Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya
tarik antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat
melayang dengan bebas serta volumenya tidak menentu.
Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya tarik
antara molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas serta
cenderung untuk mempertahankan volumenya
Untuk memahami segala hal tentang aliran fluida, maka terlebih dahulu
harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifatsifat dasar fluida tersebut
yaitu: berat jenis, kerapatan, tekanan, temperatur, kekentalan.
2.1.1 Berat Jenis
Berat Jenis (specific weight) dari suatu fluida, dilambangkan dengan
(gamma), didefinisikan sebagai berat tiap satuan volume. Dirumuskan sebagai
berikut :
mg
(1)
2.1.2 Kerapatan
Kerapatan suatu fluida didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume
pada suatu temperatur dan tekanan tertentu. Kerapatan dinyatakan dengan (adalah
huruf kecil Yunani yang dibaca rho) dan dirumuskan sebagai berikut :
3
(kg/m )
(2)
oleh perubahan
temperatur
maupun
tekanan
dinamakan
fluida
terhadap kerapatan fluida standard, biasanya air pada 4 C (untuk cairan) dan
udara (untuk gas). Kerapatan relatif (specific gravity disingkat SG) adalah besaran
murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan pada persamaan sebagai berikut :
Untuk fluida gas
(3)
(4)
2.1.4 Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas bidang
yang dikenainya (A). Apabila suatu zat (padat, cair, dan gas) menerima gaya yang
bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan zat tersebut, maka dapat
dirumuskan :
P
dimana;
F
A
(5)
P = tekanan (N/m )
F = gaya (N)
2
A = luas penampang (m )
Satuan SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal) turunan
2
dari Newton/m . Dalam teknik memang lebih banyak digunakan satuan tekanan lain
2
seperti psi (pound per square inch), bar, atm, kgf/m atau dalam ketinggian kolom
zat cair seperti cmHg.
Apabila suatu titik (benda) berada pada kedalaman h tertentu di bawah
permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1, maka berat benda
membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan yang dipengaruhi oleh
kedalaman zat cair ini disebut dengan tekanan hidrostatis. Tekanan ini terjadi
karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan.
P
h
h
Pemahaman
tekanan
mg
Ah g
A
hidrostatis
(6)
A
dengan
melakukan
percobaan
tetapi terletak pada satu garis vertical, maka seluruh lubang akan memancarkan air.
Tetapi, masing-masing lubang memancarkan air dengan jarak yang berbeda.
Lubang paling dasarlah yang memancrakan air paling deras. Jadi, gaya gravitasi
menyebabkan zat cair dalam wadah selalu tertarik kebawah. Semakin tinggi zat cair
dalam wadah, maka akan semakin besar tekanan zat cair itu, sehingga makin besar
juga tekanan zat cair pada dasar wadahnya.
Tekanan Gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan
tekanan atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan yang diukur oleh alat
pengukur tekanan adalah tekanan gauge.Adapun tekanan sesungguhnya disebut
dengan tekanan mutlak.
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer
P
= Pgauge + Patm
(7)
Alat ukur tekanan dan beberapa jenis alat lainnya telah diciptakan untuk
mengukur tekanan, diantaranya yang paling sederhana adalah manometer tabung
terbuka, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Manometer tersebut digunakan
untuk mengukur tekanan tera yang terdiri dari sebuah tabung yang berbentuk U yang
berisi cairan, umumnya mercury (air raksa) atau air.
P1 Z1 Z 2 g m P2 Z 5 Z 4 g sl Z 4 Z 2 g sl
P1 P2 Z 4 Z 2 g m sl
2.1.5 Temperatur
Temperatur berkaitan dengan tingkat energi internal dari suatu fluida.
Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atomatom penyusun benda, makin tinggi temperatur benda tersebut.
Temperatur diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang
paling dikenal adalah Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara
satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti [8] :
0
C : R : ( F-32 ) = 5 : 4 : 9
0
dan K = C + 273
2.1.6 Kekentalan
Kekentalan (viskositas) diartikan sebagai tahanan internal terhadap aliran,
dan beberapa ahli dapat juga mendefiniskan sebagai gesekan dari fluida. Kekentalan
adalah nilai yang diukur dari tahanan fluida yang berubah bentuk karena tegangan
geser (shear stress) maupun tegangan tarik (tensile stess). Dalam kehidupan seharihari dapat kita jumpai pada fluida seperti air, jelly, madu, susu, dapat pula dikatakan
karena tegangan geser air kecil, sehingga mudah jatuh maka viskositas air lebih
kecil dibandingkan dengan madu, karena madu mempunyai tegangan geser internal
yang lebih besar, sehingga saat diteteskan madu lebih sulit untuk jatuh dibandingkan
dengan air.
Pengertian yang paling sederhana adalah bahwa semakin kecil nilai
viskositas maka semakin mudah suatu fluida untuk bergerak. Fluida ideal adalah fluida
yang tidak memiliki tahanan gesekan terhadap tegangan geser, atau biasanya disebut
juga dengan inviscid fluid, sedangkan fluida normal selalu mempunyai tahanan
gesekan terhadap
tegangan geser, yang disebut dengan viskos fluid. Rheology adalah ilmu yang
mempelajari aliran suatu benda. Yang didalamnya terdapat juga konsep viskositas,
thermofluid dan hubungan lainnya.
Hubungan antara tegangan geser dan viskositas dan perubahan kecepatan
dapat dipahami pada kasus aliran diantara dua plat datar seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.3. Misalkan jarak antar plat adalah y dan diantara plat tersebut terdapat
fluida dengan isi yang homogen. Asumsikan bahwa plat sangat luas. Dengan luas
A yang besar, pengaruh rusuk dapat dianggap tidak ada. Pada plat bagian bawah
diaanggap tetap lalu diberikan gaya sebesar F pada plat atas. Bila ternyata gaya ini
menyebabkan material diantara dua plat bergerak dengan perubahan kecepatan u, gaya
yang diberikan proposional dengan luas dan perubahan kecepatan.
Gambar 2.3 Perubahan bentuk akibat dari penerapan tegangan geser [13]
Gaya yang diberikan sebanding dengan luas dan gradien kecepatan dalam fluida:
F A
u
y
(10)
sehingga:
(11)
1
0
dimana;
2
-1
Gambar 2.4 Perbandingan laju regangan geser terhadap tegangan geser [15]
Keterangan:
Newtonian: fluida yang memiliki nilai viskositas konstan, misalnya air dan
juga sebagian besar gas.
10
A Bingham plastic adalah material yang mempunyai wujud solid ketika teganan
kecil tetapi mengalir ketika diberi tegangan besar is a material that behaves as
a solid at low stresses but flows as a viscous fluid at high stresses.
Perbandingan antara viskositas dinamik dan kerapatan (density) disebut
(12)
Kerapatan, viskositas kinematis dan viskositas dinamik suatu fluida sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Sifat-sifat fisik air dan berbagai zat cair lainnya
terhadap pengaruh variasi temperatur diberikan di dalam Tabel A1 pada lampiran.
Sedangkan
fluida
viskos
adalah
fluida
yang
tidak mengalir
mudah, seperti madu dan aspal. Sementara itu, fluida tak-viskos adalah fluida yang
mengalir dengan mudah, seperti air.
Gambar 2.5 Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah) [16]
antara
aliran
laminar
dan
turbulen
secara
eksperimen
dipaparkan oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883. Eksperimen itu dijalankan
dengan menyuntikkan cairan berwarna ke dalam aliran air yang mengalir di dalam
tabung kaca. Jika fluida bergerak dengan kecepatan cukup rendah, cairan berwarna
akan mengalir di dalam sistem membentuk garis lurus tidak bercampur dengan
aliaran air, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 (a).
Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara laminar. Jadi pada
prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi eksperimen ini, maka
terdapat garis alir. Bila kecepatan fluida ditingkatkan, maka akan dicapai suatu
kecepatan
kritis.
Fluida
mencapai
kecepatan
kritis
dapat
ditandai
dengan
terbentuknya gelombang cairan warna. Artinya garis alir tidak lagi lurus, tetapi mulai
bergelombang dan kemudian garis alir menghilang, karena cairan berwarna mulai
menyebar secara seragam ke seluruh arah fluida air, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 2.6 (b).
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu) dalam
bentuk arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak lagi laminar. Pada
kondisi seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan sejajar, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.6 (b).
Gambar 2.6 Percobaan Reynold tentang Aliran laminar (a) dan aliran turbulen (b) [17]
= kecepatan rata-rata
atau m)
v
= /
kecepatan
aliran
laminer
dalam
pipa
dianalisa
dengan
Gambar 2.7 Gerakan sebuah elemen fluida dalam sebuah pipa silindris [9]
Jika gaya gravitasi diabaikan, tekanan hanya berbeda dalam arah x. Jika tekanan
berkurang dalam arah x, maka
P2 = P1 P
(p > 0)
(14)
Menerapkan hukum kedua Newton (F = ma) tentang gerak untuk elemen fluida
silinder
2
(15)
2
r
Gambar 2.8 Diagram benda bebas dari sebuah silinder fluida [9]
(16)
Tegangan geser bervariasi dari garis tengah pipa (pada r = 0) hingga
dinding pipa (pada r = D/2), maka
(17)
Dimana w adalah tegangan geser maksimum (the wall shear stress).
Tegangan
sepanjang pipa. Penurunan tekanan dan tegangan geser dinding dihubungkan oleh
persamaan :
(18)
Berdasarkan teori aliran laminer fluida Newton, tegangan geser hanya
sebanding dengan gradien kecepatan ( = du/dr). Dan dalam notasi yang terkait
dengan aliran pipa, persamaan menjadi :
(19)
Tanda negatif diindikasikan untuk memberikan > 0 dengan du/dr < 0
(kecepatan menurun dari garis tengah pipa hingga dinding pipa)
Gambar 2.9 Distribusi tegangan geser dalam fluida dalam pipa (aliran laminar atau
turbulen) dan profil kecepatan khusus [9]
(20)
Dimana Vc adalah kecepatan garis tengah. Profil kecepatan yang diplot seperti dalam
Gambar 2.8 adalah parabola dalam koordinat radial r, memiliki kecepatan maksimal
Vc di tengah pipa, dan kecepatan minimum (nol) di dinding pipa tersebut.
(21)
Laju aliran volume :
(22)
Persamaan [19] biasa disebut Hukum Poiseuille. Dan aliran laminer dalam pipa
disebut aliran Hagen-Poiseuille.
Kecepatan rata-rata :
(23)
2.2.1.2 Aliran Turbulen
Parameter untuk aliran turbulen didiskripsikan dalam gambar 2.9:
Gambar 2.10 Time-averaged, , dan fluctuating, u, deskripsi parameter untuk aliran turbulen
[9]
Kecepatan fluida dalam aliran pada suatu titik dapat dianggap sebagai
waktu rata-rata dari kecepatan fluida. Jadi jika u = u (x,y,z,t) adalah komponan
kecepatan fluida sesaat di beberapa titik, maka nilai waktu rata-rata, , adalah
(24)
dimana interval waktu T
terpanjang.
Dalam konsep tegangan geser untuk aliran turbulen, ini tidak sebanding
dengan gradien kecepatan waktu rata-rata ( d /dy). Aliran ini juga berisi
kontribusi yang disebabkan oleh fluktuasi acak dari komponen kecepatan. Tegangan
geser turbulen dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
(25)
Dimana lm panjang pencampuran antar partikel fluida secara acak, dari daerah yang
kecepatannya sama ke daerah yang kecepatannya berbeda.
Profil kecepatan untuk aliran turbulen pada pipa halus dapat dinyatakan
dalam bentuk profil kecepatan hukum pangkat (power-law velocity profile) yaitu :
(26)
Dalam pernyataan ini, nilai n adalah fungsi dari bilangan Reynolds, dengan nilainilai tertentu antara n = 6 dan n = 10. Karakteristik profil kecepatan turbulen yang
didasarkan pada pernyataan power-law ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Karakteristik profil kecepatan aliran laminar dan aliran turbulen [9]
:
=
(AV)1
untuk fluida inkompresibel :
(AV)2
(27)
(AV)1
(AV)2
(28)
Q1
Q2
1 = 2
sehingga,
dimana;
Ep Ek P1
dimana;
Energi keluar
Ep Ek P2
(29)
mV
mgh
P
2
mgh
mV
2
dibagi dengan m
menjadi bentuk energi
1 spesifik
Y (J/kg) :
(30)
2
22
P
gh
2
m 1
P
gh
2
m
P
gh
1 =
2
V
gh
(31)
2
dengan
1
m
(32)
P
h
2g
=
1
P
h
2g
(33)
2
"v /2g", dan head tekanan "p/g". Head ketinggian menyatakan energi potensial yang
dibutuhkan untuk mengangkat air setinggi "m" kolom air. Head kecepatan
menyatakan energi kinetik yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi "m"
kolom air. Yang terakhir, head tekanan adalah energi aliran dari "m" kolom air yang
mempunyai berat sama dengan tekanan dari kolom "m" air tersebut.
2g
V
P
h
2g h
l
2
(34)
2g
hl
2g
dimana; H = Hpompa
(35)
Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada
suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah
masuk (Entrance Region). Daerah tersebut sekitar beberapa kali permulaan dari
sebuah
pipa yang dihubungkan pada sebuah tangki atau bagian awal dari saluran duct
udara panas yang berasal dari sebuah tangki seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.15.
Gambar 2.15 Daerah masuk, aliran berkembang, dan aliran berkembang penuh dalam
sistem pipa [9]
Panjang pipa antara awal dan titik di mana aliran mulai berkembang
penuh disebut Entrance Length. Dilambangkan oleh Le, Entrance Length merupakan
fungsi bilangan Reynolds dari aliran tersebut. Secara umum,
untuk aliran laminer :
(36)
(37)
Aliran antara (2) dan (3) disebut aliran berkembang penuh (fully develoved
flow). Selanjutnya aliran tersebut terganggu oleh belokan, katup dll. Di luar
gangguan tersebut aliran secara bertahap mulai kembali ke karakternya berkembang
penuhnya. Di daerah inilah gradien tekanan dan gaya geser menyeimbangkan satu
sama lain dan aliran terus dengan profil kecepatan konstan. Gradien tekanan tersebut
tetap konstan.
Di daerah masuk (Entrance Region) fluida melambat. Dengan demikian,
daerah tersebut ada keseimbangan antara gaya inersia, gaya tekan dan gaya geser. Dan
gradien tekanannya tidak konstan.
2.2.5 Distribusi Kecepatan, Tegangan Geser dan Kapasitas Aliran
Aliran fluida inkompresibel yang bergesekan akan menimbulkan perubahan
kecepatan pada penampang sistem aliran. Perubahan vektor kecepatan aliran ini
dapat dinyatakan dalam suatu persamaan matematika yang dapat digambarkan dalam
bentuk distribusi kecepatan.
Perubahan kecepatan akibat adanya pengaruh gesekan akan menimbulkan
perubahan tegangan geser sepanjang aliran. Perubahan tegangan geser juga dapat
dinyatakan dalam sebuah persamaan matematika yang dapat digambarkan dalam
bentuk distribusi tegangan geser.
Persamaan
matematika
untuk
distribusi
kecepatan
diperoleh
dengan
II
Newton
untuk
menentukan
total
gaya
menggabungkan
dengan
persamaan
deformasi
linier
fluida
akan
diperoleh
aliran
homogen
adalah
model
dari
aliran
dua
fase
yang
mengasumsikan bahwa kedua fase tercampur dengan baik dan mengalir dengan
kecepatan yang sama. Sedangkan aliran terpisah mengasumsikan bahwa kedua fase
mengalir secara terpisah dengan kecepatan yang berbeda.
Dengan pendekatan aliran homogen tersebut, penghitungan terkait sifat-sifat
fisik campuran dapat dijabarkan sebagai berikut:
Densitas campuran
m Co o C w
(38)
w
dan
Viscositas campuran
m Co o C w
denga
n
(39)
(40)
Volume occupied by
C
o il
o
Total volume of flow
dan
occupied by water
C w Volume
Total volume of flow
(41
dimana
;
Kecepatan rata-rata
campuran
Qm
(42)
A
Sehingga Bilangan Reynold campuran didefinisikan sebagai
Rem
V
D
m m
(43)
penentuan pola aliran bersifat subjektif dan bahkan memiliki kelemahan jika
aliran terkena refraksi cahaya.
Penggunaan konduktivitas probe seperti yang dilakukan Trallero dkk.
(1997) serta Nadler dan Mewes (1995) dan juga penggunaan probe impedansi
frekuensi tinggi seperti pada Vigneaux dkk. (1988) dan Angeli dan Hewitt
(2000). Kelebihan metode ini adalah hasil yang lebih akurat dan obyektif.
Densitometri sinar Gamma seperti yang digunakan oleh Soleimani (1999),
Elseth dkk. (2000) merupakan metode lain yang akurat.
Temperatur Aliran
42 C
Viskositas Air
0.894 mPas
Viskositas Minyak
18 mPas
Densitas Minyak
834 kg/m
Diameter Pipa
24.5 mm
8.6 m
Gambar 2.16 Pola aliran mixed (M), stratified (S) dan bubble (B) untuk laju aliran tertentu [4]
Ketiga rezim aliran tersebut dapat teridentifikasi baik dalam keadaan aliran
laminar maupun aliran turbulen. Pada rasio input terendah, fase minyak tampak
sebagai bubble yang terbentang cukup luas . Seiring dengan meningkatnya rasio
input, aliran berubah menjadi stratified. Dengan peningkatan lebih lanjut dari rasio
input aliran menjadi mixed.
Charles dkk. (1961) melakukan penelitian yang sama pada tiga jenis
minyak yang berbeda yang masing-masing dicampur dengan air pada pipa
horisontal. Rasio input minyak-air berkisar 0,1-10,0. Tabel 2.2 menunjukkan data
eksperimen.
Tabel 2.2 Data eksperimen Charles dkk. [4]
Fluida
Temperatur Aliran
Viskositas Minyak
6.29 , 16.8 , 65
Densitas Minyak
998 kg/m
Diameter Pipa
26.4 mm
7.3 m
Gambar 2.17 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai
kecepatan minyak, untuk kecepatan aliran air konstan rendah 0,03 m/s [4]
Gambar 2.18 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai
kecepatan minyak, untuk kecepatan aliran air konstan 0,21 m/s [4]
Gambar 2.19 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai
kecepatan minyak, untuk kecepatan aliran air konstan tinggi 0,03 m/s [4]
pipa sudden contraction pada bagian pipa besar (upstream) dan pipa
kecil (downstream).
(a)
(b)
35
Gambar 2.20 Gambar fotografi aliran air-minyak akibat pipa sudden contraction (a) dan
sudden expansion (b) pada bagian upstream dan downstream [2]
aliran
seperti
diameter
pipa,
design
inlet,
dipelajari
oleh
Soleimani dkk. (1997), dan sudut kemiringan pipa sebagai parameter lain yang dapat
mempengaruhi pola aliran yang tampak. Inlet (yaitu pencampuran unit minyak/air)
dapat dibentuk dengan cara yang cenderung untuk menjaga aliran bertingkat. Atau,
inlet dapat
dibentuk
untuk
aliran
terdispersi.
Sifat
pelarutan
juga
dapat
mempengaruhi pola aliran sebagaimana yang telah diselidiki oleh Clark (1949),
Angeli (1996) serta Angeli dan
pelarutan oleh minyak agar terjadi
Hewitt
(2000).
Secara umum,
lebih
dipilih
kontinyuitas dispersi minyak dibanding dengan pelarutan oleh air untuk mendukung
dispersi air yang kontinyu.
tekanan atau
kehilangan
tekanan.
Berdasarkan
lokasi
timbulnya
kehilangan, secara umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu: kerugian mayor dan kerugian minor.
(44)
Dimana hl adalah head loss antara bagian (1) dan (2). Dengan asumsi aliran
berkembang penuh, luas penampang konstan dan pipa horisontal, maka D1 = D2
(sehingga V1 = V2) dan z1 = z2. Persamaan energi menjadi :
(45)
Jadi head kerugian mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida
berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
Untuk aliran laminer, berkembang penuh, pada pipa horisontal, penurunan
tekanan dapat dihitung secara analitis, diperoleh :
(46)
Dengan mensubtitusikannya ke dalam persamaan (43) maka diperoleh :
(47)
Untuk aliran turbulen, berkembang penuh, penurunan tekanan dan head
loss dievaluasi dengan menggunakan hasil eksperimen dan analisa dimensi. Penurunan
tekanan aliran turbulen disebabkan oleh gesekan pipa daerah-konstan horizontal
dan dapat ditulis dalam bentuk fungsional sebagai :
p = F (V, D, l, , , )
dimana V adalah kecepatan rata-rata, l adalah panjang pipa, adalah ukuran kekasaran
dinding pipa, adalah viskositas fluida, dan adalah densitas fluida.
Dalam bentuk tanpa dimensi :
(48)
dimana /D kekasaran relatif pipa. Dengan asumsi bahwa penurunan
tekanan
(49)
Kuantitas pD/(lV /2) disebut faktor gesekan f. Jadi penurunan tekanan adalah
:
(50)
dimana
(51)
Head loss mayor untuk aliran turbulen diperoleh dengan menggabungkan
persamaan (43) dan persamaan (52), sehingga :
(52)
Persamaan ini disebut persamaan Darcy-Weisbach, berlaku untuk setiap aliran,
berkembang penuh, steady, inkompresibel baik pada pipa horizontal maupun di
atas bukit. Sedangkan faktor gesekan f, disebut sebagai faktor gesekan Darcy.
Faktor gesekan f untuk aliran laminer adalah f = 64/Re dan tidak
bergantung dengan kekasaran relatif pipa /D. Sedangkan untuk aliran turbulen,
ketergantungan fungsional f = (Re, /D) adalah kompleks. Hasil tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus Colebrook berikut :
1
f
/ D
2.0 log
2.51
3.7
Re f
(53)
Rumus tersebut diplot pada tahun 1944 oleh Moody ke dalam apa yang disebut
Diagram Moody (Gambar 2.20). Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan
fungsi bilangan Reynold dan kekasaran relatif pipa. Nilai-nilai kekasaran yang
khas untuk berbagai permukaan pipa ditampilkan pada Tabel 2.5.
Kekasaran Ekivalen,
Ft
Mm
Paku baja
0.0030.03
0.99.0
Beton
0.0010.01
0.33.0
0.00060.003
0.180.9
0.00085
0.26
Besi galvanisir
0.0005
0.15
0.00015
0.045
Pipa saluran
0.000005
0.0015
Plastik, gelas
0,0 (halus)
0,0 (halus)
Kayu diamplas
Besi tuang
36
minor
diberikan
dalam
bentuk
koefisien
kerugian
(loss
(54)
Sehingga, head loss:
(55)
Cara menentukan nilai koefisien kerugian, K untuk berbagai bentuk
transmisi pipa dan berbagai jenis komponen sistem pipa akan diperinci seperti di bawah
ini:
a. Ujung masuk (inlet) dan ujung keluar (exit) pipa
Fluida mungkin mengalir dari reservoir ke dalam pipa dengan bentuk
ujung masuk tertentu. Jika V menyatakan kecepatan aliran setelah masuk pipa,
maka nilai koefisien kerugian, K dari persamaan 56 untuk berbagai bentuk ujung
masuk pipa yang terhubung dengan reservoir diperlihatkan pada Gambar 2.21.
K = 0,8
K = 0,5
K = 0,2
K = 0,04
3
7
Gambar 2.22 Koefisien kerugian berbagai bentuk ujung masuk pipa (inlet) : (a) reentrant,
K = 0,8, (b) sharp edged, K = 0,5, (c) slightly rounded, K = 0,2, dan (d) well rounded, K = 0,04
[9]
Untuk menghitung kerugian pada ujung pipa keluar, menurut Sularso (1987)
digunakan rumus seperti persamaan:
hl minor K
V2
2g
(56)
42
Gambar 2.23 Karakter aliran di belokan dan koefisien kerugian yang terkait [9]
c. Komponen-komponen pipa
Beberapa komponen pipa yang tersedia secara komersial (seperti katup,
siku, tee, dsb), nilai koefisien kerugian K sangat bergantung pada bentuk
komponen dan sangat lemah pada bilangan Reynolds yang besar. Nilai-nilai khas K
untuk untuk komponen tersebut diberikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Nilai koefisien kerugian minor K berbagai komponen sistem perpipaan [9]
Gambar 2.24 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden expansion [9]
d
1
K 1 2
d2
(57)
44
Gambar 2.25 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden contraction [9]
2
d
K 0,42 1 2
d2
(58)
Terdapat tiga teknik lainnya yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai
k pada pipa pengecilan mendadak, yaitu: pendekatan terhadap profil gradien
tekanan, penghitungan dengan mempertimbangkan momentum impuls serta analisa
terhadap daerah efektif aliran.
1) Pendekatan terhadap profil gradient tekanan
Dari prinsip Bernoulli untuk perubahan diameter pada seksi uji, didapatkan:
P 1V h
2
f
m
2
2
4
(59)
dimana p adalah beda tekanan pada seksi uji akibat perubahan diameter
penampang yang didapatkan dengan mengekstrapolasi profil penurunan tekanan
berkembang penuh pada upstream and downstream ke titik pengecilan (contraction).
Data didapat secara eksperimental menggunakan data bagian B pada Gambar 2.26.
Gradient tekanan dihitung dengan
f V
2
D 2
(60)
Dimana
f 0.3164(Re)
0.25
(61)
hf adalah rugi energi gesek tiap satuan massa. V2 adalah kecepatan rata-rata campuran
pada pipa yang lebih kecil. Sedangkan adalah is rasio antara diameter pipa yang
lebih kecil dan pipa yang lebih besar.
Dengan
apat:
2
V2
(62)
k.
Ber ikut ini adalah salah satu teknik untuk memprediksi koefisien i kontraksi,
rug
hL
2
V2 1
2 c c
(63)
C c
(64)
c V
2
A V
c
(65)
uc umax =
2 p1
1
2
u1
(66)
Dari prinsip kontinuitas antara daerah 3 dan 2 untuk aliran inkompresibel, kecepatan
pada daerah 2 u2 adalah:
u2 A2 uc Ac
(67)
1
k
A2
(68)