You are on page 1of 21

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN


ANALISA TPH (TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON)
PADA TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI
DENGAN METODE GRAVIMETRI (USEPA METHOD)
Oleh :
1.
2.
3.
4.

FARIZ ANZHARI KWANDA


MUTIA KHAIRUNNISA
NURUL AUDINA
SRI INDIRA PUSPA PERTIWI

(1407122446)
(1407114824)
(1407114536)
(1407114717)

DOSEN :
EDWARD. HS
ASISTEN :
YONNA YUNITASARI

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
1. Menganalisa kandungan minyakpada tanah
2. Menghitung konsentrasi minyak pada tanah tercemar
1.2. Dasar Teori
Aktivitas industri perminyakan (pengeboran, pengilangan, proses produksi dan
transportasi) umumnya menghasilkan limbah minyak dan terjadi tumpahan baik
ditanah maupun perairan. Limbah tumpahan tersebut akan semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya aktivitas industri perminyakan dilapangan (Udiharto, 1996).
Usaha penanggulangan minyak bumi secara konvensional hasilnya kurang
memuaskan.

Membuang

bahan

pencemar

minyak

bumi

ketanah

dapat

mengakitbatkan tercemarnya tanah, dimana tanah akan menjadi tandus dengan


tumbuhnya dekomposer ditanah dan dengan membenamkan kedalam tanah tidak
menanggulangi masalah, bahkan dapat meresap ke air tanah dan mencemari perairan.
Maka untuk usaha pengolahan tanah tercemar minyak bumi lebih lanjut perlu
dilakukan analisa kandungan minyak yang terdapat ditanah tercemar tersebut untuk
dicarikan solusi lebih lanjut (bioremediasi). Keberadaan limbah minyak ditanah harus
sesuai dengan kriteria nilai akhir yang diperkenankan untuk dibuang kelingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai batas aman yang
telah ditentukan yaitu dibawah 10000 g/g (KEMEN LH No. 128 Tahun 2003)

Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)

Petroleum berasal dari kata petra yang artinya batu dan oleum yang artinya
minyak. Petroleum merupakan campuran kompleks. Petroleum terdiri dari senyawa
hidrokarbon (98%), Sulfur (1 3%), Nitrogen (< 1%), Oksigen (< 1%), Logam atau
mineral (< 1%), Garam (< 1%). Menurut EPA (Environmental Protection Agency),

petroleum hidrokarbon berasal dari minyak mentah (crude oil). Crude oil ini
digunakan untuk membuat produk petroleum, yang dapat mencemari lingkungan.
Berdasarkan susunan molekul minyak bumi maka senyawa hidrokarbon dapat
dikelompokan menjadi empat golongan (Reynolds, 1963) :
1. Parafinik (Alkana) : CnH2n+2
Parafinik merupakan persenyawaan hidrokarbon jenuh dengan rantai atom C
terbuka yang terdiri dari normal parafin dan parafin cabang (isomer).
2. Naftenik (Sikloparafin) : CnH2n
Naftenik merupakan persenyawaan hidrokarbon jenuh dengan rantai atom C
tertutup yang terdiri dari normal naften (mononaften dan polinaften) dan naften
bercabang. Contohnya yaitu : Sikloheptana
3. Aromatik : CnH2n-6
Aromatik adalah persenyawaan hidrokarbon jenuh dengan satu inti benzena atau
lebih yang terdiri dari normal benzena (monobenzena, monoaromat dan polibenzena,
poliaromat) dan benzena bercabang. Contohnya yaitu : Benzena
4. Olefin : CnH2n
Olefin adalah persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh dengan rantai atom C
terbuka yang dalam struktur molekulnya terdapat ikatan rangkap dua diantara dua
atom C yang berdekatan. Hidrokarbon tidak jenuh terdiri dari normal olefin dan
olefin cabang alkil. Senyawa olefin biasanya tidak ada dalam minyak bumi, karena
susunan komponen tersebut tidak stabil.

Sifat-sifat TPH

TPH memiliki sifat-sifat umum baik sifat fisika maupun kimia :


1. Mudah menguap
2. Peka terhadap cahaya
3. Kelarutan dalam air umumnya kecil
4. Mudah larut dalam pelarut organik

5. Tekanan uapnya lebih kecil dari satu atm


6. Umumnya beracun
7. Memiliki massa relatif sebesar 282
8. Memiliki titik leleh sebesar 37C
9. Memiliki titik didih sebesar (300-350)C
10. Memiliki kerapatan sebesar 0,789 g/cm3
11. Viskositas besar

Senyawa-senyawa TPH

Senyawa-senyawa petroleum adalah campuran dari banyak sekali komponen


hidrokarbon. Senyawa-senyawa tersebut bervariasi tergantung pada sumber crude oil
dan proses pemurnian produksi. Cara-cara pemisahannya antara lain dengan proses
pemecahan, kondensasi, polimerisasi, dan alkilasi. Berikut beberapa contoh senyawa
TPH :
1. Bensin
Bensin adalah campuran dari komponen-komponen hidrokarbon dengan titik
didih yang rendah. Mengandung kurang lebih dari seratus lima puluh komponen
hidrokarbon dengan rantai karbon antara C 4 sampai C12 yang terdiri dari 4-8% alkena,
25-40% isoalkana, 3-7% sikloalkena, dan 20-50% senyawa aromatik.
2. Fuel Oil (1)
Fuel Oil (1) adalah senyawa hasil destilasi petroleum yang mengandung
hidrokarbon dengan ikatan C9 sampai C16. Senyawa ini banyak digunakan dalam
pestisida, indrustri keramik, dan pelapisan aspal.
3. Fuel Oil (2)
Fuel Oil (2) adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan karbon C11 sampai C20.
Terdiri dari 64% senyawa hidrokarbon alifatik (termasuk alkana rantai lurus dan
sikloheksena), 1-2% alkena, dan 35% hidrokarbon aromatik. Senyawa ini banyak
digunakan dalam pembakaran pada industri keramik.

4. Mineral Oil
Mineral Oil sering disebut sebagai minyak pelumas. Ikatan karbonya antara C 15
sampai C50. Mineral oil banyak digunakan pada kendaraan bermotor. Hidrokarbon
yang terkandung antara lain alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon aromatik.

TPH Bagi Kesehatan Manusia

Seperti dijelaskan dalam sifat-sifat di atas bahwa petroleum hidrokarbon pada


umunya merupakan zat yang beracun. Hal ini terjadi karena beberapa senyawa
petroleum hidrokarbon dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat. Akibat lain
diantaranya adalah pusing, kerusakan syaraf yang disebut peripheral neuropathy,
gangguan pada darah, sistem kekebalan, paru-paru, kulit, dan mata.
Pada percobaan yang dilakukan pada hewan, TPH terbukti memberikan
gangguan pada paru-paru, sistem syaraf pusat, hati dan ginjal. Beberapa TPH juga
telah dibuktikan dapat mempengaruhi sistem reproduksi dan perkembangan janin.
The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah membuktikan bahwa
salah satu senyawa dari TPH (Benzena) dapat menyebabkan kanker.
Mengingat petroleum hidrokarbon memberikan dampak yang cukup besar, maka
keberadaan petroleum hidrokarbon perlu ditetapkan yaitu dengan menggunakan
kromatografi gas atau spektrofotometri infra red.

Analisis Total Petroleum Hidrokarbon

Analisis TPH secara kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi gas atau
spektrofotometri infra red.
1. Kromatografi gas (GC)
Pada tahun 1903, Tswett menemukan teknik kromatografi. Teknik ini bermanfaat
dalam penguraian suatu campuran. Definisi kromatografi adalah suatu prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi, diferensial dinamis dalam sistem
yang terdiri dari dua fase atau lebih salah satunya bergerak secara berkesinambungan

dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran
molekul atau kerapatan muatan ion. Berdasarkan kemasan fase diam, kromatografi
terbagi tiga yaitu kromatografi kertas, kolom, dan lapisan tipis.
Kromatografi gas terdiri dari kromatografi gas cairan dengan mekanisme
pemisahan partisi, teknik kolom dan nama alat GLC. Selain itu, kromatografi gas
padat dengan mekanisme absorpsi, teknik kolom dan nama alat GSC. Namun GSC
jarang digunakan sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat ini adalah
GLC.
Kromatografi gas merupakan sistem pemisahan fisik komponen-komponen
dalam suatu campuran terdistribusi antara fase diam dan fase gerak. Fase diam
berupa kolom yang terisi oleh padatan atau cairan. Fase gerak (gas pembawa) berupa
gas yang lembam. Komponen akan terpisah diantara aliran gas pembawa yang terus
menerus dalam fase diam (Day dan Underwood,2002).
Secara garis besar, bagian dasar dari GC :
a. Gas pembawa
Syarat gas pembawa :

Lembam (inert)

Koefisien difusi gas rendah

Kemurnian tinggi (99.99%)

Mudah didapat dan murah

Cocok dengan detektor yang digunakan

Contoh gas pembawa adalh N2, H2, He, dan Ar. He adalah gas pembawa yang
paling banyak digunakan.
b. Gerbang suntik
c. Oven
Syarat oven yang baik :

Keseragaman suhu baik

Kestabilan suhu baik

Rentang suhu lebar

Dapat digunakan untuk analisis isotermal dan analisis pada suhu terprogram

d. Kolom
Kolom dapat diibaratkan sebagai jantungnya kromatografi. Pada kolom inilah
terjadi pemisahan komponen pada sampel. Secara umum kolom yang lebih
panjang dapat memisahkan lebih baik namun waktu analisisnya menjadi lebih
lama. Semakin kecil diameter dalam semakin baik pemisahannya. Kolom dibuat
spiral untuk menghemat tempat. Ada dua jenis kolom yaitu kolom kemasan dan
kolom kapiler.
e. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi
mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi
sinyal elektronik. Detektor yang digunakan untuk menganalisis TPH adalah FID
(Flame Ionization Detector) yang merupakan detektor khusus menganalisis
senyawa-senyawa organik termasuk TPH.
f. Sistem pengolahan data

Ambang Batas TPH


Dalam Kepmen LH 128/2003 dicantumkan bahwa kosentrasi TPH maksimum

yang diijinkan untuk mengolah tanah tercemar dengan bioremediasi adalah 15%. Jika
terdapat konsentrasi hidrokarbon minyak bumi diatas 15% maka harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu yang tujuannya adalah pemanfaatan. Salah satu
contohnya adalah oil recovery. KLH mempertimbangkan bahwa konsentrasi TPH
>15% masih memiliki potensi pemanfaatan.

Petroleum hydrokarbon yang dimaksudkan dalam Kepmen 128/2003 adalah


senyawa yang terdapat pada industri migas dan dihasilkan dari industri migas.
Dengan demikian, keberadaan senyawa ini pada daerah industri. pertimbangan
konsentrasi ambang batas untuk TPH industri migas didasarkan pada proteksi
terhadap tanaman dan sumber air (air tanah dan air permukaan). Hasil studi-studi ini
menunjukkan bahwa konsentrasi hidrokarbon minyak bumi pada <10.000 mg/kg atau
1% tidak menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan berbagai tanaman ataupun
perlindian pada air tanah. Angka 1% ini kemudian digunakan oleh beberapa negara
bagian di US untuk aplikasi pengolahan tanah tercemar di Industri migas. Pada saat
kepmen 128/2003 disusun, belum ada studi di Indonesia yang menunjukkan berapa
angka toksisitas petroleum hidrokarbon untuk tanaman-tanaman di Indonesia,
ataupun resiko terhadap sumber air (air tanah). Oleh karena itu, angka 1% digunakan
sebagai target konsentrasi akhir bioremediasi di Indonesia. Dengan demikian, jelas
tertera dalam judul Kepmen 128/2003 bahwa peraturan ini spespesifik untuk Industri
Minyak dan Gas (Anonim, 2013).

Dampak Petroleum Hidrokarbon


Petroleum hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat

berdampak buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan,
atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun, akibatnya,
ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu.
Pencemaran petroleum hidrokarbon atom juga dapat diakibatkan oleh proses
pembuangan limbah industri atau pun rumah tangga, kendaraan bermotor, dan
kegiatan pengeboran minyak. Petroleum hidrokarbon dapat mencemari air secara
langsung melalaui proses kebocoran. Selain itu, petroleum hidrokarbon juga dapat
meresap ke dalam lapisan tanah dan tertahan dalam jangka waktu yang cukup
lama.Sisanya menguap ke udara dan diuraikan oleh cahaya. Uap dari senyawa ini

juga dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia bila terhirup
(Anonim, 2013).

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
1.

Alat
Alat-alat yangdigunakan pada percobaan percobaan analisa TPH (Total

Petroleum Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :


Alat
Timbangan Analitik

Beaker Gelas 250 ml

Corong

Cawan Penguap

Gambar

Kaca Arloji

Kertas Saring

Erlenmeyer 250 ml

Desikator

Pipet Tetes

Batang Pengaduk

Aluminium Foil

Gelas Ukur 100 ml

Oven

2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan analisa TPH (Total Petroleum


Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :
Nama Bahan
10 gr sampel tanah tercemar minyak

Gambar

bumi

10 gr Na2SO4 anhidrat

100 ml n-hexana

2.3. Prosedur Percobaan


1. Sampel tanah tercemar ditimbang sebanyak 10,007 gram.

2. Sampel tanah dicampurkan dengan 100 ml n-Hexsana di dalam beaker gelas.


Campuran diaduk selama 15 menit.
3. Campuran disaring dengan kertas saring, residu dibuang sedangkan filtrat
ditampung di dalam erlenmeyer.
4. Filtrat ditambahkan 10 gram Na2SO4 anhidrat dan dikocok 15 menit.
5. Campuran filtrat dan Na2SO4 kemudian disaring kembali dengan menggunakan
kertas saring, residu dibuang sedangkan filtratnya dimasukkan ke dalam cawan
penguap yang telah diketahui beratnya.
6. Filtrat dioven 45 menit (hanya tersisa residu), kemudian dimasukkan ke
dalam desikator 3 menit.
7. Cawan yang berisi residu ditimbang dan dicatat.
8. Cawan yang berisi residu dioven kembali 15 menit, kemudian dimasukkan ke
dalam desikator 3 menit.
9. Cawan yang berisi residu ditimbang dan dicatat. Pengovenan dilakukan
kembali hingga di dapat berat yang konstan.
10. Analisa TPH dilakukan.
TPH =

Berat Residu
x 100
Berat Sampel

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

No

Perlakuan

1
2
3

Cawan penguap ditimbang


10 gr sampel tanah yang tercemar minyak bumi
100 ml n-hexana

Sampel tanah + n-hexana

Sampel tanah + n-hexana disaring

Filtrat + 10 gr Na2SO4 anhidrat

Hasil
67,300 gr
Warna: cokelat tua
Warna: bening
Warna larutan cokelat
kehitaman dan terasa dingin
Filtrat berwarna cokelat
muda
Warna larutan lebih pudar
dan terbentuk endapan
berwarna abu-abu di dasar
erlenmeyer

7
8
9
10

Filtrat + 10 gr Na2SO4 anhidrat disaring kemudian


ditimbang beratnya bersama cawan penguap
Pemanasan filtrate pertama selama 45 menit
Pemanasan filtrate kedua selama 15 menit
Pemanasan filtrate ketiga selama 15 menit

111,727 gr
68,172 gr
67,367 gr
67,369 gr

Hasil pengukuran berat residu dapat dilihat dari table berikut:


No
1
2
3
4

Waktu pemanasan dengan oven


Berat residu awal
Berat residu setelah pemanasan selama 45 menit
Berat residu setelah pemansan selama 15 menit
Berat residu setelah pemanasan selama 15 menit

Berat residu
44,427 gr
0,872 gr
0,067 gr
0,069 gr

Perhitungan:
Berat residu awal = (berat cawan + filtrat) berat cawan kosong
= 111,727 gr 67,300 gr

= 44,427 gr

Berat residu setelah pemanasan selama 45 menit = A B


= 68,172 gr 67,300 gr
= 0,872 gr

Berat residu setelah pemanasan selama 15 menit = A B


= 67,367 gr 67,300 gr
= 0,067 gr

Berat residu setelah pemanasan selama 15 menit = A B


= 67,369 gr 67,300 gr
= 0.069 gr
berat residiu
100
% TPH
= berat sampel

0,069 gr
100
10,007 gr

= 0,69%
Dengan:
A

= berat cawan setelah dipanaskan

= berat cawan kosong

3.2. Pembahasan
Pada percobaan, mula-mula sampel tanah yang tercemar minyak bumi
ditimbang dan ditambahkan n-hexana. N-hexana merupakan cairan tidak
berwarna pada suhu ruang yang fungsinya adalah sebagai pelarut organik
yang akan melarutkan minyak bumi di dalam sampel tanah. Kemudian
larutan diaduk selama 15 menit, warna larutan menjadi cokelat kehitaman.
Lalu sampel tanah yang dicampur dengan n-heksana disaring untuk
memisahkan filtrat dengan solid. Setelah itu filtrat tersebut ditambahkan
Na2SO4 anhidrat. Anhidrat merupakan istilah senyawa atau zat yang tidak

mengandung air. Penambahan Na2SO4 anhidrat akan menyerap air yang


masih terdapat pada filtrate karena adanya air dapat menyebabkan
terbentuknya produk atau reaksi yang tidak diinginkan. Na2SO4 anhidrat tidak
larut dan mengendap di dasar erlenmeyer, kemudian disaring. Hasil saringan
yaitu larutan n-hexana dan minyak bumi ditimbang lalu dipanaskan pada
oven dengan suhu awal 85C. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan nhexana karena n-hexana adalah isomer tidak bercabang yang memiliki titik
didih 68,7C.

Gambar 1 Struktur n-hexana

Lalu suhu dinaikkan menjadi 100C untuk menguapkan air yang


mendidih pada suhu tersebut. Pemanasan dilakukan hingga mencapai berat
konstan. Dari hasil praktikum kami, kami tidak berhasil mendapatkan berat
konstan hingga tiga kali pemanasan hal ini mungkin disebabkan pada saat
penimbangan terdapat zat lain yang ikut tertimbang dan membuat hasil
percobaan tidak tepat. Berdasarkan perhitungan, %TPH sebesar 0,69%
artinya berdasarkann Kepmen LH Nomor 128 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa konsentrasi TPH maksimal setelah pengolahan adalah
10000 g/g atau 1%. Hal ini membuktikan bahwa sampel tidak tercemar
minyak bumi.

LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel tanah tercemar


minyak bumi

Gambar 2. Filtrat ditambah


Na2SO4

Gambar 3. Filtrat di dalam cawan


penguap sebelum dipanasi

Gambar 4. Residu setelah


dipanasi selama 45 menit

Gambar 5. Residu setelah


dipanasi kembali selama 15 menit

Gambar 6. Residu setelah


dipanasi kembali selama 15 menit
dan diperoleh residu yang telah
konstan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Analisa TPH merupakan suatu cara untuk menentukan konsentrasi

minyak bumi yang ada di tanah.


Persen TPH berdasarkan hasil percobaan yaitu 0.69%. Menurut Kepmen
Nomor 128 Tahun 2003, konsentrasi TPH maksimal adalah 1% setelah
dilakukan bioremediasi. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tanah tidak

tercemar minyak bumi.


4.2 Saran
Sebelum pratikum hendaknya memakai jas lab, masker, dan sarung

tangan agar terhindar dari zat-zat kimia berbahaya.


Jumlah alat praktikum yang kurang memadai sehingga menghambat
jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Bioremediasi dan Total Petroleum.


http://www.bioremediasi.blogspot.com. Diakses pada 12 November 2015.
Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Reynolds. 1963. Physical Chemistry of Petroleum Solvents Reinhold. New York:
Publishing Corporation.
Udiharto, M. 1996. Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan.
Prosiding Pelatihan dan Lokakarya. Cibinong: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

You might also like