(antikoagulan oral).
5. Dekubitus
Tidur terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan luka lecet pada tubuh
yang menjadi tumpuan saat berbaring seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan
tumit. Luka lecet (dekubitus) ini apabila dibiarkan akan terkena infeksi. Untuk
mencegahnya, pasien hendaknya sering dipindah dan digerakkan secara
teratur.
7. Depresi
Pasien stroke serigkali mudah marah dan depresi. Hal itu terjadi karena pasien
merasa tidak berdaya dan khawatir akan masa depan serta keterbatasnnya
akibat lumpuh, sulit berkomunikasi dan sebagianya. Depresi ini dapat
ditunjukkan dengan sikap marah dan kesal pada orang disekelilingnya
(Sustrani, Alam, & Hardibroto, 2003, hlm. 22).
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien stroke adalah sebagai berikut (Widuri, 2010, hlm. 38):
1. Angiografi Serebral
Mendeteksi abnormalitas di dalam pembuluh darah otak (menyempit atau
tersumbat atau adanya aneurisma dan mengetahui tingkat penyempitan atau
penyumbatannya).
2. MRI (Magnetic Resonance Scanning)
Mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat kecil
dan tidak mungkin dijangkau oleh CT Scan.
3. PET (Positron Emission Tomography)
Untuk memantau gangguan fisiologi, seperti metabolisme gula dalam otak.
4. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena maslah sistem arteri karotis (aliran
darah atau timbulnya plak) dan arteriosklerosis.
5. EEG (Electroensefalography)
7. EKG (Electrokardiography)
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara rutin untuk mendeteksi adanya
infark miokard atau aritmia jantung. Salah satu bentuk aritmia adalah fibrilasi
atrium yang sering menyebabkan stroke iskemik akibat emboli yang
ditimbulkan. Selain itu, infark miokard dan stroke memiliki banyak kesamaan
faktor resiko.
II.
Konsep Aktivitas
Gordon (2002, dalam Kozier., 2010, hlm 587) mengemukakan bahwa aktivitas adlah
rutinintas latihan, aktivitas, waktu luang dan rekreasi yang dilakukan seseorang yang
terdiri dari atas:
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) yang memerlukan pengeluaran energi
seperti higiene, memasak, berbelanja, makan, bekerja dan merawat rumah
2. Tipe, kualitas dan kualitas latihan termasuk olahraga.
Living(ADL) adala
aktivitas yang diperlukan untuk menjadi mandiri masyarakat selain makan, berhias,
memindahkan, ke kamar mandi dan meliputi kemampuan seperti berbelanja,
mempersiapkan makanan, keuangan dan mengambil obat.
III.
Indeks Barthel
IV. Keluarga
A. Pengertian
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi,
dan kelahiran yan bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individuindividu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998, dalam Achjar, 2010, hlm. 1).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan emosi (Hanson, 1996, dalam Achjar,
2010, hlm. 2).
B. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986, dalam Setyowati & Murwani, 2008, hlm.
29) terdiri dari lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari
keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik
senang
mauun
sedih,
dengan
melihat
bagaimana
cara
keluarga
antara lain dukungan dari suami atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak
dan dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, tetangga, pekerjaan,
sekolah, dll (Friedman, 1998, hlm. 196).
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Tahap paling penting dalam suatu penelitan adalah menyusun kerangka konsep. Konsep
adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu
teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun
yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil
penemuan dengan teori (Nursalam, 2008, hlm. 55). Kerangka konsep penelitian pada
dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 69).
Variabel indepen
Variabel dependen
Kemandirian ADL
Motivasi keluarga
Skema 3.1
B. Kerangka konsep
a. Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Hipotesis adalah
jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melampaui pembuktian dari hasil
penelitian , maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoatmodjo, 2005, hlm. 72).
Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol yaitu hipotesis tidak beda
atau tidak ada hubungan , kemudian terhadap sampel
memperoleh angka apakah cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, hingga dapat
disimpulkan ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok (Sastroasmoro, 2008, hlm.
64).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha: ada hubungan antara motivasi keluarga dengan peningkatan kemandirian ADL
b. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati atau di observasi (Suryabrata, 2006, hlm. 29).
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel dapat diukur
dan ditetukan karakteristiknya seperti pada table dibawah ini (Hidayat, 2007, hlm.
88):
Table 3.1
Definisi operasional
No.
Variabel
Definisi
cara ukur
alat ukur
skala ukur
penelitian
1.
ADL
ADL adalah
aktivitas yang
dilakukan
dalam
sepanjang hari
normal,
aktivitas
tersebut
mencakup
ambulasi,
makan,
berpakaian,
mandi,
menyikat gigi
dan berhias
(Potter &
Perry, 2005,
hlm. 208)
Observasi
ADL
Indeks Barthel
interval
Kriteria:
Skor 100:
mandiri
Skor 80-100:
ketergantungan
Skor 60-79:
membutuhkan
minimal
bantuan ADL
Skor 40-59:
Tergantung
sebagian
Skor 20-39:
sangat
tergantung
Skor < 20:
ketergantungan
total
2.
Dukungan
keluarga
Dukungan
keluarga
adalah sikap,
tindakan dan
penerimaan
keluarga
terhadap
penderita
yang sakit
stroke
Dengan
kuisioner
dukungan
keluarga
terhadap 16
pertanyaan,
menggunakan
sangat tidak
skala
likert:
setuju,
cukup,
setuju,
sangat setuju
diukur dengan
skor 1-5
(Sunyoto,
2012, hlm. 31)
Kuisioner alat
ukur derajat
depresi
interval
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bab IV ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian,
etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan analisis data.
A. Desain penelitian
01
Treatment
Post Test
02
Skema 4.1
Desain penelitian
Keterangan:
01: Observasi sebelum
02: Observasi setelah
X: Perlakuan menggunakan penkes tentang kemandirian ADL.
2. Sampel
Teknik sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan mengunakan purposive sampling
yaitu seluruh pasien stroke yang telah memenuhi kriteriainklusi untuk penelitian inklusi
untuk penelitian yang digunakan pada tanggal 14 Januari 20 Februari 2014 di ruang X
RS X berjumlah 25 orang. Dalam penetapan sampel dimasukkan dalam kriteria inklusi
dan eksklusi, sehingga jumlah responden yang sesuai kriterian inklusi 25 orang dan 5
orang yang tidak sesuai.
3. Kriteria inklusi
Penentuan jumlah sampel dan populasi pasien stroke di ruang X RS X dengan ketentuan
kriteria inklusi sebagai berikut:
1) Pasien yang bersedian menjadi responden penelitian.
2) Usia diatas 20 tahun.
3) Pasien yang mengalami stroke.
4) Pasien stroke yang tidak mengalami tetraplegi.
5) Pasien stroke yang di rawat inap di RS X.
4. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
D. Etika penelitian
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner dan observasi.
Yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah data dukungan keluarga dan
data ADL dari pasien. Jumlah item pertanyaan untuk kuisioner dukungan keluarga
berjumlah 15 pertanyaan dan 10 pertanyaan untuk observasi ADL. Pada penelitian ini
kuisioner yang digunakan oeh peneliti merupakan kuisioner modifikasi indeks Barthel.
2. Data sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diambil dari rekam medic pasien (nama, jenis kelamin,
umur, diagnose medis), catatan medic, catatan keperawatan di ruang X RS X. Pada
penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada pengambilan data yaitu:
a. Mengukur uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument, suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara
tepat (Notoatmodjo, 2005, hlm. 129). Untuk uji validitas dilakukan uji coba pada 25
reponden di ruang X RS X pada tanggal 19 Desember 2014 9 Januari 2014. Teknik
uji validitas yang dipakai adalah uji Chi-Square.
b. Mengukur uji reliabilitas
Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dan hasilnya valid, maka dilakukan uji
reliabilitas. Reliabilitas aalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapt diandalkan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 133).
Pengujian relibilitas menggunakan rumus koefisien relibilitas alpha cronbach. Criteria
alpha cronbach yaitu apabila nilai r alpha > konstanta (0,6) artinya pertanyaan tersebut
reliable. Jika r alpha < 0,6 artinya pertanyaan tersebut tidak reliable (Eiyanto, 2009,
hlm. 46).
F. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dilakukan pada responden yang telah memenuhi criteria
pengumpulan data. Kemudian dilakukan berbagai tahap yaitu:
1. Mengurus perijinan dari Ketua STIKES Telogorejo sampai ke tempat penelitian RS X.
2. Menyerahkan surat ijin pengambilan data ke ruang Direktorat RS X
3. Mengambil data pendahuluan di bagian rekam medic, setelah mendapat surat balasan dari
pihak RS X.
4. Melakukan sosialisasi kepada kepala ruang X serta perawat ruangan untuk menyamaklan
persepsi dalam melaksanakan penelitian.
5. Peneliti mencari responden dengan penyakit stroke dengan gangguan ADL.
6. Sebelum membagikan kuisioner peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meyakinkan
kepada calon responden bahwa penelitian ini tidak berbahaya dan tida merugikan, serta
penandatanganan lembar persetujuan (inform consent) bagi calon reponden yang bersedia
terlibat dalam peneliitan ini.
7. Setelah responden menandatangani inform consent, peneliti membagikan kuisioner kepada
responden.
8. Memberikan penjelasan mengenai pengisian kuisioner dan menunggui saat pengisian
kuisioner berlangsung.
9. Setelah responden selesai mengisi kuisioner ADL, peneliti mengobservasi dukungan
keluarga pasien dan bertanya tingkat aktivitas sehari-hari kepada responden ataupun
keluarga
10.Untuk mengukur tingkat ADL respponden peneliti hanya melakukan observasi dan cross
cek pada catatan perkembangan responden.
11.Setelah responden selesai, mengisi kuisioner secara lengkap, peneliti mengecek kembali
kuisioner sebelum juisioner sebelum dikumpulkan dan diolah oleh peneliti.
G. Analisis data
1. Pengolahan data menurut Danim & Darwis (2003, hlm. 259), maka data diolah melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Editing (mengedit data)
Editing bertujuan mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara
kriterian data yang bertujuan untuk mneguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.
Dengan tujuan penelitian ini bermakna untuk membuktikan hipotesis. Pada penelitian
ini yang di edit adalah kelengkapan hasil kuisioner.
b. Coading (mengode data)
Coading bertjuan menguantifikasi data kulitatif atau membedakan aneka karakter.
Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengelolaan data, baik
secara manual mapun dengan menggunakan computer. Pada pertanyaan dukungan
keluarga 15 pertanyaan dengan pengkodean 1= baik, 2= cukup, 3= sedang. Dan untuk
pengkodean tingkat ADL yang terdiri dari 10 pertanyaan yaitu 1= mandiri, 2=
b. Analisa bivariat
Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel yang meliputi variabel
bebas (kemandirian ADL) dan variable terikat (dukungan keluarga) (Setiawan &
Saryono, 2011, hlm. 123).
Setelah di uji statistic Chi-Square pada variabel bebas dan variabel terikat didapatkan
nilai probabilitas < dari taraf signifikan 0,003 yang bermakna bahwa:
Hipotesa alternative (Ha) diterima jika p value lebih kecil dari (0,003), hal ini berarti
terdapat pengaruh yang bermakna.
Maka dari hasil penelitian didapatkan hasil p value lebih kurang dari 0,05 yaitu 0,003
maka Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap
kemandirian ADL.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika
Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Announcements: World Stroke Day.
Diakses dari http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6142a4.htm, tanggal 4
Mei 2014
Fadluloh, Siti. 2014. Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam Pemenuhan Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari dengan Harga Diri Rendah Penderita Stroke di Poliklinik
Syaraf RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/922/974 diakses tanggal 3 Mei
2014
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/Siti%20Fathimah
%20Fadlulloh_G1D010051.pdf diakses pada tanggal 3 mei 2014
Indahsari, Putri Nur. 2013. Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas
Hidup Sehari-hari (AHS) pada Lansia dengan Stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi
Sosial Kota Semarang).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu dan seni kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Penyakit pemicu stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Angka Kejadian Stroke Menurut Riskesdas. Diakses dari
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/ tanggal 3 Mei 2014
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta:
EGC
Widiyanto. (2009). Terapi Gerak Bagi Penderita Stroke. MEDIKORA. Vol 5, 118-129
Widuri, Hesti. 2010. Kebutuhan dasar manusia (aspek mobilitas dan istirahat tidur).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Wiwit. 2010. Stroke dan penanganannya. Yogyakarta: Katahati
Junaidi, iskandar. 2006. Stroke A-Z. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular Gramedia
_______.2010. Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Gramedia.
Pinzon, R., Asanti, L., Sugiyanto., & Widyo, K., 2006. Awas stroke!- pengertian, gejala, tindakan,
perawatan dan pencegahan. Yogyakarta: Andi