Professional Documents
Culture Documents
Asfiksia Neonatorum
a. Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. ( Dewi.2010; h.102)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah
persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah
pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146).
1. Faktor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Faktor Bayi
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
plasenta)
c) Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia)
d) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) (Manuaba, 2010; h.421)
d. Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Denyut jantung janin
a. DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
b. Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
c. Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur.
d. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan
nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan
faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam
kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007).
Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental.
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu
mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010).
http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia.html,, tanggal 7 juni 2013 pukul 10.14
6) Lama persalinan
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi
asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti
letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, h.
144)
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1
selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65)
e. Tanda dan gejala
1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan
resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah
sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.
2) Tidak ada usaha napas
bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat.
Apakah bayi lahir cukup bulan ?
Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?
Apakah tonus otot baik ?
Bila semua jawaban Ya, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi
ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu atau lebih jawaban Tidak, bayi
memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi.
KEPUTUSAN
TINDAKAN
anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa
bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar
pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan
positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah
menilai denyut jantung bayi. Segera setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai
dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap berikutnya.
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan
tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan
segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu penilaian
APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang
mengalami depresi berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian
efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila
nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau
sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan
penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan
pada semua BBL. Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.
Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai,
menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali (Saifuddin, 2009; h. 349)
Tiga point pengkajian klinis
1). Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika perlu.
Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau
mendengur.
Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat
dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.
2). Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan denyutan
umbilicus.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas
yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan
frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan yang
lebih darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner,
sampai pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.
3). Warna
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer
(akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi yang
pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah,
biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya
adalah tonus dan respons terhadap rangsangan.
(David,dkk.2009; h.30-32)
a. Pemantauan Janin
1. Saat Bayi Sudah Lahir
a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan
dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam
kondisi baik.
b) Menit pertama kelahiran
Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru
lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA (SIGTUNA score), sesuai
dengan nama terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat
pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun cukup
mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2
tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi
jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit).
1)
2)
3)
2.
Aspek
pengamatan
bayi baru
lahir
Skor
Appeareance
(Warna kulit)
Seluruh tubuh
bayi berwarna
kebiruan .atau
pucat
Warna kulit
tubuh normal,
tetapi tangan
dan kaki
berwarna
kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
Pulse
Denyut
jantung tidak
ada
Denyut jantung
<100 kali
permenit
Denyut jantung
>100 kali
permenit
Grimace
(Respon
refleks)
Tidak ada
respon
terhadap
stimulasi
Wajah meringis
saat distimulasi
Meringis,
menarik, batuk
atau bersin saat
stimulasi
Activity
Lemah, tidak
ada gerakan
Lengan dan
kaki dalam
posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Tidak
bernafas,
pernafasan
lambat dan
tidak teratur
Menangis
lemah,
terdengar
seperti merintih
Menangis kuat,
pernafasan baik
dan teratur
(Nadi)
(Tonus otot)
Respiratory
(Pernafasan)
b. Penatalaksanaan Asfiksia
1) Persiapan resusitasi BBL
a) Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :
handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
b. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil),
digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit
tengadah.
c. Bagian-bagian balon dan sungkup:
1) Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2
2) Pintu masuk O2
3) Pintu keluar O2
4) Susunan katup
5) Reservoir O2
6) Katup pelepas tekanan (pop-of valve)
7) Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)
Keterangan:
a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL.
b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril,
disiapkan dalam kotak alat resusitasi.
c. Cara menyiapkan:
1) Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah
lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu,
sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat
diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika
perlu lakukan tindakan resusitasi.
2) Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain
ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat
resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.
3) Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
4) Alat resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau
balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
5) Sarung tangan.
6) Jam atau pencatat waktu
d. Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan
2.
3.
4.
5.
sepatu tertutup)
Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril.
Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam
paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan
dan teratur.
a) Pasang sungkup
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.
b) Ventilasi 2 kali
1. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
2. Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang:
a. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
b. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
c. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
d. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan
bernafas spontan
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan
a.
b.
a.
b.
c.
d.
3.
4.
d)
1.
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau
megap-megap:
a. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik.
e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
f) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut
e)
f)
1.
2.
3.
g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI Ny.M SEGERA
SETELAH LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI BPS DESI ANDRIANI Amd.keb
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
amat
1. PENGKAJIAN
Tanggal
: 22 Mei 2013
Jam
: 12.40 Wib
: BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung
: Destiana Anjarsari
: 2010.637
A. DATA SUBJEKTIF
a) Biodata bayi
Nama
: By. Ny. M
Jenis kelamin
: laki-laki
Tanggal lahir/pukul : 22 Mei 2013/12.40 Wib
b)
Suami
: Ny. M
: 36 Tahun
: Islam
Tn. U
40 tahun
Islam
: Jawa
:SD
43
Lampung
SMP
: IRT
: Jl.KH.Ahmad Dahlan
gg.sanjan Bumi Waras
Teluk Betung Utara
Bandar Lampung
Swasta
Jl.KH.Ahmad Dahlan
gg.sanjan Bumi Waras
Teluk Betung Utara
Bandar Lampung
1) Riwayat antenatal
G4P2A1 Umur kehamilan 37 minggu 6 hari
Riwayat ANC
Imunisasi TT
Keluhan saat hamil
2) Penyakit selama hamil
Diabetes melitus
Hepatitis
Tuberculosis
HIV/AIDS
: 4 kali
: Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi
TT 2 kali
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
3) Kebiasaan
Minum obat / jamu
Merokok
4) Komplikasi
Hyperemesis
Perdarahan
Preeklamsia
Eklamsia
Infeksi
B.
DATA OBJEKTIF
Tonus otot
Warna kulit
Usaha bernafas
C. DATA PENUNJANG
a) Komplikasi janin
IUGR
Polihidramnion
Oligohidramnion
Gameli
b) Riwayat intranatal
Lahir tanggal
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Tidak pernah
: Lemah
: Kebiruan
: Megap Megap
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: 22 Mei 2013
:12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan dan tonus otot lemah
: Spontan
Penolong
: Bidan
Lama persalinan
: 13 jam 20 menit
Kala I
: 12 jam 35 menit
Kala II
Kala III
Kala IV
:
45 menit
:
10 menit
: 2 Jam
c) Komplikasi ibu
Hipertensi
Partus lama
Penggunaan obat
Infeksi
KPD
Perdarahan
d) Komplikasi janin
Premature
: Tidak ada
: Ya
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tiadak ada
: Tidak ada
Malposisi
: Tidak ada
Gawat janin
: Ya
Ketuban campur meconium : Ya
Lilitan tali pusat
: Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir
A. DATA OBJEKTIF
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
a.
b.
Pemeriksaan umum
Pernafasan
Suhu
Kulit
Warna
Turgor
Denyut jantung
Tonus otot
Gerakan
Tali pusat
Ekstremitas
Pemeriksaan fisik
Kepala
Ubun-ubun besar
Ubun-ubun kecil
Rambut
Caput succedaneum
Cephal hematoma
Muka
Mata
Simetris
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
d. Hidung
Lubang
e. Mulut
Bentuk
Labioskisis
Palatoskizis
f. Telinga
: 48 x/menit
: 36,80c
:Kemerahan
: Elastis
: 128 x/menit
: Positif (+)
: Aktif
: Tidak ada perdarahan tali pusat
: Normal, tidak ada kelainan
: Datar
: Datar
: Terdapat sisa-sisa darah dan lendir
: Ada
: Tidak ada
: Simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada oedema
c.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Simetreis
: Simetris antara kanan dan kiri
Lubang
: Ada lubang telinga kanan dan kiri, bersih
tidak ada serumen
Dada
Bentuk
: Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu
: Menonjol, simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi
: Tidak ada wezing maupun ronchi
Abdomen
Tali pusat
: Tidak ada perdarahan tali pusat
Bising usus
: Ada
Benjolan
: Tida ada
Punggung
Fleksibiltas tulang punggung
: Ada
Tonjolan tulang punggung
: Tidak ada
Anus
: Ada lubang
Genetalia
Laki-laki
Lubang penis
: Ada, di sentralis
Skrotum
: Ada,sebalah kanan dan kiri
Tungkai dan kaki
Gerakan
: Aktif
Jumlah jari
: Lengkap, jari kanan dan kiri 5
Antopometri
BB
PB
LK
LD
Lila
: 3700 gram
: 50cm
: 35cm
: 36 cm
: 11 cm
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir pada
By. Ny. M Dengan Asfiksia Di BPS Desi Andriani Amd.Keb. Ditemukan hasil sebagai berikut:
A.PENGKAJIAN DATA
1.
Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan pasien. Pada studi
kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari
Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut:
1. Umur ibu
a. Menurut Tinjauan Teori
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko
yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35
tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut
memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun
c.
Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan teori
factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, sehingga dapat menyebabkan
asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis, TBC dan HIV (JNPK-KR, 2008, hal: 144).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau penyakit
c.
keturunan
Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan kasus Ny.M
tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu terjadinya asfiksia pada bayi,
kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi diakibatkan oleh ketuban bercampur mekonium dan
letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, hal :
144)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Lama persalinan : 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II.
c. Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut asuhan persalinan
normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi dan pada
kasus Ny.M terjadi partus lama dimana lama persalinannya yaitu 13 jam 20 menit pada kala I
dan kala II, sehingga terjadi pengurangan pasokan oksigen kejanin. Karenanya timbulah asfiksia
saat bayi lahir.
7. Paritas
a. Menurut Tinjauan Teori
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu
mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah keguguran
satu kali.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan kasus jumlah
paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya kematian janin yaitu tidak lebih
dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan oleh ketuban bercampur
mekonium dan sedikit serta partus lama.
8. Lilitan Tali Pusat
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan aliran pada tali
pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada tali pusat (Manuaba, 2010, hal:
421)
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada tinjauan
kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk menegakkan diagnose didapatkan
berdasarkan hasil pengkajian, baik data subjektif ataupun objektif.
2. Masalah
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada teori, terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
( Dewi.2010; h.102)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap.
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus salah
satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap, sama seperti yang ada pada
teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu terdapat masalah pada bayi baru lahir
dengan asfiksia adalah pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak
adekuat.
3. Kebutuhan
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai dengan langkah
awal resusitasi yaitu JAIKAP (JNPK-KR, 2008)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan resusitasi yaitu
JAIKAP.
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan, karena kebutuhan
yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada pada asuhan persalinan normal,
yaitu JAIKAP.
C. Antisipasi Masalah Potensial
a) Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan (Soepardan, 2009; hal. 99)
b) Menurut Tinjauan Kasus
Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah henti nafas.
c) Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan, dimana pada
kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan
paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak
mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet.
Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)
D. Tindakan Segera
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan
sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa tindakan
resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia pada bayi tidak tertangani
dengan baik
c. Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada kasusnya
tindakan segera berupa tindakan resusitasi dilakukan untuk mengantisipasi masalah potensial
yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti nafas.
E. Rencana Asuhan
a. Menurut tinjauan teori
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah diidentikasi atau antispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala
hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup
perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi,
kultural, atau psikososial.
1. Langkah awal resusitasi
a) Jaga bayi tetap hangat
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur posisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2. Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera
intensif serta pencatatan.
a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b) Pemantauan dan perawatan tali pusat
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d) Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/
neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut
dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e) Pemberian vit-K
f) Pencegahan infeksi
g) Pemeriksaan fisik
h) Pencatatan dan pelaporan
i) Asuhan pasca lahir
j) Pemberian ASI
k) Menilai BAB bayi
l) Menilai BAK
m) Kebutuhan istirahat/tidur
n) Menjaga kebersihan kulit bayi
o) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
b. Menurut tinauan kasus.
1)
Lakukan langkah awal resusitasi
a) Jaga kehangtan bayi
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur pposisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2) Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
e) Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah disiapkan kemudian
menyelimuti bayi dengan kain tersebut dengan menutupi bagian kepala dan membuka bagian
dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur kembali posisi bayi
dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi tetap terbuka.
f) Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-megap atau tidak bernafas.
g) Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi lemah, adanya
retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali permenit, nadi <120 kali permenit
atau >160 kali permenit, bayi kuning.
h) Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali pusat dengan
yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih, kering dan tidak lembab serta
i)
normal
dikatakan
pelaksanaan
resusitasi
setelah
JAIKAP
namun
pada
penatalaksanaan kasus tidak dilakukan VTP karena penatalaksanaan yang dilakukan telah
berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP, sehingga dilanjutkan dengan
asuhan pasca resusitasi pada bayi.
G. Evaluasi
1. Menurut Tinjauan Teori
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana
diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
2.
a.
b.
c.
hidung.
d. Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan lendir serta bayi telah dirangsang taktil.
e. Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi.
f. Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot baik,
g.
h.
i.
j.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari
dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani.Amd, Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun
2013. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut:
1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu bayi baru lahir secara pervaginam,
lahir pada tanggal 22 mei 2013, pukul 12:40 wib, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, usaha
bernafas megap-megap.
2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu Bayi baru lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan segera setelah lahir, dengan asfiksia, masalah yang muncul pada kasus
ini yaitu bayi baru lahir pervaginam dengan warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, dan
usaha bernafas megap-megap serta kebutuhan yaitu langkah awal resusitasi
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada By.Ny.M tidak
teratasi berupa henti nafas
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah awal resusitasi
berupa JAIKAP untuk mencegah terjadinya diagnosa potensial yaitu terjadinya henti nafas.
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.M dengan asfiksia yaitu
tindakan langkah awal resusitasi, dan asuhan pasca resusitasi.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu
dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP dan
dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi.
7. Hasil evaluasi terhadap By.Ny.M yaitu bayi telah menangis kuat, warna kulit kemerahan serta
tonus otot sudah baik.
B. SARAN
1. Bagi insrtitusi pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini keefektifan proses belajar dapat
ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa
dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan
hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi
sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi
yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester
akhir berikutnya.
2. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia dan Dengan
adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan di BPS dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan
secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB
dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008. editor edisi
bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC
Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta :SalembaMedika
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com
http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia,html