You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

Sumbing bibir ialah celah pada bibir atas yang terbentuk dalam waktu
perkembangan embrio sekitar minggu ke-3 hingga minggu ke-7 intrauterin.
Kelainan ini terjadi akibat dari kegagalan fusi antara prosesus nasalis medialis dan
prosesus maksilaris.1 Dengan itu dapat disimpulkan bahwa sumbing bibir adalah
suatu kelainan kongenital, yaitu yang didapat seseorang sejak lahir.
Pada bibir atas, celah sering terjadi pada satu sisi sahaja (unilateral) namun
dapat juga terjadi pada dua sisi (bilateral). Sedangkan pada bibir bawah, celah
terjadi ketika prosesus mandibularis gagal untuk menyatu pada garis tengah dan
menghasilkan sumbing bibir median. Walaubagaimanapun, kasus sumbing bibir
pada bibir bawah amat jarang ditemukan.2
Sumbing bibir dengan atau tanpa disertai sumbing palatal adalah kelainan
kongenital yang paling sering ditemukan pada daerah fasial. Menurut National
Institutes of Health (NIH), USA, insidensi sumbing bibir di seluruh dunia
dianggarkan kira-kira 1 dari setiap 700 kelahiran.1 Insidensi sumbing bibir di
Indonesia belum diketahui pasti. Hidayat dkk. di propinsi Nusa Tenggara Timur
antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus
sumbing bibir atau sumbing palatum pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3
juta penduduk.3
Sumbing bibir menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat terutama
penduduk dengan status sosial ekonomi yang rendah sehingga perawatan pada
anak dengan kelainan ini terlambat. Banyak kontroversi ditemukan terhadap
perawatan sumbing bibir turutama berkaitan dengan pada usia berapa pasien
sesuai dioperasi dan apa saja teknik operasi yang harus dilakukan. 5 Apakah
perbaikan celah bibir unilateral dapat dilakukan dengan baik dengan
menggunakan teknik yang telah dipilih oleh dokter bedah mulut tersebut?

Idealnya, perbaikan pertama dari sumbing bibir harus berfokus pada rekonstruksi
otot yang bertujuan menyediakan fondasi yang kuat untuk kulit, tulang dan
hidung. Tanpa perbaikan fungsional otot yang baik tidak akan diperoleh hasil yang
optimum.4 Kemampuan teknis dari seorang dokter bedah merupakan kunci dalam
kesuksesan perawatan kelainan ini.5
Tujuan dari penulisan studi pustaka ini ialah untuk menambahkan pengetahuan
para dokter gigi umum terhadap teknik Millard rotation advancement. Meskipun
perbaikan dari sumbing bibir tidak termasuk dalam kompetensi seorang dokter
gigi umum, namun peran seorang dokter gigi umum tidak kurang penting sebagai
anggota tim perbaikan kelainan ini bersama-sama dengan profesi lain. Dengan itu,
diharapkan selama dilakukan tindakan bedah untuk perbaikan sumbing bibir,
dokter gigi umum dapat menjadi asisten pertama atau kedua yang memainkan
perannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen JM, Jo C. Cleft Lip and Palate. Dalam Clinical Review of Oral and
Maxillofacial Surgery. Bagheri SC, Jo C (editor). Ed. ke-1. St. Louis: Mosby;
2008: 336-341.
2. Marwah S. Textbook of Surgery for Dental Students. Ed. ke-1. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers; 2010: 262-266.
3. Kurniawan L, Israr YA. Labiochisis. Disertasi. Fakultas Kedokteran
Universutas Riau. 2009.
4. Shimizu MS. Point of Care. Journal of Canadian Dental Association 2009;
75: 364-365.
5. Bousterd M, Cohen SR. Controversies in Clefts. Dalam Maxillofacial Surgery.
Booth PW, Schendel SA, Hausamen J. Ed. ke-2. St. Louis: Mosby; 2007:
1132-1138.

You might also like