You are on page 1of 7

Misteri Tarian Ronggeng

Dari kecil aku sangat suka menari bahkan orangtua yang mendorongku untuk menyukai
menari, aku
banyak mengikuti kelas menari mulai dari tari balet, modern dance, sampai kontemporer dari
umur 5
tahun sampai sekarang aku berumur 21 tahun.
Diantara semua tarian itu aku sangat menyukai tarian daerah, menurutku tarian daerah itu
unik dan
disetiap tariannya memiliki cerita dan itu mengapa aku memilih jurusan seni tari disebuah
universitas di bandung. Guru tari ku pernah bilang jika dalam tarian itu terdapat roh lain yang
menggerakan badan kita, menggerakan sesuai dengan cerita yang kita bawakan.
Dan kalimat itulah yang membuatku penasaran dengan berbagai macam tarian tradisional.
Tarian
yang paling membuatku penasaran adalah Tarian Ronggeng. Aku banyak mempelajari bukubuku
tentang tari ronggeng, bahkan aku sempat observasi ke daerah pangandaran ciamis yang
terkenal
dengan tari ronggeng gunung tersebut.
Semakin banyak yang aku dapat dari ronggeng dan semakin penasaran aku dengan tarian
mistis yang
berasal dari jawa barat ini. Salah satu versi tentang tarian ronggeng ini berkisah tentang
seorang
putri yang ditinggal mati oleh kekasihnya sehingga sang putri meratapi orang yang
dicintainya,
selagi sang putri menangisi jenazah kekasihnya yang sudah mulai membusuk.
Datanglah beberapa pemuda menghampirinya dengan maksud untuk menghiburnya, para
pemuda
tersebut menari mengelilingi sang putri sambil menutup hidung karena bau busuk mayat.
Lama
kelamaan sang putri akhirnya ikut menari dan menyanyi dengan nada melankolis. Mungkin
awal

kemistisan tarian ini adalah saat tari ronggeng dipakai untuk membalas dendam.
Sehingga seolah-olah tarian ini berbau mistis kematian, dan hal tersebut menjadi salah satu
inspirasiku. Ceritanya dimulai ketika aku mendatangi guruku, menanyakan tempat dimana
aku bisa
belajar tarian ronggeng. Awalnya guru kesenian melarangku untuk mendalami tarian itu, dia
bilang
tarian itu bukan tarian biasa karena harus kuat mental juga kuat iman.
Ronggeng bukanlah tari sembarangan, ronggeng membutuhkan ilmu kebatinan juga dan aku
memaksanya untuk memberitahuku dimana aku bisa belajar tarian itu. Aku bilang kalo aku
siap
dengan semua yang akan aku lakukan. Mendengar pernyataan dariku, guruku akhirnya
menyerah
juga lalu dia memberikan sebuah alamat temannya yang berada didaerah ranca garut.
Guruku bilang kalo ibu mey ini adalah seniman ronggeng yang sudah tua dan tidak menari
lagi,
dengan penuh tekad akan belajar ronggeng akhirnya aku mencari ibu mey ke garut. Setelah
bertanya
akhirnya aku menemukan tempat dimana ibu mey tinggal. Tanpa bertanya apapun ibu mey
langsung
menyambutku dan entah darimana dia mengetahui tekad ku.
Setelah mengobrol banyak tentang ronggeng akhirnya ibu mey bersedia untuk mengajariku.
Dia
bilang dalam waktu 3 hari jika aku serius maka aku akan bisa menguasai tari ronggeng dan
aku pun
menyanggupinya. Ibu mey menyuruhku untuk tinggal selama 3 hari dirumahnya, ibu mey
bilang kalo
beliau akan mengajariku secara khusus.
Ibu mey adalah perempuan setengah baya, dirumahnya aku melihat banyak foto-foto ketika
beliau
masih menari. Beliau bilang, kalo beliau adalah penari ronggeng pada masa penjajahan
belanda lalu

dan biasanya ibu mey dipanggil untuk acara hiburan bangsawan pada jaman dulu. Bahkan dia
bercerita kalo dia pernah menari didepan tokoh-tokoh belanda yang terkenal.
Aku semakin yakin untuk belajar ronggeng dari ibu mey, dihari pertama ibu mey
menyuruhku untuk
berpuasa namun puasa ini berbeda dari puasa biasanya. Dimulai dengan puasa mutih yang
tidak
membolehkan makan selama seharian melainkan hanya dengan nasi putih dengan air putih
saja.
Di hari kedua, Ibu mey membawaku ke sebuah pemandian yang aku tidak tau didaerah mana.
Yang pasti ditengah hutan dan disitu terdapat sumur yang dikelilingi oleh makam.
Sore itu ibu mey menyuruhku untuk mandi, namun sumur itu terlihat aneh. Sumur dengan
bak besar
yang menuju talang air yang biasa kita sebut pancuran. Ibu mey menyuruhku untuk mandi di
air
pancuran, aku yang memakai handuk putihpun mulai mandi. Mandinya pun ada aturan, aku
tidak
boleh berdiri dan mesti berjongkok.
Hari ketiga, Malamnya ibu mey mengajak aku ke tengah pohon karet, kali ini kami tidak
berdua. Ibu
mey mengundang pemuda dan beberapa orang paruh baya yang sudah menunggu kami
lengkap
dengan gamelan sunda disana.
Ibu mey langsung mengajak aku menari dan orang-orang tadi tanpa disuruh langsung
memainkan alat
musiknya. Aneh, aku merasakan sebuah keganjilan kenapa ibu mey latihan menggunakan
alat-alat
asli dan tengah malam lagi.
Apa ini tidak mengganggu orang lain, tapi entah kenapa badanku seperti mengacuhkan
pikiranku,
badanku terus menari tanpa henti hingga tanpa sadar aku menutup kedua mataku. Bagaikan
sihir, dan

seperti ada yang menggerakan badanku. Samar-samar aku mendengar musik gamelan yang
diselingi
dengan bunyi anjing yang melolong.
Aku membuka mataku, aku terbangun dengan pakaian tari lengkap malam sebelumnya. Dan
aku
masih ada di pendopo, aku melihat sekeliling namun aku tidak dapat menemukan yang
lainnya
termasuk ibu mey.
Gimana aku pulang, sekelilingku hanya pohon karet yang tinggi menjulang dan aku mulai
panik.
Tiba-tiba saja ada sebuah tangan halus menyentuh pundak-ku, seorang perempuan cantik
dengan
memakai kebaya putih tersenyum dibelakangku.
Dia menggenggam tanganku, menarik tanganku lalu mengajak aku berlari dan terus berlari
melewati
perkebunan teh, hutan dan aku tidak tau perempuan itu mengajak aku kemana. Aku tidak bisa
teriak
sampai aku berada disebuah lapangan luas. Lapangan yang hijau dengan sebuah kursi emas
ditengahnya, disitu duduk seorang perempuan memakai kebaya hijau dengan mahkota emas.
Dipinggirnya terdapat dua orang perempuan memegang tombak dan astaga bu mey duduk
dibawah
melihatku sambil tersenyum. Dan perempuan tadi melenggak-lenggok mengajak aku menari,
entah
kenapa tiba-tiba saja tanganku bergerak-gerak tanpa henti seperti ada yang menggerakan
badanku.
Aku keheranan dengan badanku karena badanku bergerak sendiri, tiba-tiba seperti asap
muncul
disekitarku lelaki-lelaki berbaju hitam mengelilingiku. Astaga, siapa ini dan dimana aku lalu
mendadak semuanya menjadi gelap seperti malam. Para pria menari mengelilingiku dan aku
melihat
perempuan tadi menari-nari seperti orang kesurupan.

Aku tidak tau apa yang terjadi dan dimana diriku, air mataku menetes dan seketika semuanya
berubah. Lelaki tadi yang menari bersamaku berubah menjadi makhluk-makhluk besar yang
menyeramkan, matanya yang besar merah serta badannya dipenuhi bulu. Perempuan tadi pun
terus
menari sambil menggerakan kepalanya sampai kepalanya berputar 180 derajat.
Aku melihat dari jauh, perempuan berkebaya hijau tadi tertawa terbahak-bahak.
Disampingnya ibu
mey hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Aku seperti dihipnotis, aku seperti
berada di
alam yang aneh. Aku menari, terus menari sampai akhirnya pandanganku berubah menjadi
gelap dan
aku tidak tau apa-apa lagi.
Aku jatuh ke rerumputan yang menusuk kulitku dan, "neng maya bangun latihannya sudah
selesai,"
mataku terbuka dan betapa kagetnya ketika aku terbangun. Aku baru sadar, aku berada di
pendopo itu
lagi. Aku melihat ibu mey, dan dia tampak tersenyum lalu dia membantuku bangun dan
memapahku
ke rumahnya.
Dirumahnya bu mey tidak berkata apapun, dia hanya memberikan sebuah selendang
berwarna merah
darah. Kemudian dia mendekatiku lalu berkata,
"Sudah saatnya neng maya pulang, sekarang neng maya sudah menjadi ronggeng. Menarilah
neng
dengan itu neng maya akan mendapatkan semua yang neng maya mau, ini ada hadiah dari
ibu. Nanti
setelah keluar dari sini neng maya berjalan saja lurus kedepan dan jangan melihat
kebelakang, terus
saja ikuti jalan setapak dan nanti neng maya akan menemukan kendaraan yang neng maya
parkir".
Ini sungguh aneh, semuanya terasa aneh dan aku mulai beranjak dari kursi. Badanku seperti

digerakan keluar dari rumah bu mey. Banyak sekali pertanyaan dikepalaku, apa saja yang
sudah aku
lakukan dan kenapa aku berada disini, kenapa aku bisa begini dan kenapa semuanya berjalan
begitu
cepat dan kenapa aku tidak boleh melihat ke belakang.
Astaga, ketika aku membalikan kepalaku ke belakang. Ternyata yang aku lihat bukanlah
rumah ibu
mey tapi yang aku lihat adalah jajaran pemakaman dengan batu nisan yang berjajar. Singkat
cerita
aku kembali ke bandung dan semuanya berjalan begitu cepat. Sesampainya dirumah aku
melihat
seseorang dirumahku.
Ada banyak saudara-saudaraku dan ketika aku masuk, aku melihat ibuku berlari ke arahku
dan dia
menangis. Lalu ibu bertanya kalo aku dari mana saja, satu pernyataan yang membuatku
terkejut luar
biasa. Ibuku berkata kalo aku sudah dilaporkan hilang selama satu bulan, aku hanya diam
mematung
tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah itu aku dibawa ke seorang ustad untuk diobati, dari situ aku baru sadar bahwa tari
ronggeng
itu benar-benar mistis. Yang mengajariku bukanlah penari, tapi makhluk gaib dan setelah
beberapa
bulan akhirnya aku benar-benar menjadi seorang ahli penari ronggeng profesional. Entah
kenapa
banyak orang yang memuji tarianku.
Namun buatku itu adalah suatu hal yang sangat rahasia, karena ketika aku menari ronggeng
yang
menari bukanlah aku melainkan roh penari ronggeng jaman dulu yang mengikuti dari desa
ranca
garut itu. Setelah mencari informasi kesana-sini aku baru tau dari guru kesenianku, kalo
sebenarnya

yang bernama ibu mey itu adalah jelmaan seorang putri dari kerajaan garut yang pintar
menari
ronggeng.
Makanya guru tari melarangku, karena ronggeng bukan tari sembarangan. Ronggeng adalah
tarian
mistis dan guru tari ku juga bilang jika ada orang yang mempunyai indera ke enam maka
mereka
akan selalu bilang bahwa aku menari tidak sendiri. Melainkan aku menari bersama seorang
putri
berkebaya hijau dan bermahkota emas.

You might also like