Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Diare akut masih merupakan penyebab utama moribiditas dan mortalitas anak
di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada
sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat
menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus
umumnya bersifat self limiting sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan
menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare
menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan elektrolit.1
Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan
sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran
17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare dan sejumlah 10% kematian anakanak di bawah umur 5 tahun. Berdasarkan survey morbiditas yang dilakukan Subdit
Diare Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat
kecenderungan insidens yang naik. Pada tahun 2010 terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73
orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, dilihat dari
kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi
terdeteksi pada anak balita (1 4 tahun) yaitu 16,7%.1,2,3
Manajemen dehidrasi merupakan dasar terapi diare. Menurut World Health
Organisation (WHO), pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana,
yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per oral serta melanjutkan pemberian
makanan, terapi non spesifik dengan anti diare, dan dan terapi spesifik dengan
antimikroba. Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit. Tata laksana yang tidak tepat baik yang di rumah
maupun di sarana kesehatan menjadi penyebab utama kematian akibat diare. Salah
Laporan Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang Terehidrasi
Page 1
satu langkah dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.1,3,4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. R.
Umur
: 4 bulan
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
: Perumnas II Waena
Pendidikan ayah
: S-1
Pekerjaan ayah
: Swasta
Pendidikan Ibu
: SMA
Pekerjaan ibu
2.2 ANAMNESIS
2.2.1 Keluhan Utama
Mencret
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 7 hari Sebelum Masuk Rumah
Sakit (SMRS). Keluhan mencret dialami pasien sebanyak 4 5 kali sehari
dengan jumlah setengah gelas vit setiap kali mencret, dengan warna
kehijauan, berampas (-), berlendir (-), dan darah (-), cacing (-) dan bau khas
tinja (+). Keluhan rasa haus berlebihan (+), buang air kecil dengan jumlah
air kencing banyak seperti biasanya (1 pampers penuh) dengan warna
bening. Keluhan muntah (+) sebanyak 1 2 kali dalam sehari setelah setiap
kali makan bubur dengan muntahan berwarna kekuningan, lendir, darah (-)
dan berampas (-), dengan jumlah seperempat gelas vit. Keluhan demam (+)
sejak 7 SMRS hilang timbul setiap pagi dan sore, menggigil
(-),
berkeringat (-) dan riwayat kejang(-). Pasien juga gelisah, rewel, pada
pemeriksaan hari pertama ditemukan mata cowong. Keluhan lainnya yaitu
batuk (-) dan pilek (-).
Bulan ke1, 2
0, 2, 4
BCG
1 kali
DTP
2, 4
: 24 kali /menit
Suhu badan
: 36,9C
Status Gizi
Berat badan
: 5,5 kg
Panjang badan
: 64 cm
Rumus Berrman
Kepala
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
pulmo sinistra
: sonor
:suara nafas vesikuler+/+, Ronchii -/-,
wheezing -/: ictus cordis tidak tampak
: ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
: batas-batas jantung dalam batas normal
: bunyi jantung I-II regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
: Inspeksi
Palpasi
: Cembung
: supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar/lien
21.700/mm3
Negatif
27 Oktober 2015
8,4 g/dl
14.220/L
25,7%
228.000/ L
Negatif
Negatif
Nilai normal
10-16 gr/dl
9000-12.000/mm3
33-38%
200.000-400.000/L
2.5 RESUME
Pasien bayi laki-laki berumur 4 bulan datang diantar ke rumah sakit dengan
keluhan mencret sejak 7 hari SMRS sebanyak 4 5 kali sehari dengan jumlah
setengah gelas vit setiap kali mencret dengan warna kehijauan, tidak berampas,
berlendir, darah. Kemudian pasien merasa haus berlebihan, buang air kecil dengan
jumlah air kencing banyak (1 pampers penuh) dengan warna bening. Pasien juga
muntah sebanyak 1 2 kali setiap kali makan bubur dengan muntahan berwarna
kekuningan, lendir, dengan jumlah seperempat gelas vit. Pasien gelisah dan rewel.
Keluhan demam sejak 7 hari SMRS. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital, heart rate 101 kali/menit, respiratory rate 24 kali /menit, suhu badan 36,9C.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dengan nilai 14.220/L.
2.6 DIAGNOSIS BANDING
-
Demam tifoid
Diare akut et causa intoleransi laktosa
2.9 FOLLOW UP
2.9.1 HARI I (26 Oktober 2015)
S : Demam (+), Mencret (+) sebanyak 3 kali, dengan ampas(-), lendir (-),
darah (-),
muntah (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-Tanda vital : Heart Rate
: 122 kali/menit
Kepala
Respiratory rate
: 34 kali /menit
Suhu badan
: 38C
Perkusi
: Tympani
Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat
Ekstremitas : Akral teraba hangat, udema tungkai (-),
capillary refill time <3.
Kulit
Kepala
Respiratory rate
: 32 kali /menit
Suhu badan
: 36,9C
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
pulmo sinistra
: Sonor
: Suara nafas vesikuler (+/+), Ronchii (-/-),
wheezing (-/-)
: Ictus cordis tidak tampak
: Ictus cordis teraba, thrill (-)
: Batas-batas jantung dalam batas normal
: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi
Palpasi
: Cembung, supel
: Nyeri tekan (-), pembesaran hepar/lien
(tidak teraba/tidak teraba)
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Ekstremitas : Akral teraba hangat, udema tungkai (-),
capillary refill time 3
Kulit
Kepala
Respiratory rate
: 30 kali /menit
Suhu badan
: 36,5C
: Inspeksi
pulmo sinistra
: Sonor
: Suara nafas vesikuler (+/+), Ronchii (-/-),
wheezing (-/-)
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen : Inspeksi
Palpasi
Zink 1 x 10 mg (po)
Liprolac 2 x sachet (po)
Cefadroxil 2 x 1/3 cth (po)
(Pasien boleh pulang)
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa, pasien datang dengan keluhan mencret sejak 7 hari
SMRS. Keluhan mencret dialami pasien sebanyak 4 5 kali sehari dengan jumlah
setengah gelas vit atau 50 ml setiap kali mencret, dengan warna kehijauan,
berampas (-), berlendir (-), dan darah (-), cacing (-) dan bau khas tinja (+).
Didapatkan juga keluhan rasa haus berlebihan (+), muntah (+) sebanyak 1 2 kali
dalam sehari setelah setiap kali makan bubur dengan muntahan berwarna
kekuningan, lendir, darah (-) dan berampas (-), dengan jumlah seperempat gelas vit
atau 25 ml setiap kali muntah. Keluhan demam (+) sejak 7 SMRS hilang timbul
setiap pagi dan sore. Dari anamnesa tersebut dapat ditegakkan diagnosa Diare Akut
Dengan Dehidrasi Ringan Sedang. Walaupun produksi urin banyak seperti biasanya
dalam satu pampers penuh dengan warna bening.
Hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan yaitu, diare akut adalah buang air
besar pada bayi/anak lebih dari 3 kali/per hari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1
minggu Gejala-gejala khas diare akut yaitu ditemukan panas, mual muntah, nyeri
perut, buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam,
dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Kehilangan cairan yang abnormal dan berkali-kali menyebabkan dehidrasi. Cara
objektif menentukan derajat dehidrasi adalah membandingkan berat badan sebelum
dan selama diare dan secara subyektif menggunakan kriteria WHO.8
PENILAIAN
Keadaan Umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, lunglai
atau
Mata
Normal
tidak
sadar
Sangat
Cekung dan
Air Mata
Ada
Kering
Haus,
kering
Sangat
ingin
Kering
minum Malas
banyak
minum atau
tidak
Kembali cepat
bisa
minum
Kembali
Kembali lambat
sangat
Hasil Pemeriksaan
Terapi
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi
lambat
Dehidrasi
Rencana Tipe A
Ringan/Sedang
Rencana Tipe B
Berat
Rencana
Tipe C
Karakteristik Diare
Virus
Adenovirus,
Absorbsi
Calicivirus,
menginvasi
terganggu
vili-vili
usus
halus.
dan
terjadi
diare
Astraovirus.
Bakteri
Vibrio
Enterotoxigenic
cholera,
E.Coli
dan
Enteropathogenic E.Coli.
mukosa.
Salmonella,
Yersinia
enterocolica,
E.Coli,
Enteroinvasive
Enterohemoragic
diare.
E.Coli
Entamoeba hystolitica
Menginfeksi
kolon,
menyebabkan
diare
inflamatorik.
Non Infeksi
Iritable
bowel
syndrome
(IBS)
Malabsorbsi
(Misalnya
bervariasi,
stress.
Gejala
berkaitan
berulang
defisiensi laktosa)
Fase
akut
Inflamatory
Kolitis iskemik
Medikasi
Keracunan makanan
antihipertensif, kemo/radioterapi.
Diare setelah konsumsi makanan
tertentu,
kulit agak lambat karena sudah terrehidrasi selama diobservasi di UGD. Hal ini
sesuai dengan penilaian subyektif menurut kriteria WHO.
Tabel 1 Klasifikasi Dehidrasi Menurut WHO8
PENILAIAN
Keadaan Umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Mata
Normal
Air Mata
Ada
Kering
Sangat Kering
Pada kasus ini, untuk keluhan demam didiagnosis banding dengan demam
tifoid, karena demam yang dialami pasien selama 7 hari yang gejalanya sama
dengan demam tifoid. Namun diagnosa banding ini dapat disingkirkan oleh karena
demam tifoid jarang terjadi pada pasien usia kurang dari 5 tahun. Dilihat dari
pemeriksaan fisik, tidak ditemukan lidah tengah kotor dengan tepi lidah hiperemis.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan, demam tifoid adalah penyakit serius
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Tifoid menimbulkan gejala demam,
lelah, lemah, nyeri perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, dan kadang disertai
ruam. Secara umum, tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Tifoid jarang pada anak usia kurang dari 5 tahun. Dari pemeriksaan fisik, sebagian
besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir
hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali.13
Diagnosa banding diare akut karena intoleransi laktosa. Karena pasien
mengeluh diare terus-menerus selama 7 hari, muntah, dan pasien juga
mengkonsumsi susu. Menurut teori, intoleransi laktosa merupakan gejala klinis akibat
tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat enzim lactase
yang berkurang. Gejala klinis yang diperlihatkan yaitu diare profus, kembung, nyeri
perut, muntah, seirng flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam. 16
Laporan Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang Terehidrasi
Page 19
Sedangkan pada pasien ini, tidak memiliki keluhan sering flatus, merah di sekitar
anus dan bau tinja tidak berbau asam sehingga diagnose diare akut karena
intoleransi laktosa dapat disingkirkan.
Dari penjelasan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan penegakan diagnosa diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
terehidrasi, maka penatalaksanaan yang diberikan dalam kasus ini yaitu IVFD D5
NS 20 tetes per menit mikro, Injeksi Cefotaxim 2 x 225 mg, injeksi Gentamycin 1 x
27,5 mg, injeksi Inj. Ondancentron 3 x 1 mg, injeksi Ranitidin 3 x 2 mg, Zink 1 x 10
mg.
Berdasarkan
teori,
Departemen
Kesehatan
menetapkan
pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare, yang diderita anak balita baik yang
dirawat di rumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu:1
1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurang rasa mual dan muntah. Oralit ini
adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Oralit ini juga menurunkan
kebuthan suplemen tasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja
hingga 20 % serta mengurang kejadian hingga 30 %.
Tabel 3. Komposisi Larutan oralit
Oralit baru Osmolaritas rendah
Natrium
Klorida
Glucosa, anhydrous
Kalium
Sitrat
Mmol/Liter
75
65
75
20
10
Total osmolaritas
245
Untuk anak berumur kurang 2 tahun: berikan 50 100 ml tiap kali buang
air besar
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 200 ml tiap buang air besar.
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
Pada kasus ini, pasien tidak diberikan larutan oralit melainkan diberikan ASI.
2) Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zink mengurangi lama dan beratnya diare. Pemberian zink pada pasien anak
penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang
dikeluarkan. Zink termasuk mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal.
Dosis zink untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) perhari
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zink diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zink dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau
oralit.1
Pada pasien ini, tablet Zink yang diberikan yaitu tablet Zink 1 x 10 mg, karena
umur pasien 4 bulan ( kurang dari 6 bulan) maka dosis yang diberikan 10 mg
atau setengah tablet dari sediaan tablet zink 20 mg.
3) ASI dan makan tetap diteruskan
Pada diare berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu
makan menandakan fase kesembuhan. Pasien dalam kasus ini minum ASI
sehingga dalam 3 hari perawatan, pasien mengalami perubahan yang baik
dalam nafsu makan atau minum ASI sehingga terjadi perbaikan.
4) Antibiotik selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan memperpanjang diare dan akan
menggangu flora usus dan clostridium difficile yang akan tumbuh dan
menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga, antibiotik pada umumnya
tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi
Laporan Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang Terehidrasi
Page 21
adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotika. Hanya sebagian kecil (10 20%) yang disebabkan oleh bakteri
patogen seperti V.Cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella,
Camphylobacter dan sebagainya.
Pada kasus ini,dapat dicurigai mengarah ke etiologi bakteri sehingga
diberikan antibiotik cefotaxime 2 x 275 mg secara intravena, Gentamycin 1 x
12,75 mg intravena. Menurut teori, cefotaxime merupakan derivate-thiazol
(cincin 5 dengan atom N dan S) dari generasi sefalosporin ke-3 yang memiliki
sifat anti-laktamase kuat dan khasiat anti-Pesudomonas sedang. Obat ini sangat
aktif terhadap berbagai kuman Gram-Positif amupun Gram-negatif aerobik.
Waktu paruh plasma sekitar 1 jam dan diberikan tiap 6 sampai 12 jam. Terapi
antimikroba untuk enteropatogen bakteri pada anak cefotaxime dengan indikasi
untuk bakteremia. Dosis anak untuk cefotaxime 50-200 mg/kBB/hari dibagi
dalam 2 kali pemberian.14
Pada pasien, dosis yang diberikan sudah sesuai dengan teori.
Cefotaxime 100 mg/kgBB/hari = 100 mg x 5,5 kg = 550 mg / 2 = 275 mg per 12
jam
Gentamisin berkhasiat terhadap Pseudomonas, proteus dan stafilokokus
yang resisten terhadap penisilin dan metilsilin. Maka obat ini sering digunakan
pada infeksi dengan kuman-kuman tersebut, juga sering dikombinasikan dengan
suatu sefalosporin generasi ke-3. Dosis anak untuk gentamisin 5 7,5
mg/kgBB/hari.4,14,15 Hal ini sesuai dengan terapi yang diberikan pada kasus ini
yaitu pemberian kombinasi gentamisin dan cefotaxime yang merupakan salah
satu selosporin generasi ke-3. Pada pasien ini, dosis yang diberikan 5 mg x 5,5
kg = 27,5 mg intravena per 24 jam.
Pada pasien diberikan Ranitidin 3 x 5,5 mg secara intravena dan
Ondancentron 3 x 4 mg secara intravena. Pemberian Antagonis Reseptor H2
(AH2) yang bekerja menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan
obat muskarinik, stimulasi vagus, atau gastrin. Pemberian ranitidin menghambat
Laporan Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang Terehidrasi
Page 22
reseptor H2 secara selektif dan reversible. Dosis injeksi anak untuk ranitidin 1
mg/kgBB pada 3-4 kali pemberian. Pada pasien ini, dosis ranitidin yang
digunakan 1 mg/kgBB/hari dengan 3-4 kali pemberian.
1 mg x 5,5 kg= 5,5 mg => 5,5 mg per 8 jam
5) Nasihat kepada orangtua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.1
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama
pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan
secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan
elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis
metabolik.5
Prognosis pada diare akut dengan dehidrasi tergantung dengan
penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimicrobial. Pada pasien ini prognosisnya baik, karena penderita sudah
mendapat penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemberian cairan, perawatan
hingga pemberian terapi antibiotik untuk mencegah komplikasi diare yang lebih
berat lagi.
Pada hari perawatan terakhir (ke-3), pasien diberikan liprolac 2 x 1/2
sachet
sebagai
obat
pencegah
diare.
Probiotik
merupakan
sebagai
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pasien By.R yang berumur 4 bulan didiagnosa dengan diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang terehidrasi dengan melihat gejala dan tanda diare akut
dan tanda dehidrasi yang ditemukan pada pasien ini pada hari perawatan
pertama dan sudah mendapatkan penanganan awal di UGD. Penanganan awal
pada pasien ini merupakan tindakan tepat guna mencegah komplikasi lebih
lanjut.
Penatalaksaan diare untuk pasien ini sudah sesuai dengan penatalaksaan diare
menurut 5 pilar penanganan diare sehingga prognosis pada pasien ini baik.
DAFTAR PUSTAKA
Swasta
di
Jakarta.
Volume
6.
Nomor
6.
Maret
2005.
15. Syarif, Amir., Ari Estuningtyas, dkk. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.
16. Hegar, Badriul. Intoleransi Laktosa. http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-