You are on page 1of 47

KEGAWATDARURA

TAN
DERMATOLOGI

Husnawati
Pembimbing : dr. Lucky H.,
SpKK

Pada penyakit kulit, dikenal beberapa


penyakit yang dianggap sebagai suatu
kasus kegawat daruratan. Dimana
kasus-kasus tersebut membutuhkan
pertolongan yang cepat dan tepat.
Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
menyelamatkan jiwa mencegah dan
membatasi cacat serta meringankan
penderitaan dari penderita

Pada

penyakit

dianggap

kulit,

sebagai

dikenal
suatu

beberapa

kasus

penyakit

kegawat

diantaranya :

1. Toxic Epidermal Nekrolisis


2. Steven Johnson Syndrome
3. Erythema Multiforme
4. Erythroderma
5. Angioedema
6. Reversal reaction
7. Erythema Nodosum Leprosum
8. Pemfigus Vulgaris
9. Staphylococcus Scaled Skin Syndrome

yang

daruratan,

NEKROLISIS EPIDERMAL TOXIK


Penyakit kulit akut ditandai dengan
epidermolisis menyeluruh (generalisata)
Paling banyak disebabkan oleh obat-obatan
(80-90%), virus dan keganasan
penisilin, paracetamol dan karbamazepin
Analgetik/antipiretik lain : kotrimoksasol,
kloriquin, ceftriaxon
Patogenesis : rx hipersensitivitas tipe II
(sitotoksik) sel sasaran utama epidermis
epidermolisis ; leukosit leukopenia ;
trombosit purpura
Gejala klinis : penderita tampak sakit berat
disertai demam tinggi dan kesadaran menurun.

Tanda vital : hiperpireksia, hipotensi


sekunder sampai hipovolemia dan takikardi.
UKK : eritema, vesikel dan bula generalisata,
erosi dan ekskoriasi mukosa bibir dan mulut
serta perdarahan krusta berwarna merah
hitam di bibir (krusta hemoragik);
epidermolisis numular sampai plakat, dan
purpura tersebar diseluruh tubuh
Diagnosis : anamnesis ; px fisik (UKK dan
tanda nikolsky sign +) ; pemeriksaan
penunjang (kimia darah keseimbangan
cairan tubuh

Diagnosis : anamnesis ; px fisik (UKK dan tanda nikolsky sign


+) ;
pemeriksaan penunjang (kimia darah keseimbangan cairan
tubuh
Dx banding :
SSJ : KU buruk, UKK : vesikel dan bula tanpa epidermolisis
Dermatitis kontak toksik : lesi timbul pd tempat kontak, tak
ada epidermolisis
S4 : timbul pd anak2, UKK : bula numular di wajah, leher dan
ketiak.
Terapi :
Umum : jaga keseimbangan cairan dan elektrolit, diit rendah
garam tinggi protein
Khusus :
kortikosteroid dexametason 4-6x 5 mg/hr selama 3-5 hr
ditapering
Antibiotik : gentamisin 2x80 mg/hr, eritromisin 20-40
mg/KgBB/hr selama 7-14 hr

STEVEN JOHNSON SYNDROME

Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata,


ringan-berat.
Sindrom ini dikenal sebagai eritema multiforme mayor.
Etiologi :
alergi obat 50% analgesik/antipiretik >>, penisilin, barbiturat,
sulfonamid, fenolftain, kortikosteroid
Infeksi, radiasi, penyakit kolagen vaskuler, neoplasma
Epidemiologi : dewasa, pria=wanita
Patogenesis : rx hipersensitivitas tipe II; sasaran utama kulit
destruksi keratonosit
Predileksi : biasanya generalisata, kecuali pada kepala yg berambut
Gejala klinik : panas tinggi dan nyeri kontinu
Erupsi timbul mendadak ;berawal dari lesi bulosa atau erosi pda
mukosa mulut, eritema mukosa mata genitalia
trias : stomatitis, konjunctivitis dan uretritis.
Trias :2 orificium

Gejala prodormal tidak spesifik, dpt berlangsung hingga 2


mgg sembuh dalam 3-4 mgg tanpa gejala sisa ; bbrpa
penderita mengalami kerusakan mata permanen
Kelainan disekitar mulut, alat genital, dan anus berupa
erosi, ekskoriasi, dan perdarahan
Kelainan pada selaput lendir ndan bibir sll ditemuka, dpt
meluas ke faring kasus berat, pasien tdk dpt makan
dan minum ; pd bibir sering dijumpai krusta hemoragik
UKK : eritema bentuk cincin ( pinggir eritema, tengah
relatif hiperpigmentasi urtikaria atau lesi papular
bentuk target dengan pusat ungu, lesi sejenis dengan
vesikel kecil ; purpura/ptekie, vesikel dan bula, numularplakat. Erosi, ekskoriasi dan perdarahan dan krusta warna
merah hitam
Dx anamnesis, px fisik, pemeriksaan penunjang ( px
darah alergi/infeksi )
Dx banding :
NET : eprdermolisis (epidermis terlepas dr dasarnya)

Terapi :
Umum : mengembalikan keseimbangan cairan dan
elektrolit dg pemberian cairan IV
Khusus :
sistemik : kortikosteroid dosis tinggi, prednison 80-200 mg
(live-saving) peroral/parenteral tapering
Kasus berat : deksametason IV 4-5 mg selama 3-10 hr
KU membaik, pasien dpt menelan prednison ; kasus
ringan prednison 4x5-20 mg/hr membaik tapering
Pengobatan lain : ACTH (sintetik) 1 mg, KCl 3x500 mg,
antibiotik, antihistamin
Tipokal :
Vesikel dan bula belum pecah bedak salisil 2 %
Lesi basah kompres dg asam salisil 1 %
Kelainan mulut yg berat kompres dg asam borat 3 %
Konjunctivitis salep mata yg mengandung antibiotik
dan kortikosteroid

Penatalaksanaan:
Perawatan prehospital: paramedis harus mengetahui adanya
tanda-tand kehilangan cairan berat dan mesti diterapi sebagai
pasien SJS sama dengan pasien luka bakar.
Perawatan gawatdarurat: Perawatan gawatdarurat harus
diberikan penggantian cairan dan koreksi elektrolit.
Luka kulit diobati sebagai luka bakar.
Pasien SSJ semestinya diberikan perhatian khusus mengenai
jalan nafas dan stabilitas hemodinamik, status cairan,
perawatan luka dan kontrol nyeri.
Penatalaksanaan SJS bersifat simtomatik dan suportif.
Mengobati lesi pada mulut dangan mouthwashes, anestesi
topikal berguna untuk mengurangi rasa nyeri. daerah yang
mengalami pengelupasan harus dilindungi dengan kompres
salin atau burrow solution
Penyakit yang mendasari dan infeksi sekunder perlu
diidentifikasi dan diterapi. Obat penyebab harus dihentikan.
Penggunaan obat-obat steroid sistemik masih kontroversial.

ERYTHEMA MULTIFORME
Erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan
kadang kadang pada selaput lendir dengan khas
berbentuk iris.
Sinonim : herpes iris, dermatostomatitis, eritema
eksudativum multiforme
Etiologi : alergi obat (sulfonamide, fenitoin,
barbiturate, fenilbutazon, penisilin dan
alopurinol), infeksi virus (herpes simplex dan
mycoplasma) , udara dingin, dan ransangan fisik
anak2 dan dewasa muda : erupsi biasanya
disertai dg infeksi ; pada org dewasa krn obat2an
dan keganasan.
Ada 2 tipe : tipe makula-eritema dan tipe

EPIDEMIOLOGI
penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita
dari pada pria. Onset 50% pada usia 20
tahun
ETIOLOGI
adalah reaksi kulit terhadap berbagai
macam stimulus antigen, diantaranya obatobatan seperti sulfonamide, fenitoin,
barbiturate, fenilbutazon, penisilin dan
alopurinol.
Selain itu, peradangan oleh bakteri dan virus
tertentu juga bisa menjadi pencetus reaksi,
misalnya setelah infeksi herpes simplex dan
mycoplasma.

a. Tipe makula-eritema
erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi
di punggung tangan, telapak tangan, bagian ekstensor
ekstremitas, dan selaput lendir. Pada keadaan berat dapat juga
mengenai badan. Lesi tidak terjadi serentak, tetapi berturut-turut
dalam 2-3 minggu.
Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri atas 3
bagian, yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema yang
keungu-unguan, dikelilingi lingkaran konsentris yang pucat
kemudian lingkaran yang merah
b. Tipe Vesikobulosa
Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang
kemudian timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat
juga mengenai selaput lendir. Lesi pada membran mukosa terjadi
pada 70% pasien dan seringkali terbatas di rongga mulut.

GEJALA KLINIS
1.

Lesi Kulit
Lesi kulit dapat berkembang sampai lebih
dari 10 hari. Macula terjadi dalam 48 jam
pertama, yang kemudian diikuti oleh
pembentukan papula (1 2 cm) dengan
vesikel atau bula di tengahnya, sehingga
membentuk gambaran lesi target/iris.
Predileksi di tangan bagian dorsal, telapak
tangan dan telapak kaki, lengan bawah,
kaki, wajah, siku, lutut, penis (50%) dan
vulva. Lesi bisa terlokalisasi atau
generalisasi, bilateral dan sering simetris.

2. Membran mukosa
Berupa erosi dengan pembentukan
membran fibrin, kadang-kadang
disertai ulkus. Predileksi di
konjungtiva, nasal, bibis, orofaring,
vulva dan anus.
3. Organ lain
Sering terjadi pada mata, berupa
ulserasi kornea dan uveitis anterior

Perjalanan penyakit dibagi menjadi :


bentuk ringan (EM Minor), mengenai kulit dengan
sedikit atau tidak ada lesi pada membran
mukosa. Lesi berupa eritema dan vesikel yang
membentuk gambaran lesi target/iris, tanpa bula
dan gejala sistemik. Lokasi pada ekstrimitas dan
wajah. EM minor berulang biasanya disebabkan
adanya infeksi herpes simpleks beberapa hari
sebelumnya.
Bentuk berat EM Major biasanya terjadi akibat
reaksi alergi terhadap obat. Lesi kulit berat, luas
dengan kecenderungan menjadi konfluens dan
membentuk bula, serta didapatkan Nikolsky Sign
Positif pada lesi eritema. Keterlibatan membran
mukosa selalu terjadi, terutama pada konjungtiva
(keratitis dan ulserasi), faring, laring, trachea, dan
vulva. Gejala sistemik berupa demam, chellitis

Dx : anamnesis, pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan laboratorium


(px kimis darah anemia dan infeksi ; px urin proteinuria
Dx banding :
Pemfugus : makula eritematosa, bula yg tegang, tidak gatal,
epidermolisis, KU menurun
Dermatitis medikamentosa: lesi timbul didahului dengan
penggunaan obat (oral/suntikan), disusul erupsi obat mendadak
NET : bula besar2, kendur, tidak ada lesi target, ada
epidermolisis
Terapi :
Umum : menjaga keseimbangan elektrolit dan memberik makan
melalui IV, terutama jika tdk dpt menelan
Khusus : sistemik inj. Kortikosteroid sprti betametason 4x0,5
mg/hr smpai lesi kering beri peroral jika pasien bisa makan ;
antibiotik seperti gentamisin 1 gr/hr IV, iksitetrasiklin 4x500
mg/hr, Claforan 1 gr/hr IV
Prognosis : baik

ERITRODERMA
SINONIM
Dermatitis eksfoliativa
DEFINISI
Eritroderma : Kelainan yg ditandai dg eritema difus, generalisata
sp universalis disertai dg skuama luas
ETIOLOGI
Penyebab a.l. :
a. Obat : Alupurinol, sulfa, preparat emas, fenitoin, fenobarbital,
isoniazid & yodida
b. Peny. dermatosis luas : psoriasis, neurodermatitis, pitiriasis
rubra pilaris, dermatitis seboreik; infeksi sistemik : TBC paru,
keganasan : leukemia limfositik
c. Penyebab lain : tidak diketahui
PATOGENESIS
Blm diketahui dg pasti

ERITRODERMA
SIMTOMATOLOGI
Kelainan utama : eritema luas, difus, seluruh / hampir
seluruh tbh (90 % / >) + skuama halus /kasar
Bl terdpt vesikel / bula fikirkan kemgk akan NET
Biasanya rs gatal ringan sp berat (+)
Kasus berat : ggg sirkulasi ggg, fs ginjal / hati
Keluhan : berkaitan ggg regulasi suhu (hipo /hipertermia),
ggg metabolisme protein, hiperestrogenemia
(ginekomastia)
Bl akb keganasan, disertai dg kelainan primernya : alopesia,
limfadenopati, hepatosplenomegali

Eritroderma, erupsi di wajah, lengan dan tubuh

Kelainan kulit dengan skuama khas

Eritroderma

ERITRODERMA
DIAGNOSIS : Anamnesis & gejala klinik
DIAGNOSIS BANDING
1.
Eksantema skarlatiniformis / morbiliformis akb bakteri, virus :
Eritemnya tidak difus, biasanya akut
2.
Eritroderma akb dermatosis luas, peny sistemik & keganasan :
Biasanya kronik & kelainan primer (+)
3.
Skabies Norwegia : Eritroderma + Sarcoptes scabiei (+)
PENGOABATAN
Ps dirawat di RS
Hentikan obat terduga
sistemik KS : prednison 3-x 10-15 mg/hr, sth perubahan (+) dosis di
scr bertaha, Anti histamin : bl gatal (+)
Topikal Emolien : salep lanolin 10 %, luas pengolesan hny 1/3 luas
tbh setiap x oles utk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi
oleh eritema
Tindakan lain : bila menggigil : selimut. Selimut yg be>an
hiperpireksia memberatkan kerja jantung ; Konsult ke peny
dlm u kelainan sistemik & ggg keseimbangan cairan & elektrolit

ANGIOEDEMA

Angioedemaadalahpembengkakanyangdisebabkan
olehmeningkatnyapermeabilitasvaskularpadajaring
ansubkutankulit,lapisanmukosadansubmukosa.
Istilah lainnyaseperti giant urticaria, Quincke
edema,dan angioneurotic edema
Gambaran Klinik
Edema pada muka, extremitas, sedikit nyeri tanpa
pruritus, bisa terjadi beberapa hari. Melibatkan juga
bibir,dagu,area periorbital,lidah dan laring.
Pembengkakan superficial dermis dengan wheals
yang ditandai dengan warna pink dan pruritus dimana
area angioderma sering pucat dan nyeri

Diagnosis : dengan anamnesisyang telitidan pemeriksaan klinis,


diagnosisurtikariadanangioedemamudahditegakkan,namun
beberapa
pemeriksaandiperlukan untuk membuktikan penyebabnya,
misalnya:

Pemeriksaaandarah,urinrutin,danfesesrutinuntukmenilaiadat
idaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam.
Pemeriksaangigi,teling-hidungtenggorok,sertausapanvaginaperluuntuk menyingkirkan
adanya infeksi fokal.
Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen.
Teskulit,meskipunterbataspenggunaannyadapatdigunakandal
ammenentukan diagnosis. Uji gores (skin patch test) dan uji tusuk
(prick test

TERAPI
Pengobatan urtikaria atau angioedema, terdiri atas terapi
medikamentosa dannon-medikamentosa
. Non-medikamentosa
Pasiensebaiknyadiberipenjelasandaninformasi
tentangfaktorpencetus,pengobatandanprognosispenyakit.
Pengobatanyangpaling ideal tentu saja adalah mengobati penyebab
atau bila mungkin menghindaripenyebabyangdicurigai.
Pasienjugadimintauntukmenghindaripenggunaanobat-obatan
seperti aspirin, NSAIDs, kodein dan morfin. Selain itu, mengindari
faktorpencetus seperti stress, konsumsi alkohol, dan pajanan
terhadap panas secaraberlebihanjugapentinguntukdilakukan.
Eliminasi diet dicobakan padapasien yang sensitif terhadap makanan.
Medikamentosa : antihistamin, antidepresan (jika psien mudan stres),
epinefrin jika mengenai laring,

Penatalaksanaan
a) Penjagaan prehospital : Menjaga jalan nafas, Intubasi
nasofaringeal, Steroids epeniferin subcutaneous
b) Emergency department care : Menjaga jalan nafas,
Intubasi nasofaringeal, Steroids epeniferin subcutaneous
Angioedema kronik merespon baik pada steroids dan H2
blockers
Angioedema herediter lebih melawan kepada penggunaan
epineferin subcutaneous,antihistamin dan steroid.
Stanozolol,anabolic steroid,danazol,inhibitor gonadotropin.
Asam aminocaproic untuk seimbangkan pregantian
C11NH untuk mengelakkan serangan.Fresh frozen plasma
mungkin bisa digunakan untuk sementara.
c) Konsultasi
Ahli imunologi bisa bertemu dengan penderita yang tidak
diketahui history angioedemanya.
Pada penderita dengan tipe heriditer follow up dengan ahli
imunologis sangat penting

REVERSAL REACTION

Reaksi tipe 1 menampakkan bertambahnya respon kompleks


imun terhadap m. leprae, dan pada umumnya terjadi setelah
dimulainya terapi. Bila reaksi terjadi dengan antibiotic
kemoterapi, maka disebut reaksi reversal, dan bila terjadi pada
tipe borderline dan lepromatous (downgrading), maka disebut
reaksi down grading.
Reaksi tipe 1 secara klinik menunjukkan adanya inflamasi dari
lesi. Tidak terdapat gejala sistemik (seperti demam, ataupun
artralgia). Lesi membengkak, menjadi eritema dan kadang
nyeri menyebabkan selulitis. Pada kasus berat, ulserasi bisa
terjadi. Komplikasi yang berat dari reaksi tipe 1 adalah
kerusakan saraf.
Reaksi ini juga bisa terjadi setelah kemoterapi tapi berbeda
dengan ENL. Masa onset lebih lambat daripada ENL (beberapa
minggu sampai bulan), dan bisa terjadi selama berbulan-bulan
jika tidak di obati dengan cepat.

Sebagai inflamasi mediasi sel menyerang antigen m.leprae,


adanya infeksi maka dapat merusak kompartmen jaringan.
Karena basil ke saraf, maka gejala saraf sering didapatkan.
Reaksi reversal yang terjadi pada saraf mungkin
menyebabkan kehilangan fungsi saraf secara tiba-tiba dan
kerusakan permanent saraf tersebut. Hal ini menyebabkan
termasuk kasus emergensi
Meskipun reaksi muncul setelah diberikan obat antileprosi,
namun tidak dibenarkan untuk menghentikan obat tersebut
karena terjadinya reaksi.
Pada reaksi ringan, tanpa komplikasi neurology atau gejala
sistemik berat, terapi hanya bersifat suportif. Tirah baring
dan kortikosteroid sistemik Prednisone diberikan peroral,
dimulai dengan dosis 30-60 mg/hari.
Neuritis dan luka pada mata merupakan indikasi penting
untuk terapi steroid sistemik. Abses pada saraf mungkin
butuh pembedahan segera untuk melindungi fungsi saraf.
Saat reaksi terkontrol prednisone perlu di tapering
pelrlahan.

ERITEMA NODUSUM LEPROSUM

Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis


penyakit lepra yang merupakan suatu reaksi kekebalan
(respon seluler) atau reaksi antigen M.Leprae dengan
antibodi (respon humoral).
E.N.L umumnya timbul pada lepra tipe BL atau LL, berarti
makin tinggi tingkat multibasilarnya makin besar
kemungkinan timbulnya E.N.L.
Gejala klinis :
Gejala konstitusional : demam, menggigil, mual, nyeri sendi,
sakit pada saraf dan otot.
Pada kulit timbul : eritema, nodus .Jika nodus pecah ulkus.
Predileksi : lengan, tungkai dan dinding perut

E.N.L

Gejala klinik
Fase erupsi EN dimulai dengan flulike symptoms dengan
demam dan nyeri seluruh badan. Artralgia bisa terjadi dan
mendahului erupsi atau muncul selama fase erupsi. Lasi
yang timbul oleh karena infeksi akibat EN banyak yang
sembuh dalam 7 minggu, tapi bentuk aktif mungkin bisa
sampai 18 minggu.
Lesi mulai dengan bentuk nodul merah yang nyeri tekan.
Selama minggu pertama lesi menjadi keras, tegang, dan
nyeri pada minggu kedua, lesi menjadi fluktuan sepeti
pada abses, tapi tidak bersifat supuratif atau ulseratif.
Distribusi lesi kulit: lesi muncul pada kaki bagian anterior,
walapun demikian, lesi tersebut juga bisa muncul pada
tempat lain. Lesi berubah warna pada minggu kedua dari
merah terang -- biru pucat. menghilang pada 1 atau 2
minggu karena deskuamasi kulit.

PENATALAKSANAAN
Pemberian analgetik, antipiretik
Paracetamol atau metampiron 4x500 mg
Obat yang dipakai adalah kortikosteroid
Prednison dg dosis permulaan 20-40 mg/hr
dibagi dalam 4 dosis diturunkan bertahap
Atau Clofazimine dosis 200-300mg sehari
Obat antikusta yg lain diteruskan

PEMFIGUS VULGARIS
Salah satu penyakit berlepuh dg pembentukkan bula
diatas kulit normal dan selaput lendir.
Penyakit ini merupakan penyakit autoimun
Lebih umum pada orang keturunan mediteranian
Usia 40 60 tahun
Pria = wanita
Perjalanan penyakit :
KU pasien biasanya buruk, 60% lesi dikepela berambut
dan mukosa mulut. Gambaran awal berupa erosi dengan
krusta bbrpa bulan menjadi bula generalisata. Bula
berdinding kendur pecah krusta yg bertahan lama.
Tanda nikolsky sign selalu positif.
Pasien selalu mengeluh gatal dan nyeri

UKK : bula berdinding kendur, eritema, krusta,


erosi dan hipo/hiper-pigmentasi
Diagnosis : anamnesis, px fisik dan px
penunjang
Terapi
Utama : kortikosteroid, prednison 60-150 mg/hr
atau deksametason dosis tinggi IM atau IV
membaik tapering
Antibiotik spektrum luas
Alternatif lain : kombinasi kortikosteroid dg
imunostatik, mis. Prednison 50-100 mg/hr dg
siklofosfamida 100-150 mg/hr agar dosis
kortikosteroid tdk trllu tinggi sehingga efek
samping dpt dicegah.

STAPHYLOCOCCUS SCALED SKIN


SYNDROME

Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)


merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
bengkak kemerahan pada kulit yang tampak seperti
terbakar (scald),
disebabkan oleh pelepasan dua eksotoksin (toksin
epidermolitik A dan B) yang berasal dari strain
toksigenik bakteri Staphylococcus aureus.
Epidemiologi : lebih sering muncul pada anak-anak
dibawah 5 tahun, biasanya pada neonatus,
Antibody pelindung terhadap eksotoksin
staphylococcal biasanya didapat ketika usia
anak-anak yang menjadikan SSSS lebih jarang
terjadi pada remaja dan dewasa.

Kurangnya imunitas spesifik terhadap


toksin dan system renal clearance
yang immature (toksin biasanya
dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal)
menjadikan neonatus sebagai yang
paling berisiko.
Individu dengan immunokompromi dan
dengan gagal ginjal, berisiko SSSS

Patofisiologi
infeksi staphylococcus memproduksi 2
eksotoksin (toksin epidermolitik A dan
B).
kedua-dua toksin ini menyebabkan
pemisahan intraepidermal ke lapisan
granular oleh desmoglein 1 yang
merupakan protein desmosomal yang
memediasi
pelekatan
sel-sel
keratinosit dalam lapisan granular
sehingga akhirnya menyebabkan kulit
menjadi tidak utuh

Gambaran Klinik
SSSS biasanya dimulai dengan
demam, gelisah dan kemerahan
meluas pada kulit. Dalam wakti 2448 jam terbentuk benjolan-benjolan
berisi cairan.
Benjolan2 ini mudah pecah, dan
meninggalkan kesan yang tampak
seperti terbakar.

Karakteristik lesi termasuklah:


Bulla-bulla besar di axilla, skrotum dan
lubang-lubang tubuh seperti hidung dan
telinga.
Bintik-bintik kemerahan menyebar ke
bagian tubuh yang lain seperti lengan, kaki
dan trunkus. Pada neonatus, lesi sering pada
area popok atau sekeliling tali pusat.
Lapisan atas kulit mulai mengelupas,
meninggalkan luka terbuka yang lembab,
merah dan nyeri.
Simptom-simtom lain adalah seperti nyeri di
area sekitar tempat infeksi, kelemahan dan
dehidrasi.

Pengobatan
Pengobatan biasanya memerlukan perawatan
inap, antibiotik intravena umumnya
diperlukan untuk mengeradikasi infeksi
staphylococcal. Antibiotik yang biasa
digunakan adalah flucloxacillin. Berdasarkan
respon terapi, antibiotik oral bisa diganti
setelah beberapa hari.
Terapi suportif lain adalah :
Paracetamol bila perlu untuk demam dan
nyeri
Mempertahankan intake cairan dan elektrolit
Penjagaan kulit

TERAPI CAIRAN

Infus dg RL 2x NaCl

ALHAMDULILLAH

You might also like