Professional Documents
Culture Documents
1. Volume Urin
Urinalisa adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Sistem ekskresi merupakan sistem pembuangan zat-zat sisa pada makhluk
hidup seperti karbon dioksida, urea, racun dan lainnya.Ginjal merupakan alat
pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk urine yang di dalamnya mengandung
air, amoniak (NH3), ureum, asam urat dan garam mineral tertentu. Penderita
diabetes miletus urinenyaakan mengandung glukosa (Yatim, 1984)
Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air. Fungsi
utama organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na +, K+, Cl-, Ca++ dan H+),
menjaga volume cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi kandungan
osmotik, membuang hasil akhir metabolism (urea, asam urat) dan mengeluarkan
substansi asing atau produk metabolismnya (Dahelmi, 1991).
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan
osmoregulasi,
mengeluarkan
sisa
metabolisme,
dan
mengatur
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat
mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam
mempertahankan homeostasis ini.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obatobatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis
urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh.
Hanya
saja,
beberapa
saat
setelah
meninggalkan
tubuh,
bakteri
akan
mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau
yang
khas,
terutama
bau
amonia
yang
dihasilkan
dari
urea.
(Hidayat, dkk. 2006) disebutkan bahwa pada proses urinalisa terdapat banyak cara
metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung
di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis
secara mikroskopik.
Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang
terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya
infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin
dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara
bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zatzat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin,
menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet
atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau
keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada
penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.
5. Uji protein
Penetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan
timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang
jernih menjadi syarat yang penting.
Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui
pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk
mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan
untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh
adanya garam garam yang telah ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan
kedalam urin. Asam asetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya, konsentrasi
antara 3 6 % boleh dipakai, yang penting ialah pH yang dicapai melalui pemberian
asam asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan
untuk percobaan ini. Hasil terbaik pada percobaan ini diperoleh dengan penggunaan
urin asam.
Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung dengan cahaya
berpantul dan dengan latar belakang yang hitam. Cara penilaian uji protein urin
adalah sebagai berikut :
NILAI
Negatif
Positif +
SIMBOL
-
DESKRIPSI
Tidak
ada
1+
sedikitpun
Kekeruhan ringan tanpa
kekeruhan
2+
Positif +++
3+
-0,2 %.
Jelas
kepingan
keruh
dengan
kepingan
4+
0,02 0,05 %
Sangat
keruh
dengan
bergumpal
atau
memadat
gumpal
:
kadar
membeku.
(Tri murtiati, 2010)
Sebagian kecil protein plasma disaring diglomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan kedalam urin. Normal ekskresi protein biasanya
tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan
ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetesmellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup
besar. Pada Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang
dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai
dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam nitrit pekat dan Urine. Albumin
merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar
60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 00,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas
normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme
tubuh.
6. Uji glukosa
Dengan menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi, adanya glukosa
dalam urin dapat ditentukan. Pada tes ini, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan reagens tertentu yang mengandung suatu zat yang berubah sifat dan
warnanya jika direduksi oleh glukosa. Jenis reagen yang mengandung garam cupri
adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk menyatakan adanya reduksi dan
diantara jenis reagen yang mengandung garam cupri, reagen benedict adalah jenis
terbaik. Hasil pemeriksaan reduksi disebut cara semikuantitatif dengan cara :
NILAI
Negatif
Positif +
Positif ++
Positif +++
SIMBOL
-
DESKRIPSI
Warna tetap
1+
2+
3+
%
Jingga atau warna lumpur keruh; kadar
biru
jernih
atau
sedikit
Positif ++++
4+
DAFTAR PUSTAKA
Dahelmi. 1991. Fisiologi Hewan. UNAND. Padang.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Juncquiera, L, Carlos dkk. 1997. Histologi Dasar. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Kimball, Jonh W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Murtiati, Tri. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. UNJ. Jakarta
Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga: Jakarta
Wilson, J. A. 1979. Prinsiple of Animal Physiology. Collier Mc Millan. S
Publisher:London
Yatim, W.1984. Biologi. Tarsito : Bandung