Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Keperawatan
Oleh :
LIZETE AUXILIADORA COSTA MALIC
NIM. 10211010
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
LIZETE AUXILIADORA COSTA MALIC
NIM. 10211010
Proposal Skripsi ini Telah Disetujui
Tanggal ..... bulan ..... tahun 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui :
Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Telah Diuji
Pada Tanggal ... bulan ... tahun 2015
Oleh Tim Penguji :
Penguji I
(..............................)
Penguji II
(..............................)
Penguji III
(..............................)
Penguji IV
(..............................)
Mengetahui :
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
NIM.
: 10211010
Program Studi
: S1 Keperawatan
Judul Proposal
:Efektivitas
Pemberian
Cairan
Ringer Asetat
Malat
Kediri,
2014
Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
Efektivitas pemberian Cairan Ringer Asetat Malat Dibandingkan Dengan
Cairan Ringer Laktat Dalam Mempercepat Waktu Peningkatan Tekanan Darah
Pada Pasien Dehidrasi Di Ruang IGD RSUD Gambiran Kediri dapat
terselesaikan.
Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Dr. Bambang Harsono, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. drg. R.P. Bambang Noerjanto, MS., Sp.RKG(K), selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan pendidikan.
3. dr. Hartati Tuna, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan pendidikan.
4. Ely Isnaeni, S.Kep, M.Kes., selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan pendidikan.
5. Putri Kristyaningsih, S.Kep.Ns, M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga proposal
ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Wahyu Nur Pratiwi, S.Kep.Ns, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga proposal ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. Para Dosen S1 Keperawatan dan teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan
angkatan 2011 atas bimbingan, dukungan, bantuan serta semangatnya selama ini.
8. Kedua Orangtua Ayah dan Ibu tercinta serta Adikku satu-satunya (Maria
Auxiliadora C.M) dan Romo Agustinho Soares, SDB, yang selalu memberi Doa,
dukungan dan semangat juang yang tak henti-hentinya hingga saat ini.
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pada
pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu
keadaan keseimbangan cairan yang terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai
jenis penyakit (Huang et al, 2009). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan
elektrolit (Latief, dkk., 2005).
data tersebut dapat dilihat angka kejadian diare yang disertai dehidrasi pada anak
masih cukup tinggi.
Di
negara
maju,
dehidrasi
memiliki
kemungkinan
lebih
kecil
Februari 25 kasus, Maret 14 kasus, April 11 kasus, Mei 19 kasus, Juni 20 kasus,
Juli 11 kasus, Agustus 23 kasus, September 21 kasus, dan Oktober 20 kasus.
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak gejalanya antara lain renjatan
hipovolemik (denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun, diuresis berkurang),
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut
(Latief A., 2007).Selama episode diare, air dan elektrolit (natrium, klorida,
kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, keringat, urin, dan pernapasan.
Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit ini tidak diganti. Kematian
dapat mengikuti dehidrasi berat jika cairan dan elektrolit tidak diganti baik
melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui pemberian cairan infus
(WHO, 2009). Anak-anak yang lebih kecil (balita) lebih rentan terhadap dehidrasi
karena komposisi cairan tubuh yang besar, fungsi ginjal yang belum matang, dan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri secara bebas
(independen) (Huang et al, 2009).Pada sekitar 70 % penderita kehilangan air dan
natrium sebanding sehingga terjadi dehidrasi isonatremik. Dehidrasi hiponatremik
dijumpai pada sekitar 10-15% penderita diare. Hilangnya sejumlah lebih besar air
dibanding kehilangan elektrolit mengakibatkan dehidrasi hipernatremik. Hal ini
dapat dijumpai pada sekitar 15-20% penderita diare (Behrman et al, 2000). Variasi
serum natrium akan mencerminkan komposisi jumlah cairan yang hilang yang
10
dkk.,
2005).Pemeriksaan
laboratorium
juga
bermanfaat
untuk
11
lambat. Pada keadaan ini anak harus mendapatkan larutan oralit sebanyak
75ml/kgBB yang diberikan selama 3 jam dengan memantau kemajuan hidrasi.
Pada dehidrasi berat, anak terlihat tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum
atau malas minum, cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat. Pada keadaan
ini anak harus dirawat dirumah sakit dan mendapatkan cairan infus 100ml/kgBB
selama 6 jam pada bayi umur dibawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur
diatas 12 bulan (Suraatmaja, 2007).
Larutan Ringer Asetat Malat merupakan salah satu cairan kristaloid yang
cukup banyak diteliti. Larutan RAM berbeda dari larutan Ringer Laktat (RL),
dimana laktat terutama dimetabolisme di hati dan sebagian kecil pada ginjal,
sementara asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh terutama di
otot. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat.
Larutan RAM merupakan larutan isotonis yang mirip dengan cairan tubuh.
Larutan RAM ini mengandung elektrolit yang seimbang dengan konsentrasi yang
mirip dengan yang ditemukan dalam plasma manusia. Larutan ini dapat
digunakan untuk menangani haemostasis cairan pada perioperatif serta dapat
digunakan untuk menggantikan volume intravasal sementara (Latief, dkk., 2002).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shienny Tjokrowinoto(2012),
tentang Perbedaan Tekanan Darah Pasca Anestesi Spinal Dengan Pemberian
Preload Dan Tanpa Pemberian Preload 20cc/kgBB Ringer Asetat Malat di
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang yaitu terdapat perbedaan
12
penurunan tekanan darah pasca anestesi spinal yang bermakna pada pasien dengan
preload 20 cc/kgBB ringer asetat malat dan tanpa preload.Sedangkan menurut Ifar
Irianto Yudhowibowo (2012), tentang Perbedaan Elektrolit Plasma Dan Tekanan
Darah Antara Preload Ringer Asetat Malat Dibandingkan Dengan Ringer Laktatdi
Instalasi Bedah Sentral RSUP Kariadi semarang yaitu RAM meningkatkan
konsentrasi Na dan Cl lebih tinggi dibanding RL pada pasien dengan spinal
anestesi segera setelah dilakukan loading, tetapi perbedaan konsentrasi elektrolit
lebih jauh tidak ditemukan. Tidak ada perubahan tekanan darah yang bermakna
diantara kedua kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
tentang
Efektivitas
Pemberian
Cairan
Ringer
Asetat
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah efektivitas pemberian cairan Ringer Asetat Malat
dibandingkan dengan cairan Ringer Laktat dalam mempercepat waktu
peningkatan tekanan darah pada pasien dehidrasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui efektivitas pemberian cairan Ringer Asetat Malat
dibandingkan dengan cairan Ringer Laktat dalam mempercepat waktu
peningkatan tekanan darah pada pasien dehidrasi.
2. Tujuan khusus
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
A. Konsep Dehidrasi
1. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pada pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Dehidrasi dideskripsikan
sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang terganggu yang bisa
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al, 2009). Cairan yang
keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk., 2005).
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa
hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau
hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik),
atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi
hipotonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium
serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum
(lebih dari 285 mosmol/l). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya
kadar natrium (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari
270 mosmol/l) (Kuswardhany & Kemala Sari, 2007).
2. Etiologi
Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada
pemasukan (melalui minum). Dehidrasi lebih mudah terjadi pada anak-anak
dan wanita karena di dalam tubuhnya banyak mengandung lemak yang
hanya mengandung 20% air. Pada manula juga sering terjadi dehidrasi
15
16
dan terjadi pada 82% pasien febris yang dirawat di rumah. Dehidrasi
merupakan salah satu alasan utama pasien usia lanjut dibawah ke ruang
gawat darurat (Kemala Sari, 2007).
patogenesis
dehidrasi
termasuk
patofisiologinya.
Untuk
dalam
tubuh,
kadang-kadang
mencapai
45%
(Loehoeri
&
Wirjoatmodjo, 2007).
a. Ambilan dan Keluaran Air
Kebanyakan ambilan air tiap hari masuk melewati oral. Hampir dua
pertiga dalam bentuk air murni atau dalam bentuk minuman lain dan
sisanya dari makanan yang dimakan. Sejumlah kecil juga disintesis
dalam tubuh sebagai hasil oksidasi dari hidrogen dalam makanan; jumlah
17
18
Semua
udara
yang
memasuki
alat
pernapasan
mencapai
19
ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1gelas = 240 ml) biasanya dijadikan
sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhancairan 1 gelas per harinya.
b. Unsur-unsur Cairan Tubuh
Sekitar 25 dari 40 liter cairan dalam tubuh ada di dalam 75 triliun
sel tubuh dan seluruhnya disebut cairan intraselular. Masing-masing
sel berisi cairan dengan komposisi campuran beberapa unsur yang
berbeda, tetapi konsentrasi unsur-unsur ini rasional serupa dari sel satu
ke sel yang lain. Semua cairan di luar sel disebut cairan ekstraselular,
dan larutan ini merupakan campuran yang konstan. Jumlah cairan
ekstraselular rata-rata 15 liter pada orang dewasa dengan berat 70 kg.
Cairan ekstraselular dapat dibagi menjadi cairan interstisial, plasma,
cairan serebrospinal, cairan intraokular, cairan traktus gastrointestinal,
dan cairan ruang potensial. Plasma adalah bagian dari darah yang
nonselular. Ini
adalah
bagian
dari
cairan
ekstraselular
dan
20
ml adalah sel darah. Nilai ini sangat berbeda pada individu yang
berlainan; juga tergantung jenis kelamin, berat, dan beberapa faktor
yang mempengaruhi volume darah. Secara fisiologis, jumlah cairan
tubuh pada orang dewasa berkisar antara 45-70% BB, rata-rata 57%
dan bergantung pula pada gemuk-kurusnya seseorang. Pada kanakkanak cairan tubuh berkisar antara 70-80% BB, rata-rata 75%
(Loehoeri & Wirjoatmodjo, 2007).Cairan tubuh teridiri dari:
1) Cairan ekstraselular (CES) :
a) Plasma (5% BB)
b) Cairan interstisial (15% BB)
2) Cairan intraselular (CIS) : 40% BB
3) Cairan transelular (CTS) : 1-3%
4. Klasifikasi
Menurut Loehoeri & Wirjoatmodjo (2007), derajat dehidrasi
seseorang berdasarkan defisit berat badan, dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Dehidrasi ringan (defisit kurang dari 5% BB)
b. Dehidrasi sedang (defisit 8% BB)
c. Dehidrasi berat (lebih dari 10% BB)
21
Keadaan umum sadar baik, rasa haus (+), sirkulasi darah/nadi normal,
pernapasan biasa, mata agak cekung, turgor/tonus biasa, kencing biasa.
b. Dehidrasi sedang
Keadaan umum gelisah, rasa haus (++), sirkulasi darah/nadi cepat (120140), pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor/tonus agak
berkurang, kencing sedikit.
c. Dehidrasi berat
Keadaan umum apatis sampai koma, rasa haus (+), sirkulasi darah/nadi
cepat sekali (lebih dari 140), pernapasan kusmaul (cepat dan dalam),
mata sangat cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali kencing tidak ada
(Loehoeri & Wirjoatmodjo, 2007).
Tabel 2.2 Penilaian derajat dehidrasi (Mansjoer, 2000)
Penilaian
A
B
Lihat:
keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Mata
Normal
Cekung
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Periksa:
turgor kulit
Tidak sadar
Sangat
cekung
dan kering
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Minum biasa tidak Haus, ingin minum Malas
haus
banyak
minum/tidak bisa
minum
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali sangat
lambat
Hasil
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi berat
pemeriksaan
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Penilaian dimulai dengan melihat pada kolom C.
6. Komplikasi
22
23
Dehidrasi
- Ringan
- Sedang
- Berat
PWL
50
75
125
NWL
100
100
100
CWL
25
25
25
Jumlah
175
200
250
b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15
kg) sesuai dengan derajat dehidrasi :
Dehidrasi
- Ringan
- Sedang
- Berat
PWL
30
50
80
NWL
80
80
80
CWL
25
25
25
Jumlah
135
155
185
c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (15-25 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi :
Dehidrasi
- Ringan
- Sedang
- Berat
PWL
25
50
80
NWL
65
65
65
CWL
25
25
25
Jumla
115
140
170
24
untuk keseimbangan asam basa. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan
tergantung pada analisis keadaan dehidrasinya. Analisis harus dilakukan setiap
saat untuk mengevaluasi keadaan pasien. Seperti halnya penatalaksanaan
keadaan klinis lain, pada dehidrasi pun dibutuhkan kombinasi data, logika dan
empirisme, dengan tujuan juga harus menghilangkan komplikasi-komplikasi
yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam basa. Bila keadaan hidrasi
ini sudah tercapai, barulah diteruskan dengan menjaga keadaan hidrasi normal
dengan tetesan pemeliharaan (maintenance) (Loehoeri & Wirjoatmodjo, 2007).
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan. Bila pasien kehilangan cairan
yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan
intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan
gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih
praktis dari pada cairan intravena. Cairan oral antara lain pedialit, oralit dll.
Cairan infus antara lain cairan ringer (laktat atau asetat) dll. Cairan diberikan
50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. Untuk
memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien
mengalami kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 810% dari berat badan. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral
melalui selang nasogastrik atau intravena. Bila dehidrasi sedang/berat
25
26
27
2) Cara 2 :
Jika pasien dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat
badan 4 kg pada fase akut sama dengan defisit air 4 liter.
3) Cara 3 :
Dengan kenyataan bahwa konsentrasi natrium dalam plasma
berbanding terbalik dengan volume air ekstraselular dengan pengertian
bahwa kehilangan air tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
natrium dalam plasma, maka dapat dihitung dengan rumus :
Na2 x BW2 = Na1 x BW1
Di mana :
Na1 : kadar natrium plasma normal, 142 mEq/L
BW1 : volume air badan yang normal, biasanya 60% dari berat
badan pria dan 50% dari berat badan wanita
Na2 : kadar natrium plasma sekarang 8W2 : volume air badan
sekarang
Contoh : seorang pria dengan berat badan 80 kg dan kadar
natrium plasma sekarang 162 mEq/L.
Na2 x 8W2 = Na1 x 8W1
162 x (x) = 142 x 42
(x) = 37 L
Jadi defisit air 42-37 = 5 L
c. Terapi Rehidrasi Menurut Morgan-Watten (1973)
Dengan mengukur berat jenis plasma :
1,025
Beratjenisplasma
xberatbadan ( kg ) x 4 ml
0,001
28
Contoh : seorang pria dengan berat badan 40 kg dan berat jenis plasma
pada waktu itu 1,030 maka kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial :
1,025
1,030
x 40 x 4 ml=800 ml
0,001
B. Konsep Cairan
1. Ringer Asetat Malat
Larutan Ringer Asetat Malat merupakan salah satu cairan kristaloid
yang cukup banyak diteliti. Larutan RAM berbeda dari larutan Ringer
Laktat (RL), dimana laktat terutama dimetabolisme di hati dan sebagian
kecil pada ginjal, sementara asetat dimetabolisme pada hampir seluruh
jaringan tubuh terutama di otot. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3-4 kali dibanding laktat. Larutan RAM merupakan larutan isotonis
yang mirip dengan cairan tubuh. Larutan RAM ini mengandung elektrolit
yang seimbang dengan konsentrasi yang mirip dengan yang ditemukan
dalam plasma manusia. Larutan ini dapat digunakan untuk menangani
haemostasis cairan pada perioperatif serta dapat digunakan untuk
menggantikan volume intravasal sementara (Latief SA, dkk., 2002).
Konsep di balik perkembangan larutan Ringer Asetat Malat (RAM)
adalah untuk pengelolaan cairan yang mudah dan menyediakan cairan infus
yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan pasien di segala keperluan
klinik serta memelihara dan memulihkan homeostasis cairan ekstraselular
dan kondisi tekanan osmotik. RAM merupakan larutan elektrolit isotonis
seimbang dimana dapat menyesuaikan diri dengan plasma manusia dengan
29
Na+ (mmol/l)
K+ (mmol/l)
Ca2+ (mmol/l)
Mg2+ (mmol/l)
Cl- (mmol/l)
Laktat (mmol/l)
Asetat (mmol/l)
Malat (mmol/l)
Osmolaritas (mosmol/l)
BEpot (mmol/l)
Konsumsi O2 (mmol/l)
140
4
2.5
1
127
24
5
304
0
1.4
a. Ringer Asetat Malat digunakan pada situasi klinis seperti di bawah ini :
1) Menggantikan cairan ekstraseluler yang hilang
2) Menggantikan kehilangan cairan akibat muntah-muntah, diare, luka
bakar, dan fistula
3) Mengkompensasi kebutuhan cairan yang meningkat (misalnya karena
demam, berkeringat, hiperventilasi)
30
4) Dehidrasi isotonis
5) Menggantikan cairan intravasal sementara
6) Menangani homeostasis cairan perioperative
7) Mengkoreksi defisit cairan preoperatif
8) Menggantikan kehilangan darah akibat suatu operasi (catatan:
kombinasi dengan koloid)
9) Menggantikan cairan yang hilang akibat evaporasi di area operasi
atau ventilasi mekanik menggunakan gas kering
10) Penambah cairan intertitial
11) Memberi suplai cairan menggunakan anion yang bisa dimetabolisme
meskipun ada insufisiensi hepar
12) Cairan isotonis untuk pasien pediatrik
13) Dapat digunakan sebagai tambahan pengganti cairan intravasal pada
orang - orang yang sudah tua.
31
32
penuh
yang
direkomendasikan
untuk
terapi
cairan
perioperatif pada pediatri. Pada bayi premature dan bayi baru lahir,
oedem otak mudah terjadi karena 25% dari berat tubuh terdiri dari
massa otak. Pada neurotraumatologi, cairan hipotonik seperti Ringer
Laktat harus dihindari karena risiko edema serebral. Karena Ringer
Asetat Malat adalah larutan isotonik, masalah ini tidak akan muncul
dan isotonisitas menyebabkan tidak adanya efek merugikan (Braun B.,
2011).
33
excess
potential
dalam
darah
memperlihatkan
34
karena
anestesi.
Ketika
anion-anion
yang
dapat
35
36
37
38
39
40
TDR =
1
3
(Ts - Td) +
Gambar 2.2 Rumus Tekanan Darah Arteri Rata-Rata (TDR) (Ibnu M., 1996).
Tekanan darah rata-rata inilah yang merupakan hasil perkalian
curahjantung dengan tahanan perifer. Nilai tekanan darah tersebut dapat
berubahubahsesuai dengan faktor yang berpengaruh padanya seperti curah
jantung,isi sekuncup, denyut jantung, tahanan perifer dan sebagainya
41
maupun padakeadaan olah raga, usia lanjut, jenis kelamin, suku bangsa,
iklim, danpenyakit-penyakit jantung atau pembuluh darahnya (Ibnu M.
Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta: EGC, 1996).
Patogenesis kelainan tekanan darah tinggi dimulai dari tekanan
darahyang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer serta
dipengaruhijuga oleh tekanan atrium kanan. Pada stadium awal sebagian
besar pasienhipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan
kemudian diikutidengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan
kenaikan tekanandarah yang menetap. Peningkatan tahanan perifer pada
hipertensi esensialterjadi secara bertahap dalam waktu yang lama sedangkan
prosesautoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat (Ibnu M. Dasar-dasar
fisiologi kardiovaskuler. Jakarta: EGC, 1996).
Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi
akibatdari berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan
garam,dan metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai
perandalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial (Sidabutar
danProdjosujadi,1990). Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial
dapatdibuktikan dengan kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
pasienkembar
monizigot
dari
pada
heterozigot,
jika
salah
satu
42
43
Kecepatan
aliran
(velocity)
suatu
cairan
dalam
pembuluh
44
45
yang dapat mencakup 2/3 panjang lengan atas serta panjang yang dapat
mencakup 2/3 lingkar lengan. Penggunaan manset yang lebih kecil akan
menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
c. Persiapan
Apabila diperlukan dan keadaan pasien memungkinkan, sebaiknya
dipersiapkan dalam keadaan basal karena biasanya hanya diperlukan
nilai tekanan darah sewaktu, maka pengaruh kerja jasmani, makan,
merokok dihilangkan terlebih dahulu sebelum diukur.
d. Jumlah pengukuran
Apabila memungkinkan, dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali
untuk diambil nilai rata-ratanya. Apabila pasien menderita hipertensi,
dianjurkan untuk mengukur dalam 3 hari berturut-turut.
e. Tempat pengukuran
Pengukuran dilakukan pada lengan kanan dan kiri bila dicurigai
terdapat peningkatan tekanan darah. Kesenjangan nilai lengan kanan
dan kiri dapat ditimbulkan karena coarctatio aorta. Posisi orang yang
diperiksa sebaiknya dalam posisi duduk. Dalam keadaan ini, lengan
bawah sedikit fleksi dan lengan atas setinggi jantung. Hindarkan posisi
duduk yang menekan perut, terutama pada orang yang gemuk. Untuk
pasien hipertensi, terutama yang sedang dalam pengobatan, perlu diukur
dalam posisi berbaring dan pada waktu 1-5 menit setelah berdiri.
f. Pemompaan dan pengempesan manset
Manset seharusnya dipompa dan dikempeskan sebelum mengukur
tekanan darah pasien. Hal ini untuk menghindarkan kesalahan nilai
46
Dehidrasi
Berat : kehilangan
cairan 8-10% BB
Sedang : kehilangan
cairan 5-8% BB
Rehidrasi
Ringer Laktat(konvensional)
Isotonis
Hipotonis
47
Waktu peningkatan TD
lebih cepat
Gambar 3.1
Waktu peningkatan TD
lebih lama
Keterangan :
: Yang tidak diukur
: Yang diukur
Penjelasan Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi atau memperberat dehidrasi disebabkan
oleh diare, muntah, luka bakar, cuaca panas,
berkeringat berlebih,
osmolaritas
304
mosm/l,
adalah
larutan
isotonis
yang
48
B. Hipotesa
HI :
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
49
A. Rancangan Penelitian
Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama,
rancangan
penelitian
merupakan
suatu
strategi
penelitian
dalam
dengan
rancangan
penelitian
pra-eksperimental
dengan
50
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai
populasi adalah pasien dehidrasi yang masuk ke IGD RSUD Gambiran.
Populasi pada penelitian ini adalah pasien dehidrasi umum sejumlah 18
pasien.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi
saat menetapkan sampel, yaitu (a) representatif(mewakili) adalah sampel
yang dapat mewakili populasi yang ada untuk memperoleh hasil/kesimpulan
penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian. Dan (b)
sampel harus cukup banyakyaitu dimana semakin banyak sampel, maka
hasil penelitian mungkin akan lebih representatif (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini, sampel yang ditentukan harus memenuhi kriteriakriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).Dalam
penelitian ini sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebagai
berikut :
1) Penderita dehidrasi dari sedang sampai berat
2) Usia anak-anak sampai dewasa
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
51
sampling
dengan
menggunakan
teknik
total
sampling
(Nursalam, 2013).
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (Nursalam, 2013). Konsep yang dituju dalam suatu penelitian
bersifat konkrit. Sesuatu yang konkrit tersebut bisa diartikan sebagai suatu
variabel dalam penelitian (Nursalam, 2008).
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2013).Variabel independent dalam penelitian ini adalah pemberian
cairan ringer asetat malat.
b. Variabel dependent (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,
2013).Variabel dependent dalam penelitian ini adalah waktu peningkatan
tekanan darah.
52
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2009).
Tabel 4.1 Definisi operasional PengaruhPemberian Cairan Ringer Asetat
Malat Dibandingkan Dengan Cairan Ringer Laktat Dalam
Mempercepat Waktu Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien
Dehidrasi di ruang IGD RSUD Gambiran.
No
Variabel
Definisi
Indikator
Alat ukur
operasional
1.
2.
Variabel
indepede
nt :
Pemberia
n Cairan
Ringer
Asetat
Malat
Variabel
dependen
t : Waktu
Peningkat
an
Tekanan
Darah
Tindakan
kolaboratif perawat
berupa pemberian
cairan RAM untuk
mengatasi
dehidrasi
Tekanan Darah
Lamanya waktu
yang dibutuhkan
untuk
meningkatkan TD
Menit
Lembar
Observasi
Penunjuk waktu
dan lembar
observasi
50
53
F. Instrumen Penelitian
F. Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau
pengamatan atau daftar pertanyaan yang disisipkan untuk mendapatkan
informasi dari responden (Hidayat, 2009).Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah penunjuk waktu dan lembar
observasi untuk mengukur variabel dependent. Jenis observasi yang digunakan
oleh peneliti adalah tidak terstruktur.
G.
G. Prosedur Pengumpulan Data
H.
54
S.
T.
Kriteria inklusi: penderita
U.
dehidrasi dari sedang sampai
V.
berat. Usia anak-anak sampai
dewasa W.
X.
Y. non probability sampling
Sampling
denganZ.
teknik total sampling
AA.
Sampel berjumlah 9
AB.
AC.
Pengukuran TD
AD.
Kel.perlakuan
AE. : Ringer
Kel.kontrol / konvensional
55
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
Uji statistik
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
AN.
AO.
AP.
AQ.
J. Etika Penelitian
AR.
manusia menjadi isu sentral saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2013).
AS.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
AT. Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
AU. Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan.
c. Resiko
AV. Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan
resiko
dan
56
AW. Subjek
harus
diperlakukan
secara
manusiawi.
Subjek
DAFTAR PUSTAKA
BJ.
BK. Braun B. Manfaat isotonisitas ringerfundin vs hiponatremia pada ringer laktat
dan ringer asetat (hipotonis). Germany: KoTM FVT;2011.
BL.
57
BM. Braun B. Safe and efficient fluid management [internet]. 2010 [cited 2011 Okt
58
Lampiran 1
59
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
Lampiran 2
60
ED.
EE.
Lampiran 3
EF.
EG.
EH.
EI.
Nama
EJ.
Nim
: 10211010
EK.
Prodi
: S1 Keperawatan
EL.
Pemberian Cairan Ringer Asetat Malat Dibandingkan Dengan Cairan Ringer Laktat
Dalam Mempercepat Waktu Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Dehidrasi Di
Ruang IGD RSUD Gambiran.
EM.
Nama
EN.
Alamat
EO.
Umur
EP.
EQ.
Manfaat penelitian
Tujuan penelitian
Prosedur penelitian
Hak responden
Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran dan kami tidak akan
menuntut sesuai hukum yang berlaku atas resiko yang akan terjadi.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
Yang memberi penjelasan
responden
EW.
EX.
Kediri,
2014
Pukul:
WIB
Calon
61
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD.
FE.
FF.
FG.
Nama
FH.
Umur
FI.
Jenis Kelamin :
FJ.
Alamat
FK.
Menyatakan
bersedia
untuk
menjadi
responden
penelitian
tentang
DENGAN
CAIRAN
RINGER
LAKTAT
DALAM
Kediri,
Januari 2015
FN.
Responden
FO.
62
FP.
(
)
FQ.
FR.
FS.
FT.
Lampiran 5
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN KELOMPOK
KONTROL
FU.
FV.
FW.
Nama
FX.
Umur
FY.
Jenis Kelamin :
FZ.
Alamat
GA.
Menyatakan
bersedia
untuk
menjadi
responden
penelitian
tentang
DENGAN
CAIRAN
RINGER
LAKTAT
DALAM
Kediri,
Januari 2015
GD.
Responden
63
GE.
GF.
GG.
(
)
GH.
GI.
Lampiran 6
GJ.
GN.
GO.
Pengertian
GQ.
GR.
Tujuan
GS.
GT. Kebijakan
GU. Petugas
GW.
GX.
Peralatan
GY.
GZ.
HA.
HB.
HC.
HD.
Prosedur
Pelaksanaan
64
2.
3.
4.
5.
65
HL.
HM.
HN.
Lampiran 7
HO.
HP.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
66
KX.
KY.
KZ.
LA.
LB.
LC.
LD.
LE.
LF.
Lampiran 8
LG.
LH. Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah Kelompok Kontrol
LI.
LJ.
LK.
LL.
LM. Tekanan Darah
LN.
LP.
LR.
LT.
Sebelum
LU.
LO. LQ. Ta LS.
Kode
Pemberian
LV.
Setelah Pemberian
No.
nggal
Sampel
Cairan
Cairan
LW. LX.
LY.
LZ.
MA. 15
MB. 15
menit I
menit II
MC. MD.
ME.
MF.
MG.
MH.
1.
MI. MJ.
MK.
ML.
MM.
MN.
2.
MO. MP.
MQ.
MR.
MS.
MT.
3.
MU. MV.
MW.
MX.
MY.
MZ.
4.
NA. NB.
NC.
ND.
NE.
NF.
5.
NG. NH.
NI.
NJ.
NK.
NL.
6.
NM. NN.
NO.
NP.
NQ.
NR.
7.
NS. NT.
NU.
NV.
NW.
NX.
67
8.
NY. NZ.
9.
OE. OF.
10.
OK.
OL.
OM.
ON.
OO.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
OV.
OW.
OX.
OY.
OZ.
PA.
PB.
PC.
PD.
PE.
PF.
Lampiran 9
OA.
OB.
OC.
OD.
OG.
OH.
OI.
OJ.
68
PG.
PH.