Professional Documents
Culture Documents
A5-D
Oleh Kelompok IV :
NI NENGAH BUDIANI
(11.321.1144)
(11.321.1180)
(11.321.1193)
NI LUH MULIANI
(11.321.1266)
Kata Pengantar
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat
rahmat-NYA, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Pasien Hidronefrosis.
Kami menyadari bahwa tulisan dari laporan ini jauh dari kesan sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Kami juga
tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada laporan ini ada
kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
2 | Askep Hidronefrosis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A.
Latar Belakang..................................................................................................................5
B.
Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C.
Tujuan...............................................................................................................................6
D.
Manfaat.............................................................................................................................6
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIDRONEFROSIS................................................7
A.
1.
Definisi..............................................................................................................................7
2.
Etiologi..............................................................................................................................7
3.
Patofisiologi......................................................................................................................7
4.
5.
Penatalaksanaan................................................................................................................8
6.
Komplikasi........................................................................................................................9
7.
Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................9
3 | Askep Hidronefrosis
B.
Pengkajian.......................................................................................................................10
2.
Diagnosa..........................................................................................................................11
3.
Rencana Tindakan...........................................................................................................11
4.
Implementasi...................................................................................................................16
5.
Evaluasi...........................................................................................................................17
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................................................18
A.
Keasimpulan....................................................................................................................18
B.
Saran................................................................................................................................18
Daftar Pustaka................................................................................................................................19
LAMPIRAN 1
PATHWAY HIDRONEFROSIS.....................................................................................................20
4 | Askep Hidronefrosis
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan geral alir kemih tertahan (retensi). Hal
ini dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada uretra.
Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan mekanik di dalam liang, pada
dinding atau tindisan dari luar terhadap dinding lintasan atau disebabkan kelainan
dinamik (neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena kelainan dibawa lahir atau
diperdapat. Selanjutnya penyumbatan ini bisa menyumbat sempurna (total) atau tidak
sempurna ( sub total) dengan masing-masing bisa tampil mendadak, menahun atau
berulang timbul. Adanya rintangan penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total
melewatkan sebagian air kemih dan menahun sebagian lain yang berangsur menumpuk
seluruhnya pada penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian
air kemih dan menahan sebagian lain yang berangsur-angsur menumpuk. Tumpukan air
kemih ini meregangkan lintasan pada hulu obstruksi sehingga melebar. Bagian hulu
saluran ini berusaha meningkat tenaga dorong untuk mengungguli hambatan sumbatan
dengan menambah kuat kontraksi jaringan dinding saluran agar penyaluran air kemih
dapat berlangsung sempurna seperti biasanya (kompensasi). Selanjutnya pada
perlangsungan obstruksi biasanya mengundang kehadiran bakteri dan pembentukan batu
yang menyebabkan penyulit-penyulit yang lebih memberatkan keadaan. Rentetan
kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal sehingga terjadi hidronefrosis.
B
1
2
3
4
5
6
Rumusan Masalah
Apakah definisi hidronefrosis?
Apakah etiologi hidronefrosis?
Bagaimana patofisiologi hidronefrosis?
Apakah tanda dan gejala hidronefrosis?
Bagaimana penatalaksanaan hidronefrosis?
Apakah komplikasi hidronefrosis?
5 | Askep Hidronefrosis
C Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem
Perkemihan yang telah dibebankan kepada kami. selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk membuat kami memahami tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan hidronefrosis.
D
1
2
3
4
5
6
7
Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui definisi hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui etiologi hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi hidronefrosis.
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnosti pada hidronefrosis.
6 | Askep Hidronefrosis
BAB II
Etiologi
Jaringan parut ginjal/ureter
Batu
Neoplasma/tumor
Kelainan congenital pada leher kandung kemih dan ureter
Penyempitan uretra
Pembesaran uterus pada kehamilan
Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir baik, sehingga tekanan di
ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk
di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan
7 | Askep Hidronefrosis
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi
dekat ureter dan menjepit jaringan tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk
sudut abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter
berpilin atau kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada
kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnnya, adanya akumulasi urin di piala ginjal, akan menyebabkan
distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal
sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertrofi kompensori). Akhirnya fungsi renal terganggu.
Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan hiroureter diawali dengan adanya
hambatan aliran urin secara anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi
dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan tekanan ureter
menyebabkan perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan aliran
darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini
dapat bertahan selama beberpa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi
kelainan ini tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang
singkat menyebabkan kelainan yang reversibel sedangkan sumbatan kronis menyebabkan
atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga
aliran balik pielovena dan pielolimfatik. Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh
parenkim ginjal. Namun komponen diluar ginjal dapat berdilatasi maksimal
(Pathway terlampir)
4
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit di panggul dan di punggung. Jika terdapat infeksi, maka disuria,
nyeri, mual-muntah juga akan terjadi. Hematuria dan oliguria mungkin juga ada. Pasien
biasanya juga akan mengalami malaise.
5
Penatalaksanaan
8 | Askep Hidronefrosis
Komplikasi
Gagal ginjal
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium)
Gagal jantung kongestif
Pemeriksaan Diagnostik
a USG: memberikan gambaran ginjal, ureter, kandung kemih.
b Urografi intravena: dapat menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal.
c Sistokopi: dapat melihat kandung kemih secara langsung.
d Laboratorium: biasanya pada kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang
limbah metabolik.
dan output.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
Nyeri berhubungan dengan agen cedera bioogis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
e
f
muntah.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan oleh informasi
Rencana Tindakan
Dx 1: Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
intake dan output.
10 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
No
Dx
Intervensi
Rasional
Membantu
memperkirakan
kebutuhan penggantian
cairan. Pemasukan
px seimbang dengan
cairan harus
kriteria hasil:
memperkirakan
1. RR dan TTV
Berikan cairan yang diizinkan
tidak dipertahankan
normal/stabil
2. Turgor baik, mukosa
lembab
3. Intake dan output
seimbang
dehidrasi.
Penimbangan berat
badan harian dapat
adalah pengawasan
status terbaik.
Memberikan informasi
tentang keseimbangan
cairan, fungsi ginjal dan
control penyakit
merupakan pedoman
untuk pemberian cairan.
Hiponatremia dapat
natrium.
diakibatkan dari
kelebihan cairan atau
ketidakmampuan ginjal
untuk menyimpan
natrium.
11 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
Intervensi
Rasional
Hasil
Setelah dilakukan
Dorong meningkatkan
peningkatan hidrasi
tindakan asuhan
pemasukan cairan
keperawatan selama
batu
biasanya frekuensi
1 ml/kgbb/jam
dengan kriteria hasil :
tidak mengalami tanda
uretrovesikal
Penurunan aliran urine
dapat terjadi karena
obstruksi
Catat laboratorium, ureum,
adanya obstruksi.
peningkatan ureum,
creatinin
creatinin
mengindikasikan
disfungsi ginjal
retensi urine dapat
suprabubik, pertahankan
terjadi, menyebabkan
Intervensi
Rasional
12 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
Dx
Hasil
Setelah dilakukan
Membantu evaluasi
tindakan asuhan
derajat
keperawatan selama
(0-4)
ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesik.
Obsevasi/catat pningkatan
Dapat menunjukkan
suhu.
Ajarkan relaksasi dan distraksi
terjadinya inflamasi.
membantu pasien untuk
istirahat lebih efektif
dan memfokuskan
3. Pasien
mengungkapkan rasa
nyeri berkurang
Kolaborasi pemberian
kembali perhatian.
Analgetik dapt
analgetik
Intervensi
Timbang BB tiap hari
Rasional
Perubahan kelebihan 0,5
tindakan asuhan
kg dapat menunjukkan
keperawatan selama
perpindahan
keseimbangan cairan.
Membantu dalam
13 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan
Berikan porsi makan kecil tapi
diet.
Meminimalkan
sering
Awasi pemeriksaan
Indikator kebutuhan
nutrisi px terpenuhi
kebutuhan/efektivitas
terapi.
Menentukan kalori
pendukung nutrisi.
meningkat
2. Berat badan dalam
nutrisi dalam
rentang normal
pembatasan.
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Kreteria Hasil
Setelah dilakukan
Untuk mengetahui
tindakan keperawatn
tingkat kelemahan
diharapkan aktivitas
keluhan kelemahan,
dan untuk
sehari-hari klien
menentukan
dapat terpenuhi
intervensi selanjutnya
Memberikan
dengan periode
keseimbangan dalam
istirahat/tidur tanpa
kebutuhan dimana
gangguan
aktivitas bertumpu
pada jantung;
meningkatkan proses
14 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
penyembuhan dan
kemampuan koping
Bantu pasien dalam progam
emosional
Saat inflamasi/kondisi
mungkin mampu
melakukan aktivitas
yang diinginkan,
cekuali kerusakan
peningkatan aktivitas.
miokard permanen/
Kolaborasikan untuk
terjadi komplikasi.
Vitamin K dapat
pemberian vit K
mengurangi
perdarahn.
Hasil
Intervensi
Rasional
Dx
Setelah dilakuka tindakan
Memberikan dasar
pengetahuan
membuat pilihan
informasi.
Perubahan dapat
mengobservasi
menunjukkan
adanya obstruksi
jumlah/frekuensi
pengeluaran.
15 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
pasien.
2. Pasien dan keluarga
pasien menyatakan
paham mengenai
memerlukan intervensi
intervensi dapat
mencegah
pengeluaran urin.
komplikasi.
penyakit pasien.
Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Namun, tetap
disesuaikan dengan kondisi klien.
Evaluasi
Dx 1:
Intake cairan dan output px seimbang
RR dan TTV normal/stabil
Turgor baik
Mukosa lembab
Intake dan output seimbang
Dx 2:
Px tidak mengalami obstruksi
px dapat berkemih dengan normal
Dx 3:
Skala nyeri 0-1
Pasien tampak rileks
Pasien mengatakan nyeri berkurang
Dx 4:
Masukan per oral meningkat
Berat badan dalam rentang normal
Dx 5:
Kelemahan fisik berkurang atau hilang.
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya
Dx 6:
Pasien dan keluarga tidak bertanya-tanya tentang penyakit pasien.
Pasien dan keluarga pasien menyatakan paham mengenai penyakit pasien.
16 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
BAB III
PENUTUP
A Keasimpulan
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan
diginjal meningkat Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat
adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
B Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hidronefrosis sesuai dengan teori dan kondisi klien. Dan perawat harus lebih teliti dalam
memberikan pengetahuan untuk perawatan di rumah.
17 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton and Hall.2001.Buku Ajar Fisioogi Kedokteran Edisi 9.Jakarta:EGC
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol.1.
Jakarta: EGC
Purnomo, Basuke B.2009.Dasar-Dasar Urologi.Jakarta:Sagung Seto
Rosernberg, Craft Martha & Kelly Smith.2010.Diagnosa Keperawatan
Nanda.Yogyakarta:Digna Pustaka
18 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
LAMPIRAN 1
PATHWAY HIDRONEFROSIS
19 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s
20 | A s k e p H i d r o n e f r o s i s