Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Vitamin A atau retinol adalah senyawa yang larut lemak yang ditemukan
di dalam hati, khususnya pada hati ikan, unggas, daging, dan produk susu.
Vitamin A terdiri dari kelompok retinoids dan karotenoids. Sekitar 50-90% retinol
diabsorbsi di usus halus dan ditransport lalu bergabung dengan kilomikron
menuju hati lalu disimpan sebagai retinol palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol
akan dilepaskan ke pembuluh darah dan berkombinasi dengan retinol binding
protein (RPB). Ketika asupan vitamin A terus menurus berkurang untuk jangka
waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan
turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terihat.1
Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di dunia diperkiran berdasarkan
survey klinik di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru kerusakan mata yang
parah muncul setiap tahunnya pada anak-anak usia pra sekolah, diperkirakan 60%
dari anak-anak ini meninggal dalam waktu 1 tahun setelah menjadi buta. Teknik
baru yang diterapkan pada survey untuk menilai vitamin A menunjukkan bahwa
pada negara berkembang terdapat 40-60% populasi anak prasekolah yang
mengalami defisiensi vitamin A secara subklinis.1
Pada tingkat kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A terdapat pada
lingkungan social, ekonomi dan ekologi yang sangat minim dan puncaknya terjadi
selama masa kekurangan makanan dan setelah epidemik campak dan diare serta
penyakit infeksi lainnya. Manifestasi yang paling awal dari defisiensi vitamin A
adalah rabun senja. Penyakit ini paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak
berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak
tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A.1
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau
malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga
menyebutnya sebagai rabun ayam.1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
Alis Mata (Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.
d
e
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera
(bagian putih mata), kecuali kornea. Konjungtiva mengandung banyak
e
f
Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen
suspensori. Bentuk lensa disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih
kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan
dalam memelihara bentuk bola mata.2
Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat
sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).2
Aqueous humor
dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.2
Vitreus humor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat
transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada
m Otot Mata
Otot-otot penggerak mata terdiri atas 6 otot, yaitu :
1 Muskulus rektus okuli suoerior
2 Muskulus rektus okuli lateral
3 Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata)
4 Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)
5 Muskulus obliques okuli inferior
6 Muskulus obliques okuli superior
2.2.
Fisiologi Penglihatan
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk
dengan 40 unsur utama yang berbeda dan semua bagian ini memiliki fungsi
penting dalam proses melihat, kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi
bagiannya saja akan menjadikan mata tidak dapat melihat. Lapisan tembus cahaya
di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain
memberi warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis
sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya.
Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan
cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil
untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang
berkeja pada mata bekerja sebagaimana berikut.3
2.3
2.3.1
Definisi
Rabun senja, sering disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia,
benar kurang cahaya, seperti pada saat malam hari ketika hanya disinari oleh
bulan. Pada keadaan ini, hanya sel batang yang bekerja dan tidak ada lagi warna
yang dapat dilihat.4
Etiologi
Penyebab utama rabun senja adalah Kekurangan Vitamin A (KVA). Pada
kondisi normal, pigmen sensitif cahaya memicu impuls saraf ke otak. Rhodopsin,
fotopigmen yang juga disebut pigmen ungu, disintesa oleh sel batang dan
bertanggung jawab pada pencitraan pada suasana urang cahaya (penglihatan
skotopik). Dengan kata lain, sintesa rhodopsin tergantung pada keberadaan
vitamin A.5
protein, lemak dan karbohidrat tidak tercukupi dari asupan makanan, baik secara
kuantitatif dan kualitatif
Vitamin A, baik preformed (retinol) atau diubah dari karoten, disimpan
dalam hati. Retinol diangkut dari hati ke situs lain dalam tubuh dengan retinol
binding protein (RBP), sebuah protein pembawa spesifik. kekurangan protein
dapat mempengaruhi status vitamin A dengan mengurangi sintesis RBP.
Sebagian besar asosiasi antara KEP dan kurang vitamin A dapat dijelaskan
oleh kebiasaan makan dan pola penyakit yang pada saat yang sama
mempengaruhi baik energy protein dan status vitamin A. Selain itu, ada bukti
eksperimental dan klinis bahwa status protein yang rendah dapat merusak sintesa
RBP dan pelepasannya dari hati. Oleh karena itu respon RBP terhadap dosis besar
vitamin A berkurang. Status protein rendah dapat mengganggu respons terhadap
vitamin A pemulihan terapi dan keterlambatan xeroftalmia kornea.5
2
(retinol dehydrogenase) yang mengubah retinol menjadi retinal. Jika rabun senja
diakibatkan oleh kekurangan zinc dan penderita menderita sirosis karena alkohol,
maka pemberian tambahan zinc pada penderita dilarang karena zinc tidak terserap
sehingga akan keluar bersama dengan urin. Kekurangan zinc dan VAD dapat
disebabkan oleh konsumsi alkohol.5
yang diakibatkan mutasi genetik. Namun, hanya ditemukan sedikit kasus rabun
senja karena mutasi genetik.5
4
liver bahkan menyebabkan pula pengerasan pada hati, sedangkan liver memiliki
fungsi sebagai tempat menyimpan cadangan vitamin A. Apabila hati sudah tidak
dapat berfungsi dengan baik, maka vitamin A tidak dapat disimpan di dalam hati.
Tidak adanya cadangan vitamin A di hati, dengan kurangnya asupan vitamin A
dari makanan akan menimbulkan gangguan pada penglihatan kurang cahaya
(Rabun Senja).5
5
dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K dan asam linoleat, asam lemak esensial.
Pengikatan ini mencegah penyerapan gizi ketika mereka melalui usus dan hilang
dalam tinja. Penggunaan kronis obat pencahar dapat menyebabkan kekurangan
vitamin ini, terutama rabun senja karena kekurangan vitamin A, gangguan tulang
dari vitamin D yang tidak memadai dan perdarahan dari kekurangan vitamin K.
Pencahar lainnya juga efek perubahan mukosa usus, atau lapisan, menyebabkan
kurang memadai penyerapan vitamin lainnya, tidak hanya vitamin yang larut
dalam lemak tetapi juga dan mineral.5
2.3.3
Patofisiologi
Patofisiologi kebutaan senja sangat kompleks, dan tergantung pada proses
penyakit yang mendasarinya. Mutasi gen warisan menghasilkan versi abnormal atau
bahkan tidak ada protein esensial untuk fungsi fotoreseptor.
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, diuraikan oleh enzim
pankreas dan diserap di bagian proksimal usus kecil. Kondisi yang mempengaruhi
fungsi pankreas, seperti cystic fibrosis dan pankreatitis kronis, atau kondisi lain
10
2.3.4
Klasifikasi
Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.
Berikut
klasifikasi
kekurangan
vitamin
menurut
WHO/USAID
UNICEF/HKI/IVACG, 1996.
1
XN
Rabun senja (hemeralopia, nyctalopia) termasuk dalam klasifikasi
XN.Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi pada
lingkungan dengan keadaan kurang cahaya sehingga kemampuan
11
Xerosis
konjungtiva merupakan tahap lanjut
defisiensi vitamin A setelah rabun
senja. Selaput lendir bola mata tampak
kurang mengkilat atau tampak kering, berkeriput, dan berpigmentasi serta
3
dari
XIA
(xerosis
pada
konjungtiva
yang
X3A
Keratomalasia atau ulserasi kornea dengan lebar kurang dari 1/3
permukaan
kornea
dimana
kornea
tahap
kornea
ini
dapat
(kornea
terjadi
pecah).
12
X3B
Sama seperti X3A (Keratomalasia atau
ulserasi kornea), namun lebar infeksinya
lebih dari 1/3 permukaan kornea.5
XS
Xeroftalmia scar merupakan sikatriks
(jaringan parut) kornea. Kornea mata
tampak menjadi putih atau bola mata
tampak mengecil. Apabila luka pada
kornea telah sembuh, maka akan
meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi
buta dan apabila ingin disembuhkan maka kornea harus dicangkok atau
13
menyebabkan kebutaan total apabila kelainan pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh bagian kornea. Sedangkan pada tahap XS, penderita sudah tidak
dapat disembuhkan. Namun untuk XF, penderita dapat disembuhkan apabila
dilakukan pengobatan yang teratur dengan terapi vitamin A selama 2-4 bulan.5
2.2.5
Gejala Klinis
Ada beberapa gejala yang muncul pada penderita Nyctalopia atau rabun
senja, yaitu
a.
b.
c.
2.2.6
Diagnosis
Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang
dengan
adaptometri
gelap,
dan
pemeriksaan
mata
dengan
Electroretinography.
a. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang biasanya dilakukan pertama kali pada
penderita dengan menanyakan riwayat penderita tentang keluhan penyakitnya
saat ini dan penyakitnya pada masa lampau.5
Pertanyaan yang diberikan mengenai:
a. Identitas diri dan identitas orangtua (apabila penderitanya adalah
anak-anak)
b. Keluhan pada penglihatannya (penglihatan pada suasana bayak
cahaya atau kurang cahaya)
c. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, (apakah pernah
menderita diabetes, campak, penyakit infeksi, gangguan pada hati,
dll)
14
kekurangan
vitamin
dengan
adaptometri
gelap
menggunakan alat illuminator. Iluminator terdiri dari dua lampu LED (light
emitting diode) yang digunakan untuk pemeriksaan.Lampu pertama memancarkan
cahaya kuning-hijau dengan panjang gelombang 572 nanometer.Lampu itu
memiliki spesifi kasi 22 tingkatan rentang intensitas cahaya mulai dari -1,208
sampai dengan 1,286 log candela per meter persegi (log cd/m2). Sedangkan
lampu kedua memancarkan cahaya kuning-merah dengan panjang gelombang 626
nanometer. Sebelum pemeriksaan, pasien menjalani binocular partial bleach,
cahaya terang ditimpakan pada mata dengan menggunakan blitz kamera.5
Selanjutnya, pasien akan diminta untuk beradaptasi dengan kondisi gelap
selama 10 menit di suatu ruangan yang telah dibuat gelap. Jendela-jendela yang
ada di ruangan itu ditutup dengan menggunakan kain hitam. Derajat gelap yang
dijadikan patokan berdasarkan kondisi seseorang yang berada di dalam ruang
15
gelap tersebut tidak dapat melihat huruf berukuran tinggi 10 sentimeter dan tebal
1,5 sentimeter dengan tinta hitam pada kertas putih.5
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan meletakkan lampu kuninghijau dengan wadah berbentuk corong di hadapan mata kiri. Bentuk corong
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menutup mata kiri. Sedangkan
lampu kuning merah diarahkan dari sisi temporal atau samping mata kanan untuk
memberikan iluminasi (datangnya cahaya ke suatu objek) yang mempermudah
pengamatan respons pupil mata kanan.5
Pengamatan mata sebelah kanan itu dilakukan dengan bantuan lup 2,5 kali
pembesaran. Saat pemeriksaan, perhatian subjek diarahkan pada suatu objek
berluminasi yang diletakkan pada jarak enam meter. Pada mata kiri diberikan
stimulus cahaya kuning hijau selama satu detik mulai dari intensitas terkecil.5
Intensitas stimulus dinaikkan bertahap mulai dari intensitas cahaya paling
rendah dengan selang interval 10 detik hingga pupil (mata sebelahnya)
memberikan respons mengecil yang dapat dilihat dengan jelas oleh pemeriksa.
Pada dua pengujian berturut-turut, hasil yang didapat dicatat pada formulir data
subjek. Skor pemeriksaan adaptasi gelap kurang dari -1,11 log cd/ m2, dianggap
sebagai bukti adanya defisiensi vitaminA.5
c. Pemeriksaan dengan Electroretinography (ERG)
Electroretinography adalah alat yang digunakan untuk mengukur respons
elektrik dari fotoreseptor cahaya di mata, yaitu sel batang dan sel kerucut di
retina.
Mata pasien akan dibuka dengan sebuah retraktor setelah mata dibuat mati
rasa dengan ditetesi cairan. Elektroda akan ditempatkan pada setiap mata dan
elektroda tersebut akan mengukur aktivitas listrik ke retina sebagai respons
terhadap cahaya. Petugas pemeriksa akan mengukur hasilnya saat berada di
keadaan terang dan dalam keadaan gelap.5
2.3.7
Diagnosis Banding
Rabun senja memiliki kesamaan gejala dengan suatu penyakit, yaitu
16
2.3.8
Penatalaksanaan
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2
17
BAB 3
KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Rabun senja disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia, Rabun
senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya bekerja pada
lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada retina dapat
menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat pula diakibatkan oleh
mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan, atau bawaan sejak lahir.
Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan suatu gejala klinis tahap
awal akibat kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.
Klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO/USAID UNICEF/HKI/IVACG,
1996, yaitu X1-A, X1-B, X2, X3, X3-b, XN, XF, dan XS.
18
Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang
dilakukan untuk mendiagnosis rabun senja dikelompokkan menjadi dua, yaitu
anamnesis dan pemeriksaan secara biofisik.
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2
minggu. Dianjurkan bila didiagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan
vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada
perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati
gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu
diberikan perbaikan gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
3
4
5
Pustaka.
Herman. S. dkk. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian Khusus
pada Kurang Vitamin A (KVA). Anemia, dan Seng.