Professional Documents
Culture Documents
1. PENGERTIAN
Menurut Brunner & Suddarth, trauma capitis adalah gangguan traumatic yang
menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan
tidak mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak
mengganggu jaringan otak.
Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Trauma kepala merupakan peristiwa trauma yang mengenai kulit kepala, tengkorak dan
otak akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung (Boughman dan Hackley,
2000).
Trauma kepala adalah trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tengkorak, atau otak
akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala ( Suriadi & Rita
Yuliani, 2001).
Tipe-Tipe Trauma :
a. Trauma Kepala Terbuka: Faktur linear daerah temporal menyebabkan pendarahan
epidural, Faktur Fosa anterior dan hidung dan hematom faktur lonsitudinal.
Menyebabkan kerusakan meatus auditorius internal dan eustachius.
b. Trauma Kepala Tertutup
Ada berbagai klasifikasi yang di pakai dalam penentuan derajat kepala, seperti :
a. The Traumatic Coma Data Bank mendefinisikan berdasarkan skor Skala Koma
kemungkinan
fraktur
kranium
(tanda
battle,mata
rabun,
SKG 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit.Tidak ada fraktur tengkorak,tidak ada kontusio cerebral,dan hematoma.
2) Cedera kepala sedang
SKG 9-12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3) Cedera kepala berat
SKG 3-8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam,juga
meliputi kontusio serebral,laserasi atau hematoma intrakranial.
c.
Annegers ( 1998 ) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama
amnesia pasca trauma yang di bagi menjadi :
1) Cedera kepala ringan,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia berlangsung
Keparahan cedera
Ringan
Sedang
: GCS 9-13.
Berat
: GCS 3-8.
Morfologi
Fraktur tengkorak
e.
Cedera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala
berdarah bila cedera dalam. Luka kulit kepala maupun tempat masuknya
infeksi intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi
atau avulsi.
2) Fraktur tengkorak
Cedera otak serius dapat tejadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak, setelah
pukulan atau cedera pada kepala yang menimbulkan kontusio, laserasi dan
hemoragi otak. Kerusakan tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat
diakibatkan karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja
dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
4) Komosio
Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu
yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio
dipertimbangkan sebagai cedera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele
yang berarti. Pada pasien dengan komosio sering ada gangguan dan kadang
efek residu dengan mencakup kurang perhatian, kesulitan memori dan
gangguan dalam kebiasaan kerja.
5) Kontusio
dalam kubah kranial adalah akibat paling serius dari cedera kepala, efek
utama adalah seringkali lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk
menyebabkan distorsi dan herniasi otak serta peningkatan TIK.
Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar,
suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub dural
dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah
yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut
dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio dan
laserasi. Sedangkan Hematoma sub dural sub akut adalah sekuele kontusio
sedikit berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal meningkatkan
kesadaran setelah trauma kepala. Dan Hematoma sub dural kronik dapat
terjadi karena cedera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.
9) Haemoragi intraserebral dan hematoma
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika,
loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium. Kulit
kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga perdarahan akibat laserasi kulit
kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anakanakTulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital.
Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.
b. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal
dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras, terdiri atas
jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.
Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu
ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid,
dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-
pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis
superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan
dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan
darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus
ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis (fosa media).
2) Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar
yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang
terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.
3) Piamater
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar
14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri
dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon
(otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan
fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan
dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi
memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi
dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat
kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan.
d. Cairan serebrospinalis
Perdarahan Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat
arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus
Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang
sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan
bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
3. ETIOLOGI
Pada dasarnya, trauma kepala dibagi menjadi trauma primer dan sekunder. Trauma primer
terjadi karena benturan langsung dan tidak langsung. Trauma sekunder terjadi karena
trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea,
hipotensi sistemik.
Trauma kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
a. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
b. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/
kekuatan diteruskan kepada otak. Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul
tergantung pada :
1) Lokasi
2) Kekuatan
Trauma
peningkatan PCO2
menurunnya pH
Sel mati
Sirkulasi serebral menurun
Metabolisme anaerob
Asam laktat meningkat
PO2 menurun PCO2 meningkat pH menurun
Pompa Na & K terganggu
Penurunan kekuatan
Oedem serebri
TIK
tahanan
gangguan kesadaran
resiko gangguan
abnormalitas pupil
integritas kulit
kejang
nyeri akut
resiko terhadap perubahan
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama ( Hoffman,
dkk, 1996):
a. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
b. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir
kompleks
c. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
j.
m. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
Herniasi
g. Edema
Observasi 24 jam
Berikan oksigenasi
Atasi shock
b. Penatalaksanaan lainnya:
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
f.
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan
lunak.
g. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung
nilai urea N.
c. Tindakan terhadap peningktatan TIK
a. Pemantauan TIK dengan ketat.
b. Oksigenisasi adekuat.
c. Pemberian manitol.
d. Penggunaan steroid.
e. Peningkatan kepala tempat tidur.
f.
Bedah neuro.
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala
Tanda :
b. Sirkulasi
Gejala
c. Integritas Ego
Gejala
Tanda :
d. Eliminasi
Gejala
e. Makanan/ cairan
Gejala
Tanda :
f. Neurosensoris
Gejala
Tanda :
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala
Tanda :
Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma.
Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat,
gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
h. Pernapasan
Tanda :
i. Keamanan
Gejala
Tanda :
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum
mengalami paralisis
Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
j. Interaksi Sosial
Tanda :
transmisi.
d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik
psikologis.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif,
penurunan kekuatan.
f.
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kariteria Hasil
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringanSetelah
dilakukan
tindakan 1. Monitor
serebral berhubungan dengankeperawatan
edema serebral, hipoksia.
diharapkan
dapat
neurologis
dan
Rasional
status 1. Refleks
catat
dengan
membuka
mata
Respon
motorik
menentukan
kemampuan
dengan kriteria :
berespon
peningkatan intrakranial
terhadap
30 menit.
penurunan
stimulus
sistolik
diastolik
dan
serta
vena
jugularis
dan
mencetuskan
respon
hipoksia,
dan
kejang
meningkatkan
dapat
tekanan
intrakrania.
6. Berikan oksigen sesuai dengan 6. Dapat menurunkan hipoksia otak.
kondisi pasien.
7. Berikan
obat-obatan
benar (kolaborasi).
anti
inflamasi,
edema
kejang
jaringan.
untuk
menurunkan
kejang,
analgetik
Antipiretik
untuk
Resiko terhadap
Setelah
dilakukan
diharapkan
otak.
tindakan 1. Hitung pernapasan pasien dalam 1. pernapasan yang cepat dari
dapat
satu menit
pasien
alkalosis
dapat
menimbulkan
respiratori
dan
tekanan
Pa
Co2
menyebabkan
dan
asidosis
respiratorik.
normal.
ekspirasi
volume.
3. pada fase ekspirasi biasanya 2 x
lebih
kompensasi
udara
4. Perhatikan
kelembaban
dan
panjang
terperangkapnya
terhadap
pertukaran gas.
sebagai
gangguan
suhu pasien
4. keadaan
dehidrasi
dapat
obstruksi
dapat
volume
dan
di dekat pasien
dilakukan
berhubungan
dengankeperawatan
perubahan
transmisi.
resepsi
diharapkan
dengan kriteria :
persepsi,
kognitif,
dan
mungkin
berkembang
kepribadian
atau
motorik,
secara perlahan.
2. Pencatatan terhadap tingkah laku
memberikan
informasi
yang
proses rehabilitasi
mengidentifikasi
perkembangan
4. Berikan
stimulasi
bermanfaat
yang
terhadap
cermat
bermanfaat
menstimulasi
dengan
5. Rujuk
tanda
pada
ahli
fisioterapi,
baik
untuk
pasien
koma
selama
melatih
Perubahan
berhubungan
proses
pikirSetelah
dilakukan
kognitif,
dan
perseptual.
tindakan1. Kaji rentang perhatian, ansietas1. Kempuan
dan kebingungan
keterampilan
berkonsentrasi
yang
menyebabkan
psikologis
merupakan
terjadinya
potensi
dan
terhadap
ansietas
yang
perhatian
dengan
semua
diungkapkan pasien
hal
3. Kurangi
stimulus
merangsang,
negative,
kritik
yang3. Menurunkan
yang
argumentasi
dan
respons
resiko
terjadinya
pertengkaran
atau
penolakan
konfrontasi
4. Berikan aktivitas yang beragam 4. Dapat
membantu
untuk
Kerusakan
mobilitas
berhubungan
kerusakan
fisikSetelah
dilakukan
dengankeperawatan
persepsi
ataudapat
diharapkan
menunjukkan
ditanggulangi.
tindakan 1. Kaji derajat imobilisasi pasien1. Mengetahui
pasien
dengan
menggunakan
tingkat
ketergantungan (0-4)
skala
perkembangan
kognitif, penurunan kekuatan. mobilitas yang baik dengan kriteria 2. Latih untuk melakukan rentang2. Mempertahankan mobilisasi dan
:
gerak
fungsi
ekstremitas
teknik
memungkinkan
kembali aktivitas
dan
normal
menurunkan
mendemonstrasikan 3. Bantu
yang
sendi/posisi
pasien
untuk3. Keterlibatan
pasien
dalam
penting
untuk
Resiko infeksi
berhubunganSetelah
dilakukan
keberhasilan
program
tindakan1. Pantau suhu secara teratur. Catat1. Dapat
dari
suatu
mengindikasikan
dengan
jaringan
penurunan
trauma,keperawatan
kerja
diharapkan
tidak
demam,
diaphoresis,
adanya
dan
menggigil,
perkembangan
penurunan
kesadaran
sepsis
yang
dini
perkembangan
infeksi
memungkinkan
melakukan
tindakan
untuk
dengan
komplikasi selanjutnya.
3. Cara pertama untuk menghindari
3. Berikan perawatan aseptic dan
antibiotik
indikasi
sesuai
profilaktik
dapat
pada
yang
digunakan
mengalami
Resiko
kurang
perubahan
dari
berhubungan
nutrisiSetelah
dilakukan
kebutuhankeperawatan
CSS
atau
dilakukan
pembedahan
risiko
setelah
untuk
terjadinya
infeksi nosokomial.
tindakan 1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Faktor ini menentukan pemilihan
diharapkan
tidak
trauma(perlukaan),
kebocoran
menurunkan
7.
pasien
mengunyah, menelan
terhadap
jenis
makanan
malnutrisi
menelan.
Nilai
laboratorium
2. Fungsi
saluran
membantu
Adanya kemajuan/peningkatan
berat badan
pencernaan
dalam
menentukan
4. Mengidentifikasi
defisiensi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
Boughman Lukman & Hackley. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Guyton & Hall. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :EGC
Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suzanne CS & Brenda GB.1999. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC
Suriadi & Rita Yuliani.2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.Jakarta:CV. Sagung Seto
Syaifuddin.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta:EGC
http://bp0.blogger.com/_slaDH4_nRyc
http://www.doctorlawyer.net/images/
PENGELOLAAN KASUS
Tanggal Pengkajian
: 18 Mei 2010
Waktu
: 14.15 WIB
Oleh
A. Identitas Pasien
Nama Pasien
: Bp. DJ
Umur
: 61 tahun
Pekerjaan
:-
Alamat
Agama
: Islam
Triage
: Kuning
Tanggal Masuk RS
: 18 Mei 2010
Waktu
: 14.15 WIB
No. RM
: 01949xxx
Diagnosa Medis
B. Pengkajian Primer
No
1.
Data
Diagnosa
Intervensi
Evaluasi
DS : -
Keperawatan
Ketidakefektifan
DO:
O:
masih
- Respirasi:30x/menit
terdengar
bunyi
pada pasien
produksi sekret
reflek
pada pasien
batuk
1. Observasi
kepatenan
nafas
suaraS: -
jalanngorok
pada
pasien,
secret
A:
ketidakefektifan
bersihan
nafas
jalan
belum
teratasi
P:
lanjutkan
intervensi 1-3
2.
DS: -
Resiko
DO:
pertukaran
- Respirasi:30x/menit
- Suhu : 36,8C
- SaO2 : 100%
adekuat
pernapasan
4. Kolaborasi
dokter
- Pernapasan
nafas
iramatachypnea,
pernapasan
tanda-dangkal,
tanda hipoksia
dingin
irama
kedalamankedalaman
3. Observasi
O:
kaki
teraba
dingin,
denganpasien
dipasang
untukbinasal
canul
pemberian
5L/menit
oksigenasi
A:
gangguan
pertukaran
pernapasan dangkal
gas
tidak terjadi
P:
lanjutkan
intervensi 1-4
3.
DS: -
Gangguan
DO:
jaringan
- Tekanan
perfusi 1. Observasi
serebral kesadaran
200/100mmHg
- Nadi : 102x/menit
gangguan
darah ke otak
aliran vital
tanda
TIK
- GCS : 7
E 2 V2 M3
4. Berikan
supinasi
bantal
O: tekanan darah:
tanda224/100mmHg
Nadi : 104x/menit
3. Observasi
- Suhu : 36,8C
tingkatS: -
tanda-A:
masalah
peningkatanangguan
perfusi
jaringan
serebral
posisibelum teratasi
tanpaP:
lanjutkan
intervensi 1-5
5. Berikan
piracetam
dan
3x500mg
dengan
injeksi
2x3gr
Kalnex
sesuai
program
pengobatan
Kualitatif
: Somnolent
Kuantitatif
: GCS : 7 E2 V2 M3
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh pusing lalu lama kelamaan tidak
sadarkan diri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 15 Mei 2010 pasien jatuh dari sepeda motor, tapi tidak ada yang luka.
Pasien hanya mengeluh kepalanya pusing. Pagi tanggal 18 Mei 2010 jam 10.00 WIB
pasien mulai mengeluh pusing dan tidak sadarakan diri. Lalu oleh keluarga dibawa
ke Rumah Sakit Bethesda.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanggal 15 Mei 2010 pasien jatuh dari sepeda motor. Keluarga mengatakan pasien
tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keadaan Umum
: berat
Tanda vital
Nadi
: 102x/menit
Suhu
: 36,8C
Respirasi
: 30x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak terdapat lesi pada kepala, rambut berwrna putih. Pada mata, reflek cahaya
positif, konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna putih keruh, tidak
terdapat secret dan perdarahan pada hidung maupun telinga.
b. Leher
Inpeksi
: tidak terdapat barrel chest, pigeon chest, funnel chest, dada kiri dan
kanan simetris, jenis pernapasan menggunakan otot dada.
Palpasi
Perkusi
: terdengar pekak pada ICS 3 sinistra, pada linea sternalis dextra, linea mid
clavikularis sinistra
Inspeksi : Bentuk simetris antara abdomen kanan dan kiri, warna sawo matang,
tidak terdapat luka ataupun memar pada abdomen.
Auskultasi : peristaltic usus : 15x/menit
Perkusi
: Terdengar tympani pada pada area lambung, pekak pada area hepar
Palpasi
e. Genetalia
Agak bau
f.
Ekstremitas
Atas
: anggota gerak lengkap, turgor elastic, tangan teraba dingin, kekuatan otot
4|4
Bawah
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Hct
AL
AT
Golongan Darah
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Hasil
14.50
42.4
25.00
278.0
O
32.2
0.8
34
17
Nilai Normal
13.50-18.00
36.00-46.00
4.10-10.90
140.0-440.0
Satuan
gr%
%
ribu/mmk
ribu/mmk
10.0-50.0
0.8-1.4
mg/dl
mg/dl
0-41
u/l
b. Radiologi
CT scan
Hasil : terdapat perdarahan subdural temporal kiri, SAH, oedema cerebri
c. EKG
Rate 89
axis : 42
R-R : 674ms
P-R : 170ms
QRS : 93ms
Q-T : 376 ms
QTS : 463ms
6. Analisa Obat
a. Piracetam
Indikasi
b. Kalnex
Indikasi
c. Ceftriaxon
Indikasi
: antibiotik
d. Ikaphen
Indikasi
: anti kejang
e. Ranitidin
Indikasi
f.
: anti emetik
Manitol
Indikasi
: Mengurangi tekanan intra cranial, massa pada otak dan tekanan intra
2.
Ketidakefektifan
Setelah dilakukan tindakan1. Observasi suara nafas 1. Mengobservasi suaraS: bersihan jalan nafaskeperawatan selama 1x3jam tambahan
nafas tambahan
O:
Resiko
gangguanSetelah dilakukan tindakan1. Observasi respirasi rate 1.
pertukaran
gaskeperawatan selama 1x 3jam, pasien
berhubungan dengangangguan pertukaran gas tidak 2. Observasi irama dan 2.
suplay O2 yang tidakterjadi dengan kriteria:
kedalaman pernapasan
adekuat,
ditandaiSaO2 : 97-100%
3. Observasi tanda-tanda
dengan:
Respirasi: 16-24x/menit
hipoksia
DS: Irama nafas : eupnea
4. Kolaborasi
dengan 3.
DO:
Tangan dan kaki teraba hangat
dokter untuk pemberian
- Respirasi:30x/mnt Tidak terdapat tanda-tanda oksigenasi
4.
- Suhu : 36,8C
hipoksia
- SaO2 : 100%
- Tangan dan kaki
teraba dingin
- Irama
nafas
:
tachypnea
- Pernapasan
menggunakan
otot
dada
Mengobservasi
S: respirasi rate
O:
Mengobservasi
- Respirasi:
irama
dan 24x/menit
kedalaman
- Tangan dan kaki
pernapasan
mulai teraba hangat
Mengobservasi
A: masalah gangguan
tanda-tanda hipoksia pertukaran gas tidak
Memberikan
O2 terjadi
3L/menit
melalui P: lanjutkan intervensi
ET.
1-4 oleh perawat
ruangan.
- Kedalaman
pernapasan:
pernapasan dangkal
Infuse RL 20tpm
Kalnex 3x500mg
Piracetam 2x3gr
Ikaphen 2x100mg
Ceftriaxon 2x1gr
Manitol 4x125cc
O2 3L/menit
Disusun oleh :
Nama / NIM
: II
Pembimbing Klinik,
Pembimbing Akademik,
(Daruji, AMK)
(Yokhanan Muryadi,APP.,S.Pd)