Professional Documents
Culture Documents
2.1.1.1
Definisi
Sindroma nefrotik adalah suatu gangguan pada glomerular yang
dengan
perubahan
minimal
Demografi
Usia (tahun)
Jenis Kelamin
Manifestasi Klinis
Proteinuria
Asimptomatik
Hematuria
Hipertensi
Progres kearah
gagal ginjal
segmental
Nefropati
glomeruloskle
Membranosa
bersamaan
Tipe I
Tipe II
2-6
:
2-10
:
40-50
:
5-15
:
5-15
:
2:1
1,3 : 1
2:1
1:1
1: 1
10 %
20%
40 %
40 %
10-20 %
10 %
60-80 %
20 % di awal
10 Tahun
80 %
35 %
10-20
80 %
35 %
Tidak ada
60 %
Infrekuen
50 % dalam
10-20 %
tahun
Hodkin,
Tidak ada
biasanya
vena renal,
kanker, SLE,
Tidak ada
Manifestasi
C1,C4,
Nefrotik
Nefrotik
Sindrom
C3-C9
BUN pada
BUN pada
Nefrotik
rendah
15-30 %
20-40 %
(-)
en
Respon terhadap Steroid
90 %
i parsial
Manifestasi
Sindrom
Normal
Lipodistrof
Hepatitis B
Sindrom
Patologi Renal
Mikroskopik
5-15 tahun
Thrombosis
penyakit
tidak ada
Temuan Laboratorium
Manifestasi
Immunoflores
Membranoproliferatif
rosis
Alergi (?),
Kondisi yang
Glomerulonefritis
Fokal-
C1, C4
normal,
C3-C9
rendah
Penebalan
Lesi sklerotik
Penebalan
fokal
GBM, tajam
IgM, C3 pada
Granular
proliferasi
Granular
lesi
halus IgG, C3
IgG
15-20 %
Bisa
Tidak
GBM,
Lobulasi
Hanya C3
Tidak
6
menghambat
progress
diketahui
diketahui
berkeringat dan pergerakan cuping hidung, dan bibir dan ujung jari kebiruan
(cyanosis).
Tekanan
darah
dapat
bervariasi,
bila
tekanan
darah
Aktivitas
Bicara
Kesadaran
Frekuensi nafas
Retraksi otot-otot bantu
nafas
Mengi
Frekuensi nadi
APE sesudah
bronkodilator
PaCO2
SaO2
Ringan
Dapat berjalan, dapat
berbaring
Beberapa kalimat
Mungkin terganggu
Meningkat
Sedang
Jalan terbatas, lebih
suka duduk
Kalimat terbatas
Biasanya terganggu
Meningkat
Berat
Sukar berjalan, duduk
membungkuk ke depan
Kata demi kata
Biasanya terganggu
Sering >30x/menit
Ada
Keras
100-120
Keras
>120
>80%
60-80%
<60%
<45 mmHg
>95%
<45 mmHg
91-95%
>45 mmHg
<90%
Rangsangan alergi
Pada penderita asma alergi timbul dapat akibat menghirup bahan alergen atau
setelah mengkonsumsi bahan alergik tersebut. Airborne allergen meliputi
debu rumah, bulu hewan, bagian-bagian tubuh serangga, cat, plitur, spora
jamur dan macam-macam tepung sari. Dan bahan alergen yang dikonsumsi
2.
3.
Infeksi
Pada umumnya infeksi virus, bakteri dan jamurmemicu timbulnya serangan
asma namun dapat pula bertindak sebagai bahan alergen.
4.
Obat
Banyak obat yang dikonsumsi dapat menimbulkan serangan asma. Golongan
terbanyak adalah penisilin. Penderita yang sensitif terhadap aspirin umumnya
20 menit setelah konsumsi timbul serangan
5.
2.1.1.8 Komplikasi
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janinakan kekurangan oksigen (O 2) atau
hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada
janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur, atau berat janin tidak
sesuai dengan masa kehamilan (gangguan pertumbuhan janin). Penderita selama
kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh
nafas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk. Asma yang tidak terkontrol
pengobatannya dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Komplikasi akan
menjadi lebih berat.5,8
10
2.1.1.9 Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil hendaknnya
asma diperiksa dan dipantau sejak awal, termasuk derajat berat-ringannya asma.
Yang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya
sejak awal. Pemeriksaan dengan USG dapat dilakukan sejak usia kehamilan 12-20
minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada trimester
ke-2 dan ke-3 terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang berat.
Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan electronic fetal heart rate
monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.
Selain pemeriksaan teratur, ibu hamil juga perlu mencermati alergen
penyebab tercetusnya asma seperti binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk
tempat yang lembab karena tempat yang lembab mudah ditumbuhi jamur. Alergen
pencetus itu merupakan alergen poten yang merangsang pembentukan zat antibodi
IgE. Zat antibodi ini dibentuk untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya
merugikan. Pencetus lain bisa berasal dari latihan olah raga yang terlalu
dipaksakan, infeksi saluran pernafasan, perubahan cuaca dan emosi. Kebiasaan
merokok juga dapat memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya
komplikasi bronkitis serta sinusitis.
Pada serangan asma akut, penanganan sama dengan wanita tidak hamil.
Pengobatan harus diberikan optimal dan sebaiknya perinhalasi. Pada umumnya
pasien dianjurkan menggunakan obat yang memberikan pengaruh pada kadar
dalam darah sesedikit mungkin, seperti obat suntikan, bukan oral. Pada asma yang
ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhaler yang digunakan
satu-dua semprotan tiap beberapa menit. Penggunaan inhaler harus dipelajari dan
dipraktekkan dengan benar agar bila kumat sewaktu-waktu dapat mengatasi
sendiri (NHLBI, 2010).
Secara garis besar penaganan asma saat serangan adalah sebagai berikut:
1.
Golongan adrenergik
Temasuk golongan ini adalah adrenalin dan efedrin yang saat ini jarang
digunakan karena efek sampingnya banyak termasuk tidak dapat
11
c.
d.
Golongan anti-inflamasi.
Dalam keadaan mendesak, dapat digunakan obat steroid yang sangat
efektif sebagai antiperadangan, baik secara oral maupun suntikan
2.
Obat pengendali jangka panjang, diantaranya adalah long-acting 2agonist, xantinergic, hormon steroid.
3.
4.
dengan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesaria atas indikasi asma jarang
atau tak pernah dilakukan . pengobatan reguler asma selam proses kelahiran
diteruskan. Jangan diberikan analgesik yang mengandng histamin, tapi dapat
dipilih morfin atau analgesik epidural.
Mengingat karena pengaruh asma, ibu yang sedang hamil acap kali lebih
sensitif dan emosional, pendekatan psikologis diperlukan. Fisioterapi adakalanya
juga perlu untuk membuang dahak yang berlebihan. Stamina tubuh merupakan
faktor utama lain yang perlu dipertahankan selama hamil. Jalan kaki santai di
udara yang bersih dans egar sangat dianjurkan. Makanan dengan gizi yang cukup
dan sehat jelas akan menambah kebugaran. Penderita asma yang hamil masih
12
tetap bisa bekerja dikantor, namun hindarilah ruangan berpolusi tinggi (NHLBI,
2010).
BAB III
3.1 PEMBAHASAN
3.1.1 Pembahasan
Asma ditandai dengan keadaan obtruksi spasme bronkus, kesembaban
(edema), dan peradangan (inflamasi) dinding bronkus yang bersifat reversibel.
Wanita penderita asma yang hamil harus lebih berhati-hati.
Penderita asma di Amerika Serikat berkisar antara 6-8 juta. Di Hongkong
prevalensi asma pada anak-anak kelompok umur 13-14 tahun pada tahun 1980
baru mencapai 2% kemudian menjadi 4,8% pada tahun 1989 dan pada tahun 1995
mencapai 11%. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%. Insidensi
asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5 1 % dari seluruh kehamilan, dimana
serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 36 minggu. Selama
masa kehamilan, derajat asma pada ibu hamil, sepertiga membaik, sepertiga
memburuk, dan sepertiga sisanya tetap. Asma yang terjadi pada kehamilan
sebelumnya, pada 60% penderitanya akan terulang lagi pada kehamilan
berikutnya.
Pada asma akan terjadi hiperinflasi yang betujuan agar saluran nafas tetap
terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar dengan bantuan otot-otot bantu nafas.
Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan
pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding
mengi. Penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan hipoventilasi,
ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Ketiga hal
ini akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis respiratorik pada
13
tahap yang lebih lanjut. Pengaruh fisiologi asma akan berakibat penurunan faal
paru dan perubahan gas darah.
Secara klinik, klasifikasi asma terdiri atas extrinsic asthma (asma
ekstrinsik = asma alergi), instrinsic asthma (asma instrinsik = infective asthma =
idiophatic asthma) dan asma bentuk lain. Penegakan diagnosis serupa dengan
asma di luar kehamilan, yaitu dengan adanya sesak nafas kumat-kumatan, dada
rasa berat, sukar bernafas disertai batuk tanpa atau dengan dahak. Bentuk dada
dapat normal, atau cembung bila serangan sering kambuh dan serangan
belangsung lama. Perabaan dada normal, ruang antar iga normal, perkusi normal,
auskultasi terdengar wheezing ekspirasi dan kadang-kadang ada ronkhi.
Gambaran radiologi umumnya normal, bila ada infeksi dapat dijumpai gambaran
konsolidasi.
Pada saat serangan suara nafas berbunyi, posisi penderita duduk
membungkuk ke depan dengan kedua tapak tangan bertumpu pada kursi, wajah
berkeringat dan pergerakan cuping hidung, dan bibir dan ujung jari kebiruan
(cyanosis). Tekanan darah dapat bervariasi, bila tekanan darah meningkat
menandakan adanya penurunan pH dan PaO2 serta kenaikan PaCO2.
Pada
pemeriksaan darah tepi, LED normal, eosinofil meningkat dan IgE meningkat.
Pada pemeriksaan dahak (sputum) secara makroskopis suatu mukus jernih atau
kekuningan dan mikroskopis nampak adanya sel radang eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel epitel mukosa saluran nafas, spiral dari crhusman dan gerombolan
sel radang (Charote-Lyden body).
Penyebab terjadi asma pada umumnya adalah rangsangan alergi,
rangsangan bahan toksik dan iritan, infeksi, obat, faktor fisik dan psikis.
Mengingat karena pengaruh asma, ibu yang sedang hamil acap kali lebih sensitif
dan emosional, pendekatan psikologis diperlukan. Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma tidaklah sama pada setiap penderita, bahkan pada
seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan
berikutnya. Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat
hubungannya dengan fungsi pernafasan, yaitu rahim yang membesar, perubahan
hormonal, peningkatan volume darah dan cardiac out put, dan perubahan
14
imunologik. Perjalanan asma pada ibu hamil dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron yang terus meningkat, bertambahnya hormon lain seperti PGF2
saat kehamilan bisa memperburuk asma dan peningkatan histamin selama
kehamilan yang berasal dari jaringan janin pun mempunyai efek asmogenik.
Demikian juga protein dasar mayor (MBP= mayor basic protein) yang banyak
ditemukan dalam plasenta, bila sampai masuk ke paru-paru.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan. Komplikasi yang sering terjadi keguguran, persalinan
prematur, atau berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan (gangguan
pertumbuhan janin). Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil,
yang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya
sejak awal. Selain pemeriksaan teratur, ibu hamil juga perlu mencermati alergen
penyebab tercetusnya asma seperti binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk
tempat yang lembab karena tempat yang lembab mudah ditumbuhi jamur.
Pencetus lain bisa berasal dari latihan olah raga yang terlalu dipaksakan, infeksi
saluran pernafasan, perubahan cuaca dan emosi. Kebiasaan merokok juga dapat
memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya komplikasi bronkitis serta
sinusitis.
Pada serangan asma akut, penanganan sama dengan wanita tidak hamil.
Pengobatan harus diberikan optimal dan sebaiknya perinhalasi. Secara garis besar
penaganan asma saat serangan dengan obat pelega (quick-relieve medication, or
reliever, or rescuer), obat pengendali jangka panjang, kombinasi bronkodilator
dengan anti-inflamasi sering diberikan secara inhaler atau nebulizer dan
persalinan biasanya diupayakan spontan akan tetapi bila penderita berada dalam
serangan
vakum atau forceps. Seksio sesaria atas indikasi asma jarang atau tak pernah
dilakukan. Jalan kaki santai di udara yang bersih dan segar sangat dianjurkan.
Makanan dengan gizi yang cukup dan sehat jelas akan menambah kebugaran.
Penderita asma yang hamil masih tetap bisa bekerja dikantor, namun hindarilah
ruangan berpolusi tinggi.
15
3.1.2 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Penaganan asma saat serangan dengan obat pelega (quickrelieve medication, or reliever, or rescuer), obat pengendali jangka panjang,
kombinasi bronkodilator dengan anti-inflamasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dombrowski MP. Asthma and pregnancy. Obstet Gynecol 2006;108(3 Pt 1):
66781
Murphy VE, Clifton VL, Gibson PG. Asthma exacerbations during pregnancy:
incidence and association with adverse pregnancy outcomes. Thorax
2006;61(2):16976.
Murphy VE, Gibson P, Talbot PI, Clifton VL. Severe Asthma Exacerbations
During Pregnancy. Obstet Gynecol 2005;106(5):104654.
Murphy VE, Gibson PG, Smith R, et al. Asthma during pregnancy: mechanisms
and treatment implications. Eur Respir J 2005;25(4):73150
National Asthma Education and Prevention Program expert panel report.
Managing asthma during pregnancy: recommendations for pharmacologic
treatment-2004 update. J Allergy Clin Immunol 2005;115(1):3446.
Available
at:
nih.gov/health/prof/lung/asthma/astpreg/astpreg_full.pdf.
http://www.nhlbi.
Accessed
17