Professional Documents
Culture Documents
Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
VITILIGO
Oleh :
Ayu Herwan Mardatillah
Desire Bibiana Palada
Adhaniar Purwanti Megasari
Pembimbing :
dr. Agnes Kartini, Sp.KK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Vitiligo adalah kelainan pigmentasi pada kulit dan membran mukosa
BAB II
2
KASUS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. KH
Usia
: 53 tahun
Alamat
: Samarinda
Agama
: Islam
Riwayat gatal-gatal pada kulit jika memakan makanan laut dan telur.
Riwayat alergi obat (-), bersin-bersin jika terpajan debu atau cuaca
panas/dingin (-), riwayat asma (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
: sakit ringan
: composmentis
Nadi
: 84 x /menit
Pernapasan
: 16 x/menit
Status Dermatologis
Lokalisasi
Efloresensi
: generalisata
: Makula-makula hipopigmentasi dengan ukuran dari miliar
hingga plakat, berbatas tegas, hipoestesi (-).
Vitiligo
Pitiriasis versikolor
Morbus Hansen tipe PB
PENATALAKSANAAN
1. Psoralen topikal (dosis 0,6 mg/kbBB diberikan 2 jam sebelum
penyinaran).
2. Metoksalen kapsul, 3 kali semiggu, dengan tiap pemakaian 2 kapsul (1
kapsul berisi 20 mg)
3. MBEH 20% (jika pengobatan Psoralen gagal)
PROGNOSIS
o Quo ad vitam
: bonam
o Quo ad sanationam
: dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Vitiligo adalah kelainan kulit akibat gangguan pigmentasi dengan
2.2.
Epidemiologi
Vitiligo terjadi di seluruh dunia dengan prevalensi mencapai 1%. Vitiligo
dapat dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa muda, dengan awitannya
(50% kasus) pada usia 10-30 tahun, namun penyakit ini dapat terjadi pada semua
usia. Penyakit ini tidak dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin. Pernah dilaporkan
vitiligo yang terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki, namun hal ini
dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan karena masalah
kosmetik.1
2.3.
antara
vitiligo
dengan
penyakit
autoimun
mendorong
Teori Neural
Vitiligo segmental sering terjadi pada pola dermatom yang
Virus
Bersama-sama dengan teori lain, data yang ada menunjukkan bahwa
beberapa jalur patologis yang berbeda. Para ahli sepakat bahwa vitiligo
lebih cenderung merupakan sindrom, daripada sebagai penyakit tunggal.3
2.4.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan vitiligo memiliki satu atau beberapa makula amelanosit
yang berwarna seperti kapur atau seperti susu putih. Lesi biasanya berbatas tegas,
namun dapat juga tepinya mengelupas. Lesi membesar secara sentrifugal dengan
kecepatan yang tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi pada lokasi tubuh
manapun, termasuk membran mukosa. Akan tetapi, lesi inisial paling sering
terjadi pada tangan, lengan bawah, kaki, dan wajah. Jika vitiligo terjadi pada
wajah, seringkali distribusinya pada perioral dan periokular.3
2.5.
Klasifikasi Vitiligo
Vitiligo diklasifikasikan atas vitiligo segmental, akrofasial, generalisata,
dan universal, dapat pula diklasifikasikan sesuai pola keterlibatan bagian kulit
yaitu tipe fokal, campuran, dan mukosal3
Vitiligo Fokal
Biasanya berupa makula soliter atau beberapa makula tersebar pada
satu area, paling banyak pada area distribusi nervus Trigeminus, meskipun
leher dan batang tubuh juga sering terkena.
Vitiligo Segmental
Makula unilateral pada satu dermatom atau distribusi quasi-
dermatom. Jenis ini cenderung memiliki pada usia muda, dan tak seperti
jenis lain, jenis ini tidak berhubungan dengan penyakit tiroid atau penyakit
autoimun lainnya. Jenis ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Perubahan
pada neural peptida turut dipengaruhi pada patogenesis jenis ini. Lebih
dari separuh pasien dengan vitiligo segmental memiliki patch pada rambut
yang memutih yang dikenal sebagai poliosis.
Gambar 3. Vitiligo Segmental: (A) distribusi quasi dermatom pada wajah dan leher (B)
Poliosis pada alis dan bulu mata.3
Vitiligo Akrofasial
Depigmentasi pada jari-jari bagian distal dan area periorificium.
Vitiligo Generalisata
Juga disebut vitiligo vulgaris, merupakan tipe yang paling sering
Vitiligo Universal
Makula dan patch depigmentasi meliputi hampir seluruh tubuh,
Vitiligo Mukosal
Vitiligo yang hanya melibatkan lokasi pada membran mukosa.
2.6.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Berdasarkan temuan yang didapat, lesi berwarna putih yang berbatas tegas
pada kulit dengan tidak ada tanda-tanda inflamasi dan sering membesar secara
sentrifugal.4
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, lesi vitiligo tampak putih berkilau
dan hal ini berbeda dengan kelainan hipopigmentasi lainnya.1
Dalam kasus-kasus tertentu, pemeriksaan histopatologik diperlukan untuk
melihat ada tidaknya melanosit dan granul melanin di epidermis.1
2.7.
Diagnosis banding
Pitiriasis alba (berukuran kecil, tepi yang tidak berbatas tegas, dan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
sistem muskuloskeletal).
Tuberous sklerosis (stabil, kongenital dengan makula poligonal tidak
terlalu putih, bentuk pohon berdaun, sesekali makula segmenta, dan
11.
makula confetti).
Piebaldisme (kongenital, putih, stabil, garis berpigmen pada
punggung, pola khas dengan makula hiperpigmentasi besar ditengah
12.
daerah hypomelanotik).
Mikosis fungoides (depigmentasi dan biopsi diperlukan).
11
13.
14.
2.8
Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada kulit. Seluruh
pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing, dan tidak semua
terapi dapat sesuai dengan masing-masing penderita.
Tabir surya
Sunscreen atau tabir surya mencegah paparan sinar matahari berlebih
pada kulit dan hal ini dapat mengurangi kerusakan akibat sinar matahari
dan dapat mencegah terjadinya fenomena Koebner. Selain itu sunscreen
juga dapat mengurangi tanning dari kulit yang sehat dan mengurangi
kekontrasan antara kulit yang sehat dengan kulit yang terkena vitiligo.1
Kosmetik
Banyak penderita vitiligo, terutama jenis vitiligo fokal menggunakan
untuk
menggunakan
kosmetik
cukup
menguntungkan
Repigmentasi
1.
secara
intermiten
(4
minggu
pemakaian,
minggu
tidak)
dilakukan
pemantauan
tanda-tanda
awal
atrofi
akibat
penggunaan kortikostreoid.1
12
2.
kecil
dan
hanya
dilakukan
oleh
dokter
yang
13
Minigrafting
Teknik pembedahan dengan metode Minigrafting (Autolog Thin
Depigmentasi
Tujuan dari depigmentasi adalah "kesatuan" warna kulit pada pasien
dengan vitiligo yang luas atau pasien dengan terapi PUVA yang gagal,
yang tidak dapat menggunakan PUVA, atau pasien yang menolak pilihan
terapi PUVA.1
Bleaching yaitu pemutihan kulit normal dengan krim monobenzyl
ether dari hydroquinone (MEH) 20% ini bersifat permanen, artinya proses
bleaching (pemutihan) ini tidak reversible. Tingkat keberhasilan terapi ini
>90%. Tahap Akhir warna depigmentasi dengan MEH adalah chalkwhite
(kapur putih), seperti pada macula vitiligo. Monobenzon tersedia dalam
bentuk cream 20%, dioleskan 2 kali sehari selama 2 sampai 3 bulan pada
daerah kulit yang masih berpigmen. Terapi biasanya dianggap selesai
setelah 10 bulan pemberian.1
14
Gambar 8. Terapi vitiligo repigmentasi pada wanita usia 20 tahun yang diterapi dengan
photochemotherapy (PUVA). Terdapat vitiligo dengan makula hipopigmentasi pada fase-fase awal
(kiri) dan sekarang telah terdapat hiperpigmentasi (kanan). 1
2.9
Prognosis
Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus pada pasien Ny.KH usia 53 tahun di atas, dengan
keluhan utama bercak putih pada badan. Diagnosis vitiligo pada pasien ini
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Dari anamnesis yang diperoleh dari pasien didapatkan bahwa pasien
wanita berusia 53 tahun memiliki keluhan bercak putih yang muncul hampir di
seluruh badan, awal munculnya di punggung tangan kemudian menyebar ke
seluruh badan. Tidak merasakan gatal maupun kebas pada bercak tersebut.
Keluhan serupa juga dialami oleh nenek pasien.
Berdasarkan teori, vitiligo dapat terjadi pada semua usia, 50% kasus
vitiligo dialami pada usia 10-30 tahun. Dan terdapat pengaruh genetik terhadap
kejadian vitiligo, 20-40% yang memiliki riwayat kelurga dapat mengalami
vitiligo.1,3
16
(monobenzylether
of
hidriquinon
20%)
diberikan
apabila
pengobatan psoralen gagal atau pasien dengan vitiligo >50%. Tindakan terakhir
yang dapat dilakukan yakni minigrafing, dengan mengambil sel kulit pasien yang
17
sehat, tetapi pada pasien dengan riwayat genetik, tindakan ini bersifat sementara
karena akan tetap menderita vitiligo yang dikarenakan HLA membuat penurunan
melanin pada kulit penderita. Edukasi diberikan kepada pasien sebagai terapi nonfarmakologi, berupa dosis obat, cara pemakaian obat, efek samping obat dan
edukasi mengenai vitiligo bukan merupakan penyakit menular dan memiliki
prognosis dubia ad malam pada quo ad sanationam.
Prognosis penyakit vitiligo pada pasien ini bonam pada quo ad vitam karena
tidak menimbulkan kematian, prognosis malam pada quo ad kosmetikam dan pada
quo ad sanationam karena pada pasien ini memiliki faktor genetik yang bersifat
autosom dominal, vitiligo sulit untuk diobati dan bersifat rekuren karena memiliki
gen yang berhubungan dengan biosintesis melanin, respon stress oksidatif dan
regulasi autominan yang berperan dalam turunnya produsi melanin. Selain itu
pada pasien ini memiliki vitiligo yang awalnya muncul pada tangan yang tidak
memiliki folikel rambut yang memproduksi pigmentasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
from:
https://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-vitiligo.pdf.
18
19