You are on page 1of 42

BAB 6

(lihat diktat kuliah KIMIA : Bab 6 dan 7)


KONSEP KESETIMBANGAN
KIMIA
1. HUKUM KEKEKALAN ENERGI
2. PENGERTIAN KERJA DAN KALOR
3. PENGERTIAN SISTEM, LINGKUNGAN, DAN
FUNGSI KEADAAN
4. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
5. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
6. ENERGI BEBAS DAN KESETIMBANGAN
7. KONSEP KESETIMBANGAN
8. TETAPAN KESETIMBANGAN
9. PENDUGAAN ARAH REAKSI
10. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN KIMIA
11. KESETIMBANGAN PENGIONAN
Termodinamika digunakan sebagai
alat untuk meramalkan apakah suatu
proses yang belum diketahui dapat
dilaksanakan atau tidak.
TERMODINAMIKA DAPAT MENJELASKAN :

• Proses pertumbuhan dan reproduksi sistem


hayati
• Mengapa reaksi fotosintesis dapat berlangsung
• Mengapa ikan dapat bernafas dalam air
• Mengapa O2 menjadi O3 tidak dapat
berlangsung dengan sendirinya
6.1 HUKUM KEKEKALAN ENERGI

E total = Ek + Ep = tetap ………… Joule


Energi Kinetik (Ek) = ½ mv2 Energi Potensial (Ep) = m.g.h.

Ep = 10 unit energi
Ek = 0 unit potensial

Ep = 5 unit energi
Ek = 5 unit kinetik
6.2 PENGERTIAN KERJA DAN
KALOR

Kerja (w)
Hasil kali antara gaya luar pada suatu benda dengan jarak dimana
gaya tersebut bekerja

w = F (rf - ri)

Kerja untuk mengangkat benda dalam medan gravitasi w = m g (hf - hi)

Kerja tekanan-volume kerja mekanik yang dihasilkan apabila suatu


gas ditekan/diekspansi di bawah pengaruh
tekanan luar
w = -Fekst (hf - hi) w = -Pekst A∆h
Kalor (q)

● Energi tidak dapat dimusnahkan maupun diciptakan.


● Energi hanya ditransformasikan dari satu bentuk ke bentuk lainnya

● Kalor (q): energi yang dipindahkan sebagai akibat


adanya perbedaan suhu
q = m.cs.∆T m = Massa (g)
cs = Kapasitas kalor spesifik
(kal K-1 g-1) atau kalor jenis
T = Suhu (K)

qlogam + qair = 0
Q logam = - qair
CONTOH 6.1

Berapa energi kalor yang dibutuhkan untuk


menaikkan suhu 735 g air dari 21,0 oC ke 98,0 oC?
(anggap kalor jenis air 1,00 kal g-1 oC-1)

Penyelesaian:
q = m x kalor jenis x ∆T
= 735 g x 1,00 kal/g oC x (98,0 – 21,0) oC
= 5,7 x 104 kal
CONTOH 6.2

Berapakah kalor jenis timbal jika 150 g timbal


(100 oC) dimasukkan ke dalam gelas piala terisolasi
berisi air 50,0 g (22,0 oC), jika suhu timbal-air 28,8
oC ?

Penyelesaian :
q air = 50,0 g x 1,00 kal/g oC x (28,0 - 22,0) oC=
340 kal
qtimbal = - qair = -340 kal
qtimbal = -340 kal / 150 g x (28,8 – 100) oC
= 3,2 x 10-2 kal g-1 oC-1
6.3 PENGERTIAN SISTEM, LING-
KUNGAN, DAN FUNGSI KEADAAN

Sistem: Lingkungan:
Sejumlah materi atau Massa atau daerah
daerah dalam ruang yang berada di luar
yang dijadikan sebagai sistem
objek studi

Batas:
Pemisah sistem & lingkungan (nyata/maya)
● Batas tetap (fixed boundary)
● Batas berubah (movable boundary)
EMPAT JENIS SISTEM:
Terbuka, Tertutup, Terisolasi, dan Adiabatik.

Pertukaran Terbuka Tertutup Terisolasi


Massa + - -
Kalor + + -

Sistem Adiabatik: tidak memungkinkan kalor keluar dari


sistem ke lingkungannya
• Besaran Ekstensif:
Volume, Massa, Energi, Entalpi,
Energi Bebas Gibbs, Energi Dalam,
Kapasitas Kalor, Entropi
• Besaran Intensif:
Tekanan, Densitas, Suhu, Viskositas,
Tegangan permukaan, Kalor Jenis
• Fungsi Keadaan:
∆U, ∆H, ∆S, ∆G
6.4 HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

bentuk lain dari Hukum Kekekalan Energi

SISTEM TERISOLASI:

U(awal) – U(akhir) = ∆U = q + w
Besaran + -
q (kalor) energi diserap sistem
sistem melepaskan
energi
w (kerja) sistem dikenai sistem
kerja melakukan kerja
∆U (energi dalam) + -
CONTOH 6.3

Jika diketahui 5000 J energi diserap oleh sistem


dan sistem melakukan kerja sebesar 6750 J
terhadap lingkungan. Berapa ∆U sistem?

Penyelesaian:
∆U = q + w = (+5000 J) + (-6750 J)
= 5000 J – 6750 J
= - 1750 J
Termokimia

Entalpi Reaksi

Hubungan yang melibatkan ∆H


• Eksotermik : Kalor dilepaskan oleh reaksi (∆H negatif)
• Endotermik : Kalor diambil oleh reaksi (∆H positif)

∆H akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik


CO(g) + ½O2(g) → CO2(g) ∆H = -283,0 kJ/mol
CO2(g) → CO(g) + ½O2(g) ∆H = +283,0 kJ/mol
HUKUM PENJUMLAHAN KALOR

Hukum Hess

C(p) + O2(g) C(p,gr) + O2(g) → CO2(g) ∆H1 = -393,5 kJ

CO2(g) → CO(g) + ½O2(g) ∆H2 = +283,0 kJ


∆H = -110,5 kJ

∆H = -393,5 kJ C(s,gr) + ½O2(g) → CO(g) ∆H = ∆H1 + ∆H2 = -110,5 kJ


CO(g) + ½O2(g)

∆H = +283,0 kJ

CO2(g)

Hukum Hess: Jika dua atau lebih persamaan kimia ditambahkan untuk menghasilkan
persamaan kimia lainnya, masing-masing entalpi reaksinya harus ditambahkan
Proses Spontan
Reaksi kimia
Atau perubahan lainnya

Spontan Setimbang Tidak spontan

Bagaimana?
• Mengukur tingkat kespontanan
• Mengukur tingkat ketidakspontanan
• Menetapkan keadaan setimbang

Entropi (S) Menentukan arah


Energi bebas (G) proses/reaksi
Entropi (S):
● besaran termodinamika seperti halnya U atau H
● merupakan fungsi keadaan
● ukuran kuantitatif tingkat kespontanan suatu proses yang
dinyatakan dalam ∆S total (+), atau sebaliknya

Energi bebas (G):


● besaran termodinamika seperti halnya U, H atau S
● merupakan fungsi keadaan
● ukuran kuantitatif kespontanan suatu proses yang
dinyatakan dalam ∆G sistem (-), atau sebaliknya
Contoh proses spontan

Keadaan awal Proses Keadaan akhir


Parfum menyebar

25oC Es meleleh 25oC

Penguapan air

75o 25o
Kalor 50o 50o
Ag Ag Ag Ag
6.5 Hukum Kedua Termodinamika

Rumusan matematika entropi:


● Ada sistem menerima kalor dari lingkungan
Sistem & lingkungan tersebut berada dalam sistem yang
lebih besar yg terisolasi

f dqrev ∆Stotal = ∆Ssis + ∆Slingk >0


∆S = ∫i T dq = CdT

Contoh 6.4:
1 g es 0oC dimasukkan ke dalam 4 g air 10oC. Diketahui Cair = 1kal/goC
dan kalor lebur es = 80 kal/g.
Apakah proses peleburan spontan ?
Penyelesaian

Q dilepaskan pada pendinginan air =


4 g x 1 kal/g oC x 10 oC = 40 kal
Jumlah es yang melebur dengan 40 kal =
40 kal x 1g / 80 kal = 0,5 g

∆Ses = 0,5 x 80 / 273 = 0,1465 kal/K

∆ Sair = ∫C dT/T = -C ln 283/273 = - 0,1439 kal/K

∆ Stotal = ∆ Ses + ∆ Sair = 0,0026 kal/K = 0,0109 J/K

∆ Stotal > 0 proses peleburan es spontan


∆Ssis untuk proses isotermal
f dqrev 1 f qrev
∆S = ∫i T
= ∫
T i
dq rev =
T

Transisi fasa

qrev ∆Hfus
∆Sfus = =
Tf Tf
6.6 Energi Bebas (G)

G = H - TS ∆Gsis < 0 Proses spontan


∆Gsis = 0 Proses reversibel
∆Gsis > 0 Proses tak spontan

● Pendugaan arah perubahan suatu proses reaksi


∆G = ∆H – T ∆S < 0

No H S G Hasil Contoh
1 - + - Spontan semua T 2H2O(g)→2H2(g)+O2(g)
2 - - - Spontan T ↓ H2O(c) → 2H2O(p)
≠ spontan T ↑
+
3 + + + ≠ Spontan T ↓ 2NH3(g)→N2(g)+3H2(g)

- Spontan T ↑
4 + - + ≠ Spontan semua T 3O2(g) → 2O3(g)
Transisi fasa, ∆G = ∆H – T ∆S = 0
qrev ∆Htr
∆Str = T = T
tr tr

Tr = transisi (peleburan, pembekuan, penguapan,


kondensasi)
.
CONTOH 6.5

Sikloheksana, C6H12 memiliki kalor penguapan 360 J/g dengan titik didih
81°C. Berapakah perubahan entropi untuk tiap mol penguapan
sikloheksana

PENYELESAIAN
∆H
∆S = = 84 g/mol x 360/354 J/gK
T
= 85 J /K mol

.
6.7 KONSEP KESETIMBANGAN

Setimbang akhir reaksi Campuran produk dan reaktan yang tidak


bereaksi dalam jumlah relatif tetap

N2O4(g) 2NO2(g)
A C

% Kons % Kons

100 100
A 98
A
98

∆C1

C ∆C2
2
C
2

Waktu ∆t1 ∆t2 Waktu


6.8 TETAPAN KESETIMBANGAN

Hukum Empiris Aksi Massa (Guldberg & Waage)


aA + bB cC + dD
[C]c [D]d
Tetapan kesetimbangan empiris (KC) KC =
[A]a [B]b

Subskrip C: Reaksi dalam larutan

[PC]c [PD]d
Reaksi dalam fasa gas ............................. KP =
[PA]a [PB]b

P = Tekanan parsial
Kesetimbangan Reaksi dalam Fasa Gas
3NO(g) N2O(g) + NO2(g)

∆G
3NO (PNO) N2O (P N2O) + NO2 (P NO2)
-∆G° = RT ln K

∆G = ∆G1 + ∆G° +∆G3


∆G1 ∆G3

3NO (Pref) N2O (Pref) + NO2 (Pref)


∆G2 = ∆G°
CONTOH 6.6

Tulis persamaan kesetimbangan untuk kesetimbangan kimia fasa gas


berikut:
a. 2NOCl(g) 2NO(g) + Cl2(g)
b. CO(g) + ½O2(g) CO2(g)

Penyelesaian
a. Pangkat 2 berasal dari faktor 2 dalam persamaan
(P NO)2 (P Cl2) yang balans tersebut
= K
(P NOCl)2

b. (P CO2) Pangkat pecahan muncul pada persamaan


= K kesetimbangan setiap kali mereka terdapat dalam
(P CO) (P O2)½
persamaan yang balans
CONTOH 6.7

Hitunglah tetapan kesetimbangan untuk reaksi

N2O4 (g) 2 NO2 (g)

Jika pada saat kesetimbangan terdapat 0,1 mol N2O4


dan 0,06 mol NO2 dalam volume 2 L
Penyelesaian :

K = [NO2]2 / [N2O4] = (0,03)2 / 0,05 = 1,8 x 10-2


6.9 PENDUGAAN ARAH REAKSI

Kuosien Reaksi (Q) G

∆G = ∆G° + RT ln Q
∆G = -RT ln K + RT ln Q Q<K Q>K
∆G < 0 ∆G > 0

∆G = RT ln (Q/K)

Jika Q < K, ∆G < 0 arah reaksi ke kanan


Q > K, ∆G > 0 arah reaksi ke kiri

Kesetimbangan
∆G = 0

Reaktan murni Produk murni


CONTOH 6.8

• Reaksi H2 + I2 2 HI mempunyai nilai K =


49,5 pada suhu 440 oC. Jika pada suhu tersebut ke
dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 5 mol H2,
2 mol I2 dan 4 mol HI, ke arah manakah reaksi
berlangsung dan berapa konsentrasi masing-
masing zat pada saat kesetimbangan tercapai?

Penyelesaian:
Q = (2)2 / (2,5)(1) = 1,6
Q<K
Reaksi berlangsung ke arah kanan
H2 (g) + I2 (g) ⇄ 2 HI (g)

Awal 5 2 4 mol / 2L
Reaksi -x -x +2x
Kesetimbangan (5-x) (2-x) (4+2x)

2
{(4+2 x ) / 2} 2
K=
[ HI]
[ H2 [ I 2 ] = {(5− x ) / 2}{(2− x ) / 2} = 49,5
X1 = 1,672 mol x2 = 6,29 (tak mungkin)

[HI] = 3,672 M
[H2] = 1,664 M
[I2] = 0,164 M
6.10 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESETIMBANGAN KIMIA

PRINSIP LE CHATELIER :
Bila suatu sistem dalam kesetimbangan mendapat
gangguan eksternal maka sistem tersebut akan melakukan
perubahan yang mengatasi gangguan tersebut.

1. Perubahan Konsentrasi
2. Perubahan Volume dan Tekanan
3. Perubahan Suhu
mengubah nilai K sehingga Q ≠ K
Pengaruh perubahan konsentrasi
Konsentrasi hasil reaksi Ke arah reaktan
Pengaruh perubahan volume
N2O4 (g) 2NO2 (g)
V → Ke arah reaktan
V → Ke arah produk

Pengaruh perubahan suhu, jika suhu


Reaksi eksoterm → Ke arah eksoterm
Reaksi endoterm → Ke arah endoterm
Ketergantungan K Terhadap T

-RT ln K = ∆G° = ∆H° - T∆S° ∆H° negatif → eksoterm


ln k = -∆G° = ∆S° - ∆H° ∆H° positif → endoterm
RT R RT
ln K ln K

Slope = -∆H°/R Eksoterm

Produk naik
Intersep = -∆S°/R

Endoterm

1/T
Persamaan van’t Hoff 1/T

( ) [ ]
T naik
K2 -∆H° 1 1
Ln = -
K1 R T2 T1
Contoh 6.9

Ke arah manakah reaksi di bawah ini bergeser bila


pada suhu yang tetap, tekanan diperbesar (volume
diperkecil)
a. CaCO3 (p) → CaO (p) + CO2 (g)
b. PCl5 (g) → PCl3 (g) + Cl2 (g)
c. H2 (g) + CO2 (g) → H2O (g) + CO (g)
d. N2 (g) + 3H2 (g) → 2NH3 (g)
Penyelesaian:
a. kiri c. tidak terjadi
b. kiri d. kanan
6.11 KESETIMBANGAN PENGIONAN

• DERAJAT PENGIONAN (α )
Zat elektrolit mengion dalam larutan
dengan α yang berbeda

• EFEK ION SENAMA

• HUKUM PENGENCERAN OSTWALD


Bila suatu elektrolit lemah diencerkan maka
derajat ionisasinya meningkat → Bab 7.
Konsep Asam Basa.
LATIHAN SOAL-SOAL

• Sebanyak 0,505 g suatu contoh hidrokarbon naftalena C10H8, dibakar


sempurna dalam kalorimeter bom. Massa air dalam kalorimeter
1215 g. Reaksi mengakibatkan suhu air naik dari 25,62 ke 29,06°C.
Kapasitas kalor dari bom 826 J/°C. Berapakah kalor reaksi pada
volume tetap, qv, dinyatakan dalam:
a. J/g C10H8
b. kj/mol C10H8
c. kkal/mol C10H8

2. Sebanyak 2 gram es dimasukkan ke dalam 4 gram air yang suhunya


8oC. Bila kalor spesifik air 1 kal/g dan kalor lebur es 80 kal/g. Apakah
proses tersebut merupakan proses spontan
3. Tuliskan rumus tetapan kesetimbangan Kc dan Kp (bila ada) dan hubungan antara
Kc dan Kp untuk reaksi:
(a). 2CO2(g) CO(g) + O2(g)
(b). 2NO2(g) + 7H2(g) 2NH3(g) + H2O(aq)
(c). 2HgO(p) 2Hg(aq) + O2(g)
(d). 2ZnS(p) + 3O2(g) 2ZnO(p) + 2SO2(g)
(e). 2HCrO4- (aq) Cr2O72- (aq) + H2O (aq)
4. Suatu campuran terdiri dari 0,5 mol N2O (g) dan 0,5 mol O2 (g) dimasukkan dalam
wadah bervolume 4 L dan dibiarkan mencapai kesetimbangan menurut reaksi :
2N2O(g) + 3O2(g) 4NO2(g)
Setelah tercapai kesetimbangan jumlah N2O menjadi 0,45 mol/4L
a. Berapakah konsentrasi N2O, O2, dan NO2 saat kesetimbangan?
b. Berapakah nilai Kc reaksi tersebut
5. Pada suhu 25 oC, reaksi HCl(g) H2(g) + Cl2(g) mempunyai K=4,17x10-34.
Berapakah K untuk reaksi: ½H2(g) + ½Cl2(g) HCl(g).
6. Fenol pada suhu 298,15 K, ∆H°f = -3054 kJ/mol, ∆S° = 144,0 J/K mol.
Berapakah ∆G°f untuk fenol pada suhu tersebut dan tentukan pula berapa
konstanta kesetimbangannya.

7. Berapakah nilai ∆G° pada 298 K untuk reaksi


C(p) + CO2(g) → 2CO(g)
Apakah reaksi tersebut akan berjalan secara spontan ke arah pembentukkan
CO pada suhu 298 K? (∆G°f untuk C, CO2, dan CO berturut-turut adalah 0; -
394,38; dan -137,28 kJ/mol)

8. Berapakah entropi penguapan molar standar air pada 100°C. Entalpi


penguapan molar standar pada suhu 100°C adalah 40,7 kJ/mol.
9. Pada suhu tertentu terdapat kesetimbangan antara 0,4 mol H2, 0,3 mol I2, dan
0,2 mol HI dalam wadah bervolume 2 liter. Hitunglah tetapan kesetimbangan
reaksi:
H2(g) + I2(g) 2HI(g)

10. Reaksi N2O4(g) 2NO2(g)


Memiliki nilai K = 4,66 x 10-3, jika 0,80 mol N2O4 dimasukkan ke dalam botol 1
liter. Hitung
a. Konsentrasi gas pada kesetimbangan
b. Konsentrasi masing-masing gas bila volume menjadi separuhnya

11. Pada suhu 454 K, Al2Cl6(g) bereaksi membentuk Al3Cl9(g)


3 Al2Cl6(g) 2 Al3Cl9(g)
Dalam percobaan pada suhu ini, tekanan parsial kesetimbangan untuk
Al2Cl6(g) dan Al3Cl9(g) berturut-turut adalah 1,00 atm dan 1,02 x 10-2. Hitung
tetapan kesetimbangan reaksi tersebut.

You might also like