Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai
ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan
untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan
adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran
tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah
kulit, tinggi lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran
antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan
status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U
Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi.
Rumus perhitungan IMT:
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau
status gizi orang
khususnya yang berkaitan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau
BB/TB. Ketika melakukan
interpretasi resiko kelebihan berat
badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.
Tabel 1. Ketegori IMT (WHO 2000)
Klasifikasi
BMI (kg/m2)
Underweight
<18,50
<16,00
Severe thinness
16,00-16,99
Moderate thinness
17,00-18,49
Mild thinness
Normal
18,50-24,49
Overweight
>25,00
25,00-29,99
Pre-obesitas
Obesitas
>30,00
30,00-34,99
Obesitas kelas I
35,00-39,99
Obesitas kelas II
>40,00
Obesitas kelas III
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004, www.andeka.com
Normal
18,50-22,99
Rata-rata
Overweight
>23,00
At Risk
23,00-24,99
Meningkat
Obese I
25,00-29,99
Sedang
Obese II
>30,00
Berbahaya
Sumber: IOTF,WHO 2000,Penduduk Asia Dewasa
Tabel 3. Kategori IMT (Riskesdas 2007)
Kategori
BMI (kg/m2)
Kurus
<18,50
Normal
18,50-24,99
Berat Badan Lebih
25,00-27,00
Obese
>27,00
Sumber: Rise Kesehatan Dasar 2007
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan yang
diberikan adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah.
(Arisman, 2002).
Prosedur Kerja
1. Berat badan
a.
Digunakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian minimal), subjek tidak
menggunakan alas kaki.
b. Dikalibrasi alat yang akan digunakan sebelum pengukuran.
c. Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0.
d. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada
kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan diusahakan
tetap tenang.
e. Dibaca berat badan dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat.
2.Tinggi badan
a. Diposisikan subjek tetap di bawah mikcrotoice denga tidak mengenakan alas
kaki
b. Kaki rapat, lutut lurus, tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh
dinding vertikal. Tangan lepas ke samping badan dengan telapak tangan
mengahadap paha.
d. Diminta subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang usahakan
bahu tetap santai .
e. Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang secara
horizontal. Pengukuran tinggi badan di ambil pada saat menarik nafas
maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk
menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan pada skala 0.1 cm
terdekat.
1. Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
a. Lingkar Pinggang
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat
ukur dapat di letakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak
berada di atas pakaian yang di gunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks
b. Lingkar panggul
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan
kaki rapat
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul
terlihat
4) Dilingkarkan Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang
pembantu di perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
2. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes melllitus.
Cara Pengukuran Lingkar perut :
a. Untuk pengukuran ini responden di minta dengan cara yang satuan untuk
membuka pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk
ditetapkan titik pengukuran.
b. Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul.
d. Ditetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung
tulang pangkal paha /panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e. Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi
normal).
f. Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengan
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah di awal pengukuran.
g. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah , pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu terakhir pada titik tengah tersebut
lagi.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
a. Ditentukan titik mid point pada lengan
1) Subjek diminta untuk berdiri tegak
2) Diminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan kiri
atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3) Ditekukan subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur berdiri
di belakang subjek dan ditentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu
kiri dan siku .
4) Ditandai titik tengah tersebut dengan pena
b. Mengukur Lingkar Lengan Atas
1) Dengan tangan digantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak
tangan dihadapkan ke bawah
2) Diukur lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA ditempel
pada kulit . Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga
antara kulit dan pita
3) Lingkar lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
4. Menentukan Tebal Lipatan Kulit ( TLK)
a. Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua
sisi dari kulit lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang
diukur.
b. Dilipatan kulit di angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus arah
garis kulit.
c. Dilipatan kulit tetap di angkat sampai pengukuran selesai.
d. caliper di pegang oleh tangan kanan.
e. Dilakukan pengukuran dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler di
lepas
1)
a.
b.
c.
d.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
Tinggi Badan
Cara mengukur:
a.
Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding
yang lurus datar sehingga tepat 2 meter.
b.
Lepaskan sepatu atau sandal.
c.
Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
d.
Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas,
siku-siku harus lurus menempel pada dinding.
e.
Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam
gulungan mikrotoa.
4.
Lingkar Lengan Atas
a.
Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang
belum dapat mendapat pengujian memadai untuk
digunakan di Indonesia.
b.
Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat
ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan
dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku
dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi
badan.
c.
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.
Cara mengukur:
Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah
kiri Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak
tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada
pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur
keliling lingkaran lengan.
5.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran
anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan
patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran
kepala.
MATERI 2
Titik Kritis :
Tenangkan bayi/anak.
Luruskan seluruh bagian tubuh dan lutut.
Posisi telapak kaki harus lurus/berdiri.
Catat PB ( cm ) dengan ketelitian 1mm.
Titik Kritis :
Buka alas kaki dan asesoris di kepala/rambut
Berdiri sejajar ( tegak lurus ) dengan dinding pengukur.
Perhatikan posisi kepala, pandangan harus lurus ke depan.
Dewasa : dengan menarik nafas
Anak-anak : tekan pada bagian perut
Catat hasil dengan ketelitian 1 mm.
LINGKAR KEPALA
1. Lingkarkan pita lingkar kepala pada kepala kepala anak
2. cek posisi pita
3. baca hasilnya, dan catat
Titik Kritis :
lingkarkan pita lingkar kepala dengan tepat di kening.
SKIN FOLDS
Triceps
1. Pastikan ukuran pada posisi 0 ( nol )
2. ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku,
kemudian cari posisi tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan
di ukur dari posisi belakang lengan)
3. cubit menggunakan caliper, lalu tunggu 2 detik.
4. Pastikan pada saat mengukur tebal lemak. Posisi mencubit
1 cm diatas bagian tubuh yang sudah ditandai ( pada
lengan bagian belakang )
5. catat hasil ukuran triceps dengan ketelitian 0.2 mm
Titik Kritis :
Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas
bagian yang sudah ditandai.
Pada saat mengukur tangan kanan yang menggunakan calliper
Setelah mencubit dengan alat tunggu selama 2 detik
Ketelitian alat yang digunakan 0.2 mm
Subscapular position
1. cari bagian bawah tulang punggung, lalu beri tanda.
2. cubit 1 cm diatas yang sudah diberi tanda
3. diamkan selama 2 detik, dan catat hasilnya dengan ketelitian
alat 0.2 mm
Titik Kritis :
Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas
bagian yang sudah ditandai.
SKIN FOLDS
Biceps
1. subjek berdiri tegak
2. tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang
siku bagian bawah dan
4. beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang
tersebut
5. cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
7. pasang calliper, baca hasil pengukurannya
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Titik Kritis :
Pada saat menentukan titik tengah biceps yang akan diukur
Pada saat mencubit untuk mencari lemak lengan bagian depan
Triceps
1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. Ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang
siku bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang
tersebut
5. Cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. Pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
Titik Kritis :
Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas
bagian yang sudah ditandai
Ketelitian alat yang digunakan 1 mm
Suprailiaka
1. Subjek berdiri tegak
2. Cubit dengan formasi miring bentuk sudut 45 derajat ke
arah belakang garis klipaksilaris dan keatas iliak dengan
ukuran 1 cm dibawah jari tangan
3. Pasang calliper
4. Baca hasil dengan ketelitian 1 mm kemudian
5. 5. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
Titik Kritis :
Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas
bagian yang sudah ditandai
Ketelitian alat yang digunakan 1 mm
LILA
1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku
3. Ukur panjang lengan atas di akromium sampai pada tulang siku
bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi tengah
5. Ukur posisi tengah dengan menggunakan pita lila
6. Baca hasil pengukuran
7. Lakukan pengukuran selama 3 kali
Titik Kritis:
Menentukan tulang bahu sampai siku
Menentukan titik tengah yang akan diukur
Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada
pengukuran
Ketelitian alat 1 mm
MATERI 3
1.Koreksi berat badan dengan odem yaitu
25%
Missal : BB dengan odem 70 kg
Jadi, BB koreksi yaitu, 70 (70-25%) =
52.5 kg