Professional Documents
Culture Documents
berbagai jenis nyamuk Anopheles antara lain An. nigerrimus, An. sundaicus dan
An. kochi. Aktivitas menggigit dari nyamuk tersebut sebagian besar di luar
rumah. Larva nyamuk An. sundaicus banyak ditemukan di kolom yang
mengandung banyak tanaman air seperti ganggang Enteromorpha sp. yang
merupakan habikat nyamuk tersebut. Dari pembedaan kelenjar ludah nyamuk
belum didapatkan nyamuk yang positif mengandung sporozoit, dengan demikian
belum ada konfirmasi jenis nyamuk yang bertindak sebagai vektor malaria di
daerah penelitian. Penelitian dari aspek sosial ekonomi telah pula dilakukan.
Hasilnya menunjukan bahwa masih banyak penduduk yang belum mengetahui
tanda tanda malaria walaupun meraka sering sakit malaria. Penularan malaria
terjadi karena penduduk sering berbincang - bincang di luar rumah pada malam
hari, menonton televisi di warung / kedai kopi dan di rumah tetangga. Selain itu
mereka tidur jarang memakai kelambu dengan berbagai macam alasan antara
lain panas dan tidak mampu membeli kelambu
Juga pada tahun 1968, epidemi malaria yang serius yang ditularkan oleh Ano pheles
gambiae terjadi pada tempat yang tinggi di Ethiopia.
Pada suhu rata-rata di bawah 16o C , spesies plasmodium manusia tidak dapat
berkembang di dalam tubuh vektor. Juga suhu yang sangat tinggi fatal bagi parasit.
Pada suhu diatas 32o C jumlah parasit yang hidup menurun drastis. Suhu optimum
untuk perkembangan stadium seksual yang cepat di dalam tubuh vektor ialah 27 o C
(untuk P. vivax 8 hari dan P. falciparum 11 hari). Di dalam tubuh manusia parasit
malaria tidak dipengaruhi oleh suhu-suhu yang lebih tinggi. Suhu juga mempengaruhi
fisiologi vektor. Pada suhu lebih tinggi siklus gonotropik lebih pendek. Di negaranegara tropis dan subtropics penyempurnaan siklus gonotropik memerlukan waktu 2
3 hari. Kelembaban menmpengaruhi masa hidup dan aktifitas vektor. Lebih tnggi
kelem-baban nisbinya lebih lama kemungkinan hidup vektor. Ini adalah karena
pengaruh lang-sung atas temperatur dan kelembaban dalam menciptakan tempattempat perindukan bagi vektor.
Faktor-faktor lingkungan terhadap penyebaran malaria juga mempengaruhi manusia.
Pengaruhnya adalah mengubah kebiasaan-kebiasaan berpakaian , membangun rumah
serta kebiasaan-kebiasaan lainnya, sehingga ia menjadi lebih mudah diserang
nyamuk. Manusia di iklim tropis lebih sering membuka pakaian, diam di rumahrumah yang terbuka dan oleh karena itu ia terbuka untuk lebih sering digigit nyamuk.
Temperatur eksternal tidak mempengaruhi perkembangan plasmodium di dalam tubuh
manusia.
Akan tetapi bila terjadi perubahan iklim secara tiba-tiba dan ketinggian akan
merangsang terjadi relaps malaria.
Berdasarkan kepada faktor-faktor epidemiologi tersebut dikenal 4 zona malaria:
(i) equatorial, (ii) tropical, (iii) subtropical dan (ii) iklim sedang. Daerah-daerah
dengan gambaran fisikogeografis yang serupa dapat dilukiskan ke dalam tipe-tipe
epidemiologi.
Ini mempunyai nilai besar dan kepentingan praktis di dalam perencanaan yang terinci.
Manusia (hospes)
Faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan manusia secara langsung
mempengaruhi epidemiologi malaria Manusia di negara-negara tropis dan subtropis
ting
gal di dalam rumah-rumah yang berkonstruksi terbuka dan ia lebih suka berpakaian
berwarna cerah, pakaian pelindung yang buruk. Oleh karena itu ia lebih sering
terpapar
Untuk diserang nyamuk. Kebiasaan tidur (di dalam atau di luar rumah) memudahkan
manusia ke derajat kontak manusia-vektor.
Ledakan-ledakan malaria mungkin disebabkan oleh sebab-sebab yang dibuat oleh
mmanusia. Ini mungkin karena buruknya skema-skema pengelolaan irigasi, irigasi
yang berlebihan, drainase yang buruk dan lain-lain. Di beberapa daerah , ini dapat
menghasil- kan tanah yang digenangi air dengan kecendrungan meningkatkan
kejadian malaria (mi-salnya di Pakistan dan India). Sistem irigasi buruk dengan
kebocoran kanal-kanal dan saluran, konstruksi jalan raya atau jalan kereta api,
proyek-proyek industri dengan me-nimbulkan beberapa cekungan dan lain-lain.
Semuanya membentuk tempat-tempat per-indukan yang sesuai untuk nyamuk. Ini
merupakan contoh-contoh malaria yang dibuat oleh manusia yang menambah
perindukan vektor-vektor malaria dan meningkatkan po-tensi penularan malaria,
karena bertambahnya perindukan nyamuk-nyamuk vektor di dalam kumpulan air
yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
Umur tidak merupakan suatu fekator yang penting, kecuali di daerah-daerah deng an
endemisitas tinggi. Karena lebih lama terpapar ke infeksi malaria , maka lebih tinggi
resistensinya terhadap penyakit disebabkan perkembangan imunitas didapat.
Jenis kelamin, bukan merupakan faktor penting, tetapi dapat mengubah
angka malaria
melalui pekerjaan atau tipe berpakaian. Di beberapa negara para wanitanya
berpakaian lebih baik daripada laki-laki yang mana menerangkan rendahnya angka
kejadian malaria pada wanita. Di beberapa negara pria berburu di waktu malam
mempunyai angka malaria yang tinggi.
Buruh-buruh tani yang bekerja dibawah kondisi yang menyebabkan meningkatnya
terpapar kepada vektor. Sementara di daerah-daerah perkotaan penduduknya
terlindung lebih baik dari sekelilingnya.
Susunan genetika dari populasi menyebabkan beberapa variasi dalam derajat infeksi
dengan parasit malaria, juga jumlah infeksi lokal mempunyai hubungan langsung atas
respons imun penduduk.
Nyamuk (vektor)
Adanya vektor malaria anopheles di suatu daerah tidak selalu membentuk
endemisitas malaria. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh kepadatan vektor,
pilihan makanan, faktor klim dan lain-lain. Malariolog terkemuka Prof. G. Mac
Donald (1952) membahas tentang kepadatan kritis yang berarti jumlah rata-rata
gigitan anopheles per orang per malam, dimana merupakan penurunan penyakit yang
progresif sampai menjadi punah. Kepadatan kritis dapat dikenal beberapa faktor yaitu:
jumlah vektor, kesukaan pada da-rah manusia, umur , frekwensi mengisap darah,
periode perkembangan parasit di dalam tubuh vektor menjadi stadium infektif
(sporozoit) dan lain-lain. Pilihan makanan dari spesiesanopheles yang berbeda
mempunyai kepentingan yang besar . Beberapa dianta-ranya ada yang zoofilik, dan
jarang menggigit manusia atau menggigit manusia luar bi-asa, yang lain tidak
memperlihatkan diskriminasi terhadap darah manusia atau kepada yang lain.
Kecendrungan vektor untuk memasuki pemukiman manusia dan beristirahat di dalam
rumah sesudah mengisap darah sangat penting dalam hubungan dengan efektifitas
insektisida yang disemprotkan di dalam rumah.
Reaksi vektor terhadap insektisida yang dikenal dan corak perilakunya mempunyai
nilai vital di dalam pemilihan cara pengendalian yang terbaik.
Parasit
Spesies atau strain-strain parasit malaria memegang peranan penting di dalam
epidemiologi malaria. Ada 4 spesies plasmodia manusia masing-masing dengan
beberapa strain yang mempunyai gambaran biologis dan epidemiologis yang berbeda.
Beberapa vektor menjadi sangat mudah terinfeksi dengan beberapa strain spesies
Plasmodium daripada yang lainnya. Anopheles atroparvus adalah spesies yang sangat
rentan terhadap strain Eropa P. falciparum, sedangkan dengan strain-strain lain dari
Afrika dan India ter-jadi sebaliknya. Juga Anopheles albimanus dari Cuba atau
Panama, walaupun sangat rentan terhadap malaria dari wilayahnya sendiri, dengan
strain-strain lain Florida sebaliknya.
Terdapat juga perbedaan besar antara masa inkubasi panjang dari penyakit yang
disebab-kan oleh beberapa strain P. vivax di Cina dan Korea dan masa inkubasi
pendek ditemu-kan dari strain-strain lain infeksi vivax di negara-negara tropis. Masa
inkubasi yang pan-jang ini adalah gambaran dari epidemiologi iklim sedang.
Sensitifitas dari strain-strain berbeda terhadap obat-obat yang tersedia dan resistensi
P. falciparum terhadap obat-obat antimalaria di beberapa daerah geografis pada akhirakhir ini merupakan masalah epidemiologi utama.
Derajat endemisitas dan distribusi relatif dari 4 spesies merupakan petunjuk dasar
untuk stratifikasi epidemiologi.
Perhatian yang besar ditujukan kepada derajat stabilitas penyakit yang mempengaruhi
aspek-aspek penting lainnya seperti status imun, berat infeksi, fluktuasi musim dan
sifat-sifat lainnya.
Perhatian khusus diarahkan kepada durasi infeksi malaria yang tidak diobati pada
manusia. Pada malaria falsiparum, infeksi timbul dalam satu kelaziman berakhir
dalam waktu kuarang daripada 2 tahun sesudah infeksi dan bahkan banyak strain
dalam waktu kurang daripada satu tahun. Malaria vivax berlangsung lebih lama yaitu
kira-kira 2-3 tahun, malaria malariae mungkin menetap selama lebih dari 30 tahun.
Eksistensi beberapa strain malaria mungkin memegang peranan dalam pemeliharaan
penyakit endemik secara aktif di beberapa daerah.
Imunitas memegang peranan besar di dalam epidemiologi malaria. Terdapat suatu
kecendrungan infektifitas tinggi di dalam musim-musim epidemi disebabkan oleh
tidak adanya imunitas atau imunitas rendah disamping faktor-faktor epidemi lain. Di
pihak lain infektifitas kurang terjadi di daerah-daerah endemik statis, apabila imunitas
biasa dan pada kasus ini infektifitas terutama terkonsentrasi pada kelompok usia
muda.
Klasifikasi Epidemiologi Malaria
Malaria dipandang sebagai endemik, apabila terdapat kejadian menetap baik ka- sus
maupun penularan alamiah selama bertahun-tahun berturut-turut(WHO,1963).
Malaria epidemik ditandai dengan peningkatan besar dan tajam sewaktu-waktu dalam
morbiditas dan mungkin juga mortalitasnya.
1. Hipo-endemik
2. Meso-endemk
3. Hiper-endemik
Angka limpa 0 20 %
Angka limpa 11 50 %
Angka limpa secara konstan >50 %,
angka limpa orang dewasa juga tinggi.
Angka limpa secara konstan >75 %,
angka limpa orang dewasa rendah, toleransi
orang dewasa tinggi.
4. Holo-endemik
Di dalam program eradikasi malaria maka pengobatan radikal dini dari kasuska-sus yang telah dideteksi adalah vital. Untuk suatu alas an atau lainnya jika tidak
dipakai secara tepat guna maka ini mungkin akan menambah permulaan dari suatu
epidemi. Berkembang pesatnya resistensi P.falciparum terhadap kloroquin dan obatobat anti malaria lain adalah keadaan yang amat serius dalam sepuluh tahun
terakhir dan mungkin perlu dana yang besar yang tidak dapat terpenuhi oleh
pemerintah setempat. Didalam adanya kondisi lingkungan yang sesuai maka
timbullah epidemi malaria dari stra-in-strain tersebut.
Gametositemia yang meningkat disebabkan oleh adanya relaps, maupun oleh
serangan pertama dengan faktor-faktor lingkungan yang sesuai adalah lazim untuk
memulai suatu kenaikan epidemi malaria. Di lain pihak, pemberantasan reservoir
gametosit secara langsung atau tidak langsung mungkin mengurangi kemungkinan
terjadi epidemi. Pengu-rangan reservoir mungkin disebabkan oleh pemberian obat
secara massal.
Di beberapa kawasan secara tidak langsung disebabkan oleh prosedur
perencanaan keluarga yang menghasilkan pengurangan proporsi anak-anak yang
dianggap terbaik dan carrier gametosit yang paling efisien.
Faktor Nyamuk
Salah satu penyebab terpenting dari suatu epidemi disebabkan oleh
peningkatan tiba-tiba jumlah vektor maupun masa hidupnya. Keadaan iklim biasanya
ikut terlibat. Pengaruh curah hujan dalam memproduksi atau menghancurkan tempattempat perinduk-an dikenal dengan baik. Di berbagai negara epidemi malaria
berhubungan erat dengan distribusi curah hujan lebat secara abnormal dan banjir. Juga
efek dari kelembaban yang meningkat atas panjang usia nyamuk dan dengan
demikian pada penyebaran malaria dite-liti dengan baik di India dan Pakistan dan
tampaknya merupakan sebab menonjol di ba-nyak kejadian luar biasa. Pemanjangan
musim kemarau yang memberi kesempatan meningkatkan penularan adalah faktor
penyokong penting lainnya.
Pada tahun 1984-1985 kemarau panjang di beberapa negara di Afrika,
terutama Ethiopia dan Sudan, kerentanan penduduk yang sangat meningkat
disebabkan oleh insi-dens malaria sangat rendah pada tahun-tahun sebelumnya. Jika
hujan lebat dan banjir a-kan terjadi dalam waktu dekat , prakiraan epidemi malaria
yang sangat meresahkan di-ramalkan akan timbul disebabkan oleh faktor-faktor yang
majemuk tersebut.
Di daerah-daerah dimana ektornya terutama zoofilik, jika terjadi pengurangan
po-pulasi hewan yang tajam, maka ini akan memaksa vektor zoofilik mencari darah
manusia. Keadaan iklim yang menguntungkan biasanya meningkatkan jumlah vektor,
tetapi juga terjadi pengurangan populasi hewan yang tajam di daerah-daerah dimana
Anopheles zoo-filik mendominasi, mendorong nyamuk tersebut mencari sumbersumber darah alternatif, yaitu populasi manusia. Di beberapa daerah epidemi malaria
diperkecil oleh perubahan pertanian dan perumahan dan memperkecil kontak antara
manusia dan nyamuk karena sebagian besar penyimpangan anopheles ke binatang
mengikuti peningkatan praktek he-wan yang menetap.
Peningkatan frekwensi menggigit manusia oleh vektor juga merupakan salah
satu faktor dan ini mungkin terjadi selama dan sesudah perang ketika sapi
dimusnahkan atau dibawa jauh oleh musuh, sehingga vektor-vektor terpaksa
mengisap darah manusia.
Pengenalan vektor potensial di suatu daerah tanpa malaria atau daerah
endemik malaria rendah, atau vektor yang luar biasa efektif lebih banyak daripada
spesies-spesies asli merupakan suatu sebab yang umum untuk mengecam epidemi.
Pada tahun 1930, di Brazil, An. gambiae, vektor yang sangat poten masukk ke daerahdaerah dimana anophe-les lokal sudah ada dan penyebaran malaria berada pada skala
rendah, maka terjadi suatu epidemi yang luar biasa. Bahkan di beberapa kota angka
parasit lebih daripada 80% dan angka sporozoit menjadi setinggi 28,2 % dan angka
fatalitas kasus mencapai 6-15 %. A-khirnya An gambiae dienyahkan dari Brazil pada
tahun 1940 dibawah petunjuk malario-log terkemuka DR. Soper. Peristiwa yang sama
terjadi ketika An. gambiae menyerang Mesir Selatan selama 1941-1944 dan sampai
terbasmi. Seperti yang disebutkan sebelum-nya lebih daripada 130.000 orang
meninggal dunia pada waktu epidemi tersebut. Seka-rang di Mesir Selatan, sepanjang
batas utara Sudan, dimana perkembangan luas Danau Nasser sedang berlangsung,
endemisitas malaria disana sangat rendah, disebabkan oleh tidak adanya vektor
malaria yang potensial. Jika daerah tersebut diserang selama 1 hari oleh An. gambiae
dari Sudan, maka ini akan membentuk epidemi yang lain dan mungkin epidemi
malaria lebih tragis daripada di Mesir di masa silam
Faktor Lingkungan
Covel dan Baily percaya bahwa yang mempercepat sebab timbul nya epidemi
ma-laria regional di India Utara ialah penciptaan kondisi yang mendadak secara luar
biasa menguntungkan untuk perkembang-biakan , kelangsungan hidup dan aktivitas
An. culi-facies di daerah-daerah yang dihuni oleh penduduk yang non-imun. Di
Punjab India dan Pakistan periode pra-epidemi mungkin salah satu dari musim banjir
pada bulan Juli dan Agustus, dengan pembentukan kolam yang berlebihan pada bulan
September, yang me-nyebabkan peningkatan besar dalam kepadatan vektor. Akan
tetapi pada kedua contoh tersebut diatas, fase pra-epidemi mengikuti suatu periode
inter epidemi selama mana imu-nitas penduduk turun ke tingkat rendah.
Kondisi-kondisi iklim yang luar biasa yang menyebabkan peningkatan tajam
pada aktifitas perindukan vektor mungkin yang memulai epidemi serius seperti pada
contoh dari Ethiopia pada tahun 1958. Epidemi malaria tahun 1958 yang menyebar di
daerah-daerah Ethiopia diantara ketinggian 1200 2200 m, mengenai beberapa
propinsi di dataran tinggi tengah dan populasi 8 juta di daerah malaria. Diperkirakan
bahwa 71 % dari semua kasus disebabkan oleh P. falciparum dan ada kira-kira 3 3,5
juta kasus diantara Juni dan Desember 1959; diantaranya 100.000 150.000 orang
meninggal dunia. Vektornya ialah Anopheles gambiae, wilayah tersebut adalah
malaria tidak stabil. Pada tahun 1958 curah hujan lebih tinggi daripada biasanya dan
ruang antara curah hujan adalah untuk memajukan perindukan generasi nyamuk
berturut-turut tanpa dibersihkan karena akan terjadi hujan terus menerus. Terdapat
perluasan tempat-tempat perindukan vektor dan pemanjangan masa hidup vektor
disebabkan oleh kenaikan kelembaban relatif dalam musim kering.
Aktifitas-aktifitas anusia yang berhubungan dengan
pembangunan memulai banyak epidemi malaria di beberapa negara.
proyek-proyek
kelompok-ke-lompok pekerja besar didaat dari daerahnyang luas atau bahkan dari
negara-negara lain dan biasanya dimukimkan di camp-camp yang tidak terlindung di
dekat tempat operasi.
Biasanya
ada penggalian besar-besaran dalam perkembangan dengan
pembentukan barrow-pits daerah rembesan dan kondisi-kondisi lainnya yang
menguntungkan bagi tempat perindukan yang luas.
Kemunduran kondisi-kondisi secara tiba-tiba pada sanitasi, pelayanan
kesehatan atau kedua-duanya ditimbulkan oleh bencana nasional, gangguan-gangguan
social dan perang tidak dapat diabaikan. Bencana-bencana nasional seperti kemarau
panjang, mungkin menurunkan air tanah dan ini mungkin berpengaruh buruk bagi
situasi ekonomi maupun mengurangi tingkat kekebalan masyarakat melalui akumulasi
anak-anak baru yang belum terpapar dengan malaria. Apabila keadaan-keadaan
lingkungan berubah terutama kembalinya turun hujan normal kelembaban meningkat,
maka epidemi malaria berat menyebar seperti api.