Professional Documents
Culture Documents
Ked
NIM: 04054821517065
1. Angka kejadian dan kematian kanker serviks di seluruh dunia menurut WHO: 1,2
Berdasarkan penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh The International Agency
for Research on Cancer (IARC), merupakan bagian dari WHO yang menangani kanker,
kanker serviks merupakan kanker peringkat ke-4 setelah payudara, kolonrektal, dan paruparu, yang paling banyak terjadi pada wanita seluruh dunia dengan 528.000 kasus baru setiap
tahun. Kanker serviks juga merupakan penyebab kematian paling banyak peringkat ke-4
akibat kanker pada wanita seluruh dunia dengan jumlah kematian 266.000 pada tahun 2012.
kanker serviks di Indonesia sekitar 9.498. Kanker serviks menmpati peringkat ke-2 sebagai
penyebab kematian akibat kanker di Indonesia.
- Kehilangan polaritas
Sel-sel epitel normal biasanya membentuk susunan tertentu. Pada tumor ganas, susunan yang
teratur ini akan hilang sehingga letak sel yang satu terhadap yang lain tidak teratur lagi.
Seperti pada karsinoma serviks, sel epitel gepeng berlapis stratifikasinya tidak jelas lagi dan
sel-selnya menunjukkan tanda ganas, walaupun sel-sel ini belum menembus membran basal.
kolumner di endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal
dengan squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung
dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang ditandai dengan
adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia. Displasia ditandai dengan
adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang berbeda-beda), poikilositosis (bentuk sel yang
berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam
jumlah yang tidak biasa. Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal,
sedangkan jika abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia
sedang. Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel, namun belum
menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan sampai sedang ini masih
bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat
1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari
displasia ke karsinoma in situ sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15
tahun). Gejala pada CIN umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan
kolposkopi. Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti
perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang berlebihan
berwarna kekuningkuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat bercampur dengan
darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada stadium lanjut di mana penderita
akan mengalami cachexia, obstruksi gastrointestinal dan sistem renal.
4. Cara membuat asam asetat pada Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Test: 6
Cuka dapur (mengandung asam asetat 20%)
Asam asetat (3-5%)
>> Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian cuka dapur ditambah 4
bagian air.
>> Untuk membuat asam asetat 3% dengan cara mengambil 2 bagian cuka dapur ditambah 11
bagian air.
Daftar Pustaka
1. International Agency for Research on Cancer. Latest world cancer statistics. World Health
Organization, France. 2013.
2. Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Stop Kanker. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta Selatan. 2015.
3. Indonesia. Human Papillomavirus and Related Diseases Report. 2015. Download from
www.hpvcentre.net, 04 Oktober 2015.
4. Chrestella J. Neoplasma. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan. 2009.
5. Kusuma R. Derajat Differensiasi Histopatologik pada Kejadian Rekurensi Kanker Serviks.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2009.
6. Nuranna L. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan IVA. Seminar dan Workshop Deteksi Dini
Kanker Serviks Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2010.