You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekembangan industri di Indonesia semakin pesat seiring dengan meningkatnya taraf
ekonomi masyarakat Indonesia. Namun harus diakui perkembangan itu juga memiliki
dampak negatif, salah satunya pencemaran udara. Makassar termasuk 5 kota besar di
Indonesia yang tingkat polusinya tinggi. Belum lagi akibat kemajuan tekhnologi
nuklir yang semakin merambah keberbagai sektor baik untuk kegiatan penelitian,
medis ataupun kegiatan industri lainnya.
Disadari atau tidak penduduk dunia selalu mendapat pencemaran yang berasal dari
radioaktif dan non radioaktif. Radiasi yang berasal dari radioaktif umumnya radiasi
alam dan buatan. Radiasi alam yang diterima penduduk dunia sekitar 87% terdiri dari
51% Radon dan isotopnya, 10% sinar kosmik, 12% radiasi internal gamma, 14%
radiasi eksternal gamma dan sebanyak 13% berasal dari radiasi buatan, 12% kegiatan
medik dan yang lainnya 1% seperti jatuhan radioaktif, kegiatan instalasi nuklir dan
dari kerja radiasi (4).
Komisi Proteksi Radiasi Amerika Serikat (National Commision Radiaton Protection)
memperkirakan bahwa penduduk Amerika Serikat menerima paparan radiasi tahunan
rata-rata 3,6 mSv, dimana 55% dari dosis tersebut berasal dari Radon. Badan Proteksi
Radiasi Inggris (National Radiological Protection Board) melaporkan 51% dari dosis
total yang diterima penduduk Inggris (2,5 mSv) berasal dari Radon sebanyak 47%
1

dan Thoron 4%

(8)

.Besarnya radiasi yang berasal dari Radon dan Thoron, sehingga

perlu dilakukan studi tentang keamanan lingkungan berdasarkan konsentrasi Radon


dan Thoron tersebut di berbagai tempat termasuk Kota Makassar.
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di
Kawasan Timur Indonesia. Secara geografi kota Makassar terletak pada koordinat
119o2417,38 BT dan 5o86,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25
meter dari permukaan laut. Kondisi topografi daerah relatif mendatar dengan
kemiringan 0-5o ke arah Barat, diapit dua muara sungai yakni Sungai Tallo yang
bermuara di bagian Utara kota dan Sungai Jeneberang yang bermuara di Selatan kota.
Total luas daerah Kota Makassar kurang lebih 175,77 km 2 termasuk 11 pulau di Selat
Makassar dan luas wilayah perairan kurang lebih 100 km 2. Jumlah kecamatan di
Kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara
kecamatan tersebut, ada Tujuh kecamatan berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan
Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota
Makassar berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah Utara dengan
Kabupaten Pangkep, sebelah Timur dengan Kabupaten Maros, sebelah Selatan
dengan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat dengan Selat Makassar (3).

Berkaitan dengan konsentrasi besarnya radiasi yang berasal dari Radon dan Thoron di
Kota Makassar, Peneliti belum pernah mendapatkan data tentang hal tersebut

sehingga perlu dilakukan studi tentang analisis konsentrasi Radon dan Thoron di Kota
Makassar.
1.2. Ruang Lingkup
Gas radioaktif yang berada di dalam tanah sebagaian besar adalah gas radon yang
berasal dari hasil peluruhan yang terus menerus dari U-238 yang ada di alam sampai
pada isotop stabil Pb-206. Untuk menuju kestabilan gas radioaktif Radon
memancarkan radiasi alfa. Dengan demikian keberadaan gas Radon dapat dideteksi
dengan adanya sinar alfa yang dipancarkan, detektor yang digunakan adalah Cr-39.
Ruang lingkup pada penelitian ini dilakukan pengukuran dan analisis laju dosis
radiasi pada beberapa titik di Kota Makassar dengan menggunakan metode
pengukuran langsung di udara dengan Dosimeter dan pengukuran dengan
menggunakan detektor Cr-39 selama 3 bulan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Melakukan pengukuran radiasi Radon dan Thoron pada beberapa rumah
penduduk di kota Makassar
2. Melakukan analisis hasil pengukuran radiasi Radon dan Thoron pada rumah
penduduk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur-Unsur Radioaktif Alam


Di alam unsur-unsur radioaktif alam dapat dikelompokan ke dalam empat deret
peluruhan, yaitu deret Thorium (deret dengan nomor massa A=4n, dimana n=bilangan
bulat), deret Neptunium (A=4n+1), deret Uranium (4n+2) dan deret Aktinium
(A=4n+3).
Deret Thorium bermula dari isotop Thorium-232 yang memiliki unsur paruh 1,4x1010
tahun dan berakhir pada isotop Thorium D (Pb 208). Deret Neptunium bermula dari
isotop Plutonium-241 dengan umur paruh 13,2 tahun dan berakhir pada isotop
Bimuth-209 (Bi 209). Deret Uranium bermula dari isotop Uranium-238 dengan umur
paruh 4,5x109 tahun dan berakhir pada isotop Radium G (Pb 206). Deret Aktinium
bermula dari isotop Uranium-235 dengan umur paruh 9x108 tahun dan berakhir pada
isotop Aktinium G (Pb 207) (7).
Namun pada keempat deret peluruhan diatas yang masih terdapat di alam hanya
tinggal tiga deret peluruhan, yaitu deret Uranium, deret Thorium dan deret Aktinium,
sedangkan deret Neptunium telah habis mengalami peluruhan karena umur paruh
induknya relatif sangat pendek jika dibandingkan umur bumi yang sangat panjang.

Usaha-usaha pengukuran terhadap banyaknya Uranium-238, Thorium-232 dan


Uranium-235 yang dikandung oleh berbagai jenis batuan dan bahan-bahan mineral
telah dilakukan orang antara tahun 1940 sampai 1950. Hasil pengukuran mereka
menunjukan bahwa kandungan ketiga radioisotop alam tersebut bervariasi terhadap
jenis batuan dan mineral maupun lokasi.
Kandungan Uranium bervariasi antara 1 ppm sampai lebih tinggi dari 10 ppm dengan
rata-rata 2 ppm. Hal ini berarti bahwa terdapat 2 gram Uranium setiap 10 6 gram
batuan. Mengingat massa jenis bumi sebesar kira-kira 5,5 x 103 kg/m3 maka
pengertian diatas akan berarti terdapat 1 kg Uranium dalam 1000 m 3 batuan.
Kandungan Thorium didapatkan 3 kali lebih besar dari kandungan Uranium,
sedangkan kandungan Radium terdapat hanya sekitar seperjuta kandungan Uranium.
Penelitian kandungan Uranium di bumi menunjukan bahwa bijih Uranium
mengandung 99,28% Uranium-238, 0,71% Uranium-235 dan 0,0058% Uranium-234.
Mengingat Umur paruh moyang radioisotop Uranium

dan Thorium dalam orde

ribuan juta tahun, maka radioisotop-radioisotop hasil peluruhannya yang merupakan


anggota dari masing-masing ketiga deret peluruhan radioakti tersebut boleh dikatakan
dalam kesetimbangan radioaktif. Hal tersebut berarti bahwa banyaknya peluruhan
persatuan waktu persatuan volume atau yang biasa disebut konsentrasi aktivitas (n)
adalah sama untuk masing-masing radioisotop hasil peluruhan dalam setiap deret
peluruhan berurutan.

Gambar 2.1 Deret Uranium

Gambar 2.2 Deret Aktinium

Gambar 2.3 Deret Thorium

Gambar 2.4 Deret Neptunium

Dengan mengingat bahwa 1 pico Currie(pc) sama dengan 2,22 peluruhan permenit,
maka konsentrasi aktivitas dalam satuan picocurie tiap satuan volume diberikan oleh
n/2,22 dimana adalah tetapan radioaktif dan n adalah banyaknya atom tiap satuan
volume. Mengingat berbanding terbalik dengan umur paruh T1/2, maka deret
peluruhan yang ada dalam keadaan kesetimbangan radioaktif, banyaknya atom

10

persatuan volume masing-masing isotop dari deret peluruhan akan berbanding lurus
dengan umur paruhnya. Sebagai contoh adalah banyaknya kandungan U-234 dalam
gram/m3 sama dengan (234 x 5 . 105)/(238 x 4,5 . 109) kali kandungan U-238, yakni
kandungan U-234 sama dengan 5,8 x 10-5 kandungan U-238. Nilai ini sesuai dengan
hasil pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu sebesar 0,0058/99,28.
Dengan cara ini seandainya konsentrasi aktivitas U-238 sama dengan Th-232 maka
kandungan Th-232 akan tiga kali kandungan U-238.
Disisi lain seandainya konsentrasi aktivitas radioisotop-radioisotop dari deret U-235
itu sebesar 0,17 kali kandungan U-238, sedangkan kenyataannya kandungan U-235
itu sebesar 0,17/99,28 atau 0,007 kali kandungan U-238. Ternyata konsentrasi
aktivitas radioisotop-radioisotop dari deret U-235 hanya 0,007/0,17 atau sekitar 4%
dari konsentrasi radioisotop-radioisotop deret U-238. Hasil pengukuran diperoleh
bahwa :
1.

Radioisotop-radioisotop hasil peluruhan dalam setiap seri peluruhan

berurutan pada dasarnya ada dalam kesetimbangan radioaktif satu sama lain
2. Konsentrasi aktivitas radioisotop-radioisotop dari deret U-235 hanya 4% dari
konsentrasi aktivitas radioisotop-radioisotop dari deret U-238 ataupun dari
konsentrasi aktivitas radioisotop-radioisotop dari deret Th-232
Kesetimbangan radioaktif dalam deret peluruhan hanya terjadi sampai pada Radium
saja. Hal ini disebabkan Radon yang merupakan hasil peluruhan Radium berupa gas
mulia akan segera mendifusi dari tempat terjadinya ke permukaan bumi. Namun
demikian tidak semua gas Radon-222 yang terjadi pada Radium-226 dalam batuan

11

dapat langsung keluar ke permukaan bumi karena ada yang terperangkap oleh poripori batuan/tanah.
2.2 Sifat-Sifat Fisik Gas Radon dan Thoron
2.2.1 Sifat Fisik Gas Radon
Radon yang dalam rantai peluruhan Uranium didalam tabel unsur-unsur periodik
termasuk dalam golongan gas mulia yang sifatnya seperti gas inert (lembam), unsur
yang beratom tunggal, tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan dan tidak
mengalami reaksi kimia dengan unsur alam lainnya serta mudah larut dalam air.
2.2.2 Sifat Fisik Gas Thoron
Rn-220 merupakan unsur yang terbentuk dari peluruhan Thorium, memiliki sifat
tidak berwarna, tidak terasa, tidak dapat dilihat dengan mata dan merupakan gas
monoatomik, mempunyai nomor massa 220 dan nomor atom 86 serta merupakan
isotop Radon. Karena Thoron merupakan isotop Radon, maka Thoron relatif
mempunyai sifat yang sama dengan gas Radon.

2.3 Sumber-Sumber Radon dan Thoron


2.3.1 Sumber Dari Lingkungan

12

Sumber-sumber Radon dan Thoron berasal dari faktor-faktor geologi yang


mengontrol kandungan Thorium dan Uranium di dalam tanah. Gas Radon dan Thoron
di udara berasal dari patahan tanah (fault) ataupun tumbukan (karena pergerakan dua
lempeng di dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya tumbukan, akumulasi energi)
dan menyebabkan terjadinya magma, sumber air panas, kemudian berdifusi melalui
tanah menuju udara.
Konsentrasi gas Radon di dalam tanah dipengaruhi oleh faktor kedalaman tanah,
porositas, suhu dan kelembaban (kondisi meteorologi). Konsentrasi gas Radon dan
Thoron akan bertambah dengan kedalaman tanah, karena sumber gas Radon dan
Thoron berada dalam perut bumi. Penelitian terbaru juga memperlihatkan konsentrasi
gas Thoron diluar ruangan untuk 1 meter di atas permukaan laut sebesar 16 Bq/m 3
dan 6 Bq/m3 untuk Radon. Konsentrasi gas Radon di dalam tanah naik secara tajam
mulai dari kedalaman 0 sampai 1 meter dan mulai konstan setelah mencapai
kedalaman 1,5 meter. Selain itu, korelasi suhu tanah dengan gas Radon dan Thoron
cukup nyata, jika suhu tanah turun gas tanah akan mengalami penyusutan sehingga
konsentrasi gas Radon dan Thoron akan naik (2). Hal ini sesuai dengan hokum BoyleCharles yang menjelaskan bahwa gas tanah akan naik sebasar 1/273 dari volumenya
untuk setiap kenaikan suhu 1C.
Air juga memberikan konstribusi yang cukup berarti tehadap konsentrasi gas Radon
dan Thoron di lingkungan. Air tanah menembus batuan lapisan kerak dan ronggarongga batuan dan tanah yang mengandung gas Radon serta Thoron akan dilarutkan.
Jika air tanah ini menuju ke permukaan maka Radon dan Thoron yang terdapat dalam

13

air akan menguap ke atmosfer. Konsentrasi gas Radon dan Thoron dalam air sangat
bergantung pada karakteristik bantuan yang dilewati oleh air tanah tersebut.
Konsentrasi Radon di dalam sumber air panas relatif tinggi dibanding air sumur,
karena kandungan Uranium di sumber panas relatif tinggi dibandingkan dengan air
sumur. Hasil penelitian gas Radon dalam air di beberapa lokasi di Jakarta

(5)

berkisar

6 Bq/l, dan masih di bawah nilai batas konsentrasi gas Radon maksimum yang
direkomendasikan oleh Badan Poteksi Lingkungan Amerika Serikat (EPA) yaitu
sebesa 11 Bq/l.
Konsentrasi gas Radon di atmosfer yang berasal dari air laut sangat kecil 3,3 . 10-2
Bq/Kg. Hal ini disebabkan oleh karena kandungan Uranium dan Radium di dalam air
laut sangat rendah sekali dibandingkan dengan yang terdapat pada batuan atau tanah
di daratan.

2.3.2 Sumber-sumber Radon dan Thoron di Dalam Ruangan


Gas Radon dan Thoron di dalam rumah umumnya berasal dari dalam tanah, tendon
air, bahan bangunan seperti semen, bata, pasir, gypsum dan lantai granit

Tabel 2.1 Sumber-sumber gas Radon yang lepas ke atmosfer

14

Masukan ke atmosfer

No

Sumber Radon

Emanasi dari tanah

2000

Air tanah

500

Emanasi dari air laut

30

Residu fosfat

Uranium sisa tambang

Batu bara

0,02

Gas Alam

0,01

Pembakaran sisa tambang

0,001

(37 . 103 Bq/tahun)

2.3.3 Tanah Sebagai Sumber Radon-Thoron di Ruangan


Tanah merupakan penyumbang terbesar keberadaan Radon-Thoron di dalam ruangan,
sebab di dalam tanah terdapat batuan yang mengandung radionuklida Ra-226 maupun
Ra-228 yang di dalam peluruhannya menghasilkan gas Radon-222 dan Radon-220.
Konsentrasi Ra-226 dan Ra-228 yang terkandung di tanah berkisar antara 10-170
Bq/Kg

(6)

. Sedangkan pada lapisan tanah bagian bawah yang mengandung berbagai

macam jenis batuan yang tergantung pada kondisi geologi seperti misalnya Granit,
Andesit, Basalt, Gabro, Dunite, Diarite, Clay dan lain-lain mengandung Ra-226
maupun Ra-228 dalam orde 15-3560 Bq/Kg (7).
Gas Radon-Thoron yang berada di dalam tanah bersama-sama dengan gas tanah
berdifusi dan bermigrasi dari tempat asalnya ke atmosfer, termasuk diantaranya ke
dalam rumah. Mekanisme perpindahan gas Radon dari dalam tanah ke dalam ruangan

15

tempat tinggal (rumah) dapat melalui lantai yang retak, melalui pondasi yang tidak
sempurna dan melalui jamban yang tidak sempurna.
Penelitian pengaruh kondisi geologi tanah terhadap konsentrasi gas Radon di dalam
tanah telah dilakukan. Lembaga lingkungan hidum Amerika (EPA) membandingkan
tiga daerah yang berbeda kondisi geologinya, ternyata kadar Radon di dalam rumah
pada dataran tinggi Cumberland sekitar 48 Bq/m 3, daerah Carbonate sekitar 107
Bq/m3 dan daerah batuan granit ekitar 155 Bq/m3. EPA juga membandingkan dengan
kadar Uranium dalam daeah tersebut (6).
2.3.4 Bahan Bangunan Sebagai Sumber Radon-Thoron di Dalam Ruangan
Bahan bangunan seperti semen, pasir, batu bata dan lantai granit umumnya
mengandung Ra-226 dan Ra-228.
Radon-Thoron yang ada di dalam bahan bangunan seperti dinding, lantai, atap dapat
berpindah ke dalam ruangan melalui:
1. Aliran, bila di dalam bahan bangunan mengandung air, uap air atau udara
yang mengisi sela-sela porositas, dimana oleh Radon-Thoron digunakan
sebagai sarana untuk berpindah.
2. Difusi, karena sifat Radon dan Thoron sebagai mobil dan beratom tunggal
maka ia dapat bergerak diantara lubang-lubang bagian dalam dari bahan
bangunan untuk dapat lepas ke atmosfer.
Bahan ini akan memberikan kontribusi terhadap besarnya konsentrasi Radon dan
Thoron di dalam rumah. Besar konsentrasi Radon dan Thoron di dalam rumah

16

tergantung pada laju lepasan gas Radon dan Thoron dari bahan bangunan rumah yang
dipakai.

2.3.5 Air Sebagai Sumber Radon-Thoron di Dalam Ruangan


Disamping tanah dan bahan bangunan, air minum juga dapat berfungsi sebagai
sumber gas Radon-Thoron di dalam ruangan (2). Besar kecilnya kontribusi Radon dan
Thoron yang berasal dari air tergantung pada sumber airnya, misalnya berasal dari air
PAM, air sumur, air pompa bor dangkal dan pompa bor dalam.
Mengingat sifat Radon-Thoron yang dapat larut di dalam air pada tempeatur 0C dan
tekanan 1 atmosfer dengan kelarutan sekitar 0,5 liter/Kg air atau 2,7 . 10 6 Bq/Kg air,
besar kemungkinan Radon-Thoron yang berada di tanah sebagian larut ke dalam air
permukaan maupun air tanah. Di Amerika Serikat telah dilakukan pengukuran yang
intensif terhadap air tanah di 42 kota, dimana didapatkan konsentrasi Radon berkisar
antara 1.240 65.600 Bq/m3 dan konsentrasi gas Radon yang terkandung di air
permukaan (air PAM dan air pompa dangkal) relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan air tanah.
2.4 Kelakuan Gas Radon dan Thoron di Dalam Ruangan
Konsentrasi Radon dan Thoron di dalam ruangan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Ketinggian tempat
2. Laju ventilasi

17

Konsentrasi Radon tidak terpengaruh pada ketinggian (untuk di dalam ruangan)


karena umur paruhnya yang panjang. Untuk Thoron dipengaruhi oleh ketinggian
karena umur paruhnya yang lebih pendek dari Radon. Gas Radon dan Thoron di
dalam rumah juga dipengaruhi oleh ventilasi rumah. Sirkulasi udara di dalam rumah
menjadi baik jika rumah mempunyai ventilasi yang cukup.

2.5 Efek Gas Radon, Thoron dan Turunannya Terhadap Kesehatan Manusia
Perhatian UNSCEAR (United Nations Scientific Comitte on The Effect o Atomic
Radiation) pada Radon dan Thoron terletak pada efeknya yang bisa mengganggu
manusia. Sejak terdapat di alam, manusia selalu terkena paparannya, sebagian besar
melalui penghirupan (inhalasi) hasil-hasil turunan Radon dan Thoron. Jika Radon,
Thoron dan turunannya terhisap pada saat bernafas, maka anak luruhnya yang
berbentuk partikel akan mengendap dalam paru-paru dan merupakan awal indikasi
yang dapat menimbulkan kanker paru-paru.
Semakin tinggi konsentrasi Radon dan Thoron yang terhisap, semakin besar pula
kemungkinan seseorang menderita kanker paru-paru. Sejak awal abad ke-16 aspek
medis Radon telah dilaporkan berkenaan dengan kasus pekerja tambang Uranium di
Schneeberg Jerman. Menurut perkiraan para pekerja tambang tersebut telah
menghisap gas Radon dalam jumlah yang berlebihan dan mengakibatkan gangguan
kesehatan terhadap pekerja tambang. Gangguan itu kemudian dikenal dengan sebutan
Schneebergkrankheit.

18

Dalam beberapa dekade terakhir ini Radon dan turunannya yang terdapat di udara
bebas telah menjadi topik penelitian utama dan pada tahun 1977 UNSCEAR telah
menyimpulkan hubungan yang sebanding antara timbulnya kanker paru-paru dengan
paparan Radon dan turunannya. Kemudian beberapa negara mulai mengadakan
pengukuran konsentrasi radon di lingkungannya.
Batas maksimum konsentrasi radon dalam ruangan yang direkomendasikan oleh
Komisi Proteksi Radiasi Internasional ICRP (International Commission on
Radiological Protection) adalah 200 Bq/m3 (3).
2.6. Pengukuran Radon dan Thoron di Udara
Pengukuran Radon dan Thoron di alam dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode. Pemilihan terhadap salah satu metode biasanya tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor tujuan, biaya, tenaga yang dibutuhkan,
efisiensi alat yang akan digunakan dan lain-lain. Diantara beberapa cara yang sering
digunakan adalah metode kamar ionisasi, metode arang aktif, metode jejak nuklir,
TLD dan elektert. Pada penelitian ini digunakan dosimeter Radon-Thoron pasif
dengan menggunakan detektor jejak nuklir Cr-39 buatan Jepang dan dosimeter yang
digunakan adalah dosimeter Radom-Pasif buatan BATAN yang dikalibrasi sendiri
oleh pihak BATAN.
2.6.1. Pemantau Radon-Thoron Pasif
Lingkungan masyarakat sekitar terdapat gas radon dan Thoron ditemukan baik yang
berasal dari bangunan, tanah, udara, dan air yang peluruhannya berubah menjadi

19

partikel radioaktif yang memancarkan radiasi alpha seperti Po-218,Po-214 serta Po216 dan Po-212.
Dosimeter Radon-Thoron Pasif ini berguna untuk memantau keadaan gas Radon dan
Thoron di lingkungan. Akan tetapi sebelum digunakan di lingkungan dosimeter ini
harus dikalibrasi sesuai standar ukurnya. Alat ini diproduksi oleh BATAN terbuat dari
plastik polycarbona dan dicat dengan cat anti statik untuk menghilangkan muatan
elektrostatik pada permukaan plastik.
Volume efektif satu dipasang detektor Cr-39 yang berdiameter 14 mm yang akan
mendeteksi gas Radon dan Thoron, sedangkan untuk volume efektif dua dipasang
detektor yang berdiameter 18 mm yang hanya akan mendeteksi gas Radon saja.
Diantara kedua volume efektif ini deberi penyangga dengan panjang 15 mm. pada
volume efektif 1 terdapat ruang difusi sebanyak 8 buah dengan diameter 1 mm yang
dilapisi filter kasa dan memungkinkan gas Radon dan Thoron masuk kedalam volume
efektif 1 dan memancarkan partikel alpha yang akan dideteksi oleh detektor Cr-39.
Sementara untuk volume efektif 2 diberi lobang kecil dengan luas penampang 1 mm2
dan dilapisi dengan plastik mylar denga ketebalan 30 um, akibatnya hanya akan
terlewati oleh gas radon saja karena koefisien difusi dan waktu paronya lebih besar
dari gas Thoron.
Dosimeter Radon-Thoron pasif produksi BATAN dibuat (optimasi) berdasarkan
model matematis agar dapat diperoleh dosimeter yang baik melalui 2 tahapan:
1. Optimasi volume efektif
2. Pemilihan jenis filter
2.6.2. Detektor Jejak Nuklir Cr-39

20

Detektor jejak nuklir merupakan detektor yang biasanya berupa film detektor padat.
Partikel partikel alpha yan dilepaskan Radon dan turunannya akan berinteraksi
dengan material detektor dan meninggalkan bekas atau jejak. Bahan yang banyak
digunakan sebagai detektor jejak nuklir zat padat adalah polikarbonat, sellulosa nitrat
dan allyl diglicol carbonat.Untuk detektor jejak nuklir CR-39 terbuat dari bahan
sellulosa nitrat.
Tabel 2.2 Data teknis detektor CR-39
No
1
2
3
4
5

Sifat
Komposisi kimia
Potensial ionisasi rata rata
Perbandingan massa atom dengan nomor atom
Kerapatan
Ketebalan

Nilai
C6H8O9N2
81.1 eV
1.939
1.4.103 kg m-3
0.012 mm

2.6.3. Interaksi Partikel Alpha Dengan Detektor CR-39 dan Mekanisme


Pembentukan Jejak
Interaksi partikel alpha dengan detektor CR-39 diperkirakan secara teoritis dengan
menggunakan persamaan Bethe-Block. Apabila partikel alpha mengenai materi CR39, maka partikel ini akan berinteraksi dengan materi penyusun detektor disebabkan
karena partikel alpha mempunyai massa dan muatan yang cukup besar serta memiliki
daya ionisasi yang tinggi dibandingkan dengan partikel beta dan gamma.

21

Partikel alpha yang melewati bahan akan memberikan sebagian energinya pada
elektron-elektron yang ada pada atom-atom penyusun detektor. Interaksi ini
dinyatakan dalam besaran energi yang hilang persatuan jarak yang ditempuhnya yang
disebut daya henti. Akibat interaksi ini elektron elektron akan tereksitasi ke kulit
terluar, atau elektron akan terpental keluar dari atom atomnya (ionisasi). Atom
mempunyai sifat untuk mencapai kestabilan karennya elektron yang tereksitasi akan
kembali pada posisi semula dan proses ionisasi menjadi atom netral (deionisasi).
Proses eksitasi dan ionisasi terjadi kerusakan pada bahan bakar detektor. Namun
kerusakan tergantung pada jangkauan (range) energi partikel alpha untuk dapat
merusak detektor. Batas atas jangkauan (range) energi partikel alpha berhubungan
dengan potensial henti (daya henti). Penurunan daya henti akibat pertambahan energi
partikel alpha akan mengakibatkan kerapatan ionisasi sepanjang lintasan partikel
alpha menjadi kecil dikarenakan energi kinetik partikel alpha yang besar, sehingga
tidak ada terlihat jejak (setelah pengetesan) sebagai akibat kecepatan yang begitu
besar.
Batas atas energi partikel alpha agar alpha dapat dideteksi oleh detektor CR-39
berkisar 4 sampai 5 MeV. Sedangkan batas bawah energi partikel alpha sekitar 1,6
MeV, namun utuk dapat dilihat pada mikroskop optik tergantung dari kondisi
pengetsaan. Dari literatur untuk energi partikel alpha 1,6 MeV diperlukan waktu
pengetsaannya 120 menit dengan NaOh 10% pada suhu 60 , dan jika energi

22

partikel alpha lebih kecil dari 1,6 MeV, maka jejak partikel alpha tidak dapat
dideteksi oleh detektor CR-39(1).
2.6.4. Teknik Pengetsaan
Proses pengetsaan daerah yang rusak akibat interaksi dengan partikel alpha akan
mudah terkuras dengan larutan pengetsaan, sehingga pada detektor Cr-39 akan
terlihat jejak setelah mengalami pengetsaan dan pembesaran di mikroskop optik.
Untuk pengetsaan detektor Cr-39 bisa dilakukan dengan dua macam, yaitu;
a. Etsa kimia biasa
b. Etsa elektrokimia
Metode yang digunakan dalam penelitian mempergunakan etsa kimia biasa karena
metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode elektrokimia yang
menggunakan tegangan tinggi (800 V) dan tempat pengetsaan yang khusus.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada beberapa titik di kota Makassar dan pengolahan data
penelitian di BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) pasar jumat, Jakarta. Pada saat

23

pengambilan data dilakukan selama 3 bulan, kemudian pengolahan data selama 2


minggu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Detektor Cr-39 buatan Jepang
2. Dosimeter Radon-Thoron pasif buatan BATAN
3. GPS merek Garmin
4. Larutan NaOH
5. Aquades
6. Inkubator buatan Memmert, Jerman
7. Mikroskop optik buatan Nikon, Jepang
8. Klem stainless stell
9. Gelas ukur
10. Gunting, isolasi, benang nilon, paku, palu
11. Tempat etsa
12. Pinset
3.3 Metodologi Penelitian
Penyiapan dosimeter Radon-Thoron pasif, merupakan hal yang pertama dilakukan
kemudian dipasang detektor Cr-39. Pada pemasangan dekektor, harus dilakukan
dengan memberi tanda pada bagian yang aktif. Kemuadian dipotong dengan
menggunakan gunting dan diletakkan pada bagian tengah menggunakan pinset tapi
sebelumnya harus membuka pembungkus detektor. Dosimeter yang telah terisi
detektor kemudian dibungkus dengan kantong plastik yang rapat agar tidak tercemari
lingkungan dari luar.
Dosimeter dipasang di rumah penduduk dengan ketinggian 2 m dari lantai dan
diusahakan dipasang pada lokasi yang sering ditempati penghuni rumah seperti ruang

24

tamu dan ruang keluarga. Setelah 3 bulan dosimeter diambil dan dibungkus dalam
plastik yang rapat.
Detektor Cr-39 yang telah dipapari radiasi alfa kemudian dietsa dengan menggunakan
larutan NaOH 2,5 N selama 2 jam pada suhu 600C. Berikut uraian proses pengetsaan,
1. Menyiapkan larutan NaOH 2,5.
2. Menyalakan inkubator dan mengatur suhu pada daerah 600C sekaligus
memasukkan larutan NaOH dan aquades kedalam inkubator tersebut.
Inkubator ini dibiarkan menyala terus menerus selama 12 jam.
3. Menyiapkan detektor:
a. Memberi nomor pada detektor.
b. Menjepit detektor pada klem penjepit dan meletakkannya pada wadah
khusus sehingga posisi detektor tidak berubah.
c. Menuangkan larutan NaOH 2,5 N yang telah dipanaskan pada wadah yang
berisi detektor dan segera memasukkannya ke dalam inkubator.
4. Setelah dibiarkan selama 2 jam detektor dicuci dengan aquades hangat hingga
bersih.
Setelah detektor dietsa, jejak laten akibat radiasi sinar alfa pada detektor dihitung
dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali pada 25 sudut pandang. Dengan
menggunakan mikroskop akan terlihat jejek nuklir dengan bentuk dan besar yang
berbeda, tergantung dari energi dan sudut datang partikel alfa. Apabila partikel alfa
datang tegak lurus akan memberikan bentuk jejak berupa lingkaran. Namun jika
partikel alfa membentuk sudut tehadap detektor maka bentuk jejak berupa elips.
Besar kecilnya jejak nuklir tergantuk besar kecilnya energi partikel alfa, keduanya
berbanding lurus.

25

3.4 Skema Penelitian


Skema penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

Pemasangan dosimeter RadonThoron pasif di rumah penduduk

Pengetsaan detektor Cr-39

Pembacaan jejak

Pengolahan
data

Analisis
data

Gambar 3.1 Skema penelitian analisis konsentrasi Radon dan Thoron.

26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Kondisi Bangunan
Kondisi rumah penduduk yang diteliti pada beberapa lokasi di kota Makassar, yang
memiliki bentuk ventilasi dan luas ruangan yang berbeda. Umumnya rumah-rumah
tersebut dibangun sebelum tahun 2000, namun ada beberapa rumah yang direnovasi.
Ukuran ruang tamu/keluarga berkisar dari 20 m2 sampai 60 m2. Ruang dapur
(sebagian yang tertutup ada yang terbuka) kamar mandi umumnya ventilasinya
kurang baik. Kondisi lantai umumnya terbuat dari keramik atau tegel (semen) tanpa
dilapisi apapun, plafon terbuat dari enternit atau triplek, dan dinding terbuat dari bata
merah atau batako. Ada beberapa rumah panggung yang sebagian besar bahan
dasarnya dari kayu.

27

Air yang digunakan umumnya untuk mandi dan keperluan MCK berasal dari air
tanah atau ledeng PDAM kota Makassar. Kegiatan memasak umumnya menggunakan
gas LPJ atau minyak tanah. Ventilasi udara berbeda-beda bentuknya, ada yang berupa
jendela tutup-buka, jendelanako, lubang angin, dan dapur rumah tanpa ventilasi. Ada
beberapa rumah yang memanfaatkan AC untuk pendingin ruangan, namun umumnya
hanya di kamar tidur saja. Jumlah rumah yang diteliti sebanyak 60 buah dalam 12
wilayah di Kota Makassar yakni:
1. Bukit Khatulistiwa
2. Jl. Batara Bira (kompleks kima)
3. Rw 13 Sudiang
4. Rw 6 Kera-kera
5. Komp. H. Kalla
6. Perdos Baraya
7. Jl. Monginsidi Baru
8. Btn Kodam Daya
9. Parang Loe
10. Bonto Jai
11. BTP Blok AE
12. Perumahan Bung

28

Gambar 4.1 Peta lokasi Penelitian Kota makassar


4.1.2 Konsentrasi Radon dan dosis efektif radiasi
Unsur Radon (Rn) memiliki nomer atom 86. Memiliki kontribusi dosis radiasi alam
terbesar dalam kerak bumi, yakni besarnya 1300 uSv (53 %) dari total dosis yang
diterima dari alam per tahun. Radon merupakan gas mulia yang memiliki berat
sekitar 7,5 kali berat udara. Menurut perkiraan UNSCEAR, radon dan hasil
luruhannya memberi kontribusi sekitar tiga per empat dari dosis ekivalen efektif
tahunan yang diterima manusia dari radiasi alam. Radon mempunyai 2 macam isotop,
yaitu: Aktinon (Rn-219) yang mempunyai waktu paro 3,96 detik dan Toron (Rn-220)
yang mempunyai waktu paro 55,6 detik. Oleh karena waktu paronya yang

29

relatif panjang (3,82 hari) dari kedua isotop lainnya maka hanya gas Radon (Rn-222)
yang paling diperhatikan.
Data hasil penelitian dapat dilihat pada grafik 4.1 yang menunjukkan konsentrasi gas
Radon dalam Bq/m3, Konsentrasi gas Radon berkisar antara ttd 256 Bq/m 3.
Sedangkan untuk dosis efek tifradiasi dapat dilihat pada grafik yang berkisar antara
ttd 6,45 Msv/tahun.
300
250
256
200225
216
205
202
199
196
194
185
150191
179
176
174
171
168
165
162
159
154
139
134
100131
128
120
117
105
102
100
97
88
83
50 85
77
74
46
0 31
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Grafik 4.1 Konsentrasi gas radon (Bq/m3) di beberapa pemukiman penduduk di


kota Makassar

30

7.00
6.006.45
5.005.67
5.45
5.16
5.09
5.02
4.88
4.81
4.004.95
4.66
4.52
4.45
4.37
4.30
4.23
4.16
4.09
4.02
3.003.87
3.51
3.37
3.30
3.23
3.01
2.002.94
2.65
2.58
2.51
2.44
2.22
2.15
2.08
1.94
1.001.86
1.15
0.000.79
0.00
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Grafik 4.2 Dosis efektif radiasi radon dan toron (Msv/tahun) di beberapa
pemukiman penduduk di kota Makassar
4.2 Pembahasan
Nilai ambang batas yang telah ditentukan oleh ICRP (International Commission on
Radiological Protection) yaitu sekitar 200 Bq/m3 untuk konsentrasi gas Radon dan
Toron dan untuk dosis efektif tahunan ditetap kan senilai 5 Msv/tahun. Dari data hasil
penelian menunjukkan bahwa ada beberapa rumah dengan nilai konsentrasi gas
Radon dan dosis efektif tahunun yang telah melebihi nilai ambang batas yang telah
ditentukanoleh ICRP.

31

300

7.00

256

6.00

250
200
150

5.00

174
139

4.37
3.51

4.00

128

3.23

3.00

100

2.00

50
0

6.45

1.00
0

0.00

0.00

Grafik 4.3 Konsentrasi gas radon (Bq/m3) dan Dosis efektif radiasi radon
(Msv/tahun) di Jl. Monginsidi Baru.
Rumah dengan kode gps 005 dan kode sampel MKS03 dengan konsentrasi radon 256
Bq/m3 dan dosis efektif 6,45 Msv/tahun memiliki ventilasi yang sangat buruk karena
tidak memiliki jendela sebab diapit oleh rumah disampingnya sehingga sirkulasi
udara di dalam ruangan dengan udara di luar ruangan sangat kurang. Bahan bangunan
yang digunakan adalah tegel untuk lantai dan bata untuk dinding rumah.
Kondisi dan bentuk bangunan sangat berpengaruh besar tehadap keberadaan dan
konsentrasi radon. Rumah yang dilengkapi dengan AC (air conditioner) dengan
ventilasi udara yang sangat kurang dapat dikatakan sebagai rumah dengan sistem
udara yang tertutup. Pertukaran udara dalam ruangan tertutup dengan udara
luar/lingkungan relativ sangat kurang sekali, sirkulasi udara yang tertutup ini ternyata
memberikan konsentrasi radon yang relatif tinggi dibandingkan rumah dengan model
yang sama dengan sirkulasi udara terbuka. Pada ventilasi tertutup gas radon akan

32

terjebak dalam ruangan sehingga kemungkinan untuk dihirup penghuni rumah akan
lebih tinggi.
250

225
191

200

4.00
88

100
50

4.81

5.00
134

150

5.67

6.00

31

3.37

3.00

2.22

2.00
1.00

0.79

0.00

Grafik 4.4 Konsentrasi gas radon (Bq/m3) dan Dosis efektif radiasi radon
(Msv/tahun) di BTP Blok AE.
Rumah dengan kode gps 052 dan kode sampel MKS50 memiliki konsentrasi radon
sebanyak 225 Bq/m3 dengan dosis efektif sebanyak 5,67 Msv/tahun memiliki 2 buah
jendela dengan kondisi sekitar rumah masih terbuka sehingga sirkulasi udara masih
bagus. Pada saat pengambilan data rumah sedang dalam proses renovasi terutama
pada bagian lantai rumah yang sudah banyak mengalami retakan. Dinding rumah
terbuat dari bata dengan plafon dari triplek. Kondisi sekitar rumah banyak debu
karena jalanan pada daerah itu masih belum diaspal dan banyak dilalui oleh mobilmobil besar pengangkut tanah timbunan.
Material dasar bahan bangunan sangat berpengaruh terhadap laju konsentrasi radon.
Hal ini disebabkan oleh kerapatan suatu bahan bangunan misalnya semen dengan
ubin. Semen mempunyai kerapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan ubin

33

sehingga konstribusi gas radon dari tanah lebih tinggi pada kerapatan yang lebih
rendah. Bahan bangunan juga terkadang air, uap air dan udara yang mengisi sela-sela
porositas, dimana gas radon dapat menggunakannya sebagai sarana untuk berpindah.
Bahan bangunan dapat pula menghasilkan radiasi radon terutama yang mengandung
bahan radioaktif seperti granit.
250
200
150

202

6.00

205
165

154

174

5.00
4.00

5.09
3.87

5.16
4.16

4.37

3.00

100

2.00

50

1.00

0.00

Grafik 4.5 Konsentrasi gas radon (Bq/m3) dan Dosis efektif radiasi
radon(Msv/tahun) di Perumahan Bung.
Rumah dengan kode gps 060 dan 061 memiliki konsentrasi radon masing-masing
sebanyak 202 Bq/m3 dan 205 Bq/m3 dengan laju dosis efektif masing-masing
sebanyak 5,09 Msv/tahun dan 5,16 Msv/tahun. Kedua rumah ini memiliki jarak yang
berdekatan dengan bahan bangunan yang hamper sama karena keduanya dibangun
oleh pengembang perumahan pada saat itu. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan
dinding dari bata, yang membedakan hanyalah ketinggian lantai yang salah satunya
sudah direnovasi yaitu rumah dengan kode gps 061. Ventilasi rumah termasuk dalam
ventilasi terbuka.

34

Sumber utama dari gas radon adalah dari dalam tanah. Pada lapisan tanah bagian
bawah mengandung berbagai jenis batuan tergantung pada kondisi geologi seperti
granit, Andesit, Basalt, Gabro, Dunite, Diarite, Clay dan lain-lain mengandung Ra226 maupun Ra-228 yang merupakan induk dari gas radon.
Faktor topografis tanah juga berpengaruh terhadap konsentrasi radon di udara.
Bangunan yang terletak di daerah cekungan akan memiliki konsentrasi radon yang
lebih tinggi dibandingkan bangunan yang berada di daerah datar. Hal ini disebabkan
karena daerah cekungan memiliki mobilitas udara yang kurang dinamis dibandingkan
daerah datar sehingga menjadikan radon lebih mudah terakumulasi.

35

BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengukuran radiasi radon dan toron pada beberapa pemukiman di kota
Makassar, didapatkan bahwa ada beberapa rumah dengan tingkat konsentrasi radon
dan dosis efektif yang melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh ICRP
(International Commission on Radiological Protection).
2. Dari analisis data penelitian pengukuran radon dan toron dapat disimpulkan bahwa
tingkat konsentrasi radon dan dosis efektif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu ventilasi, material dasar bahan bangunan serta struktur geologi di daerah
tersebut.
V.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang gas radon dan thoron dengan
menggunakan lebih banyak variabel seperti kandungan gas radon dalam air, tanah
dan bahan bangunan terutama pada pemukiman dengan tingkat konsentrasi gas
radon dan toron yang tinggi.

36

2. Perlu adanya penelitian dalam skala yang lebih luas agar hasilnya dapat dijadikan
sebagai acuan untuk dinas-dinas pemerintah terkait ataupun untuk pengembang
perumahan.

37

DAFTAR PUSTAKA

Lubis AM, Kalibrasi dosimeter radon-thoron pasif untuk pemantau radiasi


lingkungan. Skripsi, Fisika, FMIPA, Universitas Andalas, Padang, 2001.
D.Nikezic, P. Markovic and D.B. Uzarov, Calculating the calibration coefficient for
radon meansurements using a track detector, Health Physics, 1991.
Anonim, 2008, Badan Perencanaan Daerah, Laporan Akhir Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Makassar, Bab V.
IAEA, Radiation Safety, Vienna-Austria, 2000.
Sutarman, Bunawas, Dadong Iskandar, Achmad Ch, Shaleh, dan Hudi Setiawan,
Konsentrasi radionuklida alam di dalam bahan bangunan yang akan
digunakan di Jakarta dan sekitarnya, Prosiding Presentasi Ilmiah
Keselamatan Radiasi Lingkungan, PSPKR-BATAN, Jakaarta, 1994.
UNSCEAR,Source Effects and Risk of Ionizing Radiation Vol 1, United Nations, New
York, 2000.
Harvey Blatt Hebrew University of Jerussalem (formely of Oklahoma), Our Geologic
Environment, Prentice Hall, 1997.
Wahlstrom.B, Radiaton Health and Society, 2000.

38

39

You might also like