You are on page 1of 18

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Vitamin A atau retinol adalah senyawa yang larut lemak yang ditemukan

di dalam hati, khususnya pada hati ikan, unggas, daging, dan produk susu.
Vitamin A terdiri dari kelompok retinoids dan karotenoids. Sekitar 50-90% retinol
diabsorbsi di usus halus dan ditransport lalu bergabung dengan kilomikron
menuju hati lalu disimpan sebagai retinol palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol
akan dilepaskan ke pembuluh darah dan berkombinasi dengan retinol binding
protein (RPB). Ketika asupan vitamin A terus menurus berkurang untuk jangka
waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan
turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terihat.1
Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di dunia diperkiran berdasarkan
survey klinik di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru kerusakan mata yang
parah muncul setiap tahunnya pada anak-anak usia pra sekolah, diperkirakan 60%
dari anak-anak ini meninggal dalam waktu 1 tahun setelah menjadi buta. Teknik
baru yang diterapkan pada survey untuk menilai vitamin A menunjukkan bahwa
pada negara berkembang terdapat 40-60% populasi anak prasekolah yang
mengalami defisiensi vitamin A secara subklinis.1
Pada tingkat kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A terdapat pada
lingkungan social, ekonomi dan ekologi yang sangat minim dan puncaknya terjadi
selama masa kekurangan makanan dan setelah epidemik campak dan diare serta
penyakit infeksi lainnya. Manifestasi yang paling awal dari defisiensi vitamin A
adalah rabun senja. Penyakit ini paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak
berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak
tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A.1
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau
malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga
menyebutnya sebagai rabun ayam.1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi dan Fisiologi Mata

2.1.1 Bagian Luar

Gambar 2.1. Anatomi Bagian Luar Mata


a
b

Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
Alis Mata (Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.

d
e

Kelopak Mata (Palpebra)


Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang
terletak di depan bulbus okuli.
Kelenjar Air Mata
Kelenjar Meibom2

2.1.2 Bagian Dalam

Gambar 2.2. Anatomi Bagian Dalam pada Mata


a

Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera
(bagian putih mata), kecuali kornea. Konjungtiva mengandung banyak

sekali pembuluh darah.2


Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada

lapisan terluar mata yang berwarna putih.2


Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita

dapat melihat membran pupil dan iris.2


Koroid
Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki

e
f

banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.2


Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.2
Pupil
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil
mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan
menyempit jika kondisi ruangan terang.2

Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen
suspensori. Bentuk lensa disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih
kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan
dalam memelihara bentuk bola mata.2

Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat
sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).2
Aqueous humor

Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.


Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea
j

dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.2
Vitreus humor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat
transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada

mata dan membuat bola mata membulat.2


Bintik Kuning
Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya
karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk

kerucut dan batang.2


Saraf Optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju
ke otak.2

m Otot Mata
Otot-otot penggerak mata terdiri atas 6 otot, yaitu :
1 Muskulus rektus okuli suoerior
2 Muskulus rektus okuli lateral
3 Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata)
4 Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)
5 Muskulus obliques okuli inferior
6 Muskulus obliques okuli superior
2.2.

Fisiologi Penglihatan
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk

dengan 40 unsur utama yang berbeda dan semua bagian ini memiliki fungsi
penting dalam proses melihat, kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi
bagiannya saja akan menjadikan mata tidak dapat melihat. Lapisan tembus cahaya
di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain
memberi warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis
sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya.
Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan
cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil
untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang
berkeja pada mata bekerja sebagaimana berikut.3

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikirimkan ke


otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya.
Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar
iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur
ini adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada
lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya
yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu
difokuskan ke retina.3
Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan
energi listrik, energi ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel
retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti
foto cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini
berisi informasi visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat sinyal listrik
yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak.
Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil
yang memisah antar titik, lalu sinyal listrik ini diubah menjadi energi kimia
dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya.3
Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi
sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya
mencapai pusat penglihatan pada otak, disini sinyal tersebut dibandingkan
informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya
kita dapat melihat karena adanya system sempurna yang terdiri atas ratusan
kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa ini terjadi pada waktu kurang
dari 1 detik.3
Secara singkat Mekanisme melihat adalah :
1
2

Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.


Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda yang

dimaksud jatuh tepat di retina mata.


Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda
tersebut ke otak.

Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat


melihat benda tersebut.3

2.3

Rabun Senja (Nyctalopia)

2.3.1

Definisi
Rabun senja, sering disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia,

merupakan kelainan pada mata yang terjadi akibat kekurangan vitamin A.


Kurangnya kadar energy protein, kekurangan zinc, efek obat pencahar, mutasi
genetic, dan konsumsi alkohol berlebihan juga memperparah keadaan penderita
rabun senja. Rabun senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya
bekerja pada lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada
retina dapat menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat pula
diakibatkan oleh mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan, atau
bawaan sejak lahir. Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan suatu
gejala klinis tahap awal akibat kekurangan vitamin A.4
Pada sel batang di retina mata terdapat rhodopsin atau visual purple
(pigmen ungu) yang mengandung vitamin A yang terikat pada protein. Pada mata
normal, apabila menerima cahaya, rodopsin akan terkonversi menjadi visual
yellow dan kemudian menjadi visual white. Konversi ini membutuhkan vitamin
A. Regenerasi visual purple hanya akan terjadi apabila tersedia vitamin A yang
tidak cukup. Tanpa regenerasi, maka pengelihatan mata pada cahaya remang akan
terganggu. Oleh karena itu, apabila kekurangan vitamin A, maka mata akan sulit
melihat ketika berada di lingkungan kurang cahaya.4
Pada sistem pengelihatan, ada tiga macam pengelihatan, yakni
pengelihatan photopic, pengelihatan mesopic, dan pengelihatan scotopic.
Pengelihatan photopic adalah pengelihatan pada kondisi lingkungan yang banyak
cahaya sehingga sel kerucut bekerja maksimal. Tiga jenis sel kerucut, yakni hijau,
biru, dan merah, bekerja menghasilkan persepsi warna di tempat terang.
Pengelihatan mesopic adalah ketika sel batang dan sel kerucut bekerja secara
bersamaan untuk menghasilkan persepsi warna. Pada keadaan ini, lingkungan
tetap memiliki kadar cahaya namun kurang, seperti pada saat matahari akan
terbenam. Sedangkan pengelihatan scotopic adalah pada saat lingkungan benar-

benar kurang cahaya, seperti pada saat malam hari ketika hanya disinari oleh
bulan. Pada keadaan ini, hanya sel batang yang bekerja dan tidak ada lagi warna
yang dapat dilihat.4

Gambar 2.3. Penglihatan Scotopic, Photopic, dan Mesopic


Penderita rabun senja memiliki kesulitan untuk melihat pada saat hari
sudah senja (keadaan penglihatan mesopic) dan di lingkungan yang kurang cahaya
(keadaan penglihatan scotopic). Rabun senja bisa jadi merupakan sebuah gejala
yang menandakan bahwa seseorang terjangkit suatu kelainan mata, misalnya
retinis pigmentosa.4
2.3.2

Etiologi
Penyebab utama rabun senja adalah Kekurangan Vitamin A (KVA). Pada

kondisi normal, pigmen sensitif cahaya memicu impuls saraf ke otak. Rhodopsin,
fotopigmen yang juga disebut pigmen ungu, disintesa oleh sel batang dan
bertanggung jawab pada pencitraan pada suasana urang cahaya (penglihatan
skotopik). Dengan kata lain, sintesa rhodopsin tergantung pada keberadaan
vitamin A.5

Adaptasi dalam gelap (daerah yang kurang cahaya) yang penuh


membutuhkan waktu 20-30 menit. Sel kerucut, yang mengadaptasi gelap, dalam
5-7 menit, bertanggung jawab pada warna dan kecerahan serta pencitraan baca,
tetapi tidak pernah menjadi cukup sensitif pada tingkat level yang rendah dari
iluminasi untuk menyediakan penglihatan skotopik. Penglihatan skotopik dalam
keadaan normal dapat membuat seseorang melihat saat fajar, senja, atau pada saat
cahaya remang-remang. Namun, terdapat beberapa factor yang menyebabkan
kekurangan vitamin A, antara lain :
1

Kekurangan Energi Protein (KEP)


Kurang Energi Protein (KEP) adalah sebuah kondisi ketika nutrisi seperti

protein, lemak dan karbohidrat tidak tercukupi dari asupan makanan, baik secara
kuantitatif dan kualitatif
Vitamin A, baik preformed (retinol) atau diubah dari karoten, disimpan
dalam hati. Retinol diangkut dari hati ke situs lain dalam tubuh dengan retinol
binding protein (RBP), sebuah protein pembawa spesifik. kekurangan protein
dapat mempengaruhi status vitamin A dengan mengurangi sintesis RBP.
Sebagian besar asosiasi antara KEP dan kurang vitamin A dapat dijelaskan
oleh kebiasaan makan dan pola penyakit yang pada saat yang sama
mempengaruhi baik energy protein dan status vitamin A. Selain itu, ada bukti
eksperimental dan klinis bahwa status protein yang rendah dapat merusak sintesa
RBP dan pelepasannya dari hati. Oleh karena itu respon RBP terhadap dosis besar
vitamin A berkurang. Status protein rendah dapat mengganggu respons terhadap
vitamin A pemulihan terapi dan keterlambatan xeroftalmia kornea.5
2

Kekurangan zinc (Zn).


Zinc diserap dari usus kecil dan akan terkandung dalam suatu enzim

(retinol dehydrogenase) yang mengubah retinol menjadi retinal. Jika rabun senja
diakibatkan oleh kekurangan zinc dan penderita menderita sirosis karena alkohol,
maka pemberian tambahan zinc pada penderita dilarang karena zinc tidak terserap
sehingga akan keluar bersama dengan urin. Kekurangan zinc dan VAD dapat
disebabkan oleh konsumsi alkohol.5

Keabnormalan hereditas (mutasi genetic).


Rabun senja juga dapat disebabkan karena keabnormalan hereditas, yaitu

yang diakibatkan mutasi genetik. Namun, hanya ditemukan sedikit kasus rabun
senja karena mutasi genetik.5
4

Mengkonsumsi alkohol berlebihan


Konsumsi alkohol berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fungsi

liver bahkan menyebabkan pula pengerasan pada hati, sedangkan liver memiliki
fungsi sebagai tempat menyimpan cadangan vitamin A. Apabila hati sudah tidak
dapat berfungsi dengan baik, maka vitamin A tidak dapat disimpan di dalam hati.
Tidak adanya cadangan vitamin A di hati, dengan kurangnya asupan vitamin A
dari makanan akan menimbulkan gangguan pada penglihatan kurang cahaya
(Rabun Senja).5
5

Efek obat pencahar


Obat pencahar adalah nutrisi mineral yang mengikat vitamin yang larut

dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K dan asam linoleat, asam lemak esensial.
Pengikatan ini mencegah penyerapan gizi ketika mereka melalui usus dan hilang
dalam tinja. Penggunaan kronis obat pencahar dapat menyebabkan kekurangan
vitamin ini, terutama rabun senja karena kekurangan vitamin A, gangguan tulang
dari vitamin D yang tidak memadai dan perdarahan dari kekurangan vitamin K.
Pencahar lainnya juga efek perubahan mukosa usus, atau lapisan, menyebabkan
kurang memadai penyerapan vitamin lainnya, tidak hanya vitamin yang larut
dalam lemak tetapi juga dan mineral.5
2.3.3

Patofisiologi
Patofisiologi kebutaan senja sangat kompleks, dan tergantung pada proses

penyakit yang mendasarinya. Mutasi gen warisan menghasilkan versi abnormal atau
bahkan tidak ada protein esensial untuk fungsi fotoreseptor.

Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, diuraikan oleh enzim
pankreas dan diserap di bagian proksimal usus kecil. Kondisi yang mempengaruhi
fungsi pankreas, seperti cystic fibrosis dan pankreatitis kronis, atau kondisi lain

10

yang mengarah pada pengurangan kemampuan menyerap vitamin A, seperti


operasi lambung atau Crohn disease, dapat menyebabkan defisiensi vitamin A
sehingga nutrisi untuk rhodopsin (suatu zat peka cahaya tersusun atas protein dan
vitamin A) pada sel batang tidak tercukupi. Rhodopsin akan terurai jika ada
cahaya dan berperan dalam penglihatan di tempat gelap. Vitamin A (retinol)
diperlukan oleh fotoreseptor untuk memproduksi protein esensial yang terlibat
dalam siklus fototransduksi. Ketika kekurangan protein ini, disfungsi fotoreseptor
dapat menyebabkan gejala rabun senja/kebutaan malam/nyctalopia.
Rabun senja disebabkan oleh gangguan dari sel-sel di retina yang
bertanggung jawab untuk penglihatan dalam cahaya redup. Hal ini memiliki
banyak penyebab, termasuk:
a. Miopi (rabun jauh)
b. Obat-obatan glaukoma yang bekerja dengan konstriksi (mengecilkan) pupil
c. Katarak, membuat area berkabut pada lensa mata
d. Bentuk dari degenerasi retina seperti Retinitis pigmentosa
e. Kekurangan vitamin A, yang dapat mengakibatkan kelainan pada retina dan
membuat mata menjadi kering
f. Cacat bawaan lahir.5

2.3.4

Klasifikasi
Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.

Berikut

klasifikasi

kekurangan

vitamin

menurut

WHO/USAID

UNICEF/HKI/IVACG, 1996.
1

XN
Rabun senja (hemeralopia, nyctalopia) termasuk dalam klasifikasi
XN.Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi pada
lingkungan dengan keadaan kurang cahaya sehingga kemampuan

penglihatan menurun pada kondisi ini.5


XIA

11

Xerosis
konjungtiva merupakan tahap lanjut
defisiensi vitamin A setelah rabun
senja. Selaput lendir bola mata tampak
kurang mengkilat atau tampak kering, berkeriput, dan berpigmentasi serta
3

permukaan tampak kasar dan kusam.5


XIB
Kelanjutan

dari

XIA

(xerosis

konjungtiva) yang ditambah dengan


munculnya bercak bitot, yaitu bercak
putih yang tampak seperti busa sabun
atau keju yang biasanya terdapat di
daerah celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan
sel epitel. Mata yg normal biasanya mengeluarkan mukus yaitu cairan
lemak kental yg dikeluarkan sel epitel mukosa untuk mencegah infeksi.
Bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan mengeluarkan keratin (protein
yg tidak larut dalam air) dan bukan mukus. Bila sel epitel mengeluarkan
keratin, sel membran akan kering dan mengeras yg disebut keratinisasi.
Keadaan bisa berlanjut menyebabkan penyakit xeroftalmia bila tidak
4

diobati mata akan buta.5


X2
Kekeringan

pada

konjungtiva

yang

berlanjut hingga kornea, disebut dengan


xerosis kornea. Kornea tampak kering
dengan permukaan yang tampak kasar.5
5

X3A
Keratomalasia atau ulserasi kornea dengan lebar kurang dari 1/3
permukaan

kornea

dimana

kornea

melunak seperti bubur dan dapat terjadi


ulkus.Pada
perforasi

tahap
kornea

ini

dapat

(kornea

terjadi
pecah).

Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan


prolaps jaringan isi bola mata dan dapat membentuk cacat tetap yang dapat
menyebabkan kebutaan.5

12

X3B
Sama seperti X3A (Keratomalasia atau
ulserasi kornea), namun lebar infeksinya
lebih dari 1/3 permukaan kornea.5

XS
Xeroftalmia scar merupakan sikatriks
(jaringan parut) kornea. Kornea mata
tampak menjadi putih atau bola mata
tampak mengecil. Apabila luka pada
kornea telah sembuh, maka akan
meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi
buta dan apabila ingin disembuhkan maka kornea harus dicangkok atau

diganti yang baru.5


XF

Xeroftalmia fundus merupakan keadaan dimana terjadi kelainan pada


fundus (permukaan dalam mata yang terdiri dari retina, makula, fovea,
blind spot/optic disc dan posterior pole). Fundus tampak seperti cendol.
Ditandai pula dengan adanya noda-noda putih yang menyebar di seluruh
fundus. Selain itu, terdapat luka pada retina (seperti bintik putih), dengan
terjadi penyempitan luas pandang.5
Perlu diketahui bahwa penderita pada tahap XN, XIA, XIB, dan X2
biasanya masih dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik. Kondisi X2
merupakan tahap yang sudah cukup gawat dan harus segera diobati apabila
penderita masih menginginkan matanya kembali normal karena apabila dibiarkan,
maka kelainan akan dengan cepat berlanjut ke tahap X3. Tahap X3A dan X3B
juga masih dapat diobati namun meninggalkan cacat dan bahkan dapat

13

menyebabkan kebutaan total apabila kelainan pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh bagian kornea. Sedangkan pada tahap XS, penderita sudah tidak
dapat disembuhkan. Namun untuk XF, penderita dapat disembuhkan apabila
dilakukan pengobatan yang teratur dengan terapi vitamin A selama 2-4 bulan.5
2.2.5

Gejala Klinis
Ada beberapa gejala yang muncul pada penderita Nyctalopia atau rabun

senja, yaitu
a.

Sulit melihat pada tempat dengan cahaya minimal.

b.

Kesulitan melihat saat mengemudi di sore hari.

c.

Selain itu, perasaan bahwa mata memerlukan waktu yang lebih


lama untuk penyesuaian terhadap perubahan dari terang menjadi gelap
juga dapat merupakan gejala rabun senja.5

2.2.6

Diagnosis
Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang

dilakukan untuk mendiagnosis rabun senja dikelompokkan menjadi dua, yaitu


anamnesis dan pemeriksaan secara biofisik.5
Anamnesis merupakan diagnosis awal terhadap suatu penyakit. Sedangkan
pemeriksaan biofisik terdiri dari Tes adaptasi gelap secara sederhana, tes adaptasi
gelap

dengan

adaptometri

gelap,

dan

pemeriksaan

mata

dengan

Electroretinography.
a. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang biasanya dilakukan pertama kali pada
penderita dengan menanyakan riwayat penderita tentang keluhan penyakitnya
saat ini dan penyakitnya pada masa lampau.5
Pertanyaan yang diberikan mengenai:
a. Identitas diri dan identitas orangtua (apabila penderitanya adalah
anak-anak)
b. Keluhan pada penglihatannya (penglihatan pada suasana bayak
cahaya atau kurang cahaya)
c. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, (apakah pernah
menderita diabetes, campak, penyakit infeksi, gangguan pada hati,
dll)

14

d. Riwayat pola makan (apakah mengkonsumsi makanan bervitamin


A atau tidak)
b. Pemeriksaan secara Biofisik
a. Tes Adaptasi Gelap sederhana
Tes adaptasi gelap sederhana dilakukan dengan merancang sebuah ruangan
dengan suasana gelap (kurang cahaya). Dapat dilakukan beberapa cara untuk
mendiagnosa seseorag menderita rabun senja atau tidak. Salah satu cara yang
sederhana adalah dengan memerintahakan orang yang akan diperiksa tersebut
untuk melakukan sesuatu, misalnya mengambil barang berbentuk segitiga. Orang
yang penglihatan skotopikya normal masih dapat membedakan bentuk karena
masih dapat melihat dalam keadaan kurang cahaya setelah beradaptasi beberapa
waktu. Sedangkan orang yang menderita rabun senja sudah tidak dapat lagi
membedakan bentuk, karena penglihatannya akan hitam dan gelap sama sekali.5
b. Tes Adaptasi Gelap dengan menggunakan alat Adaptometri Gelap
Adaptometri gelap adalah suatu alat yang dikembangkan untuk
mengetahui kadar vitamin A tanpa mengambil sampel darah menggunakan
suntikan. Mengingat bahayanya suntuikan apabila tidak digunakan dalam keadaan
steril.5
Pemeriksaan

kekurangan

vitamin

dengan

adaptometri

gelap

menggunakan alat illuminator. Iluminator terdiri dari dua lampu LED (light
emitting diode) yang digunakan untuk pemeriksaan.Lampu pertama memancarkan
cahaya kuning-hijau dengan panjang gelombang 572 nanometer.Lampu itu
memiliki spesifi kasi 22 tingkatan rentang intensitas cahaya mulai dari -1,208
sampai dengan 1,286 log candela per meter persegi (log cd/m2). Sedangkan
lampu kedua memancarkan cahaya kuning-merah dengan panjang gelombang 626
nanometer. Sebelum pemeriksaan, pasien menjalani binocular partial bleach,
cahaya terang ditimpakan pada mata dengan menggunakan blitz kamera.5
Selanjutnya, pasien akan diminta untuk beradaptasi dengan kondisi gelap
selama 10 menit di suatu ruangan yang telah dibuat gelap. Jendela-jendela yang
ada di ruangan itu ditutup dengan menggunakan kain hitam. Derajat gelap yang
dijadikan patokan berdasarkan kondisi seseorang yang berada di dalam ruang

15

gelap tersebut tidak dapat melihat huruf berukuran tinggi 10 sentimeter dan tebal
1,5 sentimeter dengan tinta hitam pada kertas putih.5
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan meletakkan lampu kuninghijau dengan wadah berbentuk corong di hadapan mata kiri. Bentuk corong
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menutup mata kiri. Sedangkan
lampu kuning merah diarahkan dari sisi temporal atau samping mata kanan untuk
memberikan iluminasi (datangnya cahaya ke suatu objek) yang mempermudah
pengamatan respons pupil mata kanan.5
Pengamatan mata sebelah kanan itu dilakukan dengan bantuan lup 2,5 kali
pembesaran. Saat pemeriksaan, perhatian subjek diarahkan pada suatu objek
berluminasi yang diletakkan pada jarak enam meter. Pada mata kiri diberikan
stimulus cahaya kuning hijau selama satu detik mulai dari intensitas terkecil.5
Intensitas stimulus dinaikkan bertahap mulai dari intensitas cahaya paling
rendah dengan selang interval 10 detik hingga pupil (mata sebelahnya)
memberikan respons mengecil yang dapat dilihat dengan jelas oleh pemeriksa.
Pada dua pengujian berturut-turut, hasil yang didapat dicatat pada formulir data
subjek. Skor pemeriksaan adaptasi gelap kurang dari -1,11 log cd/ m2, dianggap
sebagai bukti adanya defisiensi vitaminA.5
c. Pemeriksaan dengan Electroretinography (ERG)
Electroretinography adalah alat yang digunakan untuk mengukur respons
elektrik dari fotoreseptor cahaya di mata, yaitu sel batang dan sel kerucut di
retina.
Mata pasien akan dibuka dengan sebuah retraktor setelah mata dibuat mati
rasa dengan ditetesi cairan. Elektroda akan ditempatkan pada setiap mata dan
elektroda tersebut akan mengukur aktivitas listrik ke retina sebagai respons
terhadap cahaya. Petugas pemeriksa akan mengukur hasilnya saat berada di
keadaan terang dan dalam keadaan gelap.5
2.3.7

Diagnosis Banding
Rabun senja memiliki kesamaan gejala dengan suatu penyakit, yaitu

Retinitis Pigmentosa. Namun, penyakit ini memiliki perbedaan yang cukup


mendalam dengan penyakit rabun senja.6

16

Retinitis Pigmentosa adalah suatu kemunduran yang progresif pada retina


yang mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan. Retinitis pigmentosa dengan tanda
karekteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optik,
menyebar tanpa gejala peradangan. Merupakan kelainan yang berjalan progresif
dan bermula sejak masa kanak- kanak. Retinitis pigmentosa merupakan penyakit
keturunan yang jarang terjadi. Beberapa bentuk penyakit ini diturunkan secara
dominan, hanya memerlukan 1 gen dari salah satu orang tua resesif atau bentuk
yang lainnya diturunkan melalui kromosom X, hanya memerlukan 1 gen dari ibu.
Penyakit ini terutama menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol
penglihatan pada malam hari. Sel batang pada retina (berperan dalam penglihatan
pada malam hari) secara bertahap mengalami kemunduran sehingga penglihatan
di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari menurun. Lama-lama terjadi
kehilangan fungsi penglihatan tepi yang progresif dan bisa menyebabkan
kebutaan. Pada stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi penglihatan sentral.6

2.3.8

Penatalaksanaan
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2

minggu. Dianjurkan bila didiagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan


vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada
perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga.
Biasanya diobati gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah
vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi pasien.6

17

BAB 3
KESIMPULAN
3.1.

Kesimpulan
Rabun senja disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia, Rabun

senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya bekerja pada
lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada retina dapat
menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat pula diakibatkan oleh
mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan, atau bawaan sejak lahir.
Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan suatu gejala klinis tahap
awal akibat kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.
Klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO/USAID UNICEF/HKI/IVACG,
1996, yaitu X1-A, X1-B, X2, X3, X3-b, XN, XF, dan XS.

18

Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang
dilakukan untuk mendiagnosis rabun senja dikelompokkan menjadi dua, yaitu
anamnesis dan pemeriksaan secara biofisik.
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2
minggu. Dianjurkan bila didiagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan
vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada
perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati
gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu
diberikan perbaikan gizi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Sommer A. 1978. Field Guide to the Detection and Control of

Xerophthalmia. Geneva: WHO.


http://www.slideshare.net/99yuda/makalah-anatomi-dan-fisiologi-indra-

3
4
5

penglihatan , diakses tanggal 23-09-2014


Ward, Jeremy P. T dkk. 2007. A Glance Fisiologi. Jakarta: Erlangga
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
Hutahuruk J. 2009. Pencegahan Kebutaan pada Anak. Jakarta : Garamedia

Pustaka.
Herman. S. dkk. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian Khusus
pada Kurang Vitamin A (KVA). Anemia, dan Seng.

You might also like