Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maksud
Adapun maksud dalam kegiatan praktikum Farmasetika II ini adalah untuk
mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan steril.
Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
Untuk mengetahui cara membuat sediaan steril berupa infus dengan baik
2
3
Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu :
Dapat membuat sediaan steril berupa infus dengan baik dan benar sesuai
2
3
BAB II
DASAR TEORI
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90o selama 15 menit. Untuk decocta selama 30 menit.
Cara pembuatan :
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air
75
secukupnya, panaskan diatas tangan air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
900 sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel. Kemudian
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga volume yang dikehendaki.
Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung
lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas
dengan air hingga massa seperti bubur, buah adasmanis dan buah adas harus dipecah
dahulu. Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat
10 % dari bobot
bahan khasiat, pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam siantrakinon,
ditambahkan natrium karbonat 10 % dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain dan
kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infuse yang mengandung bukan bahan
khasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10 % simplisia.
Untuk pembuatan 100 bagian infus, digunakan sejumlah :
Kulit kina
6 bagian
Daun digitalis
0,5 bagian
Akar ipeka
0,5 bagian
Daun kumiskucing
0,5 bagian
Sekale komutum
3 bagian
Daun Sena
4 bagian
Temulawak
4 bagian
Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat
halus yaitu:
Serbuk ( 5 / 8 )
: Akarmanis, daun kumiskucing, daun sirih, daun sena
Serbuk ( 8 / 10 )
: Dringo, kelembak
Serbuk ( 10 / 22 )
: Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk ( 22 / 60 )
: Kulit kina, akar ipeka, sekale komutum
Serbuk ( 85 / 120 )
: Daun digitalis ( Dr. Midian Sirait )
Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decocta atau infus, dihitung mulai saat
isi panci infus mencapai suhu 90o. Apabila suhu ini tidak kita periksa dengan
thermometer, maka menghitungnya yaitu ; jika panci infus kita tempatkan diatas
penangas air yang dingin, maka dianggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika
penangas air yang mendidih, maka untuk menaikkan suhunya menghitung mulai 10
menit. Dan diaduk sekurang-kurangnya empat kali mengaduk dan sesudah itu isi panci
infus perlu diaduk berkali-kali.
Mengerkai
Decocta harus diserkai panas-panas, kecuali decoctum condurango karena zat
yang berkhasiat yang terdapat didalamya yaitu condurangin dalam air panas jauh lebih
kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Sedangkan pada infus yang mengandung
minya-minyak atsiri harus diserkai setelah dingin, misal : folia sennae mengandung zat
75
yang dapat menyebabkan sakit perut yang melarut dalam air panas, tetapi tidak larut
dalam air dingin, sehingga diserkai selagi dingin. Infus lainnya boleh diserkai panaspanas ( Dr. C. F. Van Duin )
BAB III
URAIAN BAHAN
I. Resep
R/ Kalsium Klorida 2%
m.f.da.in.Infuse 500 ml No. II
2.1.2 Dosis
75
2.1.4 Stabilitas
- OOT
Sterilisasi
Tipe sterilisasi pada praktikum kali ini adalah tipe A (Formularium Nasional.
Hal 55)
Tipe A (pemanasan dengan Autoclave) yaitu cara sterilisasi dengan
mensterilkan larutan dalam autoclave dimasukkan dalam wadah yang cocok
lalu ditutup. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 ml.
pensterilan memakai uap air jernih dilakukan pada suhu 115 116 0C
selama 30 menit. Jika volume lebih dari 100 ml lama pensterilan
diperpanjang hingga larutan mencapai suhu 115 0C dan 116 0C selama 30
menit.
Tonisitas
Kalsium Klorida 1% t.b
NaCl
1% t.b
Perhitungan :
a. Volume Sediaan infuse
: 500 ml + 2% = 510 ml
75
IV.
b. Volume Total
c. Zat berkhasiat
e. Ekivalensi NaCl
: 2 x 510 ml = 1020 ml
: 2% - 2 gr/100ml = 20 mg/ml
20 mg/ml + 5% = 21 mg/ml
: 21 mg/ml x 1020 ml = 21420 mg = 21,42 g
0,200
: 0,576 = 0,347
f. Tonisitas
g. NaCl isotonis
: 0,347 x 21,42 g = 7, 43 g
: 0,9% x = 0,9 g/100 ml x 1020 ml = 9,18 g
Kesimpulan :
NaCl = 9,18 g > CaCl2 = 7,43 g HIPOTONIS
NaCl yang dibutuhkan = 9,18 g 7,43 g = 1,7 g
V. Formula Lengkap
R/ Kalsium Klorida 2%
Mf.da.in.infuse 500 ml No.II
R/ Kalsium Klorida 10
Air secukupnya hingga 100 ml
(Formularium Indonesia, Hal. 73)
VI.
VII.
Penimbangan
a. Kalsium Klorida
b. Carbon Adsorben
c. NaCl
: 21,42 g
: 0,1 % x 1020 ml = 1,02 g
: 1,7 g
Sterilisasi Alat
No
75
b. Bungkus dengan kertas perkamen untuk alat yang tidak berongga atau
wadah berongga dengan volume kecil, tutup dengan kertas perkamen
bagian mulutnya untuk alat atau wadah yang berongga dengan
volume besar.
c. Masukkan kedalam alat sterlisasi sesuai tabel, hitung waktu sterilisasi
sejak suhu mencapai suhu yang diinginkan.
d. Setelah suhu dan waktu sterilisasi terpenuhi, matikan alat sterilisasi
keluarkan alat atau wadah yang telah disterilkan.
VIII. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Dicuci seluruh alat yang digunakan lalu dikeringkan
3. Dibungkus dengan kertas, alat alat yang akan disterilkan
4. Dilakukan sterilisasi alat sesuai yang telah tercantum pada tabel
sterilisasi sebelumnya.
5. Ditimbang bahan bahan yang diperlukan, antara lain CaCl 2 sebanyak
21,42 gr, Carbon Adsorben sebanyak 1,02 gr serta aqua (pada gelas
ukur) sebanyak 1020 ml dan NaCl sebanyak 1,7 gr
6. Dilarutkan dalam wadah masing masing NaCl dan CaCl 2 dengan
aqua pro injeksi hingga larut dan homogen.
7. Dicampurkan larutan NaCl dan CaCl2, aduk ad homogen .
8. Dilakukan pemijaran carbon adsorben pada cawan porselen diatas
lampu spritus hingga pijar/panas.
9. Dimasukkan carbon adsorben yang telah pijar/ panas kedalam larutan
CaCl2
10. Larutan disaring dengan kertas saring kedalam botol infuse
11. Dilakukan pengukuran pH
12. Larutan yang telah dimasukkan kedalam botol dan ditutup, kemudian
disterilkan dalam autoclave pada suhu 1150C selama 30 menit,
dihitung saat larutan mencapai suhu tsb.
13. Sediaan dikemas dan diberi etiket.
Etiket
ZETAFUSION
Komposisi
Tbk,
75
IX.
Samarinda-
BAB
IV
Jangan digunakan jika
botol
rusak, larutan keruh
atau berisi
PEMBAHASAN
BN
0051012
MD
05 OKT 2010
ED
05 OKT 2011
partikel
75
Larutan infus sedapat mungkin isotonis ata sedikit hipertonis agar larutan infus
yang disuntikkan tidak menimbulkan rasa sakit saat diinjeksikan. Bila larutan
infus hipertonis, maka disuntikkan secara perlahan-lahan.
Carbo adsorben (arang jerap) perlu ditambahkan karena untuk menyerap
pirogen yang bersumber dari pelarut, bahan dasar, maupun alat-alat yang
digunakan. Pirogen adalah hasil metabolisme mikroorganisme berupa kompleks
polisakarida yang mengandung unsur N dan P radikal yang apabila disuntikan
dapat menyebabkan demam.
Pada pengerjaan sediaan ini tidak dilakukan proses sterilisasi karena alat
yang tidak dapat digunakan. Akan tetapi, bila sterilisasi dilakukan, metode yang
digunakan adalah sterilisasi tipe A yaitu pemanasan basah dengan autoclave.
Prosesnya yaitu sediaan diisikan ke dalam wadah yang cocok dan ditutup kedap.
Jika volume tidak lebih dari 100 ml, dilakukan sterilisasi dengan uap jenuh pada
suhu 115-116 selama 30 menit. Bila volume lebih dari 100 ml, maka sterilisasi
dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu 115-116 diperlukan lebih
pendek dan suhunya lebih pendek dan suhunya lebih rendah dari pemanasan
kering. Selain itu, alat atau komponen dari bahan karet, plastic, dan PVC akan
tahan dengan suasana dalam autoclave. Sterilisasi perlu dilakukan agar seluruh
mikroorganisme dalam suatu objek atau sediaan dapat dimusnahkan dan
dipastikan bebas dari resiko infeksi.
Pada saat melarutkan bahan obat, NaCl dan kalsium klorida dilarutkan
secara terpisah dalam aquadest lalu dicampurkan bertujuan agar partikel dapat
melarut dengan sempurna. Carbo adsorbens dipijarkan terlebih dahulu dengan
tujuan untuk mengaktifkan karbon pada carbo adsorben sehingga karbon yang
telah aktif ini dapat menyerap pirogen yang berasal dari pelarut, bahan dasar,
maupun alat-alat yang digunkan. Sebelum dipindahkan ke dalam botol larutan
disaring dengan penyaringan ganda (2kali penyaringan) agar sediaan yang
dihasilkan jernih dan bebas dari partikel melayang.
Hasil akhir yang diperoleh adalah sediaan parenteral volume besar (infus)
kalsium klorida 2% dengan volume 500 ml. larutan yang dihasilkan jernih dan
tidak berwarna. Pada pengecekan pH diketahui ph sediaan memenuhi syarat pH
75
etiket dengan label harus dengan resep dokter. Cara pemakainnya adalah
diinjeksikan secara infus.
Infus yang kita buat kali ini mengangadung ion-ion yang berupa kation.
Kation ialah elektrolit yang bermuatan positif. Ion ini berfungsi untuk
mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan oleh tubuh.
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah Natrium (Na+), Kalium (K+),
kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+). kadar kation pada keadaan normal Potensial
listrik caoran tubuhnya bersifat netral. Pada cairan ekstraksel (cairan di luar sel),
kation utama adalah Na+. natrium berfungsi sebaga penentu utama osmolaritas
dalam darah dan pengaturan folume ekstrasel.
Pada sediaan yang dibuat mengandung kalsium klorida dimana fungsi
utamanya adalah sebagai penggerak dari otot, defosit utamanya berada di tulang
dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke dalam darah
sedangakan fungsi utama klorida untuk mempertahankan tekanan osmotik,
distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation
dalam cairan ekstrasel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum farmasetika II infus kalsium klorida 2% dapat
75
BAB VI
LABEL
ZETAFUSION
Kalsium Klorida Infus 5%
ZETA FARMA
Samarinda-Indonesia
KOMPOSISI :
Tiap ml larutan mengandung :
Kalsium Klorida50 mg
INDIKASI :
Khasiat dan kegunaan sebagai sumber ion kalsium
75
KONTRA INDIKASI :
Dikontraindikasikan pada keadaan dimana pergantian elektrolit dapat menyebabkan kelebihan atau bila
terdapat resiko terjadinya retensi.
PERHATIAN :
Gunakan secara hati-hati pada keadaan dimana ketidakseimbangan elektrolit sering terjadi, seperti pada
penyakit hati dan ginjal, kelainan adrenal, gangguan hipofisis dan diabetes mellitus.
KERJA OBAT :
Elektrolit sangat penting untuk homostatis, pemeliharaan kadar normal elektrolit diperlukan untuk
berbagai proses fisiologis seperti fungsi jantung, saraf dan otot, pertumbuhan dan stabilitas tulang dan
proses-proses lain. Elektrolit juga berperan sebagai katalis dalam berbagai reaksi azimatik.
FARMAKOLOGI :
PENGGUNAAN UMUM : Digunakan untuk mencegah atau mengobati defisiensi atau kelebihan
elektrolit. Pengasam dan pengalkali digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan meningkatkan
ekskresi ginjal zat-zat yang terakumulasi dalam beberapa penyakit (batu ginjal dan asam urat).
DOSIS :
I.V dosis lazim dewasa : diberikan sebagai larutan 5 10%
CARA PENYIMPANAN :
Pada suhu kamar/ruangan, sebaliknya pada suhu tidak lebih dari 25C.
KEMASAN:
Kotak berisi 1 infus @ 500 ml
No. Reg
: DKL1022174201A1
No. Batch : 0051011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Adapun maksud dalam kegiatan praktikum Farmasetika II ini adalah untuk
mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan steril.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.2.1
Untuk mengetahui cara membuat sediaan steril berupa ampul dengan baik
1.2.2
1.2.3
75
1.3 Manfaat
Dapat membuat sediaan steril berupa ampul dengan baik dan benar sesuai
1.3.2
1.3.3
BAB II
DASAR TEORI
STERILISASI
Ada beberapa pengertian dari Sterilisasi yaitu:
yang
mana
seluruh
75
3.
yaitu :
Mempunyai potensi yang tinggi pada kondisi pemakaian.
Mudah larut atau bercampur dengan air pada kosentrasi mikroba yang
1.
2.
efektif.
3.
4.
5.
6.
7.
a.
75
2.
C.
Pemanasan dengan Uap Jenuh tekanan tinggi (Otoklaf)
Keuntungan :
1. Lebih cepat dari pemanasan kering.
2. Dapat digunakan untuk sebagian besar sediaan injeksi.
3. Untuk penyetrilan dengan uap jenuh kering bahan-bahan berporipori
dapat disterilkan tanpa kerusakan.
4. Alat dan komponen dari karet, plastic akan tahan dengan kondisi
ini.
Kerugian :
1. Tidak cocok untuk bahan-bahan tanpa air.
2. Tidak dapat digunakan bahan-bahan sediaan injeksi.
Dengan sterilisai pembunuhan mikroorganisme disebabkan oleh sifat
uap air jenuh, yaitu :
a. Mempunyai kapasitas tinggi.
75
c.
75
lebih kecil.
Alat-alat relative lebih murah.
Penghilangan yang sempurna mikroorganisme hidup atau
mati.
Teknik Aseptik
Pembuatan produk farmasi dari bahan-bahan steril dengan cara
kerja yang mencegah maksuknya kontaminasi mikroba dan partikel
kedalam produk.
Proses aseptic adalah cara pengurusan bahan steril menggunakan
teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran
kuman sedikit mungkin.
Dua golongan produk terdiri dari :
1. Golongan produk yang disterilkan dalam wadah akhir
(sterilisasi akhir).
2. Golongan produk yang diproses dengan cara aseptis pada
semua tahap pembuatan sejak awal hingga akhir.
OBAT SUNTIK
Obat suntik adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke
dalam tubuh secara langsung atau melalui kulit, mukosa, atau selaput.
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunkan.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat
75
6.
7.
8.
9.
10.
perifer.
Injeksi intrakor atau intrakardial (i.k.d).
Disuntikkan ke dalam otot jantung atau ventrikulus.
Injeksi intratekal (i.t), intraspinal. Intradural.
Disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang yang ada
cairan cerebrospinal.
Injeksi intratikulus
Disuntikkan k edalam cairan sendi dalam rongga sendi.
Injeksi subkonjungtVa
Berapa larutan atau suspensi dalam air yang untuk injeksi selaput
lendir mata bawah, tidak lebih dari 1 ml.
Injeksi yang digunakan lain :
a. Intraperitoneal (i.p), disuntikkan langsung ke dalam rongga perut,
penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar dan jarang dipakai.
b. Peridural (p.d), disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak
diatas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum
tulang.
c. Intrasisternal (i.s), disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang
belakang pada otak.
Alasan pemberian obat secara penyutikan :
a. Bila pasien dalam keadaan tidak bisa menelan atau muntah-muntah.
b. Bila dipindahkan kerja obat atau aksi obat yang cepat.
c. Bila obat di rusak oleh enzim pencernaan.
Syarat-syarat obat suntik yaitu :
1. Steril
2. Jernih
3. Bebas Pyrogen
4. Tidak iritasi atau sakit pada waktu penyutikan.
75
5.
serius.
Bila diperlukan reaksi fisiologis yang lebih cepat.
Bila diinginkan efek local.
Bila diinginkan kerja obat lebih lama.
Bila diperlukan pengontrolan obat untuk pengobatan selanjutnya.
Kerugian :
1 Membutuhkan tenaga yang terlatih untuk pemberiannya.
2 Harga lebih mahal, karena cara pembuatan dan kemasan secara khusus.
3 Sulit memperbaiki efek fisiologisnya.
4 Kadang-kadang sakit disuntikkan.
TONISITAS
Larutan Isotonis adalah larutan yang mempunyai tekanan osmotic yang
sama dengan plasma darah. Larutan Paratonis adalah larutan yang mempunyai
tekanan osmotic yang tidak sama dengan plasma darah.
Pentingnya tonisitas :
Untuk penyuntikan Intra Vena :
Larutan Paratonis memberikan rasa nyeri karena mengiritasi
dinding vena.
- Larutan Hipotonis : Sel darah merah pecah (hemolisis).
- Larutan Hipertonis : Sel darah merah mengkerut.
Pyrogen adalah hasil metabolisme dari mikroorganisme
berupa
75
BAB III
URAIAN BAHAN
I. Resep
2.1.1 Pemerian
III, 153)
2.1.2 Titik lebur
: 1320-1350 (FI III, hal.153)
2.1.3 Titik beku: 0,098 (FI III, 913)
2.1.4 Dosis
: Dewasa IM = 0,5 ml-2 ml
2.1.5 Daftar Obat
2.1.6 Stabilitas
Anak = subcutan
: Golongan obat keras
: pH = 4,0-5,2 (Fornas, 70)
75
2.2.1 Pemerian
IV. Sterilisasi
Disterilkan dengan cara sterilisasi A. Sediaan diisikan ke dalam wadah yang
cocok dan ditutup kedap, jika volume tidak lebih 100 ml, dilakukan sterilisasi
dengan uap jenuh pada suhu 1150C-1600C selama 30 menit. Bila volume lebih
dari 100 ml, maka sterilisasi dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu
1150C-1160C selama 30 menit. (IMO, 202).
V. Tonisitas
1. Jumlah ampul 2 buah = n+2 = 3+2 = 5
2. Volume sediaan + 2%
2
= 5ml + ( 100 x5ml) = 5,1 ml
3. Volume total
= 5x5,1 ml = 25,5 ml
4. Zat aktif + 5%
CTM 10% = 10g /100ml = 100mg / ml
5. Total zat aktif
= 105 mg/ml x 25,5 ml = 2677,5 mg = 2,6775 g
Ekivalensi
0,098
Tb = 0,576 = 0,17
6. CTM = 0,170 g x 2677,5 mg = 455,175 mg
NaCl 0,9% = 0,9g/100ml x 25,5 ml = 0,2295g = 229,5 mg
7. NaCl = 229,5 mg CTM = 455,175 m
Kesimpulan: Hipertonis
75
V. Formula Lengkap
R/ Injeksi CTM
Tiap ml mengandung:
CTM 10mg
Cara Sterilisasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Oven
Oven
Oven
Oven
Oven
Oven
Autoclave
Oven
Oven
Oven
Autoclave
Beaker Glass
Erlenmeyer
Gelas ukur
Batang pengaduk
Corong & kertas
saring
Ampul
Cawan porselin
Spatel logam
Gelas arloji
Aqua bidestillata
75
30 menit
3. Ditimbang semua bahan, CTM, Carbon Adsorben, dan Aqua Pro Injection
4. CTM dilarutkan dengan aqua pro injection hingga larut dalam Erlenmeyer
5. Carbon adsorben dipijarkan dengan menggunakan cawan porselin di atas
lampu Bunsen hingga pijar
6. Carbon adsorben yang sudah pijar dimasukkan ke dalam larutan CTM
7. Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, masukan dalam
gelas ukur
8. Setelah itu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan indicator pH
(4,0-5,2)
9. Dimasukkan ke dalam ampul masing-masing 5ml dengan menggunakan
spuit
10. Kemudian dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan pemanasan
basah autoclave 1210C selama 15 menit
11. Dikemas, diberi etiket dan diberi label.
IX. Etiket
Netto : 5 ml
CHLORALES
Ampul 10%
Tiap ml mengandung :
Chlorpeniramin Maleat ......................100 mg
Dosis,Indikasi dan lain lain lihat brosur
Reg. DKL 8300600243 A1
Batch. 0291011
ED : 29 Okt 10
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum farmasetika II, percobaan yang dilakukan adalah
pembuatan sediaan steril,khususnya adalah ampul
sediaan larutan steril dalam dosis tunggal yang hanya dapat digunakan untuk satu
kali penyuntikan, ampul yang dibuat mengandung zat aktif yaitu clhorpheniramin
maleas atau yang lebih dikenal dengan CTM yang berfungsi sebagai antihistamin
penghambat reseptor H1 (AH1) yang mampu mengusir histamin secara kompetitif
dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja
histamin.
Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H 1 dapat menimbulkan vasokontriksi
pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot (bronkus, usus, uterus),
kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin mencapai kulit
misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat
pelebaran kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan
pada kapiler. Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada
sistem imun.
Sedangkan untuk pelarutnya digunakan aqua pro injeksi yang merupakan
pelarut khusus untuk sediaan steril, seperti diketahui pula salah satu syarat obat
suntik selain harus jernih, steril adapun sterilisasi yang digunakan pada pembuatan
sediaan tersebut yaitu sterilisasi tipe A yaitu menggunakan autoclave,selain itu
isotonis yaitu larutan yang dibuat sebisa mungkin memiliki tekanan osmotik yang
sama dengan plasma darah, kemudian tidak mengiritasi pada saat penyuntikan obat
75
suntik dan juga harus bebas pyrogen karena itu digunakan Carbo adsorbens
BAB V
PENUTUP
75
5.1 Kesimpulan
perhitungan
tonisitas
sediaan
untuk
ampul
dengan
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Maksud
Adapun maksud dalam kegiatan praktikum Farmasetika II ini adalah untuk
mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan steril.
1.5 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
Untuk mengetahui cara membuat sediaan steril berupa vial dengan baik
dan benar sesuai dengan cara kerja.
75
1.5.1
1.5.2
1.5.3
1.6 Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu :
1.6.1
Dapat membuat sediaan steril berupa vial dengan baik dan benar sesuai
1.6.2
1.6.3
BAB II
DASAR TEORI
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang
unik. Diantara bentuk orang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan
mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni
membrane kulit dan mukosa. Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian
tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. (Lachman, hal 1292)
Produk steril termasuk sediaan parenteral, mata dan irigasi. Preparat
parenteral biasa diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah
intravena, intramuscular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya
pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat,
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan
75
baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral
atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat
ke dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
1. Efek terapi lebih cepat didapat
2. Dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan
3. Cocok untuk keadaan darurat
4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung
Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun
1660, meskipun demikian perkembangan pertama injeksi seprot baru berlangsung
pada tahun 1852, khususnya pada saat dikenalkannya ampul gelas, untuk
mengembangkannya bentuk aplikasi ini lebih lanjut. Ampul gelas secara serempak
dirumuskan oleh apoteker LIMOUSIN (prancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman)
pada tahun 1886.
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Umumnya
hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak
bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak
dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan
timbul rasa sakit dan iritasi. Jaringan otot
partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak sehingga jaringan tersebut
merupakan satu-satunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi
dalam minyak.
Peryaratan dalam larutan injeksi :
Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :
Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan
yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama
penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan
tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antar bahan obat dan
75
75
BAB III
URAIAN BAHAN
I.
Resep
R/ Inj. Difenhidramin 6%
m.f.da in vial 15ml no.II
CH-O-(CH2)2-N(CH3)2
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, disertai rasa
tebal (FI III, 228)
Dosis : DL 1x = 25mg, 1hr= 100mg
oral
1hr = 10-50mg
im, iv (sebagai dosis tunggal)
DM 1x = 100mg
1hr = 250mg (FI III, 967)
Im, iv, 1ml-5ml (Fornas, hal.113)
Daftar obat : Obat keras
Stabilitas: pH = 5,0-6,0 (fornas, hal.331)
tidak berasa
Sinonim : Jarang arab
Kegunaan : penyerap pyrogen
Konsentrasi : 0,1%
III.
III,96)
Kegunaan : Pelarut
Sterilisasi
Pada praktikum kali ini sterilisasi menggunakan pemanasa basah yaitu menggunakan
75
autoclave. Sediaan dimasukkan ke dalam autoclave dan atur suhu kemudian ditutup.
Volume larutan
0,1610
1%= 0,5760
NaCl
1. Jumlah vial
n+1 = 2+1 = 3
2. Volume sediaan + 2%
6g
6000 mg
=
= 60mg/ml
1 ooml 100 ml
5
x 60mg/ml)
0,9
x 46 ml = 0,414 g = 414mg
100 ml
Penimbangan
1. Difenhidramin = 2,808 g = 2,9 gr
2. Carbon adsorben = 0,1% x 46 ml = 46mg = 50mg
3. Aqua = 46ml
VII.
Sterilisasi
Nama Alat & Bahan
Cara Sterilisasi
o
1
2
3
Beaker Glass
Erlenmeyer
Gelas ukur
Oven
Oven
Oven
75
4
5
6
7
8
Batang pengaduk
Corong & kertas saring
Aqua bidestillata
Vial + tutup
Tutup karet
Oven
autoclave
autoclave
oven
autoclave
Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dicuci alat-alat hingga kering / dikeringkan
3. Disterilkan alat-alat dalam autoclave dan bahan-bahan di dalam oven
4. Ditimbang semua bahan Difenhidramin 0,308g, NaCl 328mg, Carbon adsorben
45,9mg, dan aqua pro injection 45,9ml
5. Dilarutkan Difenhidramin sebanyak 0,308g di dalam beaker glass dengan
menggunakan aqua pro injection hingga larut
6. Dipijarkan carbon adsorben dengan cawan porselin di atas nyala api spiritus
hingga pijar
7. Dicampurkan larutan difenhidramin, lalu aduk hingga homogen
8. Dimasukkan carbon adsorben yang telah pijar ke dalam larutan dan aduk ad
9.
10.
11.
12.
13.
Etiket
Tiap ml mengandung:
Difenhidramin............................................600mg
Keterangan Lengkap Lihat Brosur
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Reg. DKL 8300600243 A1
Batch. 0291011
ED : 29 Okt 10
75
IX.
homogen
Disaring dengan menggunakan kertas saring, dimasukkan ke dalam glass beaker
Dilakukan pengukuran pH dengan kertas pH
Dimasukkan dalam masing-masing
botol vial
Difenhidramin
Disterilkan atau dilakukan sterilisasi akhir menggunakan pemanasan basah
Injeksi
6%
Di kemas dan diberi etiket, dan juga
label.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sediaan ini berupa vial yaitu sediaan injeksi yang diberikan melalui
intravena atau pembuluh darah.Tiap vial mengandung Difenhidramin 60mg. Vial
yang dibuat sebanyak 3 buah dengan volume vial 15ml.
Dalam praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan dalam bentuk vial.
Vial adalah suatu sediaan larutan steril dalam dosis ganda yang dapat digunakan
ubtuk beberapa kali pemakaian atau penyuntikan. Vial merupakan sediaan injeksi,
dimana injeksi yaitu sediaan steril berupa larutan, suspensi, emulsi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,
yang bila disuntikkan dengan cara merobek lapisan kulit atau selaput lendir.
Sediaan ini berkhasiat sebagai antihistamin untuk penyembuhan gejala
alergi hidung dan alergi kulit. Selain itu untuk penyakit Parkinson dari reaksi
distonik akibat obat dan untuk sedasi ringan dimalam hari.
Difenhidramin menghambat efek histamine, memiliki sifat depresan SSP
dan antikolinergi yang signifikan.
Dalam resep ini terdapat beberapa komposisi bahan yaitu sebagai berikut:
1. Difenhidramin sebagai zat aktif yang berkhasiat sebagai antihistamin.
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin
terhadap
tubuh
dengan
jalan
memblok
reseptor-histamin
75
terutama dalam daging (protein) yang kemudian di jaringan (juga usus halus)
pada
manusia,
pyrogen
menghasilkan
kenaikan
temperature
75
Senyawa ini memiliki daya serap pada permukaanya (adsorpsi) yang kuat
terutama zat-zat yang molekulnya besar, seperti alkaloid, toksin abkteri atau
zat-zat beracun yang terasal dari makanan. Begitu pula banyak obat dapat
diabsorpsi pada carboinvivo, sehingga penggunaan obat harus diberikan 23jam setelah pemberian carbo adsorben.
Larutan difenhidramin yang dibuat bersifat hipertonis. Larutan hipertonis
yaitu larutan yang dapat menyebabkan sel darah merah mengkerut (plasmolisis).
Larutan ini dapat diberikan kepada pasien dengan penyuntikan perlahan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sediaan ini berupa vial yaitu sediaan injeksi yang diberikan melalui
intravena atau pembuluh darah.Tiap vial mengandung Difenhidramin 60mg.
75
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Adapun maksud dalam kegiatan praktikum Farmasetika II ini adalah untuk
mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan
suppositoria.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.2.1
1.3 Manfaat
75
1.3.1
Dapat membuat sediaan steril berupa suppositoria dengan baik dan benar
sesuai dengan cara kerja.
BAB II
DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (FI III, 33)
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
75
dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%.
(IMO, 52)
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkon sebagai berikut :
1. Dasar salep hidrokarbon yang terdiri antara lain :
a. Vaselin putih
b. Vaselin kuning
c. Campuran vaselin putih dengan malam putih, malam kuning
d. Parafin encer
e. Parafin padat
f. Jelene
g. Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain :
a. Adeps Lanae, Lanoline
b. Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian wijen.
c. Hydrophilic Petrolatum
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri :
a. Dasar salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream.
b. Emulsifying ointment B.P, dan Emulsifying wax.
Atau
campuran PEG
a. Polyethleneglcol ointment USP
b. Tragancanth
c. P.G.A.
(IMO, 52-53)
Uraian Bahan Yang Sering Dipakai Sebagai Dasar Salep
a. Vaseline, terdiri dari Vaseline kuning dan Vaseline putih. Vaselin putih adalah
bentuk yang dimurnikan atau dipucatkan warnanya (dalam pemucatan
digumakan asam sulfat). Vaselin hanya dapat menyerap air sebanyak 5%.
Dengan penambahan surfaktan seperti natriumlaurysulfat, tween, maka akan
mampu menyerap air lebih banyak juga penambahan kolesterol span
kemampuan mendukung air dapat dinaikkan.
b. Jelene, terdiri dari minyak hidrokarbon dan malam yang tersusun Sedemikian
hingga fase mudah bergerak dengan demikin terbentuk gerakan dalam hinggan
difusi obat kesekelilingnya dapat terjadi lebih baik keuntungan penggunaan
jalene dalam penyimpanan tetap dan cukup lunak.
c. Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% .digunakan sebagai
pelumas dan penutup kulit dan lebih mudah dipakai. (IMO, 54-55)
Cara Pembuatan Salep
Aturan umum :
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah.
2.
Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan
75
yang homogen.
1.
vaselin.
Campora,
Mentholum,
Phenolum<
Thymolum
dan
75
3.
sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk
mencegah pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera
alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep
yang cair atau lunak. Pembuatan salep dengan Asam borat tidak diizinkan
dibuat dengan pemanasan.
Untuk mendapatkan salep yang homogen dan terbaginya zat padat
yang merata dalam salep dapat digunakan alat penggilas salep (Zalf molen)
4.
75
2. Styrax,
Tumenol
Ammonium,
Pix
Lithantracis,
oleum
Fagi,
Resorcinum,
Fenol,
Tannium,
thymolum,
Ratanhiae
75
75
tidak kurang dari 30 menit. Penandaan pada etiket harus tertera salep mata.
BAB III
URAIAN BAHAN
I. Resep
R/ Ibuprofen Supositoria 10 mg
m.f. suppo no.II
II. Landasan Teori
1. Ibuprofen (FI IV 449)
1.1 Sinonim
1.2 Pemerian
: Ibuprofenum
: Serbuk hablur, putih hingga hampir putih; berbau
khas lemah
: Bebas Terbatas (ISO, 2).
: Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun pada 300400 mg 3-4 kali tiap hari, ditambahkan jika perlu
untuk max. 2,4 gr tiap hari; pemeliharaan
dosisuntuk 0,6-1,2 gr tiap hari mungkin cukup
inflamasi
yang
tidak
terlalu
kuat.
Efek
75
1.5 Farmakologi
1.6 Khasiat
1.7 Rumus Bangun
C
CC
C
2. Oleum Cacao (FI III 453)
1.1 Sinonim
1.2 Pemerian
: Lemak Coklat
: Lemak padat, putih kekuningan; bau khas
1.3 Kelarutan
minyak tanah P.
: 310 sampai 340
: Malam kuning
: Zat padat; coklat kekuningan; bau enak seperti
madu; agak rapuh jika dingin; menjadi elastic jika
hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-
1.3 Kelarutan
butir
: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam
etanol (95%) P; larut dalam kloroform , dalam
eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam
minyak atsiri
1.4 Titik Lebur
: 620 sampai 650
1.5 Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan bahan pengoksidasi
(excipient 819)
75
III.Perhitungan
a. Bobot suppo = 3 gram
b. Jumlah suppo = 2 + 2 = 4
VI. Etiket
No. Reg
: GTL 1012345622A1
No. Batch : 0091111
Exp. Date : 9 NOV 2011
75
Diproduksi Oleh :
Kelompok 1 _ 723901S.09.041
- 054
PT. Manis Farma
Samarinda-Indonesia
P. No. 5 !
AWAS OBAT KERAS
TIDAK BOLEH DITELAN
Label
SUPPOSITORIA
IBUPROFEN
KOMPOSISI:
Tiap suppositoria mengandung:
Ibuprofen 10 mg
INDIKASI:
Analgetik ringan sampai berat, antiradang,
inflamasi seperti arthritis rheumatoid.
dismenorea,
gangguan
KONTRA INDIKASI:
Hipersensitivitas terhadap ibuprofen dan obat NSAID lain, penderita tukak
peptikum berat dan aktif, asma, rintis dan urtikaria bila menggunakan
aspirin atau obat inflamasi lain, kehamilan trimester ketiga.
CARA KERJA:
Menghambat kerja prostaglandin, supresi nyeri dan inflamasi.
DOSIS:
1 suppositoria pada pagi hari dan malam hari.
EFEK SAMPING:
Konstipasi dan nyeri lambung, mual, muntah, diare,
penyempitan bronkus, penurunan sel pembeku darah.
ruam
kulit,
PERHATIAN:
Hati hati pada penderita ginjal, hati dan kardiovaskular.
BAB IV
NO. BATCH
NO. REG
EXP. DATE
: 0091111
: GTL 1012345622A1
: 9 Nov 2011
75
VII.
Diproduksi Oleh :
Kelompok 1 _ 723901S.09.041
PT. Manis Farma- 054
Samarinda-Indonesia
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan dalam bentuk
suppositoria. Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur,
umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut , melunak atau meleleh pada suhu
tubuh. Sediaan ini diindikasikan sebagai obat analgesik dalam pengobatan nyeri
ringan sampai berat atau diasmenor dan sebagai obat penurun demam.
Dalam proses pengerjaannya terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, kemudian dilakukan penimbangan bahan yaitu ibuprofen 40
mg,cera flava 0,717 gr, dam oleum cacao 10 gr. Digerus ibuprofen hingga halus
didalam mortir. Dilelehkan oleum cacao sebanyak 90% dari jumlahnya dan cera
flava,diatas penangas air dengan menggunakan cawan porselin hingga melebur.
Setelah diangkat,masukkan sisa oleum cacao didalam cawan aduk ad
homogen,kemudian dimasukkan kedalam cetakkan yang sebelumnya diolesi
dengan menggunakan parafin cair agar tidak lengket dan terjadi pengkerutan
selama proses pemadatan suppositoria. Dan pada saat memasukan campuaran
kedalam cetakan, cetakan harus dihentak-hentak agar suppo yang dihasilkan padat
tidak adanya udara yang masuk yang akan mengakibatkan suppo berlubang.
Kemudian cetakkan dibiarkan sejenak pada suhu kamar. Lalu dimasukkan
kedalam lemari pendingin, dibiarakan beberapa menit hingga memadat. Setelah
padat dikeluarkan dari lemari pendingin, lalu ditimbang suppositoria seberat 3 gr,
lalu dibungkus menggunakan aluminium foil, sediaan dikemas dan diberi etiket.
Pada pembuatan suppositoria yang digunakan adalah oleum cacao karena
oleum cacao memenuhi beberapa persayaratan basis ideal yaitu;tidak bebahaya,
lembut/halus tidak reaktif, meleleh pada peda temperatur badan. Oleum cacao
merupakan trigliserida berbau khas dan berwarna kekuningan, oleum bila
dipanaskan pada suhu tubuh yaitu 34C-35C. Pada pemanasan tinggi, lemak
coklat akan mencair dan memyerupai minyak. Oleum cacao merupakan basis
suppositorian yang ideal karena dapat melumer pada suhu tubuh tapi dapat
bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa. Oleum cacao mempunyai
sifat polimorfisme,oleh karena itu oleum cacao dicairkan, maka hasilnya
75
berbentuk kristal dengan titik lebur yang lebih rendah dari titk lebur oleum cacao
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulakan hasil
sebagai berikut:
Sediaan yang diperoleh berupa sediaan padat,berbentuk torpedo dengan
75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Adapun maksud dalam kegiatan praktikum Farmasetika II ini adalah untuk
mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan steril.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.2.1
1.2.2
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu :
Dapat membuat sediaan steril berupa occulenta dengan baik dan benar
sesuai dengan cara kerja.
75
1.3.1
1.3.2
BAB II
DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (FI III, 33)
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%.
(IMO, 52)
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkon sebagai berikut :
1. Dasar salep hidrokarbon yang terdiri antara lain :
a. Vaselin putih
b. Vaselin kuning
c. Campuran vaselin putih dengan malam putih, malam kuning
d. Parafin encer
e. Parafin padat
f. Jelene
g. Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain :
a. Adeps Lanae, Lanoline
b. Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian wijen.
c. Hydrophilic Petrolatum
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri :
a. Dasar salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream.
b. Emulsifying ointment B.P, dan Emulsifying wax.
c.Hydrophilic
ointment,
dibut
dari
minyak
mineral,
75
Stearylalcochol, Myrj
52 (emulgator tpipe M/A), Aquadest.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri antara lain PEG.
Atau
campuran PEG
d. Polyethleneglcol ointment USP
e. Tragancanth
f. P.G.A.
(IMO, 52-53)
Uraian Bahan Yang Sering Dipakai Sebagai Dasar Salep
d. Vaseline, terdiri dari Vaseline kuning dan Vaseline putih.
Vaselin putih adalah bentuk yang dimurnikan atau dipucatkan warnanya
(dalam pemucatan digumakan asam sulfat). Vaselin hanya dapat menyerap
air
sebanyak
5%.
Dengan
penambahan
surfaktan
seperti
75
75
salep tersebut dilelehkan dulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lain
75
Styrax,
Supaya dimurnikan dulu dengan dipanasi di atas tangas air pada
temperatur tidak lebih dari 75 setelah itu dikolir.
Dala perdagangan sudah ada styrax yang telah dimurnikan. Bila styrax perlu di
colir harus ditimbang lebih besar dari 100 % karena diperkirakan 50 % hilang
pada waktu styrax dikolir.
Colophonium
Digerus halus dulu dimortir, setelah itu serbuk Colophonium ditaburkan
pada bagian-bagian salep yang telah dilebur dulu, di mana serbuk Colophnium
dapat larut, setelah itu seluruhnya dipanasi di atas tangas air, Colophonium dapat
larut dalam lemak, minyak, Cera dan Adeps Lanae.
Balsamun Peruvianum
Jangan ikut dipanasi, ditambahkan pada masa salep yang telah dingin dan
dicampur terakhir.
Bila ada Ol. Ricii dalam resep, digerus dulu dengan Ol. Ricini.
Zat-zat yang ditambahkan terakhir pada salep yang telah dingin ialah
Ichthamolum,
Tumenol
Ammonium,
Pix
Lithantracis,
oleum
Fagi,
Resorcinum,
Fenol,
Tannium,
thymolum,
Ratanhiae
75
Belladonnae Tinct.
4. Zat berkhasiat yang dikandung tidak tahan pemanasan.
a. Zat berkhasiat diketahui banyaknya :
Misalnya : Camphorae Solutio Spirituosa, Iodii Tinctura
spirituosa, Opii Tinctura, Acidi Salicylici Spirituosa.
Di sini diambil zat-zat berkhasiatnya saja dan berat
cairan diganti dengan dasar salep sama berat.
b. Zat berkhasiat tidak diketahui banyaknya.
Maka dilakukan dengan pemanasan serendah mungkin
dan digunakan kipas angin untuk mempercepat cairan
alkohol menguap. Berat cairan yang hilang atau
menguap diganti dasar salep.
(IMO, 67-68)
OCULENTA (Salep Mata)
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar
salep yang cocok. (FI III, 20)
Pembuatan Salep yaitu bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau
sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir dimasukkan
secara aseptic dalam tube steril. Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan
cara yang cocok.
Tube disterilkan dalam otoklaf pada suhu antara 115 0C dan 1160C, selama
75
tidak kurang dari 30 menit. Penandaan pada etiket harus tertera salep mata.
BAB III
URAIAN BAHAN
I. Resep Asli
dr.
SIP
Jl.
Afrizal Dinata
No. 981/SIP/DU/2007
Pramuka No. 45 Samarinda
Smd, 11-02-10
R/
Chloramphenicol
m.f.da.in occulenta
5%
No 1
Sinonim
Khasiat
Pemerian
:
:
:
Koramfenokol
Antibiotikum
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memenjang,
putih sampai putih kelabu atau kekuningan, tidak berbau
d.
Kelarutan
B. Adeps lanae
a.
b.
c.
Sinonim
Khasiat
Pemerian
:
:
:
d.
Kelarutan
61)
Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%)P, mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P
C. Paraffin liquidum
Sinonim
Khasiat
Pemerian
:
:
:
Paraffin cair
Laksan pelicin, dasar salep
Cairan kental, transparan, tidak berfiourensi, tidak
berwarna hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai
75
a.
b.
c.
d.
Kelarutan
D. Vaselin flavum
a.
b.
c.
Sinomin
Khasiat
Pemerian
:
:
:
Vaselin kuning
Dasar salep
Massa lunak, lengket, bening, kuning muda, sampai kuning,
sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan dingin
tanpa diaduk berfiouresensi lemah, jika dicairkan tidak
d.
Kelarutan
III. Sterilisasi
Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi tipe P yaitu, sterilisasi dengan
teknik aseptik yaitu teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran
bakteri hingga seminimungkin.
IV. Formula lengkap
Chlorampenicoll oculentum (FN 65)
Tiap gram mengandung:
Chlorampenicolum
10 mg
Oculentum simplexad 1 g
R / oculentum simplex (FN 65)
R /setil alkohol
2,5 g
Adeps lanae
6g
Paraffin cair
40
Vaselin kuning
ad 100 g
R / asli
R /chlorampenicol
Occulentum simplex
500 mg
ad 10 g
V. Perhitungan
VI. Penimbangan
1. Chloramphenicol
=
=
=
0,5 g
9,5g
10,45g
300 mg .500 mg
75
1.Chlorampenicol 5%
2.Occulenta simplex
3.Occulenta simplex + 10%
2.
3.
4.
5.
VII.
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setil alkohol
Adeps lanae
Paraffin liquid
Vaselin kuning
261 mg
627 mg
418 mg
5,3 mg
Sterilisasi alat
Nama alat dan bahan
Gelas arloji
Cawan porselen
Batang pengaduk
Tube dan tutup
Mortir dan stemper
Sudip
Bahan serbuk( kering )
Bahan berlemak
Cara sterilisasi
Oven
Oven
Oven
Outoclave
Oven
Outoclave
Oven
Oven
1700C, 30 menit
1700C, 30 menit
1700C, 30 menit
1210C, 15 menit
1700C, 30 menit
1210C, 15 menit
1700C, 30 menit
1700C, 30 menit
75
VIII.
IX. Penandaan
Etiket
Chloramphenicol occulenta 5%
Tiap gram mengandung :
Chloramphenicol.................. 500mg
Dioleskan pada bagian mata yang sakit
Harus dengan resep dokter
Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari
Diproduk oleh :
Pt. Nuansa farma
Samarinda- indonesia
No Reg: GKL4712310167A1
No Batch : 00210
Dawarsa : no 2013
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum farmasetika II, percobaan yang dilakukan adalah sediaan
steril khususnya adalah occulenta atau salep mata diketahui bahwa salep mata
adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok,
75
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak
dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. pada
pembuatan sediaan salep yang dibuat adalah kloramfenikol 5% oleh karena itu
berdasarkan Formularium Nasional digunakan formula standar basis salep dengan
komponen basis berlemak yaitu occulentum simplek adapun komponenkomponen dari occulentum simplex itu sendiri adalah cetyl alcohol 2,5
gram,Adeps lanae 6 gram,paraffin cair 40 gram dan masing-masing komponen
tersebut memiliki fungsi yaitu cetyl alcohol berfungsi sebagai emollient dan
penyerap air,biasa disebut juga emulsifying agent kemudian adeps lanae berfungsi
untuk memeperpanjang kontak obat dengan mata sedangkan untuk paraffin liquid
berfungsi sebagai pengental dari basis salep yaitu vaselin kuning.
Tujuannya dibuat sediaan salep mata kloramfenikol yaitu karena sediaan
salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan
bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak absorbsi
yang lebih lama. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar
sebasea, konjungtiva, kornea dan iris zat serta aktif yang digunakan yaitu
kloramfenikol agak sukar larut dalam pembawa air karena itu pembuatan sediaan
untuk mata menggunakan kloramfenikol cenderung dibuat salep steril. Sediaan
steril biasanya selalu memperhitungkan tonisitas tetapi Salep mata lebih toleran
terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat
mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % 1,8 % NaCl intraokuler.
Indikasi atau khasiat dari salep mata kloramfenikol sendiri adalah infeksi
pada mata sepertitakoma,blefaritis,keratitis,konjungtivitis serta memiliki efek
samping yaitu iritasi lokal, rasa gatal,reaksi hipersensitifitas, anemia aplasia, nyeri
kepala, delirium. Adapun pemakaian salep mata sebaiknya pada malam hari
dan Dosis serta cara pakai : 3 4 kali sehar idioleskan pada mata yang sakit,
setidaknya pemakaian diteruskan 48 jam sesudah bagian yang sakit kembali
normal karena salep mata merupakan salep steril namun metode sterilisasi yang
digunakan adalah teknik aseptik. sedangkan untuk penyimpanannya yaitu salep
mata dissimpan ditempat yang kering dan sejuk dan dihindarkan dari sinar
75
matahari langsung.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum pembuatan sediaan steril dalam
bentuk salep mata (occulenta), maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sediaan salep mata merupakan salep steril untuk pengobatan mata
menggunakan dasar salep yang cocok dan dasar salep yang digunakan
untuk salep mata kloramfenikol adalah occulentum simplex
2. Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya
3. Berdasarkan perhitungan tonisitas sediaan untuk ampul dengan
chlorpheniramin maleas sebagai zat aktif nya adalah larutan hipertonis
yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang tidak sama dengan
plasma darah namun masih dapat diterima dalam jumlah tertentu
4. Indikasi dari sediaan adalah mengatasi infeksi pada mata seperti
75
takoma,blefaritis,keratitis,konjungtVitis
75