Professional Documents
Culture Documents
(PAIN MANAGEMENT)
Dra.Nurul Mutmainah,M.Si.,Apt
Departemen Farmakologi-Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi UMS
Definisi
Asal kata: peone (latin) & poine (Yunani) arti:
pinalti atau hukuman
Aristoteles: nyeri adalah suatu perasaan, nafsu,
jiwa dimana jantung merupakan sumber dari
rasa nyeri
Descartes, Galen, Vesalius: nyeri adalah
sensasi dimana otak mempunyai peran utama
Muller, Van Frey & Goldsheider : mengkaitkan
nyeri dg neuroreseptor, nociceptor & input
sensori
Definisi Nyeri
Perasaan & pengalaman emosional yg tdk
PAIN
Bersifat subyektif
Tidak ada tes spesifik yg dpt mengukur
rasa nyeri baik kualitatif atau kuantitatif
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan durasi:
Nyeri akut
Nyeri kronis
Berdasar asal :
Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
Nyeri perifer (somatik) asal: kulit, tulang, sendi, otot,
jaringan ikat dll , bersifat akut, letaknya terlokalisasi
Nyeri visceral/central asal: organ dalam, lebih sulit
dilokalisasi letaknya
Nyeri neuropatik
2. Transmisi
impuls syaraf selanjutnya ditransmisikan mll spinal
cord ke SSP
lanjutan
3. Persepsi
Setelah sampai di otak maka nyeri akan
dirasakan scr sadar menimbulkan respon:
Aduh!!!
4. Modulasi
Penghambatan impuls nociceptive dg cara
pelepasan opioid endogen, serotonin dan
norepinefrin
Neurophatic Pain
Tidak ada stimulus yg jelas
Kerusakan
syaraf
pada
perifer/sentral
mempengaruhi
sensory
Nyeri biasanya bertahan lebih lama
Seringkali sulit diobati
saraf
jalur
Neurophatic Pain
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Peredaan Nyeri
Sangat diinginkan
Sangat diinginkan
Umumnya tdk
terjadi
Biasa terjadi
Komponen psikologis
Penyebab organik
Sering
kecil
signifikan
Insomnia
jarang
sering
Tujuan terapi
kesembuhan
Fungsionalisai
(memperbaiki kualitas
hidup)
Depresi
jarang
sering
nyeri
yg
Sasaran Terapi
Meminimalkan nyeri (intensitas & durasi)
Menurunkan kemungkinan berubahnya
nyeri akut mjd nyeri kronis yg persisten
Meminimalkan reaksi yg tdk diinginkan
atau intoleransi thdp terapi nyeri
Meningkatkan kualitas hidup
STRATEGI TERAPI
Terapi Non-farmakologi
Terapi stimulasi : Transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS)
Intervensi Psikologi
Relaxation training
Imagery
hypnosis
Terapi Farmakologi
Analgesik: opiat & non opiat
PARASETAMOL (Asetaminofen)
Memiliki khasiat analgetik & antipiretik yg
baik
Menghambat pembentukan prostaglandin
scr sentral, tidak di jaringan shg tidak
berefek sbg antiinflamasi
Efek samping ringan & jarang
Dosis tinggi (<4g/hari) toksik pd hepar
ANTALGIN
(metampiron, metamizol, dipiron)
Efek: analgetika, antipiretika dan
antiinflamasi
Efek samping: leukopenia &
agranulositosis yg berakibat kematian
(5%) di USA, Inggris, Swedia sudah
ditarik dari peredaran
Di Indonesia ??
NSAID
Mekanisme kerja: menghambat produksi
prostaglandin dg cara menghambat enzim
siklooksigenase (Cox-1, Cox-2)
Penurunan produksi prostaglandin:
Analgesik
Antipiretik
Antiinflamasi
Efek samping: konstipasi, confuse, sakit
kepala, GI & renal toksik
Hindari pd: geriatri, CHF, hipertensi, sirosis,
gangg ginjal
NSAID-HIPERTENSI
No effect
Mild elevation
Intermediate
elevation
Significant elevation
Indomethacin, piroksikam,
naproxen
Analgetik Opioid
Aktivitas analgetik opioid tergantung pada
afinitasnya terhadap reseptor opiat
Efek :
Relatif selektif
Pd konsentrasi terapi normal, tdk
mempengaruhi penghantaran sensor
(sentuhan, pendengaran, penglihatan. Bila
dosis ditingkatkan, dpt tjd efek samping yg
tidak diinginkan
Analgetik Opioid
Efek berpengaruh pada CNS dan
gastrointestinal, yaitu:
Mood changes
Sedasi
Depresi pernafasan
Nausea,vomiting
Penurunan motilitas gastointestinal
Dependence & toleransi
Analgetik Opioid
Klasifikasi:
Agonis seperti morfin
Morfin, hidromorfon, oksimorfon,kodein,hidrokodon, oksikodon
Antagonis
nalokson
Analgesik sentral
tramadol
Mekanisme kerja
Bekerja pada reseptor opiat di SSP
reseptor yg memodulasi transmisi nyeri
menurunkan persepsi nyeri dg cara
menyekat nyeri pada berbagai tingkat,
terutama di otak tengah dan medulla
spinalis
3. FENTANIL
Opioid sintetik
Digunakan sbg anestesi general
EfikasiI 80x morfin, durasi 30-60 menit
Rute : IM, Transdermal: bentuk patch (onset: 12-24 jam,
durasi:72 jam utk pasien kanker kronis),
Transmucosal: bentuk lozenges
MANIFESTASI
Perubahan Mood
Disforia, euphoria
Kesadaran
Stimulasi CTZ
Mual, muntah
Depresi pernafasan
Menurunkan motilitas GI
konstipasi
Pelepasan histamine
Toleransi
dependensi
PEMILIHAN OBAT
Tergantung pd intensitas nyeri
Mempertimbangkan kontraindikasi
REGIONAL ANALGESIA
Dengan menggunakan lokal anestesia,
digunakan pada:
pembedahan utk mengurangi kebutuhan
opioid post op
Secara epidural pd akut dan kronik pain
Dpt menembus blood-brain barrier dan
menyebabkan eksitasi CNS dan depresi
CONTOH REGIONAL
ANALGESIA
Agent
Onset ( menit)
Durasi ( jam)
Procain
2-5
0,25-1
Tetracain
15
2-3
Bupivacain
2-4
Lidokain
<2
0,5-1
Prilokain
<2
>1
Etidokain
3-5
5-10
Nama
Patent
Dosis awal
Dosis
maksimum
Carbamazepin
tegretol
200 mg 2 kali
sehari
1,6 g
Divalproex
depakote
10 mg/kg/hari
60 mg/kg
Gabapentin
neurontin
100 mg 3 kali
sehari
3,6 g
Lamotrigine
lamictal
50 mg sekali
sehari
500 mg
phenitoin
dilantin
100 mg 3 kali
sehari
600 mg
EVALUASI TERAPI
Utk acute pain: monitor rasa nyeri tiap
jam atau tiap hari dan monitor efek
samping
Utk kronik pain: monitor tiap hari atau tiap
minggu
Penggunaan opioid dpt menginduksi
konstipasi shg perlu diantisipasi dg
makan banyak serat dan banyak minum,
jika perlu digunakan laxative