Professional Documents
Culture Documents
Morfologi :
Kuman penyebab demam tifoid yaitu Salmonella typhi, merupakan salah satu
spesies genus Salmonella, keluarga Enterobacteriaceae. Kuman S.typhi berbentuk
batang, gram- negative, tidak berspora, motil, berflagela, berkapsul, tumbuh
dengan baik pada suhu optimal 27OC, bersifat fakultatif anaerob. Kuman ini mati
pada pemanaan suhu 54,4OC selama satu jam dan 60OC selama 15 menit.
Salmonella memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak terhadap laktosa dan
sukrosa.
Struktur :
a. Antigen somatic O : merupakan lipopolisakarida yang berlokasi pada
membrane bagian luar dinding sel. Antigen ini tahan terhadap pemanasan
sampai 100OC (beat-stable), alcohol, dan asam. Molekul lipopolisakarida
(endotoksin) umumnya bersifat toksik, terdiri atas Komponen berulang atau
rantai O, inti oligosakarida (core) dan lipid A. lipopolisakarida terdiri atas tiga
tipe, yaitu lipopolisakarida-S (smooth), lipopolisakarida-R (rough), dan
lipopolisakarida. Komposisi polisakarida O bervariasi pada berbagai spesies
bakteri, tetapi core dan lipid A mempunyai struktur yang sama pada sebagian
besar bakteri gram-negatif, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi silang
pada tes serologi.
b. Antigen flagelar H : antigen yang terdapat pada flagel, merupakan protein
yang tidak tahan panas (heat-labile) larut dalam etanol dan asam, disebut
flagelin. Antigen H terdapat dalam dua bentuk, yaitu fase 1 (spesifik) dan fase
2 ( non spesifik ). Antigen flagel fase 1 terdapat pada sebagian kecil serotype
dan menentukan identitas imunologinya. Antigen flagel fase 2 terdapat pada
beberapa strain, beraglutinasi dengan antisera heterolog.
c. Antigen kapsular Vi (K) : merupakan antigen yang tidak tahan panas, berperan
penting dalam menghindari fagositosis. Antigen Vi sering menghambat
antigen O saat
serologyc typing, tetapi
dapat
dihilangkan dengan
pemanasan.
1.2.
Cara penularan
Masuknya kuman Salmonella typhi ( S. typhi ) dan Salmonella paratyphi ( S.
paratyphi ) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas hormonal mukosa
( Ig A ) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel- sel epitel ( terutama sel-M
) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah ( mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik ) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelia tubuh terutama hati dan limfa. Di organorgan ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar
sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala-gejala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu dieksresikan secara intermiten kedalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah
teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan
beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi
inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vascular, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plak Peyeri makrofag huperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia
jaringan ( S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat,
hyperplasia jaringan dan nekrosis organ ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi
akibat erosi pembuluh darah sekitar Plague Peyeri yang sedang mengalami nekrosis
dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses
petologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus
dan dapat mengakibatkan perporasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat
timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan
dan gangguan organ lainnya.