You are on page 1of 12

Judika Geraldo

21100113140118
TUGAS PRA PRAKTIKUM
GEOLOGI TEKNIK

Metode mengubah nilai RMR menjadi kohesi dan sudut geser dalam
Proses pembobotan pada parameter parameter dapat diperoleh nilai bobot
yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total RMR. Nilai total ini akan
dipergunakan untuk mengklasifikasi masa batuan yang diidentifikasi. Nilai total
tersebut juga dapat digunakan untuk memperkirakan nilai kohesi dan sudut geser
dalam dari tiap kelas massa batuan seperti pada tabel dibawah.

Profil massa batuan


Rating
Kelas massa batuan
Kohesi (kPa)
Sudut geser dalam

Deskripsi
100 - 81
Sangat Baik
>400
> 450

80 - 61
Baik
300 - 400
350 - 450

60 - 41
Sedang
200 - 300
250 - 350

40 - 21
Jelek
100 - 200
150 - 250

20 0
Sangat Jelek
<100
<150

Metode kestabilan lereng bishop


Metode menganalisa kestabilan lereng pada dasarnya dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu cara pengamatan visual, cara komputasi, dan cara grafik (Pangular,
1985). Cara pengamatan visual merupakan analisis dengan cara mengamati langsung
di lapangan dan membandingkan kondisi lereng yang bergerak dengan kondisi lereng
yang tidak bergerak (Pangular, 1985). Cara tersebut kurang akurat dikarenakan
dibutuhkan pengalaman seseorang dalam analisis tersebut. Kemudian, cara komputasi
merupakan perhitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, dll).
Fellenius dan Bishop menghitung factor keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya
menggunakan rumusnya. Cara ketiga adalah cara grafik, cara ini menggunakan grafik

standar ( Taylor, Hoek & Bray, Janbu). Cara ini dilakukan untuk material homogen
dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan)
dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya
diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran
atau runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan
strike/dip lapisan batuan.
Metode Bishop ini memiliki beberapa kemiripan dengan metode lain dengan
penambahan faktor-faktor gaya tertentu. Metode ini pada dasarnya sama dengan
metode swedia, tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada.
Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran. Pertama
yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran
bidang luncur, serta letak rekahan. Metode Bishop yang disederhanakan merupakan
metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya
yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang
cukup teliti. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis
bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan
minimum.

Metode

Bishop

sendiri

memperhitungkan

komponen

gaya-gaya

(horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masingmasing potongan.

Gambar. Kestablian Lereng Metode Bishop

Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan


kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (Stersedia) dengan
tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu).

Gambar. Sistem Gaya Bishop

Gambar. Faktor Keamanan Bishop

Harga m.a dapat ditentukan dari gambar dibawah. Cara penyelesaian


merupakan coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri
persamaan faktor keamanan diatas, dengan menggunakan gambar dibawah untuk
mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak sesuai
dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif ( - ) di lereng paling bawah
mendekati 30 . Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat dalam atau
pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng. Faktor keamanan yang
didapat dari cara Bishop ini lebih besar dari yang didapat dengan cara Fellenius.

Gambar. Harga m.a Persamaan Bishop


Kriteria kelerengan hook and brown (2002)
Sistem RMR dan Q ini pada dasarnya dikembangkan untuk aplikasi
penambangan dan terowongan, sedangkan indeks kekuatan geologi (GSI)
menghasilkan uji mutu massa batuan untuk perkiraan langsung kekuatan dan
kekakuan batuan utuh dan rekahan.
Dengan metode ini, Nilai tegangan utama maksimum (1) dapat disesuaikan
dengan nilai tegangan utama minimum (3) pada keadaan runtuh melalui rumus
empiris yang bergantung pada faktor-faktor ( Dinas PU, 2005) berikut : a) kuat tekan

uniaksial batuan (), b) konstanta material jenis batuan (m), c) tiga buah parameter
empiris yang menggambarkan tingkat patahan massa batuan (mb, s, dan a).
Terdapat kriteria dalam menentukan keruntuhan material. Kriteria keruntuhan
dari Hoek-Brown yang asli setelah setelah mengalami modifikasi menjadi kriteria
yang ter-generalisasi menjadi bentuk umum yang diterbitkan dalam bukunya (Hoek,
Kaiser dan Bawden tahun 1995 dalam Soetojo, 2009) sebagai berikut:
1 = 3 + c (mb + s)a
Dimana diketahui harga 1 dan 3 adalah harga maksimum dan minimum
tegangan efektif prinsipal pada saat mengalami keruntuhan, mb adalah nilai konstan
dari Hoek-Brown untuk massa batuan, harga s dan a adalah konstanta yang
tergantung pada karakteristik massa batuan, c adalah harga Uniaxial Compressive
Strength (UCS) pada batuan utuh (intact) (Soetojo, 2009). Untuk batuan utuh (intact
rock) harga "s" =1 dan mb= mi , sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
1 = 3 + c (mi + s)1/2
Massa batuan dengan kualitas yang bagus dan dapat diterima dimana kondisi
antar butirnya relatif terikat kuat (tight interlocking), harga konstanta " a " nya adalah
sama dengan 0.5. Untuk kualitas massa batuan yang jelek, modifikasi kriteria dari
Hoek-Brown ini lebih dapat digunakan yaitu dengan mengambil harga s = 0.

REFERENSI
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=257546&val=5709&title=KAJIAN%20KLASIFIKASI%20MASSA
%20BATUAN%20DAN%20ANALISIS%20STEREOGRAFIS%20TERHADAP
%20STABILITAS%20LERENG%20PADA%20OPERASI
%20PENAMBANGAN%20TAMBANG%20BATUBARA%20AIR%20LAYA,
%20DESA%20TANJUNG%20ENIM,%20KABUPATEN%20MUARA
%20ENIM,%20SUMATERA%20SELATAN (diakses pada Kamis, 26 November
2015, 19.00 WIB)
https://lifepillar17.files.wordpress.com/2015/01/kekuatan-massa-batuan.pdf (diakses
pada Kamis, 26 November 2015, 19.00 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/43234/1/Naskah_Publikasi.pdf (diakses pada Kamis, 26
November 2015, 19.00 WIB)

Prihatono Dwi Mayoga


21100113140077
TUGAS PRA PRAKTIKUM
GEOLOGI TEKNIK

Metode mengubah nilai RMR menjadi nilai kohesi dan sudut geser dalam
Nilai total RMR diperoleh dari penjumlahan nilai bobot parameter parameter
yang diperoleh. Nilai total ini akan dipergunakan untuk mengklasifikasi masa batuan
yang diidentifikasi. Nilai total tersebut juga dapat digunakan untuk memperkirakan
nilai kohesi dan sudut geser dalam dari tiap kelas massa batuan seperti pada tabel
dibawah.

Profil massa batuan


Rating
Kelas massa batuan
Kohesi (kPa)
Sudut geser dalam

Deskripsi
100 - 81
Sangat Baik
>400
> 450

80 61
Baik
300 - 400
350 - 450

60 - 41
Sedang
200 - 300
250 - 350

40 - 21
Jelek
100 - 200
150 - 250

20 0
Sangat Jelek
<100
<150

Metode kestabilan lereng bishop


Terdapat 3 metode kelompok untuk menganalisa kestabilan lereng yaitu cara
pengamatan visual, cara komputasi, dan cara grafik (Pangular, 1985). Cara
pengamatan visual merupakan analisis dengan cara mengamati langsung di lapangan
dan membandingkan kondisi lereng yang bergerak dengan kondisi lereng yang tidak
bergerak (Pangular, 1985). Cara tersebut kurang akurat dikarenakan dibutuhkan
pengalaman seseorang dalam analisis tersebut. Kemudian, cara komputasi merupakan
perhitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, dll). Fellenius dan

Bishop menghitung factor keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya menggunakan


rumusnya. Cara ketiga adalah cara grafik, cara ini menggunakan grafik standar
( Taylor, Hoek & Bray, Janbu). Cara ini dilakukan untuk material homogen dengan
struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat
didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram
jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau
runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip
lapisan batuan.
Dimana metode Bishop ini memiliki dasar yang hampir sama dengan metode
swedia, tetapi dengan penambahan faktor perhitungan gaya-gaya antar irisan yang
ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran.
Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur
lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan. Metode Bishop yang disederhanakan
merupakan metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan
perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor
keamanan yang cukup teliti. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian
secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari
faktor keamanan minimum. Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen
gaya-gaya (horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen
dari masing-masing potongan.

Gambar. Kestablian Lereng Metode Bishop

Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan


kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (Stersedia) dengan
tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu).

Gambar. Sistem Gaya Bishop

Gambar. Faktor Keamanan Bishop

Harga m.a dapat ditentukan dari gambar dibawah. Cara penyelesaian


merupakan coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri
persamaan faktor keamanan diatas, dengan menggunakan gambar dibawah untuk
mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak sesuai
dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif ( - ) di lereng paling bawah
mendekati 30 . Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat dalam atau
pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng. Faktor keamanan yang
didapat dari cara Bishop ini lebih besar dari yang didapat dengan cara Fellenius.

Gambar. Harga m.a Persamaan Bishop


Kriteria kelerengan hook and brown (2002)
Sistem RMR dan Q ini pada dasarnya dikembangkan untuk aplikasi
penambangan dan terowongan, sedangkan indeks kekuatan geologi (GSI)
menghasilkan uji mutu massa batuan untuk perkiraan langsung kekuatan dan
kekakuan batuan utuh dan rekahan.
Dengan metode ini, Nilai tegangan utama maksimum (1) dapat disesuaikan
dengan nilai tegangan utama minimum (3) pada keadaan runtuh melalui rumus
empiris yang bergantung pada faktor-faktor ( Dinas PU, 2005) berikut : a) kuat tekan

uniaksial batuan (), b) konstanta material jenis batuan (m), c) tiga buah parameter
empiris yang menggambarkan tingkat patahan massa batuan (mb, s, dan a).
Terdapat kriteria dalam menentukan keruntuhan material. Kriteria keruntuhan
dari Hoek-Brown yang asli setelah setelah mengalami modifikasi menjadi kriteria
yang ter-generalisasi menjadi bentuk umum yang diterbitkan dalam bukunya (Hoek,
Kaiser dan Bawden tahun 1995 dalam Soetojo, 2009) sebagai berikut:
1 = 3 + c (mb + s)a
Dimana diketahui harga 1 dan 3 adalah harga maksimum dan minimum
tegangan efektif prinsipal pada saat mengalami keruntuhan, mb adalah nilai konstan
dari Hoek-Brown untuk massa batuan, harga s dan a adalah konstanta yang
tergantung pada karakteristik massa batuan, c adalah harga Uniaxial Compressive
Strength (UCS) pada batuan utuh (intact) (Soetojo, 2009). Untuk batuan utuh (intact
rock) harga "s" =1 dan mb= mi , sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
1 = 3 + c (mi + s)1/2
Massa batuan dengan kualitas yang bagus dan dapat diterima dimana kondisi
antar butirnya relatif terikat kuat (tight interlocking), harga konstanta " a " nya adalah
sama dengan 0.5. Untuk kualitas massa batuan yang jelek, modifikasi kriteria dari
Hoek-Brown ini lebih dapat digunakan yaitu dengan mengambil harga s = 0.

REFERENSI
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=257546&val=5709&title=KAJIAN%20KLASIFIKASI%20MASSA
%20BATUAN%20DAN%20ANALISIS%20STEREOGRAFIS%20TERHADAP
%20STABILITAS%20LERENG%20PADA%20OPERASI
%20PENAMBANGAN%20TAMBANG%20BATUBARA%20AIR%20LAYA,
%20DESA%20TANJUNG%20ENIM,%20KABUPATEN%20MUARA
%20ENIM,%20SUMATERA%20SELATAN (diakses pada Kamis, 26 November
2015, 19.00 WIB)
https://lifepillar17.files.wordpress.com/2015/01/kekuatan-massa-batuan.pdf (diakses
pada Kamis, 26 November 2015, 19.00 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/43234/1/Naskah_Publikasi.pdf (diakses pada Kamis, 26
November 2015, 19.00 WIB)

You might also like