Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang
dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-kuningan atau terang dan
transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos,urine terbentuk dalam ginjal
dan dibuang dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya terdiri dari
pembentukan metabolisme nitrogen (urea, asam urat, kreatinin dan juga produk lain dari
metabolisme protein. Urine biasanya bersifat kurang asam dengan pH antara 5 7. Urine
yang sehat berat jenisnya berkisar 1.010 1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 1.500 cc (40 50 oz) (Ganong,
2001).
Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan ketika
proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang berbahaya terutama jika fungsi
hati juga tidak berjalan dengan baik.
Setiapmenitakanmengalirsejumlah1060mldarah(1/5cardicoutput)menujuke2
ginjalmelaluiarterirenalis.Darijumlah tersebutdarahyangakankembalimelaluivena
renalissejumlah1059mlsedangkansisanyasebesar1mlakankeluarsebagaiurin.
Proses
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan
pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus
2.
3.
(atropine),
Sudafed),
preparat
penyekat
adrenergic
(Propanolol),
preparat
antihipertensi(hidralasin)
Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yanghebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat
disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor
lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supravesikal berupa kerusakan pusat miksi di
medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis d a n p a r a s i m p a t i s s e b a g i a n a t a u
s e l u r u h n y a s e h i n g g a t i d a k t e r j a d i k o n e k s i d e n g a n o t o t detrusor yang
mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal,vesikal berupa
kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate,
tumor
atau
kekakuan
leher
vesika,
striktur,
batu
kecil
menyebabkan
obstruksiu r e t h r a s e h i n g g a u r i n e s i s a m e n i n g k a t d a n t e r j a d i d i l a t a s i
bladder kemudian distensia abdomen.
Factor obat dapat mempengaruhi
proses
BAK,
menurunkan
labat
kemudian
terjadi
poliuriakarena pengosongan
kandung kemih
tidak efisien.
Selanjutnya terjadi distensi bladder dandistensi abdomen sehingga memerlukan
tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra.
5.
sebagai berikut:
Pemeriksaan specimen urine (Pengambilan: steril, random, midstream.
Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
Sistoscopi
IVP.
7.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urine adalahsebagai berikut:
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainagesuprapubi.
8.
a.
b.
c.
d.
e.
9.
a.
b.
c.
Komplikasi
Urolitiasis atau nefrolitiasis
Pielonefritis
Hydronefrosis
Pendarahan
Ekstravasasi urine
Pengkajian
Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa banyak urin yang keluar.
Kaji adanya nyeri pada daerah abdomen.
Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak yang menunjukkan
1)
2)
3)
b.
teratasi.
Kriteria hasil : - Berkemih dengan jumlah yang cukup
Tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi :
Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R : Meminimalkan retensi urin dan distensi berlebihan pada kandung kemih.
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
R : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas.
Perkusi/palpasi area suprapubik
R: Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi pada kandung kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam masalah nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil : - Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
- Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan aktivitas dengan tepat
1)
2)
3)
4)
5)
c.
Intervensi :
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri.
R : Memberikan informasi untuk membantu dalam menetukan intervensi.
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan nyeri.
R : Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut.
Pasang kateter
R : untuk kelancaran drainase.
Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.
R : Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal.
Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, contoh eperidin.
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan:
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang prosedur dan apa yang akan terjadi, contoh kateter, iritasi kandung
kemih.
2) Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur atau menerima pasien.
3) Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah / perasaan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter urethra.
Tujuan:
Mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami tanda infeksi.
Intervensi:
1) Pertahankan system kateter steril, berikan perawatan kateter regular dengan sabun di sekitar
2)
sisi kateter.
Awasi tanda tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan cepat,
gelisah.
3) Observasi sekitar kateter suprapubik
Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China :
LWW.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.