Professional Documents
Culture Documents
Mm fisiologi kehamilan
Hormon
Fungsi
hCG
HPL
Estroge
n
Progest
eron
MSH
Di produksi
oleh
Embrio pasca
fertilisasi
hingga minggu
ke 16
kehamilan.
Plasenta
Folikel ovum
yang sedang
tumbuh,
Korpus luteum,
plasenta
Korpus Luteum
pada ovarium,
plasenta
Hipofisis
anterior
Relaxin
korpus luteum,
plasenta
Mekanisme fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan sperma dengan ovum untuk kemudian membentuk
zigot. Sebelum proses ini terjadi, terlebih dahulu akan dibahas tentang mekanisme postovulasi
dan perjalanan sperma ke tuba fallopii :
Ovulasi
Ovum yang dikeluarkan dari folikel de graaf akan ditangkap oleh fimbriae dan masuk
ke ostium abdominalis kemudian bergerak menuju ke ampulla tuba. Ovum akan terus di ampulla
hingga kirakira 24 jam setelah ovulasi.
Saat ejakulasi, jutaan sperma dipancarkan ke vagina dan mulut rahim (portio seviks).
Selanjutnya sperma akan bergerak menuju ke ampulla dengan ekornya. Perjalanan sperma dari
vagina menuju ampulla tuba dipenuhi banyak hambatan, diantaranya :
a.
b.
c.
d.
perjalanannya menuju ampulla, banyak sperma yang mati sehingga yang sampai ke ampulla
hanya ratusanribuan saja. Sesampainya di ampulla, sperma harus menembus korona radiata dan
zona pelusida yang membarrier ovum. Untuk keperluan tersebut, sperma memiliki akrosom di
anterior kepalanya. Akrosom tersebut berisi enzimenzim protease seperti hialuronidase, akrosin
dan CPE (Corona Penetrating Enzyme) yang fungsinya merusak barrier ovum, kemudian kepala
sperma berfusi dengan membran ovum dan memicu suatu perubahan kimiawi pada membran
yang menyebabkan lapisan ini tidak dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To
Polyspermy).
Selanjutnya sperma memasukkan kepalanya ke sitoplasma ovum, yang memicu pembelahan
meiosis akhir oosit sekunder. Kromosom pada kepala sperma akan menyatu dengan kromosom
ovum sehingga terbentuk kromosom yang diploid (2n). Proses penyatuan inilah yang disebut
FERTILISASI.
Mekanisme Implantasi
Setelah fertilisasi, ovum mulai membelah secara mitosis membentuk zigot lalu menjadi
morula dalam 34 hari dan bergerak menuju cavum uteri. Selanjutnya morula tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi blastokista (terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar/trofoblas dan inner
cell mass). Ketika blastokista terbentuk, endometrium sedang dalam fase sekresi dimana
vaskularisasinya meningkat dan kelenjar dipenuhi glikogen karena pengaruh progesteron.
Pada hari ke 59, blastokista terbenam di endometrium melalui kerja enzimenzim proteolitik yang
diproduksi lapisan luar blastokista (sinsitiotrofoblas). Enzim ini menyebabkan apoptosis epitel
endometrium sehingga sinsitiotrofoblas dapat menembus membran basal epitel dan masuk ke
stroma endometrium yang kaya glikogen dan vaskularisasi. Tujuannya adalah untuk nutrisi dan
oksigenasi zigot.
Mekanisme Plasentasi
Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan semakin besarnya ukuran
blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan sehingga janin akan semakin
mengembang ke arah dalam cavum uteri. Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap
memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya villi yang
bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve.
Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai
Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel
dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi.
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi ke desidua. Pada proses ini,
kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi
membentuk sinusoid. Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan
lapisan sinsitium yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam
dalam darah ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin
komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabanganpercabangan dimana
cabang vasa umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan
epitel trofoblas. Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis
mengapung dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien
dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai
anchoring villi .
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar
penampangnya. Dengan semakin lajutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas
dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis
maternal yang berasal dari ruang intervillous . Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri
maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah
uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang bersifat low resistance high flow vascular bed
yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin intra uterin.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien sisa metabolisme
hormon dan CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara
sirkulasi ibu dan anak menjadi semakin tipis. Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis
sirkulasi dan placental barrier pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang
memperluas permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan
mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah
dengan tebal 2 3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm 500 gram
Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat Wharton Jellyyang bertindak
sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat,
umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.
Perubahan fisiologis pada ibu selama kehamilan
Uterus :
a. Ukurannya membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim 30x25x20cm dan
kapasitasnya > 4000 cc.
b. Berat : dari 30 gr menjadi 1000 gr pada akhir kehamilan.
c. Bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, bulan ke4 bulat, dan akhir kehamilan
seperti bujur telur.
d. Konsistensi lunak akibat hipertrofi ismus tanda hegar
e. Perubahan fundus uteri:
1. minggu ke16 setengah jarak umbilikus ke simfisis
2. minggu ke20 dipinggir bawah umbilikus
3. minggu ke24 tepat dipinggir atas umbilikus
4. minggu ke28 3 jari diatas umbilikus (sepertiga jarak umbilikus ke proc.
Xifodeus)
5. minggu ke39 setengah jarak umbilikus ke proc. Xifodeus
6. minggu ke36 1 jari dibawah prosessus xifodeus
7. minggu ke40 fundus uteri turun kembali, letak 3 jari dibawah prosessus xifodeus.
Hal ini disebabkan kepala janin turun dan masuk ke dalam rongga panggul.
Posisi Rahim : letak anteflexi / retroflexi, pada awal kehamilan posisi rahim masih di rongga
pelvis dan mulai bulan ke4 sampai di rongga perut sampai batas hati.
Serviks Uteri : Vaskularisasi meningkat dan lunak yg disebut tanda goodell , dan warna
menjadi livid yg disebut tanda Chadwick.
Ovarium : Plasenta mulai terbentuk dan mengeluarkan estrogen dan progesteron.
Vagina dan vulva : lebih merah akibat peningkatan vaskularisasi sehingga warna selaput
lendirnya membiru (tanda Chadwick), kekenyalan meningkat sehingga daya renggang bertambah
sebagai persiapan persalinan.
Dinding perut : Timbul strie gravidarum yaitu robeknya serabut elastin akibat meregangnya
dinding perut.
Sirkulasi darah :
a. Volume darah dan plasma darah meningkat akibat hemodilusi
b. Albumin menurun pada awal kehamilan dan meningkat pada akhir kehamilan. Dan
fibrinogen meningkat terusmenerus
c. Hematokrit menurun, eritrosit meningkat , Hb menurun.
Sistem pernafasan : Sesak nafas karena paru terdorong oleh desakan diafrgma, disebabkan
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu.
Tulang : Persendian panggul terasa lebih longgar akibat ligamenligamen yang melunak .
Payudara : Peningkatan Berat, Ketegangan, Pembesaran, Hiperpigmentasi pada puting.
Kulit : mengalami hiperpigmentasi oleh karena deposit pigmen melanin yang dipengaruhi
Melanosit Stimulating Hormon, terutama pada striae gravidarum, linea alba (menjadi linea
nigra), areolla papilla mamae, pada pipi (disebut cloasma gravidarum)
Saluran pencernaan : Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi asam
lambung (gejala : mual, sakit kepala pagi hari). Progesteron akan memperlambat peristaltik
lambung dan usus sehingga pengosongan lambung berlangsung lama (gejala : kembung, mual,
muntah) dan terjadi konstipasi.
a.
b.
c.
d.
Kelenjar endokrin:
Tiroid : sedikit membesar.
Hipofisis : membesar pada lobus anterior.
Adrenal : tidak berpengaruh.
Metabolisme :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BMR meningkat
Kebutuhan protein meningkat
Metabolisme lemak meningkat
Metabolisme mineral meningkat
BB meningkat sebanyak 6,516,5 kg
Kebutuhan kalori meningkat selama hamil dan laktasi
1.2proses fisiologi ibu hamil
Uterus/Rahim
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi hasil pembuahan dalam
rahim (intrauterin). Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk
elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan perut (tinggi fundus):
Serviks uteri (leher rahim) mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan
(tanda Chadwick).
Ovarium (Kantong Telur)
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla
akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.
Sistem respirasi/Pernapasan
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma (otot pernapasan) juga
terdorong ke atas menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit). Inilah yang
menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi
juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah BAB), lebih sering
lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi peningkatan asam lambung. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per
hari (hiperemesis gravidarum).
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK
calon ibu, meliputi :
1. retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
2. anemia relatif
3. tekanan darah arterial menurun
4. curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir
kehamilan
5. volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
6. volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara
perlahan sampai akhir kehamilan.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik yang terjadi
pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat
sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada
kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl).
Laju endap darah meningkat. Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn
karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan
karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan
protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat
sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum
dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma
ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
1. ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2. produksi glukosa dari hati menurun
3. produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4. aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya,
hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah
mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
Kulit
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan
volume berbagai organ / cairan intrauterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg,
penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan
cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.
Cara lain untuk mendeteksi kehamilan:
1. Mendengarkan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin bisa terdengar melalui stetoskop khusus atau USG
Doppler.
Dengan bantuan steteoskop khusus, denyut jantung janin bisa terdengar
pada usia kehamilan 18-20 minggu; sedangkan jika menggunakan USG
Doppler, denyut jantung janin bias terdengar pada usia kehamilan 12-14
minggu.
2. Merasakan pergerakan janin.
Ibu bisa merasakan gerakan janin pada kehamilan 16-20 minggu. Wanita
yang sebelumnya pernah hamil akan meraskan gerakan janin ini lebih
awal.
1.3fisiologi janin
TRIMESTER PERTAMA
Minggu ke1
Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah pembelahan sel.
Minggu ke2
Selsel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yang mengelilingi
matahari sel ini akan bertemu dengan selsel sperma dan memulai proses pembuahan. 5 juta sel
sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi
pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tapi pada akhirnya hanya
1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk.
Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak hentihentinya berusaha
secara tekun menerobos dinding indung telur.
Minggu ke3
Sampai usia kehamilan 3 minggu.sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel
pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,10,2 mm.
Minggu ke4
Bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin
HCG), sehingga apabila sang ibu melakukan tes kehamilan, hasilnya positif.
Minggu ke5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
a. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas akan membentuk sistem saraf pada janin yang
seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit dan rambut.
b. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung,
buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.
c. Lapisan Endoderm yaitu lapisan yang paling dalam yang akan membentuk usus, hati,
pankreas dan pundi kencing.
Minggu ke6
Ukuran embrio ratarata 24 mm diukur dari puncak kepala hingga bokong.
a. Tuba saraf sepanjang punggung bayi menutup
b. Jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini
c. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucukpucuk kecil yang akan
berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.
Minggu ke7
a. Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 513 mm dan beratnya 0,8 gram, kirakira
sebesar biji kacang hijau.
b. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil
c. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara
yang terdapat di dalam paruparu.
Minggu ke8
a.
b.
c.
d.
Minggu ke 9
Telinga bagian luar mulai berbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan
tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun anda tak merasakannya. Dengan Doppler,
anda bisa mendengar detak jantungnya.
Minggu ke10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat
dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti
manusia kecil dengan panjang 3243 mm dan berat 7 gram.
Minggu ke11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai
tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan,
termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan
ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung,
atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus member sensasi kebahagiaan
tersendiri.
Minggu ke12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jarijari tangan dan kaki yang mungil
terpisah penuh. Usus bayi telah berada didalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume
darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14
gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter
setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai membentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
TRIMESTER KEDUA
Minggu ke13
Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi.
Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang berkembang. Janin mencapai
panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang
lain. Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke14
Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.
Minggu ke15
Jika bayi anda perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit
bayi masih sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan akhir minggu ini, beratnya 49
gram dan panjang 113 mm.
Minggu ke16
a. Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi mll plasenta
b. Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara
c. System peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Minggu ke17
Panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak cokelat mulai
berkembang rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai
terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke18
a.
b.
c.
d.
e.
Minggu ke19
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari luka.
Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan sadar
seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm.
Minggu ke20
Beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 1416 cm. Dibawah lapisan vernik, kulit bayi mulai
membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous. Kuku tumbuh pada minggu ini. Proses
penyempurnaan paruparu dan sistem pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Minggu ke21
Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.
Minggu ke22
Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional
Minggu ke 23
Memiliki kebiasaan berolahraga menggerakkan otot jarijari tangan dan kaki, lengan dan kaki
secara teratur. Beratnya hampir 450 gram.
Minggu ke24
Paruparu mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk
persiapan hidup di luar rahim, paruparu bayi mulai mengasilkan surfaktan yang menjaga kantung
udara tetap mengembang.
Minggu ke25
Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm
Minggu ke26
Berat badan bayi sudah mencapai 750780 gram, sedangkan tingginya 3538 cm
Minggu ke27
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban
yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870890 gram dengan tinggi badan 3638
cm.
TRIMESTER KETIGA
Minggu ke28
a.
b.
c.
d.
Minggu 29
a.
b.
c.
d.
Minggu 30
a. Lemak dan berat badan bayi terus bertambah
b. Gerakannya semakin terasa
c. Mata bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai
belajar untuk membuka dan menutup matanya.
d. Bayi sudah mulai memproduksi air mata
Minggu 33
a. Otak bayi semakin pesat berkembang
b. Sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah
bisa menelan.
c. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalamdalam walaupun nafasnya masih didalam air.
d. Jika bayinya lakilaki, testis sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Minggu 34
a.
b.
c.
d.
Minggu 35
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Minggu 36
a.
b.
c.
d.
e.
Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi
Ginjal bayi sudah bekerja dengan baik
Liver telah memproduksi kotoran
Paruparu bayi sudah bekerja baik
Berat badan bayi 24002450 gram, dengan tinggi badan 4748 cm
Minggu 37
a.
b.
c.
d.
Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi
dan anak. Dalam rahim, paruparu tidak berfungsi sebagai alat pernafasan sehingga pertukaran
gas dilakukan oleh plasenta.Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke 3
dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar
500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah kayaCO2 dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena cafa
superior. Kemudian meninggalkan ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis besar menuju aorta
melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, terus ke arteri iliaka
interna hingga ke arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta
tanpa melalui paruparu (tujuannya agar tekanan darah di paruparu dipertahankan rendah).
Sistem respirasi Janin
Janin dalam kandungan sudah mengadakan gerakangerakan pernafasan, namun air
ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paruparunya. Pusat pernapasan ini di pengaruhi oleh kadar
O2 dan CO2 dalam tubuh janin. Keadaan inidipengaruhi oleh sirkulasi plasenta (pengaliran
darah antara uterus dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi uteroplasenta
sehingga saturasi oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna,
eklampsia dan sebagainya, maka terjadilah gangguan keseimbangan asam basa pada janin
tersebut, dengan akibat dapat melumpuhkan pusat pernafasan janin.
Perubahan sirkulasi darah saat lahir
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
Vena umbilicalis
Ductus venosus arantii
Arteria umbilicalis
Ductus arteriosus botalii
Janin kecil
Agenesis renal
Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik
(machinery murmur) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 8 minggu. Foramen ovale tetap ada
pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena
cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum
teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium
2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan
selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri
pulmonalis dan kapiler paru
3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena
pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin.
FUNGSI RESPIRASI
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran gas.
Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis
merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru
mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir
dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35
minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin
membrane disease.
Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan bertambahnya
usia kehamilan
Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan
tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan
ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai paru janin intrauterin.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena
darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat
mencukupi kebutuhan.
PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO 2 akan
mengalami difusi dari janin ke ibu.
Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion kedalam
bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar.
Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan
gasping sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu
bagian dalam.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya.
Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui
aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam
usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga
mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan
mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan
merupakan indikasi adanya hipoksia akut.
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung
pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada
beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar
belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur
karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian,
hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu
yang dingin atau malnutrisi.
Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat
langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau
adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.
FUNGSI GINJAL
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal
tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan
elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 12. Pada kehamilan 32
minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah
komponen utama dari cairan amnion.
SISTEM IMUNOLOGI
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal
atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak
minggu ke 20
Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang
menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.
Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit monosit dan limfosit
Granulosit : granulosit eosinofilik basofilik dan neutrofilik
Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari Bone Marrow]
Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG IgM IgA - IgD dan IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin
meningkat 3 4 minggu pasca persalinan.
Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin.
Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta.
IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari
janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
ENDOKRIN
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin.
Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin
maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk
kepentingan metabolisme glukosa.
Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin, namun
peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan pasti.
Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid dalam
jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali dapat
menyebabkan kehamilan postmatur.
Janin memproduksi TSH thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 .
menjadi tipis dan membuka. Kontraksi yang sempurna adalah kontraksi yang simetris dengan
dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitud 4060 mmHg yang berlangsung selama 6090
detik dengan jangka waktu kontraksi 24 menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12
mmHg.1,3
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, yaitu
bila sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas
panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut
Litzman adalah keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus anterior
lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior
karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di
daerah anterior. Hal asinklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.1,3
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan
menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurut hukum
Koppel. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil,
yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam keadaan
fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma
belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intrauterin disebabkan oleh his yang berulangulang, kepala yang mengadakan rotasi, disebut juga
putaran paksi dalam.
Di dalam hal mengadakan rotasi ubunubun kecil berada di bawah simfisis. Sesudah
kepala janin sampai di dasar panggul dan ubunubun kecil di bawah simfisis, maka dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebih
lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturutturut tampak
bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi
yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.1,2,3
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul,
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan
trokanter depan terlebih dahulu baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir
seluruhnya.1,3
Dari uraian mekanisme persalinan normal di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tujuh
gerakan kardinal yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Engagement
Descent (penurunan)
Flexion (fleksi)
Internal rotation (putar paksi dalam)
Extension (ekstensi/defleksi)
External rotation (putar paksi luar)
Bila mekanisme persalinan yang fisiologik ini dipahami dengan sungguhsungguh, maka
pada halhal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika mungkin,
sehingga tindakantindakan operatif tidak perlu dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, segera jalan
nafas dibersihkan. Tali pusat dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm. Kemudian di
gunting diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Jepit tali pusat diberi antiseptika. Umumnya
bila telah lahir lengkap bayi akan segera menarik napas dan menangis. Resusitasi dengan jalan
membersihkan dan mengisap lendir pada jalan napas harus segera dikerjakan. 1,3
Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Persalinan berada dalam kala III atau kala
uri. Kala ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II, sebab kematian ibu karena perdarahan
pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala II kurang cermat diterapkan. Seperti telah
dikemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitud yang kirakira sama tingginya
hanya frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus akan mengecil, sehingga perlekatan
plasenta dnegan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat
dimulai dari tengah (sentral) menurut Schultze, pinggir (marginal) menurut MathewsDuncan,
atau kombinasi keduanya. Yang terbanyak adalah pelepasan menurut Schultze, Umumnya kala
III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kirakira 2 jari di
bawah pusat.1,3
Pemantauan Persalinan dengan Partograf WHO
Partograf WHO adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.4
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.4
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
a.
b.
c.
d.
e.
Kondisi janin:
a. warna dan adanya air ketuban.
b. penyusupan (molase) kepala janin.
Kemajuan persalinan:
a. pembukaan serviks;
a. penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
b. garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
a. waktu mulainya fase aktif persalinan
b. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
a.
b.
c.
d.
e.
Kondisi ibu:
a. nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
b. urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (ter Mencatat Temuan pada Partograf
A.Informasi tulis
Informasi tulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tandatanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.
Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Hubungkan yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung Penolong harus waspada bila DJJ mengarah
hingga dibawah 120 atau diatas 160.
2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuantemuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur
DJJ.
Gunakan lambanglambang berikut ini:
U
J
M
bercampur mekonium
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
: selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering)
sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda O yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisi pubis adalah 4/5
maka tuliskan tanda O di garis angka 4. Hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4
cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm
per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang,
serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dan lainlain).
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
D.Kontraksi uterus
Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30
menit selama fase aktif.
Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:
20 detik
2040 detik
40 detik
d) Bayi baru lahir Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat
dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain
dan hasilnya.
e) Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting,
terutama untuk menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi
komplikasi perdarahan pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
Tahapan Persalinan Normal
Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala
pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar
sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, dalam kala ini diamati apakah terjadi
perdarahan postpartum pada ibu atau tidak.
Kala I
Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluhpembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseranpergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam 2 fase:
Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm. Selama fase ini, orientasi dari kontraksi uterus adalah pada perlunakan serviks
serta penipisan (effacement). Kriteria minimal Friedman untuk memasuki fase aktif adalah
pembukaan dengan laju 1,2 cm/jam untuk nullipara, serta 1,5 cm/jam untuk multipara.3
Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yakni:
Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dengan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Pembukaan ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang bersamaan.1
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Tidak
jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Kala I
selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.1
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kirakira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
ratarata 1,5 jam dan pada multipara ratarata 30 menit. 1,2,3
Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.1,3
Kala I
Kala II
Kala III
Pimpinan persalinan yang normal juga terbagi dalam 4 kala sesuai dengan mekanisme
persalinan normal
Kala I
Dalam kala I pekerjaan dokter, bidan, atau penolong persalinan ialah mengawasi wanita
inpartu sebaikbaiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persalinan sudah dilakukan.
Memberi obat atau melakukan tindakan hanya apbila ada indikasi untuk ibu maupun anak. Pada
seorang primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk pintu atas panggul pada
kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38 minggu. Pada kala
I, apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam pintu atas panggul serta ketuban belum
pecah, wanita tersebut dapat dipersilahkan duduk atau berjalanjalan disekitar kamar bersalin.
Tetapi, pada umumnya wanita tersebut lebih suka berbaring karena sakit ketika muncul his.
Berbaring sebaiknya ke sisi, tempat punggung janin berada.
Cara ini mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam. Apabila kepala janin
belum turun ke dalam pintu atas panggul, sebaiknya wanita tersebut berbaring terlentang, karena
bila ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasikomplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps
tangan, dan sebagainya. Apabila his sudah sering dan ketuban sudah pecah wanita tersebut harus
berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala hendaknya
dilakukan untuk memeriksa kemajuan persalinan, di samping dapat dilakuakn pula pemeriksaan
rektal atau pervaginam. Hasil pemeriksaan pervaginam juga disebut pemeriksaan dalam harus
menyokong dan lebih merinci apa yang dihasilkan oleh pemeriksaan luar. Harus disadari bahwa
tiap pemeriksaan dalam pada waktu persalinan selalu menimbulkan bahaya infeksi dan rasa nyeri
pada penderita.
Akan tetapi halhal tersebut jangan sampai menghalangi untuk menjalankan pemeriksaan
dalam yang diperlukan untuk menilai vagina (terutama dindingnya, menyempit atau tidak),
keadaan dan pembukaan serviks, kapasitas panggul, ada tidaknya penghalang jalan lahir, sifat
fluor albus, dan adanya penyakit seperti Bartholinitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya, ketuban,
presentasi kepala janin, turunnya kepala dalam ruang panggul, penilaian besarnya kepala
terhadap panggul, dan menilai kelangsungan persalinan.
Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala, tetapi kurang baik untuk
menilai ketuban, keadaan serviks, serta posisi dan presentasi kepala. Pemeriksaan per rektum
dapat mengurangi infeksi eksogen (dari luar), tetapi dapat menimbulkan infeksi endogen (dari
dalam) bila pemeriksaan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis dan menggosokgosok
dengan jari dinding vagina bagian belakang yang pada umumnya mengandung kumankuman ke
dalam pembukaan serviks. Pada pemeriksaan per vaginam kemungkinan infeksi eksogen dapat
diperkecil bila pemeriksa memperhatikan asepsis dan antisepsis dengan memakai sarung tangan
steril dan dapat menggunakan krem dettol atau sejenis.
Mengingat adanya kemungkinan menimbulkan infeksi, maka pemeriksaan dalam
hendaknya hanya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila akan diadakan tindakan
di samping perlu untuk mengetahui kemajuan persalinan.
Dalam kala I wanita dalam keadaan in partu dilarang mengedan. Sebaiknya sebelumnya
dilakukan dahulu lavement.
Lazimnya dimasukkan 20 sampai 40 ml gliserin ke dalam rektum dengan penyemprot
klisma atau diberi suppositoria. Jika tidak diberi klisma, skibala di rektum akan membuat wanita
tersebut mengedan sebelum waktunya. Skibala di rektum juga akan menghalangi rotasi kepala
yang baik pada kala I.
Kala II
Kala II dimulai jika pembukaan serviks telah lengkap. Umumya pada akhir kala I atau
permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.
Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadangkadang pada permulaan kala II ini
wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai timbulnya rasa mengedan yang kuat. Di
samping his, wanita tersebut harus dipimpin untuk mengedan pada waktu ada his. Selain itu,
denyut jantung janin juga harus sering diawasi.
Ada dua cara meneran yang baik, yaitu:6
Wanita tersebut dalam letak merbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala
sedikit diangkat, sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat melihat perutnya.
Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan, tergantung pada letak
punggung anak.
Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki berada di atas. Posisi ini baik dilakukan bila
putaran paksi dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi kanan
wanita tersebut.
Bila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka. Rambut dan kepala janin
mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai meregang. Perineum mulai lebih tinggi,
sedangkan anus mulai membuka. Anus pada awalnya berbentuk bulat, kemudian berbentuk
seperti huruf D. Yang tampak dalam anus adalah dinding depan rektum. Perineum harus ditahan
dan bila tidak, dapat menyebabkan ruptura perinei, terutama pada primigravida. Perineum
ditahan dengan tangan kanan dan sebaiknya dilapisi dengan kain steril.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak
masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan
suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian
belakang kepala dengan maksud agar gerkana defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian,
ruptura perinea dapat dihindarkan.
Untuk mengawasi perineum ini posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan
dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan
akan timbul ruptura perinea, maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Ada beberapa teknik untuk
melakukan episiotomi, antara lain episiotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah, episiotomi
mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus sfingter ani yang diperluas ke
sisi, episiotomi lateral dimana sering menimbulkan perdarahan.
Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan
penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas.
Bahaya yang dapat terjadi ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini
muskulus sfingter ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis
harus dikerjakan serapirapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi. Untuk
menghindarkan robekan perineum kadangkadang dilakukan perasat menurut Ritgen, yaitu bila
perineum meregang dan menipis, tahan kiri menahan dan menekan bagian belakang kepala janin
ke arah anus. Tangan kanan pada perineum.
Dengan ujung jarijari tangan kanan tersebut melalui kulit perineum dicoba menggait
dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan hatihati. Dengan demikian, kepala janin
dilahirkan perlahanlahan keluar. Setelah kepala lahir diselidiki apakah tali pusat mengadakan
lilitan pada leher janin. Bila terdapat lilitan dilonggarkan, bila sukar dapat dilepaskan dengan
cara menjepit tali pusat dengan 2 cunam Kocher, kemudian diantaranya dipotong dengan gunting
yang tumpul ujungnya. Setelah kepala lahir, kepala akan mengadakan putar paksi luar ke arah
letak punggung janin.
Usaha selanjutnya ialah melahirkan bahu janin. Mulamula dilahirkan bahu depan,
dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik
perlahanlahan ke arah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak dibenarkan penarikan yang terlalu
keras dan kasar oleh karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokleidomastoideus.
Kemudian, kepala janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanutnya ialah melahirkan
badan janin, trokanter anterior disusul oleh trokanter posterior. Usaha ini tidak sesukar usaha
melahirkan kepala dan bahu janin oleh karena ukuranukurannya lebih kecil. Dengan kedua
tangan dibawah ketiak janin dan sebagian di punggung atas, berturutturut dilahirkan badan,
trokanter anterior, dan trokanter posterior.
Setelah janin lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik napas dan menangis
keras. Kemudian bayi diletakkan dengan kepala ke bawah kirakira membentuk sudut 30 derajat
dengan bidang datar. Lendir pada jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap
lendir. Tali pusat digunting 5 sampai 10 cm dari umbilikus. Dengan cara, tali pusat dijepit 2
cunam Kocher pada jarak 5 dan 10 cm dari umbilikus. Bial ada kemungkinan akan diadakan
transfusi pertukaran pada bayi maka pemotongan tali pusat diperpanjang sampai antara 1015
cm .
Di antara kedua cunam tersebut tali pusat digunting dengan yang berujung tumpul.
Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat dengan kuat. Hal ini harus diperhatikan
karena ikatan kurang kuat dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih dapat terjadi yang
dapat membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing, jibila penuh
dilakukan pengosongan kandung kencing, jika bisa wanita tersebut kencing sendiri. Kandung
kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang
berarti dapat menimbulkan perdarahan postpartum.
Kala III
Persalinan kala III disebut juga kala uri. Kala III ini, seperti telah dijelaskan, tidak kalah
pentingnya dengan kala I dan kala II. Ketidak hatihatian dalam memimpin kala II dapat
mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai
plasenta lahir lengkap.
Terdapat dua tingkat kelahiran plasenta, yang pertama ialah melepasnya plasenta dari
implantasinya pada dinding uterus dan dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta dari kavum
uteri. Seperti telah disebut diatas, setelah janin lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan pengecilan permukaan kavum uteri tempat implantasi palsenta. Menagakibatkan
plasenta akan lepas dari tempat implantasinya. Pelepasan ini dapat di mulai dari tengah menurut
Schultze atau dari pinggir menurut MathewsDuncan atau serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.3
Cara yang pertama ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina, tanda
ini dikemukakan oleh Ahlfield, tanpa adanya perdarahan pervaginam, sedangkan cara yang
kedua ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih, maka hal ini patologik. Apabila plasenta lahir,
umumnya otototot uterus segera berkontraksi menjepit pembuluhpembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan segera berhenti.
Pada keadaan normal menurut CaldeyroBarcia plasenta akan lahir spontan dalam waktu
6 menit setelah anak lahir lengkap.6 Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat
implantasinya, dipakai beberapa perasat antara lain:
Perasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara hatihati. Apabila hanya
sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
Perasat Strassmann.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri mengetokngetok
fundus uteri. Bila terasa ada getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding
uterus.
Perasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan dan tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannyan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus.
Kombinasi dari tiga perasat ini baik dijalankan secara hatihati setelah mengawasi wanita
yang baru melahirkan bayi selama 6 sampai 15 menit. Bila plasenta telah lepas spontan, maka
dapat dilihat bahwa uterus berkontraksi baik dan terdorong keatas kanan oleh vagina yang berisi
plasenta. Dengan tekanan ringan pada fundus uteri plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa
menyuruh wanita bersangkutan mengedan yaitu dengan menggunakan perasat Crede. Dengan
cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat
digunakan bila terpaksa misalnya perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan
perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat Crede sukar atau tidak dapat
dikerjakan.
Setelah plasenta lahir, harus diteliti apakah kotiledonkotiledon lengkap atau masih ada
sebagian yang tertinggal dalam kavum uteri. Begitu pula apakah pada pinggir plasenta masih
didapat hubungan dengan plasenta lain, seperti adanya plasenta suksenturiata. Selanjutnya harus
pula diperhatikan apakah korpus uteri berkontraksi baik. Harus dilakukan masase ringan pada
korpus uteri untuk memperbaiki kontraksi uterus. Apabila diperlukan karena kontaksi uterus
kurang baik, dapat diberikan uterotonika seperti pitosin, metergin, ermetrin, dan sebagainya,
terutama pada persalinan lama, grande multipara, gemelli, hidroamnion, dan sebagainya.
Bila semuanya telah berjalan dengan lancar dan baik, maka luka episiotomi harus
diteliti, dijahit, dan diperbaiki.
Segera bayi lahir, tinggi fundus uteri dan konsistensinya hendaknya dipastikan. Selama uterus
kencang dan tidak ada perdarahan yang luar biasa, menunggu dengan waspada sampai plasenta
terlepas biasa dilakukan. Jangan dilakukan masase; tangan hanya diletakkan diatas fundus, untuk
memastikan bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan berisi darah dibelakang plasenta
yang telah terlepas.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
a. Uterus menjadi globular, dan biasanya terlihat lebih kencang. Ini merupakan tanda awal.
b. Sering ada pancaran darah mendadak.
c. Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun masuk ke
segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya mendorong uterus keatas.
d. Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta telah turun.
e. Tanda ini kadangkadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam waktu lima menit. Kalau plasenta sudah lepas, penolong harus memastikan bahwa
uterus telah berkontraksi kuat. Ibu boleh diminta untuk mengejan dan tekanan
intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk mendorong plasenta.
Manajemen aktif kala III.6
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III
meliputi:
a. Penatalaksanaan oksitosin dengan segera
b. Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
c. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir.
Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta.
Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali atau PTT dengan cara:
Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerkan dorso kranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5 cm di depan vulva
Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (23 menit)
Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan
yang sama dengan tangan ke uterus. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan
pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga member tahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi
bukan melakukan PTT. Ulangi langkahlangkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas.
Begitu plasenta terasa lepaas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem tali pusat
mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai denga jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi.
Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Kala ini perlu untuk mengamatamati apakah ada perdarahan postpartum. Ratarata dalam batas
normal, jumlah pada umumnya adalah 100300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah
dianggap abnormal, harus dicari penyebabnya. Tujuh pokok penting yang harus diperhatikan
sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan adalah: Kontraksi rahim. Dapat diketahui
denga palpasi fundus uteri. Bila perlu dilakukan masase dan berikan uterotonika (methergin,
ermetrin, pitosin).
Perdarahan. Apakah ada atau tidak serta jumlahnya.
Kandung kencing. Diharuskan kosong, jika penuh ibu diminta kencing sendiri atau menggnakan
kateter. Lukaluka. Dilihat jahitan terdapat perdarahan atau tidak.
Uri dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
Keadaan umum ibu. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
Bayi dalam keadaan baik.
Namun, banyak literatur menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama
16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayahwilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga
bulan postpartum.
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb <
11 g/dl dan ferritin > 20 ug/I) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat
lahir rendah. Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal ( 13,2
g/dl) mendapatkan peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc, Selain itu,
pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan dengan
proporsi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol.
Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya
cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena
kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau
pengobatan antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama
kehamilan tampaknya merniliki efek penghambatan terhadip absorbsi folat.
Defisiensi asam folat oleh karenanya sangat urnum terjadi pada keharnilan
dan merupakan penyebab utama anemia megaloblastik pada kehamilan.
Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adaiah
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan
adanya selsel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena
defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena
defisiensi vitamin B12 (kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting
untuk sintesis DNA yang memadai dan produksi asarn amino. Kadar asam
folat yang tidak cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia
megaloblastik.
Gejala - gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum
ditarnbah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah
tampak prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan
perbandingan inti juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal,
sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dan
perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV,
adanya peningkatan saturasi besi dan transferin serum juga bermanfaat.
Neutropenia dan trombositopenia adalah akibat maturasi granulosit dan
trombosit yang abnormal. Tanda awal defisiensi asam folat adalah kadar folat
serum yang rendah (kurang dari 3 ng/ml). Namun, kadar tersebut merupakan
cerminan asupan folat yang rendah pada beberapa hari sebelumnya yang
mungkin meningkat cepat begitu asupan diperbaiki. Indikator status folat
yang lebih baik adalah folat dalam sel darah merah, yang relatif tidak
menghambat kerja organorgan penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah
rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Anemia
payah jantung
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran
darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30 %, sel
darah 18 %, dan hemoglobin 19 %. Pengenceran darah dianggap sebagai
penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi
wanita. Pertama tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia
cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik.
Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang
lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 4560% dimulai pada
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldosteron.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia
berat (< 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata
kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin
terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.
Gejala Yang Sering Terjadi
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satusatunya gejala
kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia
derajat sedang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau
riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati
a.
b.
c.
d.
geneti
DIAGNOSIS
Pada anamnesa & pemeriksaan fisik biasanya dijumpai berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah,lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar
limpa. Lalu memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan
mudah patah serta Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah
daging, stomatitis angularis, pecahpecah disertai kemerahan dan nyeri sudut
mulut.
Ciriciri anemia defisiensi besi:
Mikrositosis
Hipokromasia
Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang
bersifat normositer dan normokrom
Kadar besi serum rendah
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik ibu
hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas
sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis
wanita yang mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS
yang menderita KEK.
Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai
resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Pengaruh Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.
Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah.
Kebutuhan Nutrisi pada Perempuan Tidak Hamil, Hamil, dan
Menyusui
Total Kenaikan
BB (Kg)
Penambahan BB
TM I
(Kg)
TM
II
(Kg)
Normal
( BMI 19,826)
12,5 13
2,3
0,49
Kurus ( BMI
< 19,8 )
11,5 16
1,6
0,44
Lebih
7 11, 6
0,9
0,3
Obesitas
( BMI > 29 )
Status
Tanda
Keadaan umum
Responsive, gesit
Berat badan
Postur
Otot
Saraf
Pencernaan
Jantung
Vitalitas umum
Rambut
Kulit
Bibir
Mulut
Gusi
Lidah
Gigi geligi
Mata
Kelenjar
Kuku
Tungkai
maupun uangnya. Sebaiknya dibayarkan kepada orang miskin atau orang tak mampu. Boleh
kepada satu orang untuk semua hari atau beberapa orang.
Dalam sebuah riwayat dari Ayyub bahwa Anas bin Malik rahimahullah ketika sudah tua
dan tak mampu puasa beliau membayar dengan cara mengundang 30 orang miskin untuk satu
kali makan di rumahnya, dan itu adalah pembayaran untuk 30 hari tidak puasa. (Lihat riwayatnya
dalam Sunan AdDaraquthni, no. 2415).
6. Memahami dan menjelaskan diagnosis kehamilan
Ada3macamtandatandakehamilan:
1.Tanpapastihamil
a.Mendengardenyutjantungjanin
Denyutjantungjaninadalahdiagnosispastikehamilan,yangdapat
didengarkandenganfetoskoppadausiakehamilan1719minggu,danpada
Dopplerpadausiakehamilan1012minggu.
b.Merabadanmelihatgerakanjanin
Gerakanjaninmulaidapatdirasakanpadaibu,dirabaolehpemeriksapada
usiakehamilan20minggukeatas
c.PemeriksaanUltrasonografi
Padapemeriksaanultrasonografi,dapatdilihatkantungkehamilanpadausia
gestasi5minggu,denyutjantungjaninpadausia7minggu
d.Pemeriksaanelectrocardiografi
e.PemeriksaanRadiologi
Padawanitahamilmingguke14,akanterlihatgambaranfokkiossifikasi
2.Tandamungkinhamil
a.HegarSign
Padawanitahamilmingguke6,isthmusuteriakansangatlembekkarenapeningkatankadarestrogendan
progesterone.Sehinggapadapemeriksaanbimanual,corpusuteriseolaholahmenyatudenganserviks
b.GoedelSign
Padawanitahamil68minggu,serviksuterimenjadisangatlembek,yangjugadisebabkanpeningkatan
kadarestrogendanprogesterone.
c.PiskacekSign
Adalahsuatutandadimanauterusmembesartidakrata,karenaperkembanganorganjanin
d.BraxtonHicks
Adalahtandadimanauterusberkontraksitidakteratur,dantidakdisertairasanyeri
e.PembesaranPerut
Perutakanmembesarpadakehamilandanmakinmembesarseiringbertambahnyausiakehamilan
f.Ballotement
Suatutandadimanavolumeairketubanlebihbanyakdaripadavolumebayi,sehinggajikadilakukan
pemeriksaanballottement,akanterasalentingan,danjikabayimelentingseluruhnyadisebutballottement
intoto.
g.PemeriksaanHcg
Padawanitahamil,kadarHcgakanmeningkat,danurineakanmengandungHcg
3.Tandadugaanhamil
Terdapatkeluhandangejalapadatandadugaanwanitahamil,yaitu:
KeluhanHamil
a.MorningSickness
Biasaterjadipadamingguke6usiakehamilan,sangibuakanmengeluhmintahmuntahpadapagihari,
yangdisebabkanpeningkatankadarHcgyangmeningkat.
b.GangguanBerkemih
Seiringdenganmembesarnyadannaiknyauteruskeronggaabdomen,Ibuakanmengeluhjarang
berkemih,danakanmengeluhseringberkemihbilakepalabayitelahturunkesegmenbawahrahim
c.Mudahlelah
d.Ibumerasakangerakanfetus
Ibuseolaholahmerasakangerakanfetusyangmungkinbisaterjadipadawanitayangsangat
menginginkankehamilan
GejaladugaanHamil
a.Amenorrhea
b.Keluarnyakolostrum
c.timbulstriae
d.ChadwickSignadalahsuatugejaladimanamukosavaginaberwarnakeunguankarenaterjadi
pelebaranpembuluhdarah
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1984. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Adenia,I., Piliang,S., Roeshadi,R.H., Tala,,M.R.Z. (1999), Kehamilan dan Persalinan Normal,
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUD dr. Pirngadi RSUP dr. Adam Malik, Medan.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Soetjiningsih & IG. N. Gde Ranuh. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Fiqh AsSunnah, AsSayyid Sabiq, penerbit: AlFath lil Ilam AlArabi, cet II, 1999
Irwa` AlGhalil, Muhammad Nashiruddin AlAlbani, AlMaktab AlIslami, cet. 1985
www.fiqhislam.com