You are on page 1of 10

ANTARA DAKWAH DAN TRADISI

A. PENGERTIAN DAKWAH
Aktivitas dakwah dimulai sejak kedatangan Islam, dakwah menjadi bagian penting dari agama Islam,
oleh kerena itu setiap muslim diharapkan mengambil peran dalam rangka pelaksanaan dakwah. Yakni
mengajak manusia kejalan Allah untuk memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat dengan berbagai
cara yang bijaksana.
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu daa, yadu, dawan, dua, yang diartikan
sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah dakwah sering
diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amar maruf dan nahi munkar, mauidzhoh
hasanah, tabsyir, washiyah, tarbiyah, talim dan khotbah.
Dakwah secara bahasa mempunyai makna bermacam-macam, antara lain :

: memanggil dan menyeru, seperti dalam firman Allah dalam surat Yunus ayat 25.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Soenarjo,1990:192)

Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun
yang negetif.

Suatu usaha berupa perkataan ataupun pebuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran
atau agama tertentu.

Doa (permohonan), seperti dalam firman Allah : Al-Baqorah : 164

.. Aku mengabulkan permohonan orang jika ia meminta kepada-Ku

Meminta dan mengajak seperti ungkapan, daa bi as-syai yang artinya meminta
atau didatangkan makanan ataupun minuman. (Faizah dan Effendi 2006 : 4-5)

dihidangkan

Menurut Andy Dermawan (2002:24), dakwah adalah ajakan atau seruan untuk mengajak kepada
seseorang atau sekelompok orang untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Bagi
yang belum Islam diajak menjadi muslim dan bagi yang sudah Islam diajak menyempurnakan ke
Islamannya. Bagi yang sudah mendalam didorong untuk mengamalkan dan menyebarkannya.
Secara substansial-filisofis, dakwah adalah segala rekayasa dari rekadaya untuk mengubah segala
bentuk penyembahan kepada selain Allah menuju keyakinan tauhid, mengubah semua jenis kehidupan
yang timpang kearah kehidupan yang lempang, yang penuh dengan ketenagan batin dan kesejahteraan
lahir berdasarkan nilai-nilai Islam. (Muhyiddin dan Safei 2002:28)
Menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, diacu dalam Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei
(2002:28), dakwah adalah aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada
tingkah laku pelaku pembaharuannya. Oleh kerena itu yang menjadi inti dari tindakan dakwah adalah
perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara kultural.
Dakwah dalam perspektif yang lebih luas adalah merupakan gerakan simultan dalam berbagai bidang
kehidupan untuk mengubah status quo, demi kebahagian umat manusia. Adapun latar belakang
idealnya, menurut Emha Ainun Najib (1994:147) diacu dalam Muhyiddin dan Safei (2002:29), adalah
bagaimana memperkenalkan Islam dengan cara-cara yang menarik. Bentuk-bentuk dakwah terus-

menerus direformasi, tetapi bukan menyesuaikan diri terhadap segala kemajuan zaman, melainkan
tetap berdiri di atas landasan tauhid Islam dengan memodifikasi ungkapan-ungkapan dalam budayanya.
Secara termologi dakwah dapat diartikan sebagai sisi positif untuk menuju keselamatan dunia dan
akhirat. Sementara itu para ulama memberikan definisi yang bervariasi, antara lain :
1. Ali makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan, dakwah adalah mendorong
manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran agar memperoleh kebahagian dunia dan akherat.
2. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya al-Dakwah ila al Ishlah, mengatakan, dakwah
adalah upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti petunjuk, dan
melakukan amr maruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagian di
dunia dan akhirat.
3. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ad Dakwah al Islamiyah mengatakan bahwa, ilmu dakwah
adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaiakan kandungan ajaran
Islam, baik itu akidah, syariat, maupun akhlak.
4. Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap aktivitas dengan lisan maupun
tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
menaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.
5. Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagian mereka dunia dan akhirat.
6. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakan manusia agar
menaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amar maruf nahi munkar untuk bisa memperoleh
kebahagian dunia dan akherat.
7. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha
mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. (Munir dan Ilaihi 2006:20)
Kesimpulan dari definisi diatas dakwah adalah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah
manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.
Lebih dari itu, istilah dakwah mencangkup pengertian antara lain :
1)
Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang
lain untuk mengamalkan ajaran Islam.
2)
Dakwah merupakan suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan
sengaja.
3)
Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau
metode.
4)
Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagaian hidup dengan
dasar keridhan Allah.
5)
Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,
sikap bathin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagian
hidup di dunia dan akhirat. (Munir dan Ilaihi 2006:21).
6)

Merajuk dalam makna Al-Quran surat An-nahl : 125

Artinya.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dia lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Soenarjo, 1990:421)
Dakwah Islam dapat dirumuskan sebagai kewajiban muslim untuk mengajak, menyeru, dan memanggil
manusia megikuti jalan Tuhan (Din Islam) dangan cara bil al-Hikmah, mauizatul hasanah (super
motivasi positif) dan mujadalah billati ahsan (cara-cara yang metodologis), untuk mendapatkan
kebahagian dunia dan akherat.
Sedangkan menurut Slamet (1994:29) menjelaskan tentang pengertian dakwah sebagai berikut :
Dakwah berarti mengajak baik pada diri sendiri ataupun pada orang lain untuk berbuat baik sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan
perbuatan yang tercela (yang dilarang) oleh Allah dan Rasul-Nya pula.
Jadi, dakwah diidentifikasikan dengan amar maruf nahi munkar.
Pengertian di atas dan didasari dengan surat Ali-Imron ayat 104 yang berbunyi:
Artinya.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
(Soenarjo,1990:93)
Tujuan utama dakwah adalah melakukan proses penyelenggaraan dakwah yang terdiri dalam berbagai
aktivitas untuk nilai tertentu, dan nilai yang ingin dicapai oleh keseluruhan usaha dakwah pada
hakekatnya merupakan konsekuen logis dari usaha-usaha dakwah yang dilakukan dengan sungguhsungguh. Dan dalam hal tersebut diwujudkan dalam penghayatan, penyebaran dan perubahan atau
pembangunan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses dan hasil.
Penyampaian pesan dilakukan oleh manusia dari kepada manusia pada umumnya, dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi manusia-manusia itu sendiri dalam rangka mengubah situasi lain
menjadi yang lebih baik sesuai ajaran agama Islam. Dan dalam proses perubahan tersebut, terdiri dari
beberapa unsur,yaitu :
A.

Dai (pelaku dakwah)

B.

Madu (objek dakwah)

C.

Maddah (materi dakwah)

D.

Wasilah (media dakwah)

E.

Thariqah (metode)

F.

Dan atsar (efek dakwah).

Untuk lebih jelasnya akan dibahas mengenai unsur-unsur dakwah itu, antara lain :
A.

Dai (pelaku dakwah)

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan
baik secara individu, kelompok maupun lewat organisasi/lembaga.

Nasaruddin lathief diacu dalam M. Munir dan Wahyu Ilaihi (2006;22) mendefinisikan bahwa dai
adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama.
Ahli dakwah adalah wada, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi
pengajaran, pelajaran agama Islam.
Tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan
manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
orang baik. Untuk tercapainya tujuan dakwah tersebut, seorang dai harus menurumuskan dakwah
secara definitive, terutama tujuan mikronya .Dari sudut psikologis dakwah, ada lima ciri dakwah yang
efektif, yaitu
1)
Jika dakwah dapat memberikan pengertian kepada masyarakat (madu), tentang apa yang
didakwahkan.
2)

Jika masyarakat (madu) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima.

3)

Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara dai dan masyarakatnya.

4)

Jika dakwah dapat merubah sikap masyarakat (madu).

5) Jika dakwah berhasil memancing respon masyarakat berupa tindakan. (Faizah dan Effendi 2006:
xv)
Abdul Rosyad Shaleh (1993:21) mengatakan tujuan utama dakwah adalah terwujudnya kebahagian
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Selanjutnya Faizah dan
Lalu Muchsin Effendi (2006:90) mengatakan, seorang dai harus memiliki kriteria-kriteria kepribadian
yang dipandang positif oleh ajaran Islam dan masyarakat. Sifat-sifat tersebut antara lain : beriman dan
bertawakal kepada Allah SWT, ahli tobat, ahli ibadah, amanah dan shidiq, pandai bersyukur, tulus
ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan pribadi, ramah dan penuh pengertian, tawaddu (rendah
hati), sederhana dan jujur, tidak memiliki sifat egois, sabar dan tawakal, sifat terbuka (demokratis),
tidak memiliki penyakit hati.
Dalam dunia dakwah pengembangan sumber daya dai lebih ditekankan pada pengembangan aspek
mental, spiritual, dan emosi serta psycho-motoric manusia untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain,
citra ideal sumber daya manusia muslim adalah kemampuan dalam pengusaan ilmu dan teknologi yang
diimbangi dengan kekuatan keimanan, dengan identifikasi sebagai berikut :
a)

Ciri keagamaan.

Seorang dai sebagai kekuatan sumber daya manusia yang ideal harus memiliki keimanan dan
keyakianan yang kuat dan konsisten, sehingga mampu mempengaruhi perilaku dan kultur hidupnya.
Sebagaimana rumusan definisi iman, yaitu dengan menyakini dengan hati, mengikrarkan dengan
perkataan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Pada tataran aplikasi keiman seorang dai tidak cukup hanya pada taraf keyakinan dan pengakuan saja,
tetapi harus mencerminkan keyakinan tersebut, sesuai dengan aturan normatif Al-Quran dan as-Sunah.
Dalam konteks kekaryaannya, seorang dai harus memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan
profesinya. Seorang dai harus mencerminkan akhlak yang baik dalam kehidupan sosial
masyarakatnya, dalam arti memiliki potensi membangun lingkungan sosial yang harmonis, sehingga
mencerminkan sikap persaudaraan universal yang diikat oleh akidah. Dan yang paling penting seorang
dai harus memiliki kekuatan keilmuan, keterampilan, dan manajemen yang baik.

b)

Ciri Keilmuan.

Ciri keilmuan seorang dai ditandai dengan kemampuan skill yang bagus, disamping keahlian dan
keterampilan. Keterampilan ini dikonotasikan dalam pelaksanan program. Hal ini akan berkaitan
langsung dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.

Untuk mengujudkan seorang dai yang ideal dalam lembaga dakwah, maka harus diadakan pendidikan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya dai secara maksimal. Semakin baik tingkat keahlian dan
keterampilan dan keahlian seorang dai, maka akan semakin tinggi pula produktivitasnya dan semakin
baik pula peran profesionalismenya. Realitas tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat alMujadalah : 11
Artinya.
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis,
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (Seonarjo,1990:919)

C. Ciri Motivasi.
Seorang dai harus memiliki motivasi untuk maju dan produktif, sehingga skill-nya bermanfaat bagi
organisasi dakwah maupun dirinya sendiri. Kerena motivasi merupakan aspek motorik yang mampu
meningkatkan produktivitas dan kualitas. Menurut Abraham Maslow yang diacu dalam M. Munir dan
Wahyu Ilaihi (2006:195), bahwa motivasi hidup manusia tergantung pada kebutuhannya, ada lima
hirarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
1.
Kebutuhan taraf dasar (basic need) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta
dan ikut serta harga diri,
2.
Meta kebutuhan (meta need) yang meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri,
seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan sebagainya.
Tingkat produktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh intensitas dan keterampilan mereka dalam
bekerja, sesuai dangan firman Allah dalam surat al-Anbiyaa :105
Artinya
Sungguh Telah kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini
dipusakai hamba-hamba Ku yang saleh.(Soenarjo,1990:508)

Madu (objek dakwah).

Salah satu unsur dakwah adalah madu yakni manusia yang merupakan individu atau bagian dari
komunitas tertentu, yang menjadi sasaran dakwah, secara umum Al-Quran menjelaskan ada tiga tipe
madu, yaitu : mukmin, kafir dan munafik.
Muhammad Abduh diacu dalam M.Munir dan Wahyu Ilaihi (2006:23), membagi madu menjadi tiga
golongan, yaitu :
1.
Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat
menangkap persoalan.

2.
Golongan awam. Yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam,
serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3.
Golongan yang berbeda dengan kedua golongan diatas, mereka senang membahas sesuatu tetapi
hanya dalam batasan tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.
Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan oleh berbagai aspek, antara lain :
1.
Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat-sifat manusia yang penakut,
pemarah, suka bergaul, peramah, sombong, dan sebagainya.
2.
Inteligensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencangkup kewaspadaan, kemampuan belajar,
kecepatan berfikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian
menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
3.

Pengetahuan (knowledge)

4.

Keterampilan (skill)

5.

Nilai-nilai (vulue)

6.

Peranan (roles) (Faizah dan Ilaihi 2006:72)

Maddah (materi dakwah).

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai kepada madu. Materi dakwah
adalah ajaran Islam yang bersumber dri Al-Quran dan Hadits
Menurut Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei (2002:139), materi dakwah dapat dikembangkan dari
prinsip berikut :
1.

Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuahan masyarakat.

2.

Disesuaikan dengan kadar intelektual masyarakat.

3.
Mencangkup ajaran Islam secara kaffah dan universal, yakni aspek ajaran tentang hidup dan
kehidupan.
4.

Merespon dan menyentuh tantangan dan kebutuhan asasi dan kebutuhan sekunder.

5.

Disesuaikan dengan programan umum syariat Islam.

Wasilah (media dakwah).

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran
Islam) kepada madu. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah.
Hamzah Yaqub diacu dalam M. Munir dan Wahya Ilaihi (2006:32), membagi wasilah dakwah menjadi
macam yaitu :
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah
dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
sebagainya.

2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat
(koresponden), spanduk, dan sebagainya.
3. Lukisan, adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, pengelihatan
atau kedua-duanya, seperti televise, film slide, OHP, Internet, dan sebagainya.
5. Ahklak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh madu

Thariqah (metode dakwah).

Metode dakwah dalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi
dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, kerena
suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja
ditolak oleh si penerim pesan.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat an-nahl :125
Artinya
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Soenarjo,1990:421)
Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu : bi al-hikmah, mauizatul hasnah, dan mujadalah
billati hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah yaitu :
1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah
dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaranajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mauizatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan
ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang
disampaikan itu menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang
memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah. (Munir dan Ilaihi 2006:34)

F. Atsar (Efek) Dakwah.


Atsar (efek) sering disebut dengan feed beek (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan
atau tidak banyak menjadi perhatian para dai. kebanyakan mereka menganggap setelah dakwah
disampaikan, maka selesailah dakwah, padahal atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkahlangkah dakwah berikutnya. Menganalisi atsar secara cermat dan tepat dapat menghindari kesalahan
strategi dakwah. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan
kemperhensif, seluruh komponen atau unsur dakwah harus dievalusi secara komperhensif. Para dai
harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaharuan dan perubahan, setelah proses evaluasi
diikuti dengan tindakan korekif, sehingga tujuan dakwah dapat berhasil dengan baik.
B. Pengertian Tradisi dan Kebudayaan.

Tradisi adalah suatu perilaku atau tindakan seseorang, kelompok ataupun masyarakat yang sudah
menjadi kebiasaan, diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dan dilaksanakan secara
berulang-ulang. Suatu tradisi biasa disebut juga kebiasaan dilakukan berdasarkan latar belakang
kepercayaan, pengetahuan, norma dan nilai-nilai sosial masyarakat yang sudah diakui dan disepakati
bersama.
Tradisi adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kita, yang berasal dari masa lalu, tradisi sebagai sistem
budaya, mengandung keyakinan, norma serta nilai-nilai sosial budaya Tradisi yang selama ini difahami
dengan makna adat istiadat atau kebiasaan yang diwariskan secara berkesinambungan, hakikatnya
merupakan bagian kecil saja dari makna kebudayaan, kerena berkaitan erat dengan prilaku manusia dan
masyarakat. Al Jabir (2000) diacu dalam Abdullah Ali (2004:6) menemukakan bahwa makna tradisi
berasal dari kata turats dalam bahasa Arab (wa-ra-tsa) berarti segala yang diwarisi manusia dari
orang tuanya, baik berupa harta, pangkat dan keningratan. Dalam konteks pemikiran Arab-Islam
kontemporer dapat ditegaskan makna turats atau tradisi dalam arti warisan budaya, pemikiran, agama,
sastra dan kesenian, sebagaimana dalam dunia Arab modern yang bermuatan emosional dan ideologis.
Judistira K. Garna (1998:38) diacu dalam Abdullah Ali (2004:7) mengatakan bahwa tradisi yang ada
dalam setiap masyarakat adalah tatanan sosial bentuk hubungan antara unsur-unsur kehidupan maupun
sebagai bentuk atuaran sosial yang memberi pedoman tingkah laku dan tindakan anggota suatu
masyarakat, yang hakikatnya tiada lain bertujuan untuk mengembangkan kehidupan mereka. Tradisi
merupakan warisan sosial budaya yang selalu ingin dipertahankan oleh warga masyarakat sebagai
identitas penting kehidupan mereka.
Tradisi sebagai sisitem budaya, mengandung maka adanya sistem gagasan berdasarkan pengetahuan,
keyakinan, norma serta nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu dalam ruang
lingkup yang terbatas. Sistem budaya merupakan kesatuan gagasan atau ide yang bersifat kognitif yang
mendorong serta memberikan kontrol terhadap perilaku masyarakat untuk melaksanakan tindakan
kebudayaan, tradisi, adat istiadat sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, serta diakui dan disepakati
oleh masyarakat bersama. Tadisi sebagai suatu adat istiadat atau kebiasaan yang sering kali dianggap
irasional, pada prakteknya selalu melahirkan pro dan kontra, antara kelompok masyarakat yang
mendukung dan yang menentang.
Sebagaimana yang diungkapkan Suda (1989:205) diacu dalam Abdullah Ali (2004:8), bahwa tradisi
sering dipertentangkan dangan rasionalitas atau irasional. Namun demikian keberadaan tradisi
mempunyai potensi untuk mendukung lahirnya suatu kebudayaan yang hakikatnya berakar pada
kebiasaan suatu kelompok dalam masyarakat.
Dilihat dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah, yaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Menurut E.B Taylor dalam bukunya Primitive
Culture diacu dalam Djoko Widagdho, dkk (2003:19) mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain, serta kebiasaan yang di dapat
manusia sebagai anggota masyarakat.
Fungsi kebudayaan bagi masyarakat antara lain:
1.

Hasil karya manusia melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan.

2.
Karsa masyarakat yang merupakan perwujudan norma dan nilai-nilai sosial dapat menghasilkan
tata tertib dalam pergaulan masyarakat.
3.
Didalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (patterns of behavior) yang merupakan ciriciri masyarakat untuk bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus di ikuti oleh semua anggota
masyarakat tersebut.

Secara umum, kebudayaan masyarakat di dunia memiliki beberapa karekteristik, diantaranya adalah :
1.

Kebudayaan merupakan milik bersama.

2.

Merupakan hasil belajar.

3.

Di dasarkan pada lambang.

4.

Dan terintegrasi.

Selain memiliki karekteristik, kebudayaan juga mempunyai sifat antara lain :


1.
Kebudayaan bersifat universal, akan tetapi perwujudan kebudayaan memiliki ciri-ciri khusus
yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya.
2.
Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis, setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan dan
perkembangan, walaupun kecil dan sering kali tidak dirasakan oleh anggotanya.
3.
Kebudayaan cendrung mengisi dan menentukan jalannya kehidupan manusia walaupun jarang di
sadari oleh manusia itu sendiri. (Maryati dan Suryawati 2007:114).

Acep Aripudin dan Syukriadi Sambas (2007:25) mengatakan budaya berarti akal budi, pikiran dan cara
berprilakunya, berarti pula sebagai kebudayaan. Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang diperoleh melalui pembiasaan dan belajar beserta hasil budi dan
karyanya itu, jadi secara sederhana kebudayaan adalah hasil cita, cipta, karya dan karya manusia yang
diperoleh melalui belajar.
Menurut Ki Hadjar Dewantara diacu dalam H.A.R. Tilar (1999:43) kebudayaan berarti buah budi
manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan
zaman (kodrat dan masyarakat). Konsep kebudayaan Ki Hadjar Dewantara terkenal dengan sebutan
konsep teori Trikon, rumusan teori Trion antara lain :
1.
Kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasioanal) dan mewujudkan sifat atau watak kepribadian
bangsa. Inilah sifat kemerdekaan kebangsan dalam arti kultural.
2.
Tiap-tiap kebudayaan menunjukan keindahan dan tingginya adat kemanusian pada masingmasing hidup bangsa yang memilikinya.
3.
Tiap-tiap kebudayan sebagai buah kemenangan manusia terhadap kekuatan alam dan zaman
selalu memudahkan dan melancarkan hidupnya serta memberi alat-alat baru untuk meneruskan
kemajuan hidup dan memudahkan serta memajukan dan mempertinggi taraf kehidupan.
Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (2007:296) mengatakan kebudayaan merupakan hasil
perkembangan cara hidup manusia. Dan kebudayaan itu tidak pernah statis, senantiasa berkembang.
Lebih lanjut beliau mengatakan hubungan antara agama dengan kebudayaan merupakan sesuatu yang
ambivalen. Di dalam mengagungkan Tuhan dan di dalam mengungkapkan rasa indah akan hubungan
manusia dengan sang khalik
Sedangkan R.Linton dalam buku The Cultural Background Of Personaliy diacu dalam Djoko
Widagdho (2003:18) mengatakan kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku yang
unsur-unsur pembentukannya didukung oleh anggota masyarakat.

Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran (image), struktur
aturan, kebiasaan, nilai-nilai, pemprosesan informasi dan pengalihan pola-pola konveksi pikiran,
perkataan dan perbuatan/tindakan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial dalam suatu
masyarakat. (Liliweri 2001:4)
Penyair dari Perancis, Rene Char diacu dalam Dadang Kahmad (2000:75) mengatakan kebudayaan
adalah warisan kita yang diturunkan tanpa surat wasiat (Notre heritage nest precede daucun
testament), dari kutipan tersebut dapat dikemukakan bahwa pada awalnya kebudayaan adalah nasib,
kemudian baru kita memanggul tugasnya. Pada awalnya kita adalah penerima yang bukan saja
menghayati tetapi juga menjadi penderita yang menanggung beban kebudayaan itu, sebelum kita
bangkit dalam kesadaran untuk membentuk dan mengubahnya.
Koentjaraningrat memandang kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu :
1.

Sebagai ide-ide.

2.

Sebagai tingkah laku.

3.

dan sebagai perwujudan benda-benda nyata. (Kahmad 2000:75)

Melville J. Herkovits diacu dalam Kun Maryati dan Juju Suryawati (2007: 109) memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic kerena dapat diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi dan tetap hidup walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat
senantiasa berganti. Sedangkan A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhon diacu dalam Rohiman Notowidagdo
(2002:26) mengatakan kebudayaan keseluruhan hasil perbuatan manusia yang bersumber dari
kemampuan, pemikiran dan perasaannya.
Kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari suatu
kebulatan yakni kebudayaan itu sendiri. Ada beberapa pendapat ahli tentang unsur-unsur kebudayaan.
Clyde Keuchohn menyebutkan ada 7 unsur pokok kebudayaan yaitu :
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat, rumah tangga, senjata,
alat-alat produksi dan trasportasi).
2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi dan
sistem distribusi).
3.
Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem
perkawinan).
4.

Bahasa (lisan maupun tulisan).

5.

Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak).

6.

Sistem Pengetahuan dan

7.

Sistem kepercayaan. (Kun Maryati dan Juju Suryawati, 2007:111)

You might also like