Professional Documents
Culture Documents
1 Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan
kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia
30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
(Mansjoer, Arif 1999).
2 Etilogi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,
mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen yaitu : antigen 0 (somatik), H (flagella),
Vi dan protein membran hialin. (Mansjoer, 2000).
3 Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
Nyeri kepala
Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
3)
Gangguan kesadaran
Kesadaran yaitu apatis somnolen
Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
4 Pathofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus
halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer) dan
jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat
pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem
(RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke
organ tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi
di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan
kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung
jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid.
Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya
menimbulkan gejala demam. (Penyakit infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
5 Penatalaksanaan
1. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi, observasi serta
pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring
sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan
sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Diet
Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan
penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid
adalah memenuhi
kebutuhan
nutrisi
penderita
demam
thypoid
dan mencegah
kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti
petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:
Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
Tidak mengandung banyak serat.
Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan
sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi
volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk
menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat
diet sisa rendah adalah:
Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas
Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Protein
Kebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi infeksi daripada ketinggian
demam. Karena ada kerusakan jaringan yang berlebihan, asupan protein harus ditingkatkan
untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan / hari. Untuk meminimalkan kehilangan
jaringan, makanan protein nilai biologis tinggi seperti susu dan telur harus digunakan secara
bebas karena mereka yang paling mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini, makan
secara teratur harus ditambah dengan minuman protein tinggi.
Carbohydrares
Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis tubuh. Mudah
dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa, madu, gula tebu dll harus
dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan lebih sedikit dan berasimilasi dengan baik.
Diet Serat
Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk iritasi harus
dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus, karena itu akan dihindari dalam
diet, karena merupakan iritan mekanik.
Lemak
Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu, kuning telur,
harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna. Makanan yang digoreng yang sulit
untuk dicerna harus dihindari.
Mineral
Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium dan klorida asin,
kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi hilangnya elektrolit. Suplemen
zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia.
Vitamin
Karena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk meningkatkan asupan
Vitamin A dan C.
Cairan
Dalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan keringat dan juga untuk
memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan limbah, asupan cairan liberal
sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus, air biasa dll.
Jadi energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan segera
setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan kepada pasien.
3.
a.
b.
c.
d.
a.
Obat
Obat - obat antimikrobia yang sering digunakan :
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Cotrimoxazole
Ampicilin dan amoxilin
Obat - obat simtomatik
Antipiretika
2
Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang tidak disukai yaitu
kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien makan dengan piring dan sendok biasa,
tanpa memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas sehari.
Selama sakit
: Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi, karena lidahnya
terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 7 - 8 gelas
sehari.
2. Pola Eleminasi
Sebelum sakit : BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning.
BAK 3-4 x sehari
, warna kuning jernih.
Selama sakit
: selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna kuning jernih
3. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00 WIB sampai jam 05.00
WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga terbiasa tidur siang dengan waktu
sekitar 2 jam. Ibu pasien selalu membacakan cerita sebagai pengantar tidurnya.
Selama sakit
: pasien susah tidur karena suasana yang ramai.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah dengan pola
permainan berkelompok dan jenis permainan menurut kelompok.
Selama sakit
: pasien hanya terbaring di tempat tidur.
3
1.
2.
3.
4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: pasien tampak lemah.
Kesadaran : composmentis.
Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata..
Tidak ada lesi.
Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.
Mulut
Mulut : tidak ada stomatitis
bibir tidak kering.
gigi: kotor dan terdapat caries,
lidah : kotor
Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : simetris, pernapasan vesikuler.
Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.
Ekstremitas :
atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.
bawah : tidak ada lesi
Anus : tidak ada haemorroid.
Tanda - tanda Vital :
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi
: 120 x/menit
Suhu
: 39 C
Respirasi
: 24 x/menit
3.1.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a.
Hematologi
Hb
: 11,6 d/dl
(14 18 d/dl)
Ht
: 34,7%
(34 48%)
Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 5,9.106 juta/uI)
VER
: 84,5 fl
(78 90 fl)
KHER
: 33,6 g/dl
(30 37 g/dl)
Leukosit : 12.200 /uI
(4,6 11.103 /uI)
LED 1 jam
: 40 /1 jam
(P = 7 15 /jam)
2 jam: 80 /1jam
(L = 3 -11 /jam)
Trombosit : 232.000 /uI (150 400.103 /uI)
Hitung jenis
Eosinofil : Segmen: 91%
Basofil
:Limfosit: 9
N. Batang : Monosit: b. Bakteriologi Serogi
Widal
St O 1/320
St H 1/160
St AH
Spt BH 1/320
c.
-
Urine
Phisis
= warna: kuning
Kimia
Protein
Glukosa
Sedimen
Lekosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
= PH : agak keruh
:- (negatif)
: - (negatif)
= epitel : +
: + (6 8)
: + (1 -2)
: - (negatif)
: - (negatif)
DAFTAR PUSTAKA
1. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC
2. Andin Sefrina dan Suhendri C. P; Mengenal, Mencegah, Menangani berbagai penyakit
berbahaya bayi & balita; Penerbit ; Dunia Sehat
3. NANDA 2012
4. NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)
5. NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)