You are on page 1of 20

FGD

09700196
Khalid
09700233 Tunik Sugianto
09700243
Maria nona ellen
09700283 Zhaki al asror
09700298
Ivana Intan Caroline
08700162
Setyo Budi Utomo
08700318
Anugrah eka putra

TINGGINYA PREVALENCE TB
I. SKENARIO
Dokter dari puskesmas Sukamandi ingin melaksanakan
program menekan tingginya prevalensi diwilayahnya.
Prevalensi TB didaerahnya termasuk tertinggi di Kabupaten.
Angka prevalensi Kecamatan Sukamandi 455/100.000
penduduk sedangkan angka prevalensi Kabupaten
keseluruhan sekitar 385/100.000 penduduk.
Dokter Puskesmas tersebut ingin membuat program yang
mungkin dapat menurunkan angka prevalensi dengan
menggunakan beberapa faktor risiko terjadinya kejadian
tingginya angka prevalensi TB tersebut.

TINGGINYA PREVALENCE TB
I. SKENARIO
Dalam analisis odds ratio dari penelitian yang dilakukan
terlihat sebagai berikut:
Tabel 1: Beberapa jenis faktor risiko dan odds ratio penyakit
TB
Faktor risiko

Odds ratio

1. Kurangnya penyuluhan
TB

2. Rendahnya PMO

3. Kondisi lingkungan

4. Kepadatan hunian

5. Rendahnya pengertian
PHBS

0,2

6. Rendahnya pendidikan

Keterangan

TINGGINYA PREVALENCE TB
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan tentang penelitian menggunakan case
control study
2. Dapat mengartikan arti dari Odds Ratio (OR)
OR < 1, OR = 1, OR>1
3.
Membuat rencana program berdasarkan hasil dari tabel
odds-ratio (Tabel 1)

Batasan Teori
TB paru merupakan penyakit infeksi dan menular langsung,
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
juga sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penyebaran penyakit
ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan tempat
masyarakat tinggal.
Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya kejadian
penyakit TB paru pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
2 kelompok faktor risiko, yaitu faktor risiko kependudukan
(jenis kelamin, umur, kondisi sosial ekonomi) dan faktor risiko
lingkungan (kepadatan, lantai rumah, dinding, atap plafon,
jenis bangunan rumah, dan bahan bakar yang digunakan
dalam rumah).
Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi
terjadi pada sekelompok orang.

Batasan Teori
Penelitian case control atau kasus kontrol adalah suatu
penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana
faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status
kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor
risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang
lalu. Rancangan penelitian case control ini dapat
digambarkan sebagai berikut: (lihat skema 1)

Batasan Teori
Skema 1. Rancangan Penelitian Case Control
Faktor risiko +

Faktor risiko -

Retrospektif
(kasus)

Efek +

Populasi
(sampel)
Faktor risiko +
Faktor risiko -

Retrospektif
(kontrol)

Efek -

Batasan Teori
Tahap-tahap penelitian case control adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko dan
efek).
2. Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel).
3. Identifikasi kasus.
4. Pemilihan subjek sebagai kontrol.
5. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat ke belakang)
untuk melihat faktor risiko.
6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi
antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabelvariabel kontrol.

Batasan Teori
Kelebihan rancangan
penelitian case
control :

Kekurangan rancangan
penelitian case
control :

a. Adanya kesamaan
ukuran waktu antara
kelompok kasus
dengan kelompok
kontrol.
b. Adanya pembatasan
atau pengendalian
faktor risiko sehingga
hasil penelitian lebih
tajam dibanding
dengan hasil
rancangan cross
sectional.
c. Tidak menghadapi
kendala etik seperti

a. Pengukuran variabel
yang retrospective,
objektivitas, dan
reliabilitasnya kurang
karena subjek
penelitian harus
mengingat kembali
faktor-faktor risikonya.
b. Tidak dapat diketahui
efek variabel luar
karena secara teknis
tidak dapat
dikendalikan.
c. Kadang-kadang sulit
memilih kontrol yang

Batasan Teori
Secara umum dapat diartikan bahwa populasi adalah
kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu.
Kumpulan individu yang akan diukur atau diamati ciri-cirinya
disebut populasi studi. Bila penelitian tidak dilakukan
terhadap seluruh individu dalam populasi, tetapi hanya
diambil sebagian maka bagian tersebut dinamakan sampel.
Individu dalam populasi studi tersebut dinamakan unit dasar.

Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Pengambilan sampel secara acak
(random sampling)
2. Pengambilan sampel tanpa acak
(non-random sampling)

Analisis data
Analisis data dilakukan dengan perhitungan rasio odds.
Odds ratio adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)
dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian
penyakit pada kelompok berisiko (terpapar faktor risiko)
dibanding angka kejadian penyakit pada kelompok yang tidak
berisiko (tidak terpapar faktor risiko).

ODDS RATIO
Rumus Odds Ratio
Rumus dari ODDS Ratio adalah:
RO= odds pada kelompok kasus
odds pada kelompok kontrol
=ad/bc.

ODDS RATIO
Bila nilai ratio odds = 1, menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti ternyata bukan merupakan risiko untuk terjadinya
efek
Bila nilai ratio odds > 1, menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti merupakan faktor risiko.
Bila nilai ratio odds < 1, menunjukkan bahwa faktor
merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek

Hasil perhitungan odds ratio


Faktor risiko

Odds ratio

1. Kurangnya penyuluhan
TB

2. Rendahnya PMO

OR > 1

3. Kondisi lingkungan

OR > 1

4. Kepadatan hunian

OR > 1

5. Rendahnya pengertian
PHBS

0,2

6. Rendahnya pendidikan

Keterangan
OR > 1

OR < 1
OR = 1

OR > 1
7. Kondisi sosial ekonomi
4
Hasil:
Rendahnya pendidikan ternyata bukan merupakan risiko untuk tingginya prevalensi
TB
Kurangnya penyuluhan TB, rendahnya PMO, kondisi lingkungan, kepadatan hunian,
kondisi sosial ekonomi merupakan faktor risiko terhadap tingginya prevalensi TB
Rendahnya pengertian PHBS merupakan faktor protektif untuk terjadinya
peningkatan prevalensi TB.

Hasil analisis
Berdasarkan analisis kelompok kami, prioritas
masalah yang diangkat adalah menekan prevalensi
TB dan meningkatkan motivasi PMO di Kecamatan
Sukamandi dan dapat disimpulkan faktor resiko yang
tersusun dalam inventarisasi masalah adalah sebagai
faktor penyebab dan tingginya prevalensi TB sebagai
faktor akibat.
Setelah mengetahui prioritas masalah dan
penyebab tingginya prevalensi TB, maka kepala
puskesmas harus membuat program penurunan
prevalensi TB dan memotivasi PMO. PMO didata agar
dapat diketahui seberapa besar minat warga untuk ikut
berperan dalam berpartisipasi sebagai PMO.

Fish bone

Rencana Program
A. Peningkatan peranan PMO bagi penderita TB
B. Program memperbaiki rumah sakit untuk megurangi
kepadatan hunian
C. Memperbaiki kondisi lingkungan
D. Pembukaan Lapangan Pekerjaan Untuk Meningkatkan
Kondisi Sosial Ekonomi
E. Meningkatkan Efektifitas Penyuluhan TB

Kesimpulan
Faktor-faktor pemicu terjadinya TB pada masyarakat Sukamandi, sbb :
1. Kurangnya penyuluhan TB pada masyarakat di kecamatan sukamandi
mengakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB
2. Kondisi sosial ekonomi yang rendah menyebabkan adanya kondisi gizi
memburuk, serta perumahan yang tidak sehat, akses terhadap
pelayanan kesehatan dan menurunnya kemampuan sehingga dapat
meningkatkan tingginya prevalensi TB
3. Kondisi lingkungan, faktor lingkungan yang sangat padat akan
mempengaruhi proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan
jumlah kasus TB
4. Kepadatan hunian, kepadatan hunian merupakan suatu proses
penularan penyakit
5. Faktor yang paling mempengaruhi prevalensi TB dikecamatan
sukamandi adalah rendahnya PMO dikecamatan sukamandi, karena
diperlukan pengawasan menelan obat yang dapat dilakukan oleh
keluarga bila penderita mengalami kondisi bosan/jenuh minum obat.

Saran
1. Melakukan penyuluhan TB secara berkala di Kecamatan
Sukamandi agar warga mendapatkan pengetahuan yang
cukup tentang bahaya dan bagaimana cara pencegahan
penyebaran TB
2. Meningkatkan peran PMO untuk membujuk pasien agar mau
mengkonsumsi obat secara teratur sampai pengobatan
selesai
3. Menciptakan kondisi lingkungan yang sehat agar
memperlambat penularan RB di lingkungan faktor.
4. Mengatur ruang yang cukup luas di setiap ruangan agar
penyebaran TB tidak terjadi secara cepat di dalam
lingkungan keluarga
5. Memperbaiki kondisi ekonomi agar menekan tingginya
prevalensi TB

You might also like