You are on page 1of 65

1.

Mm fisiologi kehamilan
Hormon

Fungsi

hCG

mempertahankan korpus luteum


untuk tetap memproduksi
progesteron dan estrogen.
mencegah menstruasi dan
mempertahankan kehamilan.
mempengaruhi toleransi
imunitas pada kehamilan.
kadar tinggi menyebabkan
morning sickness
produksi ASI
merangsang pertumbuhan dan
pembesaran payudara
membuat rasa ngilu dan sakit
bila puting bila disentuh.
menyebabkan perubahan dalam
metabolisme karbohidrat dan
lemak
Kadar rendah menandakan ggn
fungsi plasenta.
menghambat aksi prolaktin
vasodilatasi menyebabkan
edema kaki, varises dan
hipotensi.
pertumbuhan kelenjar mammae
memperkuat dinding rahim
mengontrol pelepasan LH dan
FSH
merelaksasikan serviks, vagina
dan vulva
mencegah kontraksi uterus
menghambat peristaltik saluran
cerna sehingga ibu mudah
kembung dan konstipasi
membangun lapisan dinding
rahim untuk menyangga
plasenta.
mempengaruhi emosi ibu,
meningkatkan suhu tubuh dan
pernafasan ibu
menurunkan libido selama
kehamilan
mendeposit pigmen melanin
pada jaringan kulit menyebabkan

HPL

Estroge
n

Progest
eron

MSH

Di produksi
oleh
Embrio pasca
fertilisasi
hingga minggu
ke 16
kehamilan.

Plasenta

Folikel ovum
yang sedang
tumbuh,
Korpus luteum,
plasenta

Korpus Luteum
pada ovarium,
plasenta

Hipofisis
anterior

Relaxin

hiperpigmentasi, terutama di pipi


(cloasma gravidarum), linea
midabdominalis (linea nigra),
areola papilla mamae dan striae
gravidarum.
melembutkan leher rahim
merelaksasikan sendi dan
ligamen panggul.

korpus luteum,
plasenta

1.1proses fertilisasi, nidasi, dan plasentasi

Mekanisme fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan sperma dengan ovum untuk kemudian membentuk
zigot. Sebelum proses ini terjadi, terlebih dahulu akan dibahas tentang mekanisme postovulasi
dan perjalanan sperma ke tuba fallopii :
Ovulasi
Ovum yang dikeluarkan dari folikel de graaf akan ditangkap oleh fimbriae dan masuk
ke ostium abdominalis kemudian bergerak menuju ke ampulla tuba. Ovum akan terus di ampulla
hingga kirakira 24 jam setelah ovulasi.

Perjalanan sperma ke tuba fallopii

Saat ejakulasi, jutaan sperma dipancarkan ke vagina dan mulut rahim (portio seviks).
Selanjutnya sperma akan bergerak menuju ke ampulla dengan ekornya. Perjalanan sperma dari
vagina menuju ampulla tuba dipenuhi banyak hambatan, diantaranya :
a.
b.
c.
d.

Suasana pH vagina yang asam cukup mematikan sperma (bersifat basa)


sekret dari serviks yang kental dan melapisi mukosa uterus
kontraksi miometrium akan mengadukaduk sperma
gerakan silia di epitel tuba berlawanan dengan gerakan sperma
Sperma dengan kualitas yang bagus akan tahan didalam rahim selama 3 hari. Dalam

perjalanannya menuju ampulla, banyak sperma yang mati sehingga yang sampai ke ampulla
hanya ratusanribuan saja. Sesampainya di ampulla, sperma harus menembus korona radiata dan
zona pelusida yang membarrier ovum. Untuk keperluan tersebut, sperma memiliki akrosom di
anterior kepalanya. Akrosom tersebut berisi enzimenzim protease seperti hialuronidase, akrosin
dan CPE (Corona Penetrating Enzyme) yang fungsinya merusak barrier ovum, kemudian kepala
sperma berfusi dengan membran ovum dan memicu suatu perubahan kimiawi pada membran
yang menyebabkan lapisan ini tidak dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To
Polyspermy).
Selanjutnya sperma memasukkan kepalanya ke sitoplasma ovum, yang memicu pembelahan
meiosis akhir oosit sekunder. Kromosom pada kepala sperma akan menyatu dengan kromosom
ovum sehingga terbentuk kromosom yang diploid (2n). Proses penyatuan inilah yang disebut
FERTILISASI.
Mekanisme Implantasi
Setelah fertilisasi, ovum mulai membelah secara mitosis membentuk zigot lalu menjadi
morula dalam 34 hari dan bergerak menuju cavum uteri. Selanjutnya morula tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi blastokista (terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar/trofoblas dan inner
cell mass). Ketika blastokista terbentuk, endometrium sedang dalam fase sekresi dimana
vaskularisasinya meningkat dan kelenjar dipenuhi glikogen karena pengaruh progesteron.
Pada hari ke 59, blastokista terbenam di endometrium melalui kerja enzimenzim proteolitik yang
diproduksi lapisan luar blastokista (sinsitiotrofoblas). Enzim ini menyebabkan apoptosis epitel
endometrium sehingga sinsitiotrofoblas dapat menembus membran basal epitel dan masuk ke
stroma endometrium yang kaya glikogen dan vaskularisasi. Tujuannya adalah untuk nutrisi dan
oksigenasi zigot.

Mekanisme Plasentasi
Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan semakin besarnya ukuran
blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan sehingga janin akan semakin
mengembang ke arah dalam cavum uteri. Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap
memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya villi yang
bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve.
Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai
Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel
dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi.
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi ke desidua. Pada proses ini,
kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi
membentuk sinusoid. Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan
lapisan sinsitium yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam
dalam darah ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin
komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabanganpercabangan dimana
cabang vasa umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan
epitel trofoblas. Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis
mengapung dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien
dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai
anchoring villi .
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar
penampangnya. Dengan semakin lajutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas
dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis
maternal yang berasal dari ruang intervillous . Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri
maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah
uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang bersifat low resistance high flow vascular bed
yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin intra uterin.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien sisa metabolisme
hormon dan CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara
sirkulasi ibu dan anak menjadi semakin tipis. Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis

sirkulasi dan placental barrier pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang
memperluas permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan
mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah
dengan tebal 2 3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm 500 gram
Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat Wharton Jellyyang bertindak
sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat,
umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.
Perubahan fisiologis pada ibu selama kehamilan
Uterus :
a. Ukurannya membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim 30x25x20cm dan
kapasitasnya > 4000 cc.
b. Berat : dari 30 gr menjadi 1000 gr pada akhir kehamilan.
c. Bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, bulan ke4 bulat, dan akhir kehamilan
seperti bujur telur.
d. Konsistensi lunak akibat hipertrofi ismus tanda hegar
e. Perubahan fundus uteri:
1. minggu ke16 setengah jarak umbilikus ke simfisis
2. minggu ke20 dipinggir bawah umbilikus
3. minggu ke24 tepat dipinggir atas umbilikus
4. minggu ke28 3 jari diatas umbilikus (sepertiga jarak umbilikus ke proc.
Xifodeus)
5. minggu ke39 setengah jarak umbilikus ke proc. Xifodeus
6. minggu ke36 1 jari dibawah prosessus xifodeus
7. minggu ke40 fundus uteri turun kembali, letak 3 jari dibawah prosessus xifodeus.
Hal ini disebabkan kepala janin turun dan masuk ke dalam rongga panggul.
Posisi Rahim : letak anteflexi / retroflexi, pada awal kehamilan posisi rahim masih di rongga
pelvis dan mulai bulan ke4 sampai di rongga perut sampai batas hati.
Serviks Uteri : Vaskularisasi meningkat dan lunak yg disebut tanda goodell , dan warna
menjadi livid yg disebut tanda Chadwick.
Ovarium : Plasenta mulai terbentuk dan mengeluarkan estrogen dan progesteron.
Vagina dan vulva : lebih merah akibat peningkatan vaskularisasi sehingga warna selaput
lendirnya membiru (tanda Chadwick), kekenyalan meningkat sehingga daya renggang bertambah
sebagai persiapan persalinan.

Dinding perut : Timbul strie gravidarum yaitu robeknya serabut elastin akibat meregangnya
dinding perut.
Sirkulasi darah :
a. Volume darah dan plasma darah meningkat akibat hemodilusi
b. Albumin menurun pada awal kehamilan dan meningkat pada akhir kehamilan. Dan
fibrinogen meningkat terusmenerus
c. Hematokrit menurun, eritrosit meningkat , Hb menurun.
Sistem pernafasan : Sesak nafas karena paru terdorong oleh desakan diafrgma, disebabkan
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu.
Tulang : Persendian panggul terasa lebih longgar akibat ligamenligamen yang melunak .
Payudara : Peningkatan Berat, Ketegangan, Pembesaran, Hiperpigmentasi pada puting.
Kulit : mengalami hiperpigmentasi oleh karena deposit pigmen melanin yang dipengaruhi
Melanosit Stimulating Hormon, terutama pada striae gravidarum, linea alba (menjadi linea
nigra), areolla papilla mamae, pada pipi (disebut cloasma gravidarum)
Saluran pencernaan : Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi asam
lambung (gejala : mual, sakit kepala pagi hari). Progesteron akan memperlambat peristaltik
lambung dan usus sehingga pengosongan lambung berlangsung lama (gejala : kembung, mual,
muntah) dan terjadi konstipasi.
a.
b.
c.
d.

Kelenjar endokrin:
Tiroid : sedikit membesar.
Hipofisis : membesar pada lobus anterior.
Adrenal : tidak berpengaruh.

Metabolisme :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

BMR meningkat
Kebutuhan protein meningkat
Metabolisme lemak meningkat
Metabolisme mineral meningkat
BB meningkat sebanyak 6,516,5 kg
Kebutuhan kalori meningkat selama hamil dan laktasi
1.2proses fisiologi ibu hamil

Perubahah Pada Organ-organ Reproduksi

Uterus/Rahim

Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi hasil pembuahan dalam
rahim (intrauterin). Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk
elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan perut (tinggi fundus):

tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)

kehamilan 8 minggu : telur bebek

kehamilan 12 minggu : telur angsa

kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis(tulang kemaluan)-pusat

kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat

kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphid (tulang rongga dada paling bawah)

kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid

36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Serviks uteri (leher rahim) mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
Vagina / vulva

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan
(tanda Chadwick).
Ovarium (Kantong Telur)
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla
akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

Sistem respirasi/Pernapasan

Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma (otot pernapasan) juga
terdorong ke atas menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit). Inilah yang
menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.

Sistem gastrointestinal

Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi
juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah BAB), lebih sering
lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi peningkatan asam lambung. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per
hari (hiperemesis gravidarum).

Sistem sirkulasi / kardiovaskular

Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK
calon ibu, meliputi :
1. retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
2. anemia relatif
3. tekanan darah arterial menurun

4. curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir
kehamilan
5. volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
6. volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara
perlahan sampai akhir kehamilan.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik yang terjadi
pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat
sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada
kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl).
Laju endap darah meningkat. Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn
karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.

Metabolisme

Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan
karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan
protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat
sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum
dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma
ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
1. ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2. produksi glukosa dari hati menurun
3. produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4. aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya,
hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).

Traktus urinarius/saluran kemih

Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah
mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

Kulit

Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa


hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, striae lividae pada perut, dsb.
Terdapat linea nigra dibagian perut.

Peningkatan Berat Badan Selama Hamil

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan
volume berbagai organ / cairan intrauterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg,
penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan
cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.
Cara lain untuk mendeteksi kehamilan:
1. Mendengarkan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin bisa terdengar melalui stetoskop khusus atau USG
Doppler.
Dengan bantuan steteoskop khusus, denyut jantung janin bisa terdengar
pada usia kehamilan 18-20 minggu; sedangkan jika menggunakan USG
Doppler, denyut jantung janin bias terdengar pada usia kehamilan 12-14
minggu.
2. Merasakan pergerakan janin.
Ibu bisa merasakan gerakan janin pada kehamilan 16-20 minggu. Wanita
yang sebelumnya pernah hamil akan meraskan gerakan janin ini lebih
awal.

3. Memeriksa rahim dengan USG.Rahim yang membesar bisa dilihat


dengan USG pada kehamilan 6 minggu, demikian juga halnya dengan
denyut jantung janin.

1.3fisiologi janin

TRIMESTER PERTAMA

Minggu ke1
Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah pembelahan sel.
Minggu ke2
Selsel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yang mengelilingi
matahari sel ini akan bertemu dengan selsel sperma dan memulai proses pembuahan. 5 juta sel
sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi
pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tapi pada akhirnya hanya
1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk.
Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak hentihentinya berusaha
secara tekun menerobos dinding indung telur.
Minggu ke3

Sampai usia kehamilan 3 minggu.sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel
pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,10,2 mm.

Minggu ke4
Bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin
HCG), sehingga apabila sang ibu melakukan tes kehamilan, hasilnya positif.
Minggu ke5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
a. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas akan membentuk sistem saraf pada janin yang
seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit dan rambut.
b. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung,
buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.
c. Lapisan Endoderm yaitu lapisan yang paling dalam yang akan membentuk usus, hati,
pankreas dan pundi kencing.
Minggu ke6
Ukuran embrio ratarata 24 mm diukur dari puncak kepala hingga bokong.
a. Tuba saraf sepanjang punggung bayi menutup
b. Jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini
c. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucukpucuk kecil yang akan
berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.
Minggu ke7
a. Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 513 mm dan beratnya 0,8 gram, kirakira
sebesar biji kacang hijau.
b. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil
c. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara
yang terdapat di dalam paruparu.
Minggu ke8
a.
b.
c.
d.

Panjang kirakira 1420 mm


Ujung hidung, kelopak mata dan telinga berkembang
Brochi, saluran yang menghubungkan paruparu dengan tenggorokan, mulai bercabang.
Bayi mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut dan lidah
serta mata.

Minggu ke 9

Telinga bagian luar mulai berbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan
tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun anda tak merasakannya. Dengan Doppler,
anda bisa mendengar detak jantungnya.
Minggu ke10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat
dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti
manusia kecil dengan panjang 3243 mm dan berat 7 gram.
Minggu ke11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai
tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan,
termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan
ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung,
atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus member sensasi kebahagiaan
tersendiri.
Minggu ke12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jarijari tangan dan kaki yang mungil
terpisah penuh. Usus bayi telah berada didalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume
darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14
gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter
setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai membentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
TRIMESTER KEDUA
Minggu ke13
Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi.
Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang berkembang. Janin mencapai
panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang
lain. Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke14
Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.
Minggu ke15

Jika bayi anda perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit
bayi masih sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan akhir minggu ini, beratnya 49
gram dan panjang 113 mm.
Minggu ke16
a. Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi mll plasenta
b. Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara
c. System peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Minggu ke17
Panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak cokelat mulai
berkembang rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai
terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke18
a.
b.
c.
d.
e.

Janin sudah bisa mendengar


Bisa terkejut bila mendengar suara keras
Mata bayi berkembang
Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya 140 gram
Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu

Minggu ke19
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari luka.
Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan sadar
seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm.
Minggu ke20
Beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 1416 cm. Dibawah lapisan vernik, kulit bayi mulai
membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous. Kuku tumbuh pada minggu ini. Proses
penyempurnaan paruparu dan sistem pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Minggu ke21
Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.
Minggu ke22
Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional
Minggu ke 23
Memiliki kebiasaan berolahraga menggerakkan otot jarijari tangan dan kaki, lengan dan kaki
secara teratur. Beratnya hampir 450 gram.

Minggu ke24
Paruparu mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk
persiapan hidup di luar rahim, paruparu bayi mulai mengasilkan surfaktan yang menjaga kantung
udara tetap mengembang.
Minggu ke25
Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm
Minggu ke26
Berat badan bayi sudah mencapai 750780 gram, sedangkan tingginya 3538 cm
Minggu ke27
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban
yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870890 gram dengan tinggi badan 3638
cm.
TRIMESTER KETIGA
Minggu ke28
a.
b.
c.
d.

BB 1100 gram dan panjangnya 25 cm


Otak bayi semakin berkembang dan meluas
Kepala sudah mengarah ke bawah
Paruparunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, bayi kemungkinan
besar telah dapat bertahan hidup.

Minggu 29
a.
b.
c.
d.

BB 1100 gram dan panjangnya 25 cm


Otak bayi semakin berkembang dan meluas
Kepala sudah mengarah ke bawah
Paruparunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, bayi kemungkinan
besar telah dapat bertahan hidup.

Minggu 30
a. Lemak dan berat badan bayi terus bertambah
b. Gerakannya semakin terasa
c. Mata bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai
belajar untuk membuka dan menutup matanya.
d. Bayi sudah mulai memproduksi air mata

e. Berat badan bayi 15101550 gram, dengan tinggi 3940 cm


Minggu 31
Perkembangan fisik mulai melambat, namun perkembangan otak berkembang pesat
Minggu 32
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Jari tangan, kaki telah tumbuh sempurna


Bulu mata, alis dan rambut di kepala semakin jelas
Berat 1800 gram dan panjang 29 cm
Sistem pendengaran terbentuk sempurna
Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna
Bayi sudah mulai bisa bermimpi

Minggu 33
a. Otak bayi semakin pesat berkembang
b. Sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah
bisa menelan.
c. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalamdalam walaupun nafasnya masih didalam air.
d. Jika bayinya lakilaki, testis sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Minggu 34
a.
b.
c.
d.

Bayi berada di pintu rahim


Dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur
Sudah mulai mengedipkan matanya
Berat badan bayi 20002010 gram, dengan tinggi badan sekitar 4546 cm

Minggu 35
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pendengaran sudah berfungsi sempurna


Lemak sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya
Sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda
Apabila bayi budan lakilaki maka di bulan ini testisnya telah sempurna
BB bayi 2300-2350 gram
Tinggi sekitar 4547 cm

Minggu 36
a.
b.
c.
d.
e.

Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi
Ginjal bayi sudah bekerja dengan baik
Liver telah memproduksi kotoran
Paruparu bayi sudah bekerja baik
Berat badan bayi 24002450 gram, dengan tinggi badan 4748 cm

Minggu 37
a.
b.
c.
d.

Kepala bayi turun ke ruang pelvik


Bentuk bayi semakin membulat
Kulitnya menjadi merah jambu
Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm

e. Kuku terbentuk dengan sempurna


f. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim
g. Bayi sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih
dilakukan di dalam air.
h. Berat badan bayi diminggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 4849 cm.
Minggu 38-40
Minggu ke 38 hingga minggu 40 : Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.

Sirkulasi Darah janin

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi
dan anak. Dalam rahim, paruparu tidak berfungsi sebagai alat pernafasan sehingga pertukaran
gas dilakukan oleh plasenta.Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke 3
dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar
500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah kayaCO2 dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena cafa
superior. Kemudian meninggalkan ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis besar menuju aorta
melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, terus ke arteri iliaka
interna hingga ke arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta
tanpa melalui paruparu (tujuannya agar tekanan darah di paruparu dipertahankan rendah).
Sistem respirasi Janin
Janin dalam kandungan sudah mengadakan gerakangerakan pernafasan, namun air
ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paruparunya. Pusat pernapasan ini di pengaruhi oleh kadar
O2 dan CO2 dalam tubuh janin. Keadaan inidipengaruhi oleh sirkulasi plasenta (pengaliran
darah antara uterus dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi uteroplasenta
sehingga saturasi oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna,
eklampsia dan sebagainya, maka terjadilah gangguan keseimbangan asam basa pada janin
tersebut, dengan akibat dapat melumpuhkan pusat pernafasan janin.
Perubahan sirkulasi darah saat lahir
1.
2.
3.
4.

Penghentian pasokan darah dari plasenta


Pengembangan dan pengisian udara pada paruparu
Penutupan foramen ovale
Saat bayi bernafas pertama kali, mulai terjadi fibrosis pada :

a.
b.
c.
d.

Vena umbilicalis
Ductus venosus arantii
Arteria umbilicalis
Ductus arteriosus botalii

Perubahan fisiologis pernapasan saat lahir


Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru. Pada permukaan paruparu yang
telah matang (3436 minggu), terdapat surfaktan yang berfungsi mengurangi tahanan pada
permukaan alveoli dan memudahkan paruparu mengembang pada penarikan nafas pertama janin
yaitu ketika menangis kuat begitu lahir. Upaya penarikan nafas pertama bayi juga bertujuan
mengeluarkan cairan dalam paruparu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paruparunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paruparu. Seorang bayi yang
dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paruparu basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paruparu
dikeluarkan dari paruparu dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.
Faktor - faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan rongga dada disebabkan kompresi paruparu selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paruparu secara mekanis.
3. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
4. Penimbunan karbondioksida (CO2)
5. Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan
CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

6. Perubahan suhu : Keadaan dingin akan merangsang pernapasan


NUTRISI INTRAUTERIN
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang
penting adalah perfusi plasenta dan fungsi plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting,
kecuali pada keadaan starvasi hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya
anemia dan BBLR berat badan lahir rendah
Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama berasal dari glukosa.
Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan konversi ini terus meningkat
sampai aterm.
Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien dan mampu melakukan konversi
glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi
hipoksia, janin memperoleh energi melalui glikolisis anerobik yang berasal dari dari cadangan
dalam otot jantung dan plasenta.
Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan 24 26 minggu) kira 1% dari BB ;
pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut sekitar 15% dari BB.
Plasenta memiliki kemampuan untuk clears bilirubin dan produk metabolit lain melalui
aktivitas dari enzym transferase.
Janin menghasilkan protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein - AFP dari hepar.
Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 16 minggu dan setelah itu terus menurun
sampai aterm. Protein tersebut disekresi melalui ginjal janin dan ditelan kembali untuk
mengalami degradasi dalam usus. Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin
anensepalus atau kelainan NTDs lain) maka kadar serum AFP tersebut meningkat.
CAIRAN AMNION
Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2
Gambar dibawah menunjukkan jalur pertukaran dalam cairan amnion:

Gambar 1. Pertukaran bahan terlarut dan air dalam cairan amnion


Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban > 2000 ml, dapat terjadi pada kehamilan
normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan kelainan pada ibu atau janin.
Oligohidramnion secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan
ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari 4 kuadran
total kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ).
Oligohidramnion sering berkaitan dengan :

Janin kecil

Agenesis renal

Displasia traktus urinarius

Amniotic fluid marker


Alfafetoprotein berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum maternal
mempunyai nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTDs dan kelainan kongenital
lain.
Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar protein cairan amnion dan
kemungkinan adanya NTDs
SISTEM KARDIOVASKULAR
Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan penyesuaian
sirkulasi neonatus berupa :

pengalihan aliran darah dari paru,

penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta

obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.

Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :


1. Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta
2. Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama
3. Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan
Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju janin (gambar 2 dan 3
)
Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac
out-put terus meningkat sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk
mempertahankan cardiac output tersebut 110 150 kali per menit.
Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik
75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg
Sel darah merah, kadar hemoglobin dan packed cell volume terus meningkat selama
kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF
Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36 minggu,
terdapat 70% HbF dan 30% Hb A.
HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten
terhadap hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.

Gambar 2. Sirkulasi janin

Gambar 3. Transfer O2 dan CO2 plasenta


Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial
2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai 50
mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7
sampai -8 mmHg.
Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 80%. Tekanan
dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat.
Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale
berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 2 bulan kemudian.
Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek
adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin.

Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik
(machinery murmur) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 8 minggu. Foramen ovale tetap ada
pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena
cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum
teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium
2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan
selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri
pulmonalis dan kapiler paru
3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena
pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin.
FUNGSI RESPIRASI
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran gas.
Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis
merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru
mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir
dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35
minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin
membrane disease.
Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan bertambahnya
usia kehamilan
Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan
tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan
ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai paru janin intrauterin.

Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena
darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat
mencukupi kebutuhan.
PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO 2 akan
mengalami difusi dari janin ke ibu.
Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion kedalam
bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar.
Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan
gasping sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu
bagian dalam.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya.
Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui
aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam
usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga
mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan
mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan
merupakan indikasi adanya hipoksia akut.
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung
pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada
beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar
belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur
karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian,
hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu
yang dingin atau malnutrisi.
Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat
langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau
adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.
FUNGSI GINJAL

Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal
tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan
elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 12. Pada kehamilan 32
minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah
komponen utama dari cairan amnion.
SISTEM IMUNOLOGI
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal
atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak
minggu ke 20
Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang
menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.
Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit monosit dan limfosit
Granulosit : granulosit eosinofilik basofilik dan neutrofilik
Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari Bone Marrow]
Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG IgM IgA - IgD dan IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin
meningkat 3 4 minggu pasca persalinan.
Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin.
Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta.
IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari
janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
ENDOKRIN
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin.
Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin
maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk
kepentingan metabolisme glukosa.

Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin, namun
peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan pasti.
Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid dalam
jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali dapat
menyebabkan kehamilan postmatur.
Janin memproduksi TSH thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 .

2. proses persalinan normal


2.1mekanisme

Mekanisme Persalinan Normal


Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan 58% ubunubun kecil terletak di kiri depan, 23% di kanan depan, 11%
di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum.1,3
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan persentasi tinggi berada dalam uterus
dengan presentasi kepala. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan
lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume bokong dan
ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas sedangkan kepala berada
di bawah, di ruangan yang lebih sempit. Ini dikenal sebagai teori akomodasi.1,3
Tiga faktor penting yang memegang peranan pada persalinan adalah kekuatankekuatan
yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, keadaan jalan lahir, dan janin
tersebut.1
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. His yang sempurna akan membuat dinding korpus
uteri yang terdiri atas otototot menjadi lebih tebal dan lebih pendek, sedangkan bagian bawah
uterus dan serviks yang hanya mengandung sedikit jaringan kolagen akan meudah tertarik hingga

menjadi tipis dan membuka. Kontraksi yang sempurna adalah kontraksi yang simetris dengan
dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitud 4060 mmHg yang berlangsung selama 6090
detik dengan jangka waktu kontraksi 24 menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12
mmHg.1,3
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, yaitu
bila sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas
panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut
Litzman adalah keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus anterior
lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior
karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di
daerah anterior. Hal asinklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.1,3
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan
menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurut hukum
Koppel. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil,
yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam keadaan
fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma

pelvis yang berjalan dari

belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intrauterin disebabkan oleh his yang berulangulang, kepala yang mengadakan rotasi, disebut juga
putaran paksi dalam.
Di dalam hal mengadakan rotasi ubunubun kecil berada di bawah simfisis. Sesudah
kepala janin sampai di dasar panggul dan ubunubun kecil di bawah simfisis, maka dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebih
lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturutturut tampak
bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi

yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.1,2,3
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul,
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan
trokanter depan terlebih dahulu baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir
seluruhnya.1,3
Dari uraian mekanisme persalinan normal di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tujuh
gerakan kardinal yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Engagement
Descent (penurunan)
Flexion (fleksi)
Internal rotation (putar paksi dalam)
Extension (ekstensi/defleksi)
External rotation (putar paksi luar)

g. Expulsion (ekspulsi) (Dikutip dari: Williams Obstetrics, hal 337)

Gambar 2. Tujuh Gerakan Kardinal pada persalinan

Bila mekanisme persalinan yang fisiologik ini dipahami dengan sungguhsungguh, maka
pada halhal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika mungkin,
sehingga tindakantindakan operatif tidak perlu dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, segera jalan
nafas dibersihkan. Tali pusat dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm. Kemudian di
gunting diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Jepit tali pusat diberi antiseptika. Umumnya
bila telah lahir lengkap bayi akan segera menarik napas dan menangis. Resusitasi dengan jalan
membersihkan dan mengisap lendir pada jalan napas harus segera dikerjakan. 1,3
Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Persalinan berada dalam kala III atau kala
uri. Kala ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II, sebab kematian ibu karena perdarahan
pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala II kurang cermat diterapkan. Seperti telah
dikemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitud yang kirakira sama tingginya
hanya frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus akan mengecil, sehingga perlekatan
plasenta dnegan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat
dimulai dari tengah (sentral) menurut Schultze, pinggir (marginal) menurut MathewsDuncan,
atau kombinasi keduanya. Yang terbanyak adalah pelepasan menurut Schultze, Umumnya kala
III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kirakira 2 jari di
bawah pusat.1,3
Pemantauan Persalinan dengan Partograf WHO
Partograf WHO adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.4
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan

dimana semua itu

dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.4

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
a.
b.
c.
d.
e.

Mencatat kemajuan persalinan


Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu

Partograf harus digunakan :


Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan
penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dan lainlain).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu
dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen
dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada
pembukaan serviks:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm


fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
denyut jantung janin: setiap jam
frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap jam
nadi: setiap jam
pembukaan serviks: setiap 4 jam
penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam

j. produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam


Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan pada Partograf
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan
dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasilhasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Informasi tentang ibu:


nama, umur;
gravida, para, abortus (keguguran)
nomor catatan medik/nomor puskesmas
tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong

persalinan mulai merawat ibu)


f. waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin:
a. warna dan adanya air ketuban.
b. penyusupan (molase) kepala janin.
Kemajuan persalinan:
a. pembukaan serviks;
a. penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
b. garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
a. waktu mulainya fase aktif persalinan
b. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
a.
b.
c.
d.
e.

frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit


lama kontraksi (dalam detik).
Obatobatan dan cairan yang diberikan:
oksitosin;
obatobatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu:
a. nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
b. urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (ter Mencatat Temuan pada Partograf
A.Informasi tulis
Informasi tulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tandatanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.
Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Hubungkan yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung Penolong harus waspada bila DJJ mengarah
hingga dibawah 120 atau diatas 160.
2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuantemuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur
DJJ.
Gunakan lambanglambang berikut ini:
U
J
M

: selaput ketuban masih utuh (belum pecah)


: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah
: selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering)

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpangtindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
risiko disproporsi kepalapanggul (CPD).
Gunakan lambanglambang berikut ini:
0 : tulangtulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : tulangtulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulangtulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulangtulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tandatanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Hubungkan tanda dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus).
Penurunan bagian terbawah janin
Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah
janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
mencapai 7 cm. Tulisan Turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 05, tertera di sisi yang

sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda O yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisi pubis adalah 4/5
maka tuliskan tanda O di garis angka 4. Hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4
cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm
per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang,
serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dan lainlain).
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
D.Kontraksi uterus
Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30
menit selama fase aktif.
Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

20 detik

2040 detik

40 detik

Catat temuantemuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian.


E. Obatobatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obatobat lainnya dan cairan IV.
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

Obatobatan lain dan cairan IV


Catat semua pemberian obatobatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
F. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1.Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: Nilai
dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urin.Pencatatan pada lembar belakang Partograf Catatan persalinan adalah terdiri
dari unsurunsur berikut: Data atau Informasi Umum Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan,
tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping pada saat merujuk.
a) Kala I terdiri dari pertanyaanpertanyaan tentang Partograf saat melewati garis waspada,
masalahmasalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan
tersebut.
b) Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.
c) Kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio
plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,
penatalaksanaan dan hasilnya.

d) Bayi baru lahir Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat
dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain
dan hasilnya.
e) Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting,
terutama untuk menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi
komplikasi perdarahan pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
Tahapan Persalinan Normal
Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala
pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar
sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, dalam kala ini diamati apakah terjadi
perdarahan postpartum pada ibu atau tidak.
Kala I
Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluhpembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseranpergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam 2 fase:
Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm. Selama fase ini, orientasi dari kontraksi uterus adalah pada perlunakan serviks
serta penipisan (effacement). Kriteria minimal Friedman untuk memasuki fase aktif adalah
pembukaan dengan laju 1,2 cm/jam untuk nullipara, serta 1,5 cm/jam untuk multipara.3

Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yakni:
Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dengan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Pembukaan ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang bersamaan.1
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Tidak
jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Kala I
selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.1
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kirakira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
ratarata 1,5 jam dan pada multipara ratarata 30 menit. 1,2,3
Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya

plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.1,3

Kala I

Kala II

Kala III

Gambar 1. Tahapan Persalinan Normal (dikutip dari: www.google.com)


Kala IV
Kala IV adalah kala dimana memantau ibu pasca melahirkan selama 12 jam untuk
melihat apakah terjadi perdarahan postpartum atau tidak.1,3 Pada saat kala ini juga dilakukan
pemantauan vital sign untuk mengetahui keadaan umum ibu.
2.2pimpinan persalinan

Pimpinan persalinan yang normal juga terbagi dalam 4 kala sesuai dengan mekanisme
persalinan normal
Kala I
Dalam kala I pekerjaan dokter, bidan, atau penolong persalinan ialah mengawasi wanita
inpartu sebaikbaiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persalinan sudah dilakukan.
Memberi obat atau melakukan tindakan hanya apbila ada indikasi untuk ibu maupun anak. Pada
seorang primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk pintu atas panggul pada
kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38 minggu. Pada kala
I, apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam pintu atas panggul serta ketuban belum
pecah, wanita tersebut dapat dipersilahkan duduk atau berjalanjalan disekitar kamar bersalin.

Tetapi, pada umumnya wanita tersebut lebih suka berbaring karena sakit ketika muncul his.
Berbaring sebaiknya ke sisi, tempat punggung janin berada.
Cara ini mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam. Apabila kepala janin
belum turun ke dalam pintu atas panggul, sebaiknya wanita tersebut berbaring terlentang, karena
bila ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasikomplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps
tangan, dan sebagainya. Apabila his sudah sering dan ketuban sudah pecah wanita tersebut harus
berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala hendaknya
dilakukan untuk memeriksa kemajuan persalinan, di samping dapat dilakuakn pula pemeriksaan
rektal atau pervaginam. Hasil pemeriksaan pervaginam juga disebut pemeriksaan dalam harus
menyokong dan lebih merinci apa yang dihasilkan oleh pemeriksaan luar. Harus disadari bahwa
tiap pemeriksaan dalam pada waktu persalinan selalu menimbulkan bahaya infeksi dan rasa nyeri
pada penderita.
Akan tetapi halhal tersebut jangan sampai menghalangi untuk menjalankan pemeriksaan
dalam yang diperlukan untuk menilai vagina (terutama dindingnya, menyempit atau tidak),
keadaan dan pembukaan serviks, kapasitas panggul, ada tidaknya penghalang jalan lahir, sifat
fluor albus, dan adanya penyakit seperti Bartholinitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya, ketuban,
presentasi kepala janin, turunnya kepala dalam ruang panggul, penilaian besarnya kepala
terhadap panggul, dan menilai kelangsungan persalinan.
Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala, tetapi kurang baik untuk
menilai ketuban, keadaan serviks, serta posisi dan presentasi kepala. Pemeriksaan per rektum
dapat mengurangi infeksi eksogen (dari luar), tetapi dapat menimbulkan infeksi endogen (dari
dalam) bila pemeriksaan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis dan menggosokgosok
dengan jari dinding vagina bagian belakang yang pada umumnya mengandung kumankuman ke
dalam pembukaan serviks. Pada pemeriksaan per vaginam kemungkinan infeksi eksogen dapat
diperkecil bila pemeriksa memperhatikan asepsis dan antisepsis dengan memakai sarung tangan
steril dan dapat menggunakan krem dettol atau sejenis.
Mengingat adanya kemungkinan menimbulkan infeksi, maka pemeriksaan dalam
hendaknya hanya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila akan diadakan tindakan
di samping perlu untuk mengetahui kemajuan persalinan.

Dalam kala I wanita dalam keadaan in partu dilarang mengedan. Sebaiknya sebelumnya
dilakukan dahulu lavement.
Lazimnya dimasukkan 20 sampai 40 ml gliserin ke dalam rektum dengan penyemprot
klisma atau diberi suppositoria. Jika tidak diberi klisma, skibala di rektum akan membuat wanita
tersebut mengedan sebelum waktunya. Skibala di rektum juga akan menghalangi rotasi kepala
yang baik pada kala I.
Kala II
Kala II dimulai jika pembukaan serviks telah lengkap. Umumya pada akhir kala I atau
permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.
Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadangkadang pada permulaan kala II ini
wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai timbulnya rasa mengedan yang kuat. Di
samping his, wanita tersebut harus dipimpin untuk mengedan pada waktu ada his. Selain itu,
denyut jantung janin juga harus sering diawasi.
Ada dua cara meneran yang baik, yaitu:6
Wanita tersebut dalam letak merbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala
sedikit diangkat, sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat melihat perutnya.
Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan, tergantung pada letak
punggung anak.
Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki berada di atas. Posisi ini baik dilakukan bila
putaran paksi dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi kanan
wanita tersebut.
Bila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka. Rambut dan kepala janin
mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai meregang. Perineum mulai lebih tinggi,
sedangkan anus mulai membuka. Anus pada awalnya berbentuk bulat, kemudian berbentuk
seperti huruf D. Yang tampak dalam anus adalah dinding depan rektum. Perineum harus ditahan
dan bila tidak, dapat menyebabkan ruptura perinei, terutama pada primigravida. Perineum
ditahan dengan tangan kanan dan sebaiknya dilapisi dengan kain steril.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak
masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan

suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian
belakang kepala dengan maksud agar gerkana defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian,
ruptura perinea dapat dihindarkan.
Untuk mengawasi perineum ini posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan
dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan
akan timbul ruptura perinea, maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Ada beberapa teknik untuk
melakukan episiotomi, antara lain episiotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah, episiotomi
mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus sfingter ani yang diperluas ke
sisi, episiotomi lateral dimana sering menimbulkan perdarahan.
Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan
penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas.
Bahaya yang dapat terjadi ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini
muskulus sfingter ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis
harus dikerjakan serapirapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi. Untuk
menghindarkan robekan perineum kadangkadang dilakukan perasat menurut Ritgen, yaitu bila
perineum meregang dan menipis, tahan kiri menahan dan menekan bagian belakang kepala janin
ke arah anus. Tangan kanan pada perineum.
Dengan ujung jarijari tangan kanan tersebut melalui kulit perineum dicoba menggait
dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan hatihati. Dengan demikian, kepala janin
dilahirkan perlahanlahan keluar. Setelah kepala lahir diselidiki apakah tali pusat mengadakan
lilitan pada leher janin. Bila terdapat lilitan dilonggarkan, bila sukar dapat dilepaskan dengan
cara menjepit tali pusat dengan 2 cunam Kocher, kemudian diantaranya dipotong dengan gunting
yang tumpul ujungnya. Setelah kepala lahir, kepala akan mengadakan putar paksi luar ke arah
letak punggung janin.
Usaha selanjutnya ialah melahirkan bahu janin. Mulamula dilahirkan bahu depan,
dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik
perlahanlahan ke arah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak dibenarkan penarikan yang terlalu
keras dan kasar oleh karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokleidomastoideus.
Kemudian, kepala janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanutnya ialah melahirkan
badan janin, trokanter anterior disusul oleh trokanter posterior. Usaha ini tidak sesukar usaha

melahirkan kepala dan bahu janin oleh karena ukuranukurannya lebih kecil. Dengan kedua
tangan dibawah ketiak janin dan sebagian di punggung atas, berturutturut dilahirkan badan,
trokanter anterior, dan trokanter posterior.
Setelah janin lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik napas dan menangis
keras. Kemudian bayi diletakkan dengan kepala ke bawah kirakira membentuk sudut 30 derajat
dengan bidang datar. Lendir pada jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap
lendir. Tali pusat digunting 5 sampai 10 cm dari umbilikus. Dengan cara, tali pusat dijepit 2
cunam Kocher pada jarak 5 dan 10 cm dari umbilikus. Bial ada kemungkinan akan diadakan
transfusi pertukaran pada bayi maka pemotongan tali pusat diperpanjang sampai antara 1015
cm .
Di antara kedua cunam tersebut tali pusat digunting dengan yang berujung tumpul.
Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat dengan kuat. Hal ini harus diperhatikan
karena ikatan kurang kuat dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih dapat terjadi yang
dapat membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing, jibila penuh
dilakukan pengosongan kandung kencing, jika bisa wanita tersebut kencing sendiri. Kandung
kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang
berarti dapat menimbulkan perdarahan postpartum.
Kala III
Persalinan kala III disebut juga kala uri. Kala III ini, seperti telah dijelaskan, tidak kalah
pentingnya dengan kala I dan kala II. Ketidak hatihatian dalam memimpin kala II dapat
mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai
plasenta lahir lengkap.
Terdapat dua tingkat kelahiran plasenta, yang pertama ialah melepasnya plasenta dari
implantasinya pada dinding uterus dan dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta dari kavum
uteri. Seperti telah disebut diatas, setelah janin lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan pengecilan permukaan kavum uteri tempat implantasi palsenta. Menagakibatkan
plasenta akan lepas dari tempat implantasinya. Pelepasan ini dapat di mulai dari tengah menurut
Schultze atau dari pinggir menurut MathewsDuncan atau serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.3

Cara yang pertama ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina, tanda
ini dikemukakan oleh Ahlfield, tanpa adanya perdarahan pervaginam, sedangkan cara yang
kedua ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih, maka hal ini patologik. Apabila plasenta lahir,
umumnya otototot uterus segera berkontraksi menjepit pembuluhpembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan segera berhenti.
Pada keadaan normal menurut CaldeyroBarcia plasenta akan lahir spontan dalam waktu
6 menit setelah anak lahir lengkap.6 Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat
implantasinya, dipakai beberapa perasat antara lain:
Perasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara hatihati. Apabila hanya
sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
Perasat Strassmann.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri mengetokngetok
fundus uteri. Bila terasa ada getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding
uterus.
Perasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan dan tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannyan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus.
Kombinasi dari tiga perasat ini baik dijalankan secara hatihati setelah mengawasi wanita
yang baru melahirkan bayi selama 6 sampai 15 menit. Bila plasenta telah lepas spontan, maka
dapat dilihat bahwa uterus berkontraksi baik dan terdorong keatas kanan oleh vagina yang berisi
plasenta. Dengan tekanan ringan pada fundus uteri plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa
menyuruh wanita bersangkutan mengedan yaitu dengan menggunakan perasat Crede. Dengan
cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat
digunakan bila terpaksa misalnya perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan
perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat Crede sukar atau tidak dapat
dikerjakan.

Setelah plasenta lahir, harus diteliti apakah kotiledonkotiledon lengkap atau masih ada
sebagian yang tertinggal dalam kavum uteri. Begitu pula apakah pada pinggir plasenta masih
didapat hubungan dengan plasenta lain, seperti adanya plasenta suksenturiata. Selanjutnya harus
pula diperhatikan apakah korpus uteri berkontraksi baik. Harus dilakukan masase ringan pada
korpus uteri untuk memperbaiki kontraksi uterus. Apabila diperlukan karena kontaksi uterus
kurang baik, dapat diberikan uterotonika seperti pitosin, metergin, ermetrin, dan sebagainya,
terutama pada persalinan lama, grande multipara, gemelli, hidroamnion, dan sebagainya.
Bila semuanya telah berjalan dengan lancar dan baik, maka luka episiotomi harus
diteliti, dijahit, dan diperbaiki.
Segera bayi lahir, tinggi fundus uteri dan konsistensinya hendaknya dipastikan. Selama uterus
kencang dan tidak ada perdarahan yang luar biasa, menunggu dengan waspada sampai plasenta
terlepas biasa dilakukan. Jangan dilakukan masase; tangan hanya diletakkan diatas fundus, untuk
memastikan bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan berisi darah dibelakang plasenta
yang telah terlepas.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
a. Uterus menjadi globular, dan biasanya terlihat lebih kencang. Ini merupakan tanda awal.
b. Sering ada pancaran darah mendadak.
c. Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun masuk ke
segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya mendorong uterus keatas.
d. Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta telah turun.
e. Tanda ini kadangkadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam waktu lima menit. Kalau plasenta sudah lepas, penolong harus memastikan bahwa
uterus telah berkontraksi kuat. Ibu boleh diminta untuk mengejan dan tekanan
intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk mendorong plasenta.
Manajemen aktif kala III.6
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III
meliputi:
a. Penatalaksanaan oksitosin dengan segera
b. Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
c. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir.

Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta.
Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali atau PTT dengan cara:
Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerkan dorso kranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5 cm di depan vulva
Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (23 menit)
Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan
yang sama dengan tangan ke uterus. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan
pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga member tahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi
bukan melakukan PTT. Ulangi langkahlangkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas.
Begitu plasenta terasa lepaas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem tali pusat
mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai denga jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi.
Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Kala ini perlu untuk mengamatamati apakah ada perdarahan postpartum. Ratarata dalam batas
normal, jumlah pada umumnya adalah 100300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah
dianggap abnormal, harus dicari penyebabnya. Tujuh pokok penting yang harus diperhatikan
sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan adalah: Kontraksi rahim. Dapat diketahui

denga palpasi fundus uteri. Bila perlu dilakukan masase dan berikan uterotonika (methergin,
ermetrin, pitosin).
Perdarahan. Apakah ada atau tidak serta jumlahnya.
Kandung kencing. Diharuskan kosong, jika penuh ibu diminta kencing sendiri atau menggnakan
kateter. Lukaluka. Dilihat jahitan terdapat perdarahan atau tidak.
Uri dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
Keadaan umum ibu. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
Bayi dalam keadaan baik.

3. anemia pada kehamilan


Definisi
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama
kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada
pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm,
kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan
besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease
control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua (Suheimi, 2007).
Etiologi
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.
Jenis jenis
Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan
saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai
hernatokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat
pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada
saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai
900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar
perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah.
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi
besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi
selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama khamilan.

Namun, banyak literatur menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama
16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayahwilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga
bulan postpartum.
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb <
11 g/dl dan ferritin > 20 ug/I) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat
lahir rendah. Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal ( 13,2
g/dl) mendapatkan peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc, Selain itu,
pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan dengan
proporsi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol.
Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya
cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena
kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau
pengobatan antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama
kehamilan tampaknya merniliki efek penghambatan terhadip absorbsi folat.
Defisiensi asam folat oleh karenanya sangat urnum terjadi pada keharnilan
dan merupakan penyebab utama anemia megaloblastik pada kehamilan.
Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adaiah
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan
adanya selsel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena
defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena
defisiensi vitamin B12 (kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting
untuk sintesis DNA yang memadai dan produksi asarn amino. Kadar asam
folat yang tidak cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia
megaloblastik.
Gejala - gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum
ditarnbah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah
tampak prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan
perbandingan inti juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal,
sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dan
perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV,
adanya peningkatan saturasi besi dan transferin serum juga bermanfaat.
Neutropenia dan trombositopenia adalah akibat maturasi granulosit dan
trombosit yang abnormal. Tanda awal defisiensi asam folat adalah kadar folat
serum yang rendah (kurang dari 3 ng/ml). Namun, kadar tersebut merupakan
cerminan asupan folat yang rendah pada beberapa hari sebelumnya yang
mungkin meningkat cepat begitu asupan diperbaiki. Indikator status folat
yang lebih baik adalah folat dalam sel darah merah, yang relatif tidak

berubah di dalam eritrosit yang sedang beredar di sirkulasi sehingga dapat


mencerminkan laju turnover folat pada 2 3 bulan sebelumnya. Folat dalam
Sel darah merah biasanya rendah pada anemia megaloblastik karena
defisiensi folat. Namun, kadarnya juga rendah pada 50 % penderita anemia
megaloblastik karena defisiensi kobalamin sehingga tidak dapat digunakan
untuk membedakan kedua jenis anemia.
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral
sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya
mendapat sedikitnya 400 ug folat per hari.
Anemia Aplastik
Ada beberapa laporan rnengenai anemia aplastik yang terkait dengan
keharnilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa
kasus, yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada
sebelurnnya oleb kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi
kehamilan. Pada kasus-kasus lainnya, aplasia terjadi selama kehamilan dan
dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Terminasi kehamilan atau
persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi penyakit dapat
memburuk bahkan menjadi fatal setelah persalinan. Terapi meliputi terminasi
kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum
tulang setelah persalinan.
Anemia Penyakit Sel Sabit
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal,
pneumonia, perdarahan antepartum, pnematuritas, dan kematian janin. Berat
lahir bayi dan ibu yang menderita anemia sel sabit di bawah ratarata, dan
kematian janin tinggi. Penyebab kematian neonatal tidak jelas, tetapi
kadangkadang disebabkan oleh vasooklusi plasenta, dengan temuan
postmortem yang menggambarkan anoksia intrapartum. Mortalitas ibu
dengan penyakit sel sabit telah menurun dan sekitar 33 % rnenjadi 1,5 %
pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Di beberapa negara
berkembang angka kematian ibu dan perinatal dapat mencapai 9,2 % dan
19,5 %, berturutturut394041. Masa kehamilan dan periode postpartum
masih berpotensi berbahaya bagi ibu dengan penyakit Sel sabit sehingga
harus dipantau ketat selama kehamin. Pemberian transfusi darah profilaktik
belum terbukti efektivitasnya walaupun beberapa pasien tampaknya
memberi hasil yang memuaskan.
Patofisiologi
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat

menghambat kerja organorgan penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah
rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran
darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30 %, sel
darah 18 %, dan hemoglobin 19 %. Pengenceran darah dianggap sebagai
penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi
wanita. Pertama tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia
cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik.
Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang
lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 4560% dimulai pada
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldosteron.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin


(Hb) akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada
keharnilan Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalarn sirkulasi. Mekanisme
yang mendasari perubahan ini belurn jelas. Ada spekulasi bahwa anemia
fisiologik dalam keharnilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran
oksigen serta nutrisi ke janin.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat
sampai minggu ke37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40 % lebih
tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak
pada minggu ke7 sampai ke8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu
ke16 sampai ke22 ketika titik keseimbangan tercapai.
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb
tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb
rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi paling rendah didapatkan pada trimester
kedua, yaitu pada usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga
terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki
kadar Hb tinggi (> 14,6 g/dl)
Manifestasi klinik
Pusing, Mudah berkunangkunang, Lesu, Aktivitas kurang, Rasa mengantuk,
Susah konsentrasi, Cepat lelah, prestasi kerja fisik/pikiran menurun,
Konjungtiva pucat , Telapak tangan pucat, Iritabilitas dan Anoreksia,
Takikardia, murmur sistolik, Letargi, kebutuhan tidur meningkat, Purpura,
Perdarahan
Gejala khas masing-masing anemia:
Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi, Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut
merongkol/makin buncit pada anemia hemolitik. Mudah infeksi pada anemia
aplastik dan anemia karena keganasan.
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi
sangan bervariasi, bisa hampir tanpa gejalagejala penyakit dasarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersamasama dengan
gejala penyakit dasarnya. Gejala gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia, dan pembesarran
kelenjar limpah. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejalagejala dan tandatanda anemia akan jelas.

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia
berat (< 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata
kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin
terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.
Gejala Yang Sering Terjadi
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satusatunya gejala
kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia
derajat sedang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau
riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati

a.
b.
c.
d.

geneti
DIAGNOSIS
Pada anamnesa & pemeriksaan fisik biasanya dijumpai berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah,lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar
limpa. Lalu memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan
mudah patah serta Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah
daging, stomatitis angularis, pecahpecah disertai kemerahan dan nyeri sudut
mulut.
Ciriciri anemia defisiensi besi:
Mikrositosis
Hipokromasia
Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang
bersifat normositer dan normokrom
Kadar besi serum rendah

e. Daya ikat besi serum meningkat


f. Protoporfirin meningkat
g. Tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.
Tes Laboratorium
Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka
anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00
gr% dan hemotokrit < 30,0033,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi
morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit
(Taber, 1994).
Tatalaksana
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia
pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut :
a. Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan
zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan
ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena
itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi.
Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerahdaerah dengan
frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas
ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita
dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayursayuran yang
banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian
ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg
besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara
intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih
cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi
mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum
pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc /
IC.
b. Anemia Megaloblastik
Apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat,
adapun terapinya adalah asam folat 1530 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg /
hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral
lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan
adalah tranfusi darah.
d. Anemia Hemolitik

Pengobatan adalah tranfusi darah.


e. Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar
ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi
sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari
mengkonsumsi 1 tablet besi.
Prognosis
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain
bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organorgan tubuh, termasuk otak.
Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran
bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan,
akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Perlu
diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih
dari 2 tahun.
4. gizi ibu hamil
4.1peran gizi terhadap fase kehamilan
4.2masalah masalah gizi pada saat kehamilan dan penanganannya
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
kehamilan.Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga
kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat
menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Gizi dan nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi
selama kehamilan berlangsung.Resiko akan kesehatan janin yang sedang
dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu hamil
mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga
dan ibu hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini.
Gizi atau nutrisi ibu hamil kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi
mengenai pola makan yang sehat. Hanya saja, ibu hamil harus lebih
hatihati dalam memilih makanan karena mengingat juga kesehatan janin
yang sedang dikandungnya.
Bersama dengan usia kehamilan yang terus bertambah, maka bertambah
pula kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia

a.

b.

c.

d.

kehamilan memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua, janin


tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak
berikut susunan syarafnya.
Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung sangat membantu
ibu hamil dan janin dalam menjalani harihari kehamilannya. Tentunya ibu
hamil dan janin akan tetap sehat. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi
akan meningkat sepeti kebutuhan akan kalsium, zat besi, serta asam
folat. Ibu hamil haruslah diberi dorongan agar mengkonsumsi makanan
yang baik nan bergizi, ditambah kontrol terhadap kenaikan berat
badannya selama kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan yang
ideal berkisar antar 1215 kilogram.
Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat
menjalani harihari kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu
hamil harus mengandung gizi sebagai berikut:
Kalori.Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran
300400 kkal perharinya.Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber
makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus
sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbiumbian serta nasi
sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak
35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa melengkapi.
Asam Folat. Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak
guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin
akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per
harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan
membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat
janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok
kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda (kondisi dimana
tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada
buahbuahan, beras merah dan sayuran hijau.
Protein.Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun,
pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein.Protein
dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau
10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari
kacangkacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu.
Kalsium.Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang
janin.Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat
terhindar dari penyakit osteoporosis.Kenapa hal ini bisa terjadi?karena jika
ibu hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan
kalsium akan diambil dari tulang ibunya. Susu dan produk olahan lainnya
merupakan sumber kalsium yang baik, selain kalsium, susu memiliki
kandungan vitamin lain yang dibutuhkan ibu hamil, seerti vitamin A, Vitamin
D, Vitamin B2 vitamin B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacangkacangan
dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga.

e. Vitamin A. Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan


tulang dan kulit.Selain itu, vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan
pertumbuhan janin. Namun, meskipun vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil, namun jangan sampai berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika
ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat membuat janin
terganggu pertumbuhannya.
f.

Zat Besi. Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel


darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia.
Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat
diperoleh pada hati, daging atau ikan.

g. Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat


besi.Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi
lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan organ tubuh dari berbagai
macam kerusakan serta memberikan otak sinyal kimia, hal ini terjadi karena
vitamin C banyak mengandung antioksidan.
h. Vitamin D. Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari
sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.
Jika ibu hamil tidak mengalami berbagai macam gejala seperti anemia,
gusi berdarah dan gejala lainnya, maka ibu hamil tersebut dapat
dikatakan telah mencukupi kebutuhan akan gizi dan nutrisinya. Hal yang
lebih penting untuk mengecek kecukupan nutrisi selama kehamilan adalah
tentunya melalui perkembangan berat badan selama kehamilan.Tentunya
kenaikan berat badan berbedabeda tiap bulannya.
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002) ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas
(LLA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil
sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg,
trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat
badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang
menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb
untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi.
Lingkar Lengan Atas
Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu
LLA (Lingkar Lengan Atas). Pengukuran LLA adalah salah satu cara untuk
mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia

a.
b.
c.
d.
e.

Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik ibu
hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas
sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis
wanita yang mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS
yang menderita KEK.
Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai
resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Pengaruh Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.
Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah.
Kebutuhan Nutrisi pada Perempuan Tidak Hamil, Hamil, dan
Menyusui

Gizi untuk janin


Untuk mendapatkan buah hati yang memiliki kemampuan, maka
dukungan asupan gizi harus sejak buah hati masih berupa janin.
Perkembangan otak dalam janin ternyata bisa dikembangkan. Beberapa
zat gizi penting dapat membantu perkembangannya, diantaranya:
ASAM FOLAT
Jumlah Asam Folat yang dibutuhkan saat masa kehamilan adalah 600
mikrogram perhari per orang (2 hati ayam = 100 gram, mengandung
1.128 mikrogram asam folat). Ada tambahan 200 mikrogram perhari bagi
ibu hamil dibandingkan orang dewasa normal. Sumber Asam Folat bisa
didapat dari brokoli, gandum, hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, ikan
kembung, kepiting, kacangkacangan, jeruk mandarin, stroberi, dan
bayam.
KOLIN
Kolin merupakan zat gizi penting yang perlu dikonsumsi pada makanan
seharihari untuk menjaga kesehatan tubuh. Saat ibu hamil, persediaan
kolin dalam tubuh berkurang, jika tidak ditutupi kekurangan ini bisa
mengakibatkan gangguan perkembangan otak janin. Kebutuhan kolin
untuk ibu hamil harus sebesar 400 mg/hari. kolin bisa didapat dari
konsumsi susu hamil 2 gelas per hari.
AA (Asam Arakidonat) DHA (Dokosaheksaenoat)
Ibu hamil yang mengkonsumsi minyak hati ikan yang mengandung
banyak DHA akan melahirkan bayi yang memiliki kemampuan mental
lebih baik. AA dan DHA sangat penting untuk pertumbuhan otak, terutama
pembentukan jaringan lemak otak (mylenisasi) dan interkoneksi antar
saraf. Perkembangan jaringan penglihatan akan tumbuh dengan baik
berkat AA. Jika mengalami kekurangan AA dan DHA akan mempengaruhi
penurunan kembang mental dan intelektualitas pada anak.
OMEGA 6 (Asam Linoleat) dan OMEGA 3 (Asam Linolenat)

Kebutuhan omega6 sebesar 1% dari kebutuhan energi yaitu 2,3 gr.


Omega6 dan omega3 merupakan asam lemak essensial sebagai prekusor
dari DHA dan AA yang dibutuhkan ibu hamil. Keduanya mampu
meningkatkan kekuatan otak dan saraf penglihatan. Fungsi omega3
secara khusus adalah membuat lentur pembuluh darah, menghindari
terjadinya plak atau sumbatan pada pembuluh darah. Omega3 banyak
terkandung dalam minyak ikan (lemuru, tuna, salmon), minyak kedelai,
minyak zaitun dan minyak jagung. Omega6 terkandung dalam minyak biji
matahari, minyak salfflower dan minyak biji kapas, atau susu ibu hamil
yang ditambah omega3, omega6 serta DHA.
Kategori
Berat (BMI)

Total Kenaikan
BB (Kg)

Penambahan BB
TM I
(Kg)

TM
II
(Kg)

Normal
( BMI 19,826)

12,5 13

2,3

0,49

Kurus ( BMI
< 19,8 )

11,5 16

1,6

0,44

Lebih

7 11, 6

0,9

0,3

Obesitas
( BMI > 29 )

Status

Tanda

Keadaan umum

Responsive, gesit

Berat badan

Normal sesuai tinggi dan


bentuk tubuh

Postur

Tegak, tungkai dan lengan


lurus

Otot

Kuat, kenyal sedikit lemak di


bawah kulit

Saraf

Perhatian baik, tidak mudah


tersinggung, refleks normal,
mental stabil

Pencernaan

Nafsu makan baik

Jantung

Detak dan irama normal,


tekanan darah normal
sesuai usia

Vitalitas umum

Ketahanan baik, energik,


cukup tidur, penuh
semangat

Rambut

Mengkilat, keras tak mudah


rontok, kulit kepala normal

Kulit

Licin, cukup lembab, warna


segar

Muka dan leher

Warna sama, licin, tampak


sehat, segar

Bibir

Licin, warna tidak pucat,


lembab, tidak bengkak

Mulut

Tidak ada luka dan selaput


merah

Gusi

Merah normal, tidak ada


perdarahan

Lidah

Merah normal, licin, tidak


ada luka

Gigi geligi

Tidak berlubang, tidak nyeri,


mengkilat, lurus dagu
normal, bersih dan tidak ada
perdarahan

Mata

Bersinar, bersih, selaput


besar merah, tidak ada
perdarahan

Kelenjar

Bersinar, bersih, selaput


besar merah, tidak ada
perdarahan

Kuku

Keras dan kemerahan

Tungkai

Kaki tidak bengkak, normal

5. puasa ramadhan pada ibu hamil

Puasa Bagi Ibu Hamil


Jika mengkhawatirkan kemudharatan atau bahaya terhadap kesehatan maupun janin
yang dikandung dikarenakan puasa yang dilakukan di bulan Ramadhan maka dibolehkan bagi
untuk tidak berpuasa, sebagai kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah swt :


Artinya : (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu maka barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada harihari yang lain. (QS. Al Baqoroh : 184)
Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Abbas: WA 'ALALLADZII YUTHIIQUUNAHU
FIDYATUN THA'AAMU MISKIIN (dan bagi orang yang berat menjalankanya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin), ia berkata; hal tersebut merupakan
keringanan bagi lakilaki tua dan wanita tua, dan mereka sementara kedua mampu melakukan
puasa agar berbuka dan memberi makan setiap hari satu orang miskin, dan keringanan bagi
orang yang hamil dan menyusui apabila merasa khawatir. Abu Daud berkata: yaitu khawatir
kepada anak mereka berdua, maka mereka berbuka dan memberi makan.
Ad Durdir berkata,Diwajibkantidak berpuasajika kedua orang tersebutwanita hamil atau
menyusuitakut akan celaka atau bertambah sakitnya dan dibolehkan baginya tidak berpuasa
jika keduanya takut menjadi sakit atau bertambah sakit. Sedangkan para ulama Hambali
berpendapat bahwa makruh bagi kedua orang itu berpuasa sepertihalnya seorang yang sedang
sakit.
Jika tidak berpuasa Ramadhan karena mengkhawatirkan diri sendiri maka diwajibkan
bagi untuk menggantinya (qodho) harihari tersebut di luar bulan Ramadhan. Sementara jika tidak
berpuasa dikarenakan mengkhawatirkan anak yang kandung maka diwajibkan bagi
menggantinya dan membayarkan fidyah. Didalam kitab al Mausuah al Fiqhiyah disebutkan :
Dibolehkan bagi seorang wanita yang sedang hamil untuk tidak berpuasa jika khawatir
adanya kemudharatan terhadap diri dan janinnya.

Jika dia tidak berpuasa dikarenakan mengkhawatirkan kemudharatan atau kepayahan


yang berat terhadap dirinya maka diwajibkan baginya qodho (menggantinya) dan tidak
diwajibkan atasnya fidyah, ini adalah kesepakatan para fuqaha.
Mereka bersepakat pula akan tidak adanya kewajiban membayar fidyah jika wanita yang tengah
hamil itu tidak berpuasa mengkhawatirkan dirinya karena kedudukannya seperti orang sakit yang
mengkhawatirkan dirinya.
Firman Allah swt :


Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS. An Nisaa : 29)


Artinya : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al
Baqoroh : 195)
Sedangkan jika wanita hamil tidak berpuasa karena mengkhawatirkan anaknya
maka diwajibkan atasnya qodho dan fidyah,menurut sebagian ulamapara ulama
Hambali dan Syafiiyaitu : memberi makan seorang miskin setiap hari, diriwayatkan dari ibnu
Abbas terhadap firman Allah swt :

Artinya : Dan wajib bagi orangorang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah.(QS. Al Baqoroh : 184). Hal ini telah dihapus hukumnya kecuali
terhadap seorang wanita hamil dan yang sedang menyusui jika keduanya khawatir terhadap
anakanak mereka berdua. (al Mausuah al Fiqhiyah juz II hal 5733)
Namun didalam menentukan apakah puasa Ramadhan nanti dapat membahayakan diri atau anak
yang kandung maka hendaklah berkonsultasi dengan dokter yang bisa dipercaya terlebih dahulu
karena dialah yang lebih mengetahui tentang kondisi kesehatan .
Cara membayar fidyah
Dalam beberapa riwayat dari Ibnu Umar disebutkan bahwa fidyah puasa Ramadhan
dibayarkan dengan satu mudd (segenggam penuh tangan orang dewasa) burr (gandum terbaik).
Sedangkan dalam riwayat Ibnu Abbas adalah setengah sha = dua mudd gandum. Berhubung tak
ada nash juga dalam masalah ini maka baiknya disamakan saja dengan zakat fitrah baik barang

maupun uangnya. Sebaiknya dibayarkan kepada orang miskin atau orang tak mampu. Boleh
kepada satu orang untuk semua hari atau beberapa orang.
Dalam sebuah riwayat dari Ayyub bahwa Anas bin Malik rahimahullah ketika sudah tua
dan tak mampu puasa beliau membayar dengan cara mengundang 30 orang miskin untuk satu
kali makan di rumahnya, dan itu adalah pembayaran untuk 30 hari tidak puasa. (Lihat riwayatnya
dalam Sunan AdDaraquthni, no. 2415).
6. Memahami dan menjelaskan diagnosis kehamilan
Ada3macamtandatandakehamilan:
1.Tanpapastihamil
a.Mendengardenyutjantungjanin
Denyutjantungjaninadalahdiagnosispastikehamilan,yangdapat
didengarkandenganfetoskoppadausiakehamilan1719minggu,danpada
Dopplerpadausiakehamilan1012minggu.
b.Merabadanmelihatgerakanjanin
Gerakanjaninmulaidapatdirasakanpadaibu,dirabaolehpemeriksapada
usiakehamilan20minggukeatas
c.PemeriksaanUltrasonografi
Padapemeriksaanultrasonografi,dapatdilihatkantungkehamilanpadausia
gestasi5minggu,denyutjantungjaninpadausia7minggu
d.Pemeriksaanelectrocardiografi
e.PemeriksaanRadiologi
Padawanitahamilmingguke14,akanterlihatgambaranfokkiossifikasi
2.Tandamungkinhamil
a.HegarSign
Padawanitahamilmingguke6,isthmusuteriakansangatlembekkarenapeningkatankadarestrogendan
progesterone.Sehinggapadapemeriksaanbimanual,corpusuteriseolaholahmenyatudenganserviks

b.GoedelSign
Padawanitahamil68minggu,serviksuterimenjadisangatlembek,yangjugadisebabkanpeningkatan
kadarestrogendanprogesterone.
c.PiskacekSign
Adalahsuatutandadimanauterusmembesartidakrata,karenaperkembanganorganjanin
d.BraxtonHicks
Adalahtandadimanauterusberkontraksitidakteratur,dantidakdisertairasanyeri
e.PembesaranPerut
Perutakanmembesarpadakehamilandanmakinmembesarseiringbertambahnyausiakehamilan
f.Ballotement
Suatutandadimanavolumeairketubanlebihbanyakdaripadavolumebayi,sehinggajikadilakukan
pemeriksaanballottement,akanterasalentingan,danjikabayimelentingseluruhnyadisebutballottement
intoto.
g.PemeriksaanHcg
Padawanitahamil,kadarHcgakanmeningkat,danurineakanmengandungHcg
3.Tandadugaanhamil
Terdapatkeluhandangejalapadatandadugaanwanitahamil,yaitu:
KeluhanHamil
a.MorningSickness
Biasaterjadipadamingguke6usiakehamilan,sangibuakanmengeluhmintahmuntahpadapagihari,
yangdisebabkanpeningkatankadarHcgyangmeningkat.

b.GangguanBerkemih
Seiringdenganmembesarnyadannaiknyauteruskeronggaabdomen,Ibuakanmengeluhjarang
berkemih,danakanmengeluhseringberkemihbilakepalabayitelahturunkesegmenbawahrahim
c.Mudahlelah
d.Ibumerasakangerakanfetus
Ibuseolaholahmerasakangerakanfetusyangmungkinbisaterjadipadawanitayangsangat
menginginkankehamilan
GejaladugaanHamil
a.Amenorrhea
b.Keluarnyakolostrum
c.timbulstriae
d.ChadwickSignadalahsuatugejaladimanamukosavaginaberwarnakeunguankarenaterjadi
pelebaranpembuluhdarah

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1984. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Adenia,I., Piliang,S., Roeshadi,R.H., Tala,,M.R.Z. (1999), Kehamilan dan Persalinan Normal,
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUD dr. Pirngadi RSUP dr. Adam Malik, Medan.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Soetjiningsih & IG. N. Gde Ranuh. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Fiqh AsSunnah, AsSayyid Sabiq, penerbit: AlFath lil Ilam AlArabi, cet II, 1999
Irwa` AlGhalil, Muhammad Nashiruddin AlAlbani, AlMaktab AlIslami, cet. 1985
www.fiqhislam.com

You might also like