You are on page 1of 79




  
  
  










 




Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan atas terbitnya Buku Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 102: Hukum
Asuransi untuk persiapan ujian AAMAI bulan Maret 2014. Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 102:
Hukum Asuransi ini diambil dari berbagai sumber lalu dikembangkan sesuai dengan pengetahuan
saya yang terbatas. Saya tegaskan bahwa Buku Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 102: Hukum
Asuransi dibuat untuk kepentingan saya sendiri dalam menjalani ujian AAAIK. Maka mohon maaf
apabila Buku Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi ini mirip dengan buku
kumpulan soal jawaban yang pernah Anda lihat, karena merupakan pengembangan dan modifikasi
sesuai dengan pemahaman saya.

Meskipun buku Buku Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi merupakan panduan
belajar pribadi, sangat senang apabila kumpulan soal yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman. Terimakasih untuk para pengguna website www.akademiasuransi.org dan para
pelanggan artikel harian yang bisa didapat dengan memasukkan email melalui kotak pelanggan
feed burner. Saya berharap bahwa website tersebut tidak hanya menjadi website pribadi, melainkan
berguna

bagi

masyarakat

banyak.

Buku

ini

diterbitkan

untuk

memperkaya

konten

www.akademiasuransi.org sebagai media belajar asuransi online terbesar di dunia.

Terimakasih untuk sumbangan materi dan juga semangat untuk penerbitan buku ini. Kebaikan
Anda sangat bermanfaat untuk pengembangan website www.akademiasuransi.org dan buku-buku
yang akan terus diterbitkan satu demi satu. Segala kritik dan saran sungguh saya harapkan.

Salam,
Afrianto Budi Purnomo, SS MM

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 1 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB I
LAW AND LEGAL SYSTEM
1.1

Uraikan pengertian Subyek hukum (Nov 2005 No. 1, Sept 2009 No. 1)
Jawaban :
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut
hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam dunia hukum,
subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia dan badan hukum.
Kategori Subjek Hukum :

Manusia (Natuurlijk Persoon): Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah


menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami

Badan Hukum (Rechts persoon): Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari
kumpulan orang yang diberi status "persoon" oleh hukum sehingga mempunyai hak
dan kewajiban.

1.2

Uraikan pengertian Yurisprudensi


Jawaban:
x
Prof Subekti dalam kamus Hukumnya memberikan arti Yurisprudensi sebagai
berikut:
x
Putusan pengadilan, apabila mengenai sesuatu persoalan sudah ada suatu
Yurisprudensi yang tetap, maka dianggaplah bahwa yurisprudensi itu telah
melahirkan suatu peraturan hukum yang sama kuatnya dengan undang-undang.
Karena itu maka YurisprudensI juga dianggap sebagai suatu sumber hukum.
x
Putusan pengadilan di sini adalah putusan Mahkamah Agung, yang merupakan
putusan yang sudah tidak dapat banding lagi. Hakim-hakim yang lebih rendah
tingkatannya yakni hakim Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, bila
menghadapi perkara yang serupa dengan perkara yang sudah diputus oleh
mahkamah agung, akan menggunakan putusan Mahkamah Agung ini sebagai
pedoman.
x
Putusan yang telah dibuat oleh Mahkamah Agung oleh beberapa ahli hukum
dikumpulkan dan disusun secara berurutan menurut tahun pemutusannya dan jenisjenisnya.
x
Dalam prakteknya, kumpulan Yurisprudensi dalam perkara asuransi dapat dipakai
sebagai pedoman oleh para Penanggung dalam menyelesaikan perselisihannya
dengan tertanggung.

1.3

Uraikan pengertian Perikatan (Mar 2008 No. 7)


Jawaban :
Perikatan timbul dari suatu perjanjian
Suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 2 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu
Pihak yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan
pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.

1.4

Sebutkan 6 (enam) cara hapusnya perikatan


Jawaban :
Pasal 1381 KUHPer menyebutkan sepuluh cara hapusnya suatu perikatan, yaitu:
a. Pembayaran;
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
c. Pembaharuan utang;
d. Perjumpaan utang atau kompensasi;
e. Pencampuran utang;
f. Pembebasan utang;
g. Musnahnya barang yang terutang;
h. Batal / pembatalan;
i. Berlakunya suatu syarat batal dan Lewatnya waktu.
Selain cara-cara di atas, ada cara-cara lain yang tidak disebutkan, misalnya berakhirnya
suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian atau meninggalnya salah satu pihak dalam
beberapa macam perjanjian, seperti meninggalnya seorang pesero dalam suatu perjanjian
firma dan pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian di mana prestasi hanya dapat
dilaksanakan oleh si debitur sendiri dan tidak oleh seorang lain.

1.5

Uraikan pengertian perjanjian (Sept 2006 No. 1)


Jawaban :
x
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang
lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang
membuatnya.
x
x

1.6

Dari peristiwa itu timbul suatu hubungan yang disebut perikatan.


Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara 2 orang yang membuatnya

Uraikan pengertian perjanjian menurut hukum perjanjian Indonesia (Sept 2013 No. 1)
Jawaban :
x
Pasal 246 KUHD merupakan pasal yang berisi pengertian otentik dari asuransi
menyebutkan bahwa asuransi adalah perjanjian. Sebagai suatu perjanjian, ia tunduk
pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku ke III KUHPdt yang dimulai
dengan pasal 1313.
x
Pasal 1313 KUHPdt menyebutkan bahwa suatu persetujuan atau perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 3 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

1.7

Uraikan pengertian hukum perjanjian menganut Sistem Terbuka (Mar 2008 No. 8)
Jawaban :
Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum, norma,
kesusilaan dan Undang-undang
Para pihak dalam perjanjian diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan atau isi dari
perjanjian yang menyimpang dari pasal-pasal / ketentuan hukum perjanjian dan isi
perjanjian tersebut menjadi undang- undang bagi para pihak dalam perjanjian KUH
Perdata 1338 ayat (1) berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya

1.8

Uraikan apa yang dimaksud dengan pernyataan dibawah ini Perjanjian adalah undangundang bagi para pihak yang membuatnya (Sept 2006 No. 7)
Jawaban :
Para pihak dalam perjanjian diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan atau isi dari
perjanjian yang menyimpang dari pasal-pasal / ketentuan hukum perjanjian dan isi
perjanjian tersebut menjadi undang- undang bagi para pihak dalam perjanjian KUH
Perdata 1338 ayat (1) berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya

1.9

Uraikan mengapa perjanjian asuransi disebut sebagai perjanjian konsensual (Sept 2007
No.5)
Jawaban :
- Perjanjian dan perikatan lahir sejak detik tercapainya kesepakatan,
- perjanjian sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok
- dan tidaklah diperlukan sesuatu formalitas

1.10

Uraikan kapan terjadinya suatu perjanjian (Maret 2013, No. 4)


Jawaban :
Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas konsensual,
yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat terjadinya
konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang diperjanjikan.
Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang yang
dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian kehendak
antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa yang
disepakati.
Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan kehendak
yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak. Pernyataan pihak

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 4 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan pihak yang menerima


penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie).
Jadi pertemuan kehendak dari pihak yang menawarkan dan kehendak dari pihak yang
akeptasi itulah yang disebut sepakat dan itu yang menimbulkan/melahirkan
kontrak/perjanjian.

1.11

Dalam kaitan dengan Perjanjian pada umumnya dan Perjanjian Asuransi, jelaskan: (Mar
2006 No 11, Sept 2007 No. 11, Mar 2009 No. 10 Sept 2009 No. 10, Mar 2010 No. 10, Mar
2013 No 11, Sept 2013 No 9)
a. 4 (empat) syarat-syarat sahnya suatu Perjanjian
b. 2 (dua) syarat tambahan untuk sahnya suatu Perjanjian Asuransi selain 4 (empat)
syarat yang ditanyakan dalam soal huruf a di atas
Jawaban yang disarankan:
Syarat-syarat
sahnya
perjanjian
menurut
hukum
perjanjian
Indonesia.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana
dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

a. 4 (empat) syarat sahnya suatu perjanjian menurut KUH Perdata:


1. Ada kata sepakat diantara mereka yang mengikatkan diri.
Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subjek
yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia-sekata mengenai
hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Mereka menghendaki sesuatu
yang sama secara timbal balik, misalnya penjual mengingini sejumlah uang, sedang
pembeli mengingini sesuatu barang dari si penjual.
Disini tidak ada tekanan atau paksaan, para pihak secara sukarela dan atas
kemauannya menyepakati hal-hal yang diperjanjikan.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian.
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap
orang yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya, adalah cakap
menurut hukum. Dalam pasal 1330 KUHPer, disebut sebagai orang-orang yang
tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian:
1.
2.
3.

Orang-orang yang belum dewasa;


Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh UU dan semua orang
kepada siapa UU telah melarang membuat perjanjian tertentu.

Dari sudut rasa keadilan, perlulah bahwa orang yang membuat suatu perjanjian
dan nantinya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai cukup kemampuan
untuk menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan
perbuatannya itu. Sedangkan dari sudut ketertiban hukum, karena seorang yang
membuat suatu perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya, maka orang
tersebut haruslah seorang yang sungguh-sungguh bebas berbuah dengan harta

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 5 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

kekayaannya.
Menurut KUHPer, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu
perjanjian, memerlukan bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya (pasal 108
KUHPer). Perbedaannya dengan seorang anak yang belum dewasa yang harus
diwakili oleh orang/wali, adalah dengan diwakili, seorang anak tidak membikin
perjanjian itu sendiri tetapi yang tampil ke depan wakilnya. Tetapi seorang istri
harus dibantu, berarti ia bertindak sendiri, hanya ia didampingi oleh orang lain
yang membantunya. Bantuan tersebut dapat diganti dengan surat kuasa atau izin
tertulis.

3. Mengenai suatu hal tertentu.


Sebagai syarat ketiga disebutkan bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal
tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak
jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling
sedikit harus ditentukan jenisnya. Apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus
jelas hak-hak dan kewajiban para pihak.
4. Suatu sebab yang halal (Oorzaak atau Causa).
Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah adanya suatu sebab yang
halal. Yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi
perjanjian itu sendiri, tidak boleh mengenai sesuatu yang terlarang. Misalnya, dalam
perjanjian jual beli dinyatakan bahwa si penjual hanya bersedia menjual pisaunya,
kalau si pembeli membunuh orang, maka isi perjanjian itu menjadi sesuatu yang
terlarang. Berbeda halnya jika seseorang membeli pisau di toko dengan maksud
untuk membunuh orang dengan pisau tadi, jual beli pisau tersebut mempunyai
suatu sebab atau causa yang halal, seperti jual beli barang-barang lain.
Artiya isi perjanjian itu harus halal, tidak melanggar Undang-undang, kesusilaan
dan ketertiban umum.
Syarat No. 1 dan 2 disebut syarat subyektif dan syarat No. 3 dan 4 disebut syarat
obyektif.
Pelanggaran:
Jika syarat subyektif dilanggar, maka perjanjian tersebut dapat diminta dibatalkan
melalui putusan pengadilan.
Jika syarat obyektif dilanggar, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

b. 2 (dua) syarat sahnya suatu perjanjian asuransi yang secara khusus diatur di dalam
KUHD:
1) Tertanggung harus beritikad baik dan secara jujur (utmost good faith) dalam
menyampaikan informasi/keterangan yang berkaitan dengan obyek asuransi yang
diasuransikan.
2) Tertanggung harus mempunyai kepentingan keuangan (insurable interests) atas
obyek asuransi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 6 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

1.12

Uraikan syarat subjektif dari suatu perjanjian (Mar 2013, No. 3)


Jawaban : lihat diatas

1.13

Jelaskan 4(empat) syarat harus dipenuhi agar suatu perjanjian sah menurut hukum
perjanjian Indonesia (Mar 2008 No. 9; Sept 2013, No. 9)
Jawaban : lihat diatas

1.14

Jelaskan menurut hukum Perjanjian Indonesia (Sept 2006 No. 9, Okt 2010 No. 10; Sept 2013)
a. 4(empat) syarat-syarat sahnya perjanjian
b. Akibat yang akan terjadi jika syarat-syarat sahnya perjanjian tidak terpenuhi
Jawaban : lihat diatas

1.15

Uraikan akibat dari tidak terpenuhinya unsur kata sepakat dan cakap hukum dari
syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menurut hukum Indonesia (mar 2007 No.3 ).
Jawaban yang disarankan:
Akibat pelanggaran terhadap kata sepakat dan cakap hukum dari syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian menurut hukum Indonesia.
Dua syarat ini disebut sebagai syarat subjektif dan jika syarat ini dilanggar maka perjanjian
tesebut belum memenuhi syarat sahnya perjanjian dan perjanjian tesebut dapat dibatalkan
(voidable). Dengan demikian, nasib sesuatu perjanjian seperti itu tidaklah pasti dan
tergantung pada kesediaan suatu pihak yang mentaatinya. Perjanjian yang demikian
dinamakan voidable. Ia selalu diancam dengan bahaya pembatalan (canceling).

1.16

Uraikan pengertian Cakap dalam sahnya Perjanjian (Mar 2013, No. 7)


Jawaban yang disarankan:
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap orang
yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut hukum.
Dalam pasal 1330 KUHPer, disebut sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat
suatu perjanjian:
1. Orang-orang yang belum dewasa;
2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh UU dan semua orang kepada
siapa UU telah melarang membuat perjanjian tertentu.
Dari sudut rasa keadilan, perlulah bahwa orang yang membuat suatu perjanjian dan
nantinya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai cukup kemampuan untuk
menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatannya itu.
Sedangkan dari sudut ketertiban hukum, karena seorang yang membuat suatu perjanjian
itu berarti mempertaruhkan kekayaannya, maka orang tersebut haruslah seorang yang
sungguh-sungguh bebas berbuah dengan harta kekayaannya.
Menurut KUHPer, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 7 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

perjanjian, memerlukan bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya (pasal 108
KUHPer). Perbedaannya dengan seorang anak yang belum dewasa yang harus diwakili oleh
orang/wali, adalah dengan diwakili, seorang anak tidak membikin perjanjian itu sendiri
tetapi yang tampil ke depan wakilnya. Tetapi seorang istri harus dibantu, berarti ia
bertindak sendiri, hanya ia didampingi oleh orang lain yang membantunya. Bantuan
tersebut dapat diganti dengan surat kuasa atau izin tertulis.

1.17

Uraikan pengertian Kausa yang Halal dalam Perjanjian (Mar 2006 No. 3)
Jawaban yang disarankan:
Yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu
sendiri, tidak boleh mengenai sesuatu yang terlarang, tidak boleh bertentangan dengan
UU, ketertiban umum dan kesusilaan.
Misalnya, dalam perjanjian jual beli dinyatakan bahwa si penjual hanya bersedia menjual
pisaunya, kalau si pembeli membunuh orang, maka isi perjanjian itu menjadi sesuatu yang
terlarang. Berbeda halnya jika seseorang membeli pisau di toko dengan maksud untuk
membunuh orang dengan pisau tadi, jual beli pisau tersebut mempunyai suatu sebab atau
causa yang halal, seperti jual beli barang-barang lain.

1.18

Uraikan kausa (sebab) yang halal sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian menurut
Hukum Indonesia (Mar 2007 No.5 ).
Jawaban yang disarankan:
Sebab (causa) yang halal adalah salah satu syarat sahnya perjanjian, artinya suatu perjanjian
isinya tidak boleh bertentangan dengan norma kesusilaan, ketertiban umum dan ketentuan
undang-undang yang sifatnya memaksa.

1.19

Uraikan pengertian Prestasi dalam Perjanjian Asuransi. (Mar 2006 No. 4; Sept 2013 No. 2)
Jawaban yang disarankan :
Prestasi dalam Perjanjian Adalah suatu hak atau manfaat bagi satu pihak dan kewajiban atau hal
yang wajib dilakukan oleh pihak lainnya didalam suatu perjanjian atau kontrak. (Bobot
100%)
Contoh:
Premi dalam perjanjian asuransi menjadi hak dari penanggung dan kewajiban bagi
tertanggung untuk membayarnya.

1.20

Dalam kaitan dengan Wanprestasi dalam Hukum Perjanjian Indonesia, jelaskan: (Mar
2006 No. 12, Okt 2010 No. 12, Mar 2013 No. 9, Sept 2013 No. 10)
a. Pengertian Wanprestasi
b. 4 (empat) bentuk Wanprestasi
c. 4 (empat) ancaman hukuman bagi debitur yang lalai
Jawaban yang disarankan :

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 8 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

a. Pengertian Wanprestasi (Bobot 17.5%)


Suatu perjanjian, merupakan suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang
lain, atau di mana di orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.
Menilik macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu
dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang, misalnya jual beli,
tukar menukar, penghibahan (pemberian), sewa menyewa, pinjam pakai.
2. perjanjian untuk berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk membuat suatu
lukisan, perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang lain.
Dalam suatu perjanjian, apabila salah satu pihak tidak melakukan apa yang dijanjikannya,
maka ia melakukan wnaprestasi, alpa atau lalai atau ingkar janji.Ingkar janji juga
dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan suatu perbuatan yang tidak boleh
dilakukannya.

b. 4 (empat) macam bentuk wanprestasi dengan contoh pada perjanjian asuransi:


(Bobot masing- masing 15%)
1. Tidak melakukan apa (sesuatu) yang disanggupi akan dilakukan.
Contoh: tertanggung tidak membayar premi dalam waktu 45 hari sejak tanggal
penutupan asuransi yang telah disepakati.
2. Melakukan apa yang telah dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
Contoh: tertanggung membayar premi tetapi hanya sebagian.
3. Melakukan apa yang telah dijanjikan, tetapi terlambat.
Contoh: tertanggung membayar premi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Contoh: tetanggung merubah okupasi bangunan tanpa sepengetahuan
penanggung (dalam asuransi kebakaran).
c. 4 (empat) akibat (ancaman hukuman) bagi yang melakukan wanprestasi: (Bobot
masing- masing 7.5%)
1) Membayar ganti rugi (biaya, rugi dan bunga)
2) Pembatalan perjanjian
3) Peralihan risiko
4) Membayar biaya perkara, jika sampai berperkara di pengadilan
1.21

Uraikan pengertian wanprestasi (mar 2009 No.. 7, sept 2007 No. 8, Sept 2013 No. 10)
Jawaban yang disarankan:
Wanprestasi terjadi jika seseorang atau pihak / dalam satu kontrak / perjanjian lalai atau
tidak melakukan kewajibannya, misalnya tertanggung tidak membayar premi dalam perjanjian
asuransi

1.22

Uraikan langkah-langkah penafsiran perjanjian


Jawaban :

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 9 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

1.
2.
3.
4.

1.23

Jika kata-kata suatu perjanjian jelas, tidak diperkenankan menyimpang daripadanya


dengan jalan penafsiran. (Pasal 1342 KUHPer)
Jelas artinya kata-kata yang sedikit sekali memberikan kemungkinan untuk
terjadinya penafsiran yang berbeda.
Jika kata-kata suatu persetujuan tidak jelas, kita harus menyelidiki maksud para pihak
yang membuat persetujuan.
Menafsirkan maksud para pihak harus memperhatikan itikad baik.

Uraikan perbedaan pengertian asuransi menurut kitab Undang-undang hukum


dagang (KUHD) dengan undang-undang No. 2 Tahun 1992 (sept 2009 no. 3, sept 2008 no.
8)
Jawaban :
UU No 2/1992 pasal 1 ayat 1
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
pembayaran premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pasal 246 KUHD
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, di mana penanggung dengan
menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya
dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan,
yang akan dapat dideritanya karena suatu kejadian yang tidak pasti.

1.24

Uraikan saat terjadinya Perjanjian Asuransi Menurut Kitab undang-undang umum Dagang
(KUHD (mar 2010 No. 1)
Jawaban :
x

x
x
x

Perjanjian pertanggungan diterbitkan setelah ia ditutup; hak-hak dan kewajibankewajiban bertimbal balik dari penanggung dan tertanggung mulai berlaku semenjak
saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani (pasal 257 ayat 1 KUHD)
Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut, diperlukan pembuktian
dengan tulisan (pasal 258 KUHD)
Kehendak para pihak harus terlihat dalam polis
Bila tidak, pihak yang dirugikan harus menggunakan lembaga hukum rectification.
Biasanya bila tertanggung menilai ada kesalahan pada saat penyusunan polis, ia minta
penanggung melakukan koreksi dengan mengeluarkan polis baru atau endorsement..
Bila penanggung menolak, tertanggung bisa mengajukan permohonan pada hakim
agar hakim memerintahkan rectification tersebut.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 10 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

1.25

Bila di pengadilan terbukti kehendak para pihak tidak terlihat dalam polis, hakim
akan memerintahkan rectification

Jelaskan pengertian daluwarsa


Jawaban :
Suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang (pasal 1946 KUHPer).
Dasar hukumnya : Bab VII pasal 1946 s/d 1993 Buku IV KUHPer
Daluwarsa mesti dibedakan dengan:

1.26

a.

Pelepasan hak : hilangnya hak, bukan karena lewatnya waktu, tetapi karena
sikap atau tindakan seseorang yang menunjukkan bahwa ia sudah tidak akan
mempergunakan sesuatu hak. Misal : orang yang membeli barang yang ternyata
mengandung cacat tersembunyi, jika ia tidak mengembalikan barang itu, ia
kehilangan hak untuk menuntut ganti rugi dari penjual

b.

Decheance : UU ada kalanya memberikan hak hanya untuk suatu waktu


tertentu, bila hak tidak digunakan dalam jangka waktu tersebut, hak itu gugur.
Misal : hak reclame 30 hari (pasal 1145 KUHPer). Harus diperhatikan hakim
meskipun tidak diminta

Uraikan jangka waktu daluwarsa


Jawaban :
Daluwarsa untuk memperoleh hak milik : 30 tahun
Daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu tuntutan : 30 tahun
Beberapa macam penagihan yang biasanya dalam waktu yang singkat sudah
dimintakan pembayaran, daluwarsa lebih pendek, misalnya:

1.27

rekening dokter : 2 tahun

rekening toko tentang penjualan barang untuk keperluan sehari-hari : 5 tahun

Sebutkan 5(lima) macam alat bukti :


Jawaban :
1 surat
2 saksi
3 Persangkaan
4 Pengakuan
5 Sumpah

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 11 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

1.28

Uraikan pengertian Perbuatan Melawan Hukum menurut Hukum Perdata Indonesia. (Mar
2006 no 2)
Jawaban yang disarankan :
Perbuatan Melawan Hukum menurut Hukum Perdata Indonesia
Perbuatan melanggar hukum adalah suatu perbuatan yang secara melanggar hukum
menimbulkan kerugian kepada orang lain.
Orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum tersebut wajib mengganti kerugian
yang diderita oleh orang yang menderita atau yang mengalami kerugian (korban). (Pasal
1365 KUH Perdata). (Bobot 50%)
Setiap orang tidak hanya bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang timbul karena kelalaiannya serta oleh
perbuatan orang-orang dan harta benda yang berada dibawah pengawasannya. (Pasal
1366 1367 KUH Perdata) . (Bobot 50%)
Catatan: Jika pasalnya tidak disebutkan, tidak apa (tidak mengurangi nilai)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 12 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB II
PENGAWASAN PEMERINTAH
2.1

Uraikan pengertian obyek asuransi menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian. (Mar 2007 No. 2, Mar 2010 No. 2)
Jawaban yang disarankan :
Obyek Asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, tanggung jawab hukum
serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang
nilainya.

2.2

Uraikan kebebasan tertanggung berikut pengecualiannya dalam penutupan asuransi


sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. (Mar
2007 No. 4, Sept 2008 No. 5, Sept 2009 No. 4; Maret 2013 No. 1)
Jawaban yang disarankan :
Kebebasan tertanggung dalam penutupan asuransi menurut UU No. 2 Tahun
1992: Setiap orang / tertanggung mempunyai kebebasan untuk memilih penanggung
(perusahaan asuransi), hal ini berarti tidak boleh ada pemaksaan terhadap seseorang
untuk mengasuransikan kepada perusahaan (penanggung) tertentu.

2.3

Uraikan Free choice of insurer dalam Undang-Undang No 2 tahun 1992 (Okt 2010 No. 8)
Jawaban : lihat diatas

2.4

Berkaitan dengan objek Asuransi (Okt 2010 No. 11)

a. Uraikan pengertian obyek asuransi menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992


b. Jelaskan ketentuan penutupan objek asuransi yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 73 Tahun 1992
Jawaban :

lihat jawaban 2.1

Objek asuransi di Indonesia hanya dapat diasuransikan pada perusahaan


Asuransi yang mendapatkan izin usaha dari Menteri, Kecuali dalam hal :

1. Tidak ada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi di Indonesia, Baik


sendiri maupun bersama-sama, yang memiliki kemampuan menahan risiko
asuransi dari objek yang bersangkutan, atau

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 13 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2. Tidak ada perusahaan Asuransi yang bersedia melakukan penutupan asuransi


atas object yang bersangkutan
3. Pemilik objek asuransi yang bersangkutan bukan warganegara Indonesia atau
bukan badan hokum Indonesia
2.5

Uraikan pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (Maret 2013, No. 6)


Jawaban :
x Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor
21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
x Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
x OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK.

2.6

Uraikan 4 (empat) Badan hukum perusahaan Asuransi yang diatur dalam undangundang No 2 Tahun 1992 (sept 2009 No. 5)
Jawaban :

1. Perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan reasuransi, badan hukum yang


diperbolehkan perseroan terbatas atau koperasi. Apabila perusahaan itu milik
negara, bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas dan sering disebut perusahaan
perseroan (persero)
2. Perusahaan asuransi jiwa, bisa berbentuk perseroan terbatas, atau koperasi, atau usaha
bersama (mutual)
3. Perusahaan broker dan perusahaan adjuster, badan hukum yang diperbolehkan
perseroan terbatas atau koperasi
4. Perusahaan konsultan aktuaria dan agen asuransi, boleh perseroan terbatas atau
koperasi, atau perorangan
2.7

Uraikan Perbedaan Badan Usaha Perasuransian Yang berbentuk izin usaha Asuransi
dengan Izin Usaha Pendukung Usaha Asuransi (Okt 2010 No. 3)
Jawaban : lihat diatas

2.8

Uraikan 2(dua) macam usaha perasuransian (Sep 2006 No. 5)


Jawaban :
1. Perusahaan asuransi kerugian
2. Perusahaan asuransi jiwa Uraian lihat diatas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 14 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2.9

Jelaskan 6 (enam) persyaratan untuk mendapatkan ijin usaha perusahaan asuransi


sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 63/1999. (Mar 2006 No.14)
Jawaban yang disarankan:
6 (enam) persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapat ijin usaha asuransi kerugian
menurut PP No. 63 Tahun 1999 (Bobot masing-masing 16.6%)

1. Anggaran Dasar perusahaan yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang
berwenang.
2. Susunan organisasi dan kepengurusan perusahaan yang menggambarkan
pemisahan fungsi dan uraian tugas.
3. Tenaga ahli yang memiliki kualifikasi, sesuai dengan bidang usahanya.
4. Perjanjian kerjasama dengan pihak asing, dalam hal terdapat penyertaan langsung
oleh pihak asing.
5. Spesifikasi program asuransi yang
reasuransinya bagi perusahaan asuransi.
6.
2.10

akan

dipasarkan

beserta

program

Program retrosesi bagi perusahaan reasuransi.

Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 81 tahun 2008, jelaskan : (Mar 2009
No. 11, S ept 2009 No. 11)
a. Hal utama yang diatur dalam PP No. 81/2008.
b. Dampak dari PP No.81/2008 terhadap perusahaan asuransi umum (kerugian).
Jawaban yang disarankan :
PP No 81 tahun 2008

a. Hal utama yang diatur adalah pengunduran jadwal (tenggat waktu) pemenuhan
persyaratan permodalan (modal sendiri / equity) dari perusahaan asuransi umum
(kerugian) dan perusahaan asuransi jiwa yang sebelumnya diatur dalam PP NO. 39
tahun 2008.
Pengunduran jadwal pemenuhan peningkatan permodalan tersebut adalah sebagai berikut:
Besarnya
Rp. 40 M
Rp. 70 M
Rp. 100

modal sendiri
31-12-2008
31-12-2009
31-12-2010

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Berdasarkan PP 39/ 2008 Berdasarkan PP 81/2008


31-12-2010
31-12-2012
31-12-2014

Page 15 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

b. Dampak PP 81 terhadap perusahaan asuransi umum (kerugian) adalah:


o Perusahaan asuransi umum yang belum memenuhi persyaratan permodalan
minimum tersebut diberikan waktu yang lebih lama untuk memenuhi persyaratan
modal minimum.
o Beberapa perusahaan asuransi umum anggota AAUI terhindar dari ancaman
pencabutan ijin usaha pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009, karena tidak
dapat menambah / meningkatkan modal sendiri.

2.11

Jelaskan 3(tiga) hal dari peraturan pemerintah (PP) no. 39 tahun 2008 yang
memberatkan bagi sebagian besar perusahaan (pengusaha local) asuransi umum
Indonesia (Sept 2008 No. 10)
Jawaban : lihat diatas

2.12

Jelaskan ketentuan pemodalan bagi perusahaan asuransi umum (kerugian) sebagaimana


diatur dalam Peraturan pemerintah (PP) 81 tahun 2008 (Mar 2010 No. 9)
Jawaban : lihat diatas

2.13

Jelaskan ketentuan syarat tenaga ahli bagi: (Mar 2007 No.14)


a.
Perusahaan asuransi kerugian
b.
Cabang perusahaan asuransi kerugian
c.
Pialang Asuransi
d.
Pialang Reasuransi
Jawaban yang disarankan :
Ketentuan / Syarat Tenaga Ahli bagi:

a. Perusahaan Asuransi Kerugian (Bobot masing-masing 6,25%)


1) Memiliki kualifikasi sebagai Ahli Manajemen Asuransi Kerugian dari Asosiasi
Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar
negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari AAMAI.
2) Memiliki pengalaman kerja dalam bidang pengelolaan risiko sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.
3) Tidak sedang dalam pengenaan sanksi dari asosiasi profesinya.
4) Terdaftar sebagai tenaga ahli asuransi kerugian di Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan.
b. Cabang Perusahaan Asuransi Kerugian (Bobot masing-masing 8,33%)
1) Memiliki kualifikasi sebagai Ajun Ahli Manajemen Asuransi Kerugian dari
AAMAI atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri Setelah terlebih dahulu
memperoleh pengakuan dari AAMAI
2) Memiliki pengalaman kerja dalam bidang pengelolaan risiko sekurangkurangnya 2 (dua) tahun.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 16 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

3) Tidak sedang dalam pengenaan sanksi dari asosiasi profesinya.

c. Pialang Asuransi (Bobot 25%)


Ahli pialang asuransi bersertifikat dari Asosiasi Broker Asuransi Indonesia (ABAI)
atau Ajun Ahli Manajemen Asuransi Kerugian bersertifikat dari AAMAI atau dari
asosiasi sejenis di luar negeri yang telah mendapat pengakuan dari ABAI atau
AAMAI.
d. Pialang Reasuransi (Bobot 25%)
Ahli asuransi bersertifikat dari AAMAI atau dari asosiasi sejenis di luar negeri yang
telah mendapat pengakuan dari AAMAI
2.14

Jelaskan ketentuan syarat tenaga ahli dalam pembukaan: (Sept 2013 No. 6 )
a.
Kantor cabang
b.
Kantor pemasaran
suatu perusahaan asuransi umum yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 beserta
peraturan pelaksanaannya.
Jawaban yang disarankan :

a.

Kantor cabang: lihat atas

b.

Kantor pemasaran
Kantor pemasaran tidak diwajibkan adanya tenaga ahli. Kantor ini berfungsi sebagai
kantor Pemasaran yang membantu pelayanan informasi kepada masyarakat
pemegang polis atau tertanggung.

2.15

Jelaskan ketentuan yang mengatur pemasaran suatu produk asuransi yang baru,
menurut UU No.2/1992 beserta Peraturan Pelaksanaannya. (Mar 2009 No. 12)
Jawaban yang disarankan :
Pengertian program / produk asuransi baru adalah suatu produk yang baru yang
belum pernah dipasarkan oleh sebuah perusahaan asuransi. (bobot 20%)
Ketentuan yang mengatur mengenai pemasaran program / produk asuransi baru:
1. Perusahaan asuransi yang akan memasarkan program / produk asuransi baru
harus terlebih dahulu memberitahukan rencana tersebut kepada Menteri Keuangan. (bobot
20%)
2. Pemberitahuan mengenai rencana memasarkan program asuransi baru
sebagaimana harus
dilengkapi dengan spesifikasi program asuransi yang akan dipasarkan berikut
program reasuransinya serta bukti-bukti pendukungnya. (bobot 20%)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 17 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

3. Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima secara
lengkap
Menteri Keuangan tidak memberikan tanggapan, Perusahaan asuransi dapat
memasarkan program asuransi dimaksud. (bobot 20%)
4. Program asuransi baru harus memenuhi ketentuan mengenai besarnya premi, premi
harus memadai, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. (bobot 20%)
2.14.

Jelaskan persyaratan yang mengatur pemasaran suatu produk asuransi yang baru,
menurut UU No. 2 /1992 beserta Peraturan pelaksanaannya (Sept 2009 No. 12)
Jawaban : lihat diatas

2.15

Uraikan perbedaan kantor cabang dengan kantor perwakilan (pemasaran) dilihat


dari persyaratan tenaga ahli dan operasional yang boleh dilakukan (Mar 2009 No. 2; Sept
2013 No. 6).
Jawaban yang disarankan :
Perbedaan kantor cabang dan kantor perwakilan / pemasaran perusahaan
asuransi. Dari segi persyaratan tenaga ahli bahwa untuk pendirian / pembukaan
cabang harus ada minimal tenaga Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAAIK),
sedangkan untuk pembukaan kantor pemasaran tidak ada persyaratan tenaga ahli.
Dari segi operasional, kantor cabang dapat melakukan berbagai kegiatan mulai dari
pemasaran produk, underwriting, akseptasi risiko dan penanganan/penyelesaian klaim.
Sedangkan kantor pemasaran hanya boleh melakukan kegiatan pemasaran

2.16

Uraikan pengertian Agent menurut UU No. 2/1992 tentang Usaha Perasuransian. (Mar
2006 No. 5)
Jawaban yang disarankan :
Pengertian Agen menurut UU No.2/1992
Agen asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan
jasa dalam memasarkan produk / jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

2.17

Uraikan hubungan hukum antara Agen asuransi dan Penanggung menurut UU No 2


tahun 1992 tentang usaha perasurasian (Mar 2008 No. 4)
Jawaban :
Adalah hubungan kuasa atau perwakilan, karena agen (perorangan atau badan hukum)
kegiatannya adalah memberikan jasa dalam memasarkan jasa / produk asuransi untuk
dan atas nama penaggung.

2.18

Berkaitan dengan harga premi asuransi, jelaskan ketentuan harga premi asuransi
menurut UU No 2 Tahun 1992 beserta peraturan pelakasaannya (Sept 2007 No. 10, Maret
2013, No. 2)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 18 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban :
PP No 73 tahun 1992 pasal 20

1.

Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan dan tidak
diterapkan secara diskriminatif

2.

Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila;


a.

Sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang


diperjanjikan dalam polis asuransi Obs

b.

penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat


solvabilitas perusahaan

c.

penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim


kompetisi yang sehat

3.

Tingkat premi dinilai berlebihan bila sedemikian tinggi sehingga sangat tidak
sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi ybs

4.

Penerapan tingkat premi dinilai bersifat diskriminatif apabila tertanggung dengan


luas penutupan yang sama serta dengan jenis dan tingkat resiko yang sama dikenakan
tingkat premi yang berbeda

PP No 73 tahun 1992 pasal 21


Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis resiko yang
sehat
KMK No 225 tahun 1993 pasal 13
Penetapan tarif premi asuransi kerugian harus dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Premi murni yang dihitung berdasarkan profil kerugian (risk and loss profile) jenis
asuransi yang bersangkutan untuk sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir
2. biaya perolehan, termasuk komisi agen
3. biaya administrasi dan biaya umum lainnya

2.16

Uraikan ketentuan tentang besaran premi asuransi yang diatur dalam peraturan
pemerintah (PP) No. 73 Tahun 1992 (sept 2008 no. 6)
Jawaban :
(1) Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan
tidak diterapkan secara diskriminatif.
(2) Tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai tidak mencukupi,
apabila:
a. sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang
diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan;
b. penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat
solvabilitas perusahaan;

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 19 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

c. penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim


kompetisi yang sehat.
(3) Tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai berlebihan apabila
sedemikian tinggi sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang
diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.
(4) Penerapan tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai bersifat
diskriminatif apabila tertanggung dengan luas penutupan yang sama serta dengan
jenis dan tingkat risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda.
Pasal 21
(1) Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis risiko
yang sehat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

2.17

Jelaskan 5 (lima) ketentuan pidana yang diatur dalam UU No. 2/1992 tentang Usaha
Perasuransian. (Mar 2006 No. 13, Mar 2007 No.13)
Jawaban yang disarankan :

1. Menyuruh & Menjalankan usaha perasuransian TANPA IJIN 15 tahun penjara +


denda Rp. 2,5 M
2. Menggelapkan premi 15 tahun penjara + denda Rp. 2,5 M
3. Menggelapkan kekayaan perusahaan asurans / reasuransi 15 tahun penjara + denda
Rp. 2,5 M
4. Menadah kekayaan perusahaan asuransi / reasuransi yang digelapkan 5 tahun
penjara + denda Rp. 500 juta
5. Memalsukan dokumen perusahaan asuransi / reasuransi 5 tahun penjara + denda Rp.
500 juta
2.18

Uraikan sanksi pidana menurut UU no 2 tahun 1992 terhadap seseorang yang melakukan
a.
Penggelapan premi asuransi
b.
Pemalsuan polis dandokumen polis asuransi (sept 2006 no 6)
Jawaban : lihat diatas

2.19

Sebutkan 3 (tiga) macam bentuk sanksi / hukuman atas pelanggaran yang dilakukan oleh
pelaku usaha terhadap ketentuan / Undang-undang Perasurasian menurut UU No. 2
Tahun 1992 (Mar 2008 No. 5)
Jawaban :
1. Pemberian peringatan
Diberikan peringatan agar tidak melakukan pelanggaran di kemudian hari serta wajib
melakukan perbaikan

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 20 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2. Pembatalan kegiatan usaha (PKU)


Untuk perusahaan asuransi, misalnya dilarang melakukan penutupan polis baru
3. Pencabutan ijin Usaha
Ijin usahanya dicabut artinya perusahaan yang bersangkutan tidak boleh lagi
melakukan kegiatan usaha
2.20

Jelaskan praktek bisnis dalam usaha perasuransian yang dilarang dilakukan oleh
perusahaan perasuransian yang berada dalam suatu kelompok usaha atau hubungan
afiliasi menurut UU No 2 tahun 1992 beserta pelaksanaannya. (Sept 2007 No. 14)
Jawaban :
UU No 2/1992 pasal 1 ayat 13
Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan satu orang atau
lebih, atau badan hukum lain, sedemikian rupa sehingga salah satu dari mereka dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan dari orang yang lain atau badan hukum yang
lain, atau sebaliknya, dengan memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan saham
atau kebersamaan pengelolaan perusahaan.
Pelaksanaannya :
KMK No 224/1993 pasal 21
Berbeda dengan ketentuan mengenai pembatasan jumlah dan jenis, dengan larangan ini
berarti perusahaan tidak boleh melakukan satu sama sekali. Ketentuan larangan ini
dimaksudkan agar perusahaan tidak terlibat dalam tindakan spekulatif tinggi. Selain itu juga
dimaksudkan agar dana tidak lari ke luar negeri, mengingat di Indonesia masih banyak
memerlukan dana investasi untuk menunjang pembangunan ekonomi.
Larangan investasi:
a. bentuk transaksi turunan
b. perdagangan berjangka
c. investasi di luar negeri, kecuali pada perusahaan asuransi
d. penyertaan pada perusahaan penunjang

2.21

Uraikan benturan kepentingan yang dilarang oleh peraturan perasurasian terhadap


pialang asuransi dalam menjalankan usahanya (melakukan penutupan asuransi) dengan
hubungan penanggung dalam hubungannya dengan afiliasi (Sept 2006 No. 3)
Jawaban : lihat diatas

2.22

Uraikan mengapa Undang-undang No. 2 Tahun 1992 beserta peraturan


pelaksanaannya melarang pialang asuransi menempatkan peutupan asuransi kepada
perusahaan afiliasinya dan sebutkan pengecualiannya dari keterangan tersebut (Okt 2010
No. 6)
Jawaban : lihat diatas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 21 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2.23

Jelaskan mengapa pengajuan pailit bagi perusahaan asuransi h a r u s dilakukan melalui


Menteri Keuangan (Mar 2010 No. 12)
Jawaban :
UU No 2/1992 pasal 20 menyebutkan:
1. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam Peraturan Kepailitan,
dalam hal terdapat pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
maka Menteri berdasarkan kepentingan umum dapat memintakan kepada
Pengadilan agar perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit
2. Hak pemegang polis atas pembagian harta kekayaan perusahaan asuransi kerugian
maupun asuransi jiwa yang dilikuidasi merupakan hak utama

2.24

Berkaitan dengan peraturan persyaratan uji kepatuhan dan kelayakan (fit and proper
test) dalam usaha asuransi, jelaskan : (Sept 2008 No. 13)
a. Siapa saja yang wajib mengikuti fit and proper test ?
b. Kapan fit and proper test dapat dilakukan oleh regulator perasuransian ?
c. Materi apa yang diujikan dalam fit and proper test ?
Jawaban :

a. Siapa yang wajib mengikuti fit and proper test ?


Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 78/PMK.05/2007 adalah:
Direksi, Komisaris, dan pemegang saham
b. Fit and proper test dilakukan oleh tegulator perasuransian ?
Pada saat seseorang akan memangku jabatan sebagai Direksi atau Komisaris; dan
setiap waktu apabila dianggap perlu
Contohnya :
1. Seseorang yang belum pernah menjadi Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian, yang dicalonkan menjadi Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian
2. Seseorang yang pernah menjabat sebagai Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian, dicalonkan menjadi Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian lainnya
3. Seseorang yang sedang menjabat sebagai Komisaris Perusahaan
Perasuransian, yang dicalonkan menjadi Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian lainnya
4. Seseorang yang sedang menjabat sebagai Direksi Perusahaan Perasuransian,
yang dicalonkan menjadi Komisaris Perusahaan Perasuransian lainnya
5. Direksi Perusahaan Perasuransian yang beralih jabatan menjadi Komisaris
Perusahaan Perasuransian yang sama
6. Komisaris Perusahaan Perasuransian yang beralih jabatan menjadi Direksi pada
Perusahaan Perasuransian yang sama

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 22 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

c. Materi yang diujikan dalam fit and proper test


Faktor kompetensi :

1. pengetahuan yang memadai dan relevan dengan jabatannya


2. pemahaman tentang peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian
dan peraturan perundang-undangan lain yang berhubungan dengan usaha
perasuransian;
3. pengalaman dan keahlian di bidang usaha perasuransian dan/atau bidang lain
yang relevan dengan jabatannya; dan
4. kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis
dalam rangka
pengembangan usaha perasuransian yang sehat
Faktor integritas :
1. Praktik-praktik tercela di bidang usaha perasuransian atau jasa keuangan lain
2. Perbuatan tindak pidana di bidang usaha perasuransian dan/atau perekonomian
3. Perbuatan tindak pidana yang dijatuhi sanksi pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih
4. Perbuatan tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan instansi
pembina dan pengawas usaha perasuransian
5. Perbuatan yang memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang
saham, Direksi, Komisaris, pegawai dan/atau pihak lain yang dapat merugikan
atau mengurangi hak pemegang polis dan/atau Perusahaan Perasuransian
6. Perbuatan melanggar prinsip kehati-hatian di bidang usaha perasuransian
perbuatan yang menunjukkan bahwa Direksi atau Komisaris yang bersangkutan
tidak memiliki kewenangan atau memiliki kewenangan namun tidak mampu
menjalankan kewenangan masing-masing sebagai Direksi atau Komisaris;
dan/atau
7. Perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang usaha
perasuransian

2.25

Berkaitan dengan Fit and proper Test yang dilakukan oleh Biro perasuransian
BAPEPAM-LK Sebelum direksi atau komisaris perusahaan perasuransian menjabat
diperusahaan perasuransian, Jelaskan (Okt 2010 No. 9)
a. 2(dua) muatan materi yang diujikan
b. Maksud dan tujuan dari fit dan proper test
c. Akibat hukum jika tidak lulus Fit and proper test
Jawaban :
a dan b Lihat diatas
c

Akibat hukum jika tidak lulus Fit and proper test, adalah:
Direksi atau komisaris diklasifikasikan tidak lulus yang bersangkutan memperoleh
hasil penilian akhir kurang dari 65 (enam puluh lima) dan / atau terdapat penilian
0(nol) pada satu kriteria atau lebih dalam faktor integritas.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 23 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Direksi atau komisaris yang dinyatakan tidak lulus dapat mengajukan permintaan
keterangan mengenai ketidaklulusannya kepada ketua
Direksi atau komisaris yang tidak lulus penilian kemampuan dan kepatutan tidak
dapat bertindak sebagai Direksi atau komisaris Perusahaan Perasuransian.
Pemegang saham wajib mengganti Direksi atau komisaris paling lambat 1(satu)
bulan sejak tanggal penyampaian hasil penilian dan kepatutan
Direksi atau Komisaris yang dinyatakan tidak lulus berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Jika tidak lulus karena faktor integritas, maka pihak yang dimaksud tidak
dapat diangkat sebagai Direksi atau Komisaris Perusahaan Perasuransian dalam
jangka waktu 5(lima) tahun sejak tanggal surat penyampaian salinan keputusan
ketua mengenai hasil penilian kemampuan dan kepatutan, atau
b. Jika tidak lulus karena Faktor kompetensi, maka pihak yang dimaksud tidak
dapat diangkat sebagai Direksi atau Komisaris dalam jangka waktu 1(satu) tahun
sejak tanggal surat penyampaian salinan keputusan mengenai hasil penilaian
kemampuan dan kepatutan

2.29.

Berkaitan dengan Badan Mediasi Asuransi Indonesai(BMAI), Jelaskan : (Mar 2010 No. 14)
a. Pengertian Mediasi Asuransi
b. 2(dua) Sikap yang selalu wajib menjadi pegangan (rambu-rambu) dari para
Mediator dalam menjalankan mediasi di BMAI
c Jumlah nilai klaim yang menjadi kompetensi dari BMAI
Jawaban :
a. Pengertian Mediasi Asuransi
Memberikan pelayanan untuk penyelesaian perselisihan antara Perusahaan Asuransi
dengan Tertanggung .

b. 2(dua) Sikap yang selalu wajib menjadi pegangan (rambu-rambu) dari para Mediator
dalam menjalankan mediasi di BMAI
1. Menyelesaikan perselisihan klaim yang dilaporkan, secara damai dan adil bagi
kedua belah pihak, sejauh kasus klaim tersebut berada di dalam yuridiksi BMAI,
Tertanggung dibebaskan dari semua biaya untuk pelayanan ini
2. Bila perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui mediasi, kasus perselisihan akan
dibawa ke tingkat ajudikasi untuk diputuskan oleh Ajudikator atau Penal
Ajudikator yang ditunjuk oleh BMAI.
c Jumlah nilai klaim yang menjadi kompetensi dari BMAI
Limit sengketa Claim yakni Rp 2 miliar untuk asuransi umum dan Rp 1 miliar untuk
asuransi jiwa.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 24 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2.30

Uraikan apa yang dimaksud dengan risk based capital (RBC) (Sept 2006 No. 4)
Jawaban :
Pendekatan standar untuk alokasi modal adalah formula Risk-Based Capital (RBC) ==>
alat untuk membandingkan kecukupan range dan asuransi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 25 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB III
LAW AND TORT
3.1

Uraikan pengertian Tort (Sept 2008 No. 2)


Jawaban :

3.2.

Kesalahan sipil yang mengatur tingkah laku manusia satu sama lain
tanpa adanya suatu hubungan kontraktual atau hubungan hukum lain.
Tort harus dapat menimbulkan suatu tuntutan untuk unliquidated damage, yaitu
kerugian yang tidak dapat dinilai dengan merujuk pada bukti nilai.

Uraikan Perbedaan Tort dengan Breach of contract (Mar 2010 No. 4)


Jawaban :
TORT
Tort adalah perbuatan melanggar hukum yang berlaku bagi setiap orang yaitu melanggar
atau tidak melakukan suatu kewajiban yang diatur dan diwajibkan oleh hukum (a breach
of duty fiexed law)
- Tanpa kontrak ( inggris common law, Indonesia KUHPer 1365)
- Liquidated damage
- Tanggung jawab tergantung seberapa kesalahan
- Jumlah ganti rugi belum diketahui
- Ganti rugi tidak sukareala (non voluntary)
- Dapat diselesaikan diluar pengadilan
BREACH OF CONTRACT
Perbuatan seseorang yang tidak melakukan kewajibannya atau melanggar perjanjian (wan
prestasi) yang telah dibuat olehnya (para pihak dalam perjanjian)
- Contract KUHPer 1338
- Unliquidate / liquidated damage
- Tanpa memandang siapa pelaku penyimpangan
- Jumlah ganti rugi sudah diketahui
- Sukarela karena sudah dijanjikan dalam kontrak
- Dibawa ke pengadilan

3.3

Uraikan pengertian Precedent. (Mar 2006 No. 1, Sept 2007 No. 3)


Jawaban yang disarankan:
Precedent adalah suatu keputusan dari suatu perkara di masa yang lalu yang dibuat
oleh hakim atau pengadilan dan putusan tersebut atau dasar pertimbangan putusan
tersebut diikuti atau dijadikan dasar putusan oleh hakim atau pengadilan untuk perkara
yang sedang ditangani yang mempunyai fakta dan permasalahan yang sama.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 26 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

3.4

Uraikan pengertian Ratio Decidendi :


Jawaban :
x
x

3.5

Secara gradual asas ini mengikat hakim pada yurisprudensi untuk perkara serupa,
dengan isi yurisprudensi yang bersifat esensial.
Merupakan dasar hukum suatu keputusan.

Jelaskan 3 (tiga) hal utama (three essentials) dari Negligence. (Mar 2006 No. 9)
Jawaban yang disarankan :
Negligence adalah suatu kelalaian dimana seseorang yang normal dan bijak (a
reasonable / prudent man) harus berbuat tetapi tidak berbuat apa apa atau melakukan
sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. (Bobot 10%)
Agar tuntutan dapat berhasil dalam negligence, harus ada 3 hal utama yaitu:
1. A duty of care owned by the defendant to the plaintiff.
Bahwa pihak yang lalai (tergugat) mempunyai kewajiban duty of care kepada pihak
penggugat. (Bobot 30%)
Misalnya hubungan antara majikan dengan karyawan.
2. A breach of that duty by the defendant.
Artinya pihak yang lalai (tergugat) telah melakukan pelanggaran atau kelalaian
terhadap kewajibannya. (Bobot 30%)
3. Damage suffered by the plaintiff as a result of the breach.
Pihak korban (penggugat) telah menderita kerugian sebagai akibat kelalaian tersebut.
(Bobot 30%)
Tambahan jawaban :
1 Tergugat memiliki kewajiban berhati-hati terhadap penggugat
2 Tergugat melanggar kewajibannya
3 Pelanggaran kewajiban itu mengakibatkan kerugian atau kerusakan terhadap
penggugat
4 Penggugat harus membuktikan bahwa jenis kerugian itu dapat diperkirakan atau
tidak berada dalam aturan dasar keterpisahan

3.6

Uraikan 3 (tiga) hal pokok (three essential) agar tuntutan ganti kerugian karena kelalian
(negligence) dapat dipenuhi (Sept 2006 No. 2)
Jawaban : lihat diatas

3.7

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Nuisance


Jawaban :
suatu tindakan salah yang dilakukan terhadap seseorang, dengan secara bertentangan
dengan hukum, mengganggunya dalam menikmati harta bendanya, atau, dalam
beberapa kasus dalam melakukan suatu hak umumnya.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 27 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Ada 3 jenis gangguan, yaitu gangguan pribadi, gangguan publik dan gangguan yang
diberlakukan oleh undang-undang.
Gangguan pribadi
Bukti kerusakan diperlukan agar suatu tuntutan
ini termasuk ketidaknyamanan fisik, seperti suara
jauh lagi jika timbul suatu keadaan yang dapat
sesungguhnya, penuntut dapat meminta injunction,
kepada tergugat untuk menghentikan aktivitasnya.

dapat berhasil, dan kerusakan


keras atau bau menusuk. Lebih
menimbulkan kerusakan yang
yaitu suatu perintah pengadilan

Contoh gangguan pribadi termasuk gangguan langsung dengan pelanggaran batas,


misalkan dengan akar pohon, kerusakan fisik yang disebabkan oleh meluapnya air
karena saluran air atau urung-urung yang terhalang (Sedleigh v. O Callaghan (1940)),
bangunan bobrok yang rubuh ke bangunan sebelahnya (Wringe v. Cohen (1940)) dan bau
(Adams v. Ursell (1913)).
Gangguan publik
Selain sebagai suatu tort, suatu gangguan publik juga termasuk suatu kejahatan.
Gangguan publik termasuk menjalankan rumah pelacuran, menjual makanan yang tidak
layak untuk dikonsumsi publik, dan menghalangi jalan raya.

3.8

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pelanggaran hak milik (Trespass)


melawan hukum yang disengaja

perbuatan

Jawaban :
Merupakan suatu campur tangan langsung dalam berbagai bentuk, baik terhadap tanah,
barang bergerak atau orang. Gangguan bersifat tidak langsung. Trespass dapat dituntut
tanpa adanya bukti kerusakan.

a. TRESPASS TO GOODS:
Setiap gangguan fisik langsung dilakukan secara sengaja dan langsung terhadap
barang-barang bergerak (chatter) yang berada penguasaan seseorang
b. TRESPASS TO PERSONS
- ASULT : Semata-mata suatu percobaan atau ancaman untuk melukai atau
merusak badan orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain itu wajar
merasa takut bahwa tindakan itu akan dilakukan
- Battery : Tindakan benar-benar melakukan penganiayaan atau benar-benar
mencederai orang lain.
c. TRESPASS TO LANDS
Suatu gangguan melawan hukum yang dilakukan secara sengaja dan langsung
terhadap penguasaan seseorang atas tanahnya :
Contoh :
- Memiliki tanah orang lain

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 28 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

3.9

Menyalah gunakan hak masuk ketanah orang lain


Masih tinggal ditanah orang

Jelaskan:
a) apa yang dimaksud dengan strict liabilities dalam hukum Inggris.
b) apa yang dapat dijadikan defences dalam kasus strict liabilities.
Jawaban yang disarankan:

a) Strict liability : tanggungjawab hukum dalam kasus-kasus tertentu yang secara


langsung / strict dibebankan kepada tergugat walaupun yang bersangkutan telah
melakukan reasonable care, tidak memerlukan pembuktian negligence atau lack of care
atau wrongful intention dari pihak tergugat (Rylands v Fletcher, 1868). (Bobot 50%)
b) Defences dalam kasus strict liabilities (non-liability artinya occupier tidak liable menurut
the Rule in Rylands V. Fletcher walaupun mungkin liable for negligence, 5 dari 6 di
bawah ini) : (Bobot 5 x 10%)
1
2
3

4
5
6

3.10

Seijin Penggugat (consent of the plaintiff): Penggugat sendiri telah mengetahui


dan menyetujui adanya risiko yang dapat menimbulkan tanggunggugat
Contributory negligence / default of the plaintiff: Penggugat sendiri telah bersalah
sehingga timbul kerugian/luka badan
Statutory authority: hukum memberikan kewajiban dan tanggungjawab tertentu
kepada orang karena jabatannya sehingga orang-orang tersebut harus
melaksanakannya dan karenanya yang bersangkutan tidak dapat dimintakan
pertanggungjawabannya didalam hokum
Act of a stranger: kerugian timbul akibat tindakan seseorang yang tidak dikenal dan
dikuasai Tergugat
Act of God: kerugian timbul akibat gejala alam yang ada diluar kehendak/kekuasaan
manusia
Common benefit: Penggugat dan Tergugat bersama-sama mendapatkan manfaat
dari sesuatu yang menimbulkan kerugian/luka badan sehingga harus bersamasama pula menanggung kerugian yang timbul

Berkaitan dengan pencemaran nama baik (defamation), Uraikan apa yang dimaksud
dengan libel and slander (Mar. 2009 No. 5)
Jawaban :
Defamation: pernyataan palsu tentang seseorang yang menyebabkan rusaknya
reputasi orang tersebut

a. Slander
Merupakan pencemaran nama baik dalam bentuk non-permanen atau sementara,
biasanya secara lisan, termasuk mimik dan bahasa tubuh. Slander hanya dapat
dituntut dengan adanya bukti kerusakan, kecuali dalam hal t uduhan - tuduhan

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 29 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

berikut:
9 bahwa seseorang melakukan suatu kejahatan yang dapat dihukum penjara
9 bahwa seseorang menderita suatu menderita suatu penyakit menular,
misalkan penyakit kelamin, penyakit kusta, penyakit pes, dan yang lainnya
9 bahwa seorang wanita sudah tidak suci
9 terhadap seseorang di suatu kantor, perdagangan atau profesi bahwa ia tidak
layak untuk melakukan pekerjaan di kantor atau praktek atau profesinya

b. Libel.
Merupakan pencemaran nama baik dalam bentuk permanen seperti tertulis atau suatu
karikatur (Broadcasting Act 1990) atau dengan radio dan televisi (Defamation Act
1952). Dalam Youssoupoff v. MGM Pictures Ltd (1934) dinyatakan bahwa film juga
termasuk bentuk permanen. Libel dapat dituntut tanpa adanya bukti kerusakan (per
se).
Perbedaan penting antara libel dan slander adalah libel dapat merupakan
pelanggaran kriminal sekaligus tort, sedangkan slander bukan kriminal.
3.11

Uraikan apa yang dimaksud dengan Vicarious liability (Sept 2006 No. 8)
Jawaban :
Tanggung jawab seseorang tidak hanya atas kerugian yang disebabkan oleh
perbuatannya sendiri, melainkan yuga atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatanperbuatan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya atau disebabkan barang-barang
yang berada dibawah pengawasannya.
Hubungan yang dapat mengakibatkan hal ini adalah:
x
majikan / pekerja
x
prinsipal / agen
x
prinsipal / kontraktor independen
x
partner

3.12

Uraikan apa yang dimaksud Onus of proof (Okt 2010 No. 14c)
Jawaban :
Prinsip utamanya adalah siapa yang menuntut harus membuktikan. Jika penggugat
ingin mengalihkan kerugiannya kepada tergugat, ia harus memberikan bukti yang
cukup untuk menunjukkan bahwa kerugian atau kerusakan yang dideritanya
disebabkan oleh kelalaian tergugat.
Beban pembuktian berada pada penggugat untuk menunjukkan berdasarkan
keseimbangan probabilitas bahwa tergugat telah lalai. Keseimbangan probabilitas
berarti lebih mungkin daripada tidak, dan jika bukti yang ada seimbang maka penggugat
tidak berhasil membuktikan kasusnya.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 30 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB IV
LAW AND CONTRACT
4.1

Jelaskan: (Mar 2007 No. 9 )


a. Pengertian Contract
b. Perbedaan Unilateral dan Bilateral Contract
Jawaban yang disarankan :

a. Pengertian Contract (Bobot 50%)


Kontrak adalah suatu perjanjian atau kesepakatan yang mengikat secara hukum
(legally binding) para pihak yang membuatnya, yang diakui oleh pengadilan dan
dapat paksakan pelaksanaannya oleh pengadilan (the courts will recognize and
enforce).
Dalam kontrak paling sedikit ada dua pihak, namun dapat juga terjadi dalam
suatu kntrak terdapat lebih dari dua pihak. Contoh: suatu kontrak adalah polis
asuransi kebakaran, dimana ada dua pihak yaitu penanggung dan tertanggung.

b. Dilihat dari sifat mengikatnya suatu kontrak dan dikaitkan dengan kewajiban
para pihak dalam suatu kontrak, maka kontrak dapat dibagi dua yaitu:
1) Unilateral Contract (Bobot 25%)
Pada Unilateral Contract meskipun terdapat dua pihak dalam kontrak
tersebut akan tetapi hanya satu pihak saja yang mempunyai janji /
kewajiban (legally bound) untuk melakukan sesuatu atau prestasi. Contoh:
sebuah kontrak atau janji dari pemilik barang hilang untuk memberikan
suatu imbalan bagi yang menemukan barang yang hilang tersebut
2) Bilateral Contract (Bobot 25%)
Sedangkan pada Bilateral Contract masing-masing pihak (semua pihak)
dalam suatu kontrak mempunyai kewajiban (janji) untuk melakukan sesuatu
(prestasi) kepada pihak lainnya. Contoh: Insurance Contract, penanggung dan
tertanggung sama-sama mempunyai kewajiban (janji) yaitu tertanggung wajib
membayar premi dan penanggung wajib membayar ganti kerugian jika terjadi
suatu kerugian yang dijamin oleh polis (contract of insurance)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 31 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

4.2

Uraikan kapan terjadinya kontrak (Mar 2008 No. 3)


Jawaban :
Azas konsesual yang dianut oleh hukum perjanjian Indonesia: Artinya suatu
perjanjian sudah dilahirkan atau sudah terjadi sejak detik (waktu) tercapainya
kesepakatan (kata sepakat) antara pihak yang berjanji.
Perjanjian sudah sah dan mengikat apabila sudah terjadi kesepakatan mengenai halhal yang pokok dari perjanjian.
Kata kontrak yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah perjanjian
atau persetujuan yang mempunya arti sempit, karena di sini yang dimaksud adalah
perjanjian atau persetujuan tertulis saja.

4.3

Uraikan asas konsesualitas dalam perjanjian asuransi (Sept 2013, No. 3)


Jawaban :
Azas konsesual yang dianut oleh hukum perjanjian Indonesia: Artinya suatu
perjanjian sudah dilahirkan atau sudah terjadi sejak detik (waktu) tercapainya
kesepakatan (kata sepakat) antara pihak yang berjanji.
Perjanjian sudah sah dan mengikat apabila sudah terjadi kesepakatan mengenai halhal yang pokok dari perjanjian

4.4

Sebagian polis asuransi digolongkan sebagai Personal Contract. Uraikan (Mar 2007
No.8)
Jawaban yang disarankan :
Suatu kontrak / perjanjian hanya menimbulkan / melahirkan hak dan kewajiban bagi
para pihak yang membuat kontrak tersebut. Artinya kontrak tersebut hanya
mengikat dan berlaku terhadap mereka yang membuatnya.

4.5

Uraikan mengapa dikatakan polis sebagai perjanjian legally binding agreement.


(Mar 2009 No. 1)
Jawaban yang disarankan:
Polis dikatakan sebagai legally binding agreement karena polis adalah perjanjian
asuransi yang sah menurut hukum yang diakui oleh pengadilan dan dapat
dipaksakan pelaksanaannya oleh pengadilan

4.6

Jelaskan: (Mar 2006 No. 10)


a. Void Contract (Mar 2009 No. 14D, sept 2009 no. 14D)
b. Voidable Contract
c. Unenforciable Contract

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 32 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban yang disarankan :


a. Void Contract
Adalah kontrak / perjanjian yang tidak mengikat para pihak, karena sebenarnya
tidak pernah ada kontrak atau kontrak tersebut sudah batal dari sejak awal.
(Bobot 33,3%)
b. Voidable Contract
Adalah kontrak yang hanya mengikat satu pihak saja dan tidak mengikat bagi
pihak lain. Karena itu kontrak tersebut dapat dibatalkan. (Bobot 33,3%)
c. An Unforciable Contract
Adalah suatu kontrak yang sah (valid) akan tetapi pelaksanaannya tidak dapat
dipaksakan oleh pengadilan, jika satu pihak menolak melaksanakan
kewajibannya. (Bobot 33,3%)

4.7

Uraikan pengertian Void contract dengan Voidable contract (Sept 2008 No. 7, Okt
2010 No. 4)
Jawaban : lihat Diatas

4.8

Uraikan terciptanya satu perjanjian yang sah


Jawaban :
Terciptanya satu perjanjian yang sah dalam bentuk kontrak harus memenuhi 5
(lima) syarat sebagai berikut:
1. Harus ada satu kesepakatan / agreement, dalam English Law, umumnya
ditunjukkan oleh adanya Offer / Penawaran dan Acceptance/ Penerimaan
2. Harus adanya intention / maksud sehingga menciptakan hubungan hukum
3. Harus adanya Consideration / Perhatian (sasaran) dalam kasus simple contracts.
4. Kesepakatan harus dalam bentuk yang tidak bertentangan dengan hukum
5. Pihak pihak dalam perjanjian harus tidak cacat hukum.
Tambahan :
Hati-hati dalam memberikan jawaban untuk pertanyaan: sahnya suatu :
1. perjanjian,
2. perjanjian dalam kontrak, dan perjanjian asuransi

4.9

Uraikan consideration dalam perjanjian Asuransi (Mar 2010 No. 5)


Jawaban :
Dalam kasus Currie v. Misa (1875) consideration didefinisikan sebagai berikut:
Merupakan hak, kepentingan, keuntungan atau manfaat yang diberikan kepada satu
pihak atau penahanan, kerugian, kehilangan atau tanggung jawab yang diberikan
kepada pihak yang menderita kerugian.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 33 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Dalam kontrak penjualan, si Penjual berjanji untuk meng-supply barang kepada


pihak pembeli. Akan tetapi dalam hukum, janji tersebut tidak kuat bila tidak
disertai consideration, yaitu jika pihak lain (pembeli) yang menerima janji tersebut
tidak sepakat untuk memberikan sesuatu yang bernilai (uang). Consideration
digambarkan sebagai harga/price yang mendukung janji tersebut.

4.10

Uraikan 5 (lima) aturan utama dalam consideration


Jawaban :

1.
2.
3.
4.
5.
4.11

Consideration harus nyata dan asli (real and genuine)


Consideration tidak harus cukup
Consideration tidak berupa sesuatu yang sudah lewat
Consideration diterima haruslah kepada orang yang dijanjikan.
Consideration tidak berupa sesuatu dimana si Promisee telah terikat sebelumnya.

Uraikan pengertian Contractual Capacity (Sept 2007 No. 1)


Jawaban :
Contractual capacity / kapasitas untuk melakukan kontrak: Beberapa orang
mengacu kepada aturan khusus yang membatasi kapasitas untuk membuat kontrak.
Kategori utama adalah Minors, orang yang cacat mental dan mabuk dan mabuk
hukum.

4.12

Uraikan perbedaan Express Terms dengan Implied Terms dalam suatu Contract (Mar
2007 No.1 )
Jawaban yang disarankan :
Express Terms adalah syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang tertulis dalam
sebuah kontrak atau perjanjian.
Implied Terms adalah syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis
dalam sebuah kontrak/perjanjian akan tetapi syarat-syarat / ketentuan-ketentuan
tersebut berlaku terhadap kontrak/perjanjian tersebut.

4.13

Sebutkan kontrak yang cacat hukum


Jawaban :
Terdapat sejumlah hal yang pokok yang dapat membatalkan keabsahan satu
kontrak dan membuat kontrak tersebut tidak efektif. Cacatnya suatu kontrak bisa
timbul dari:
- Ketidaksahan
- Tekanan yang tidak pantas
- Kesalahan
- Mispresentasi
- Non-Diclosure

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 34 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

4.14

Polis asuransi biasanya disebut sebagai standard term contract, berkaitan dengan
hal tersebut, jelaskan : (Mar 2009 No. 9, Sept 2009 No. 9)
a. Pengertian standard term contract.
b. Dua ciri dari standard term contract.
c. Dasar pertimbangan diadakan standard term contract.
d. Aspek negatip (yang kurang baik) dari standard term contract.
Jawaban yang disarankan :

a. Standard Term Contract adalah suatu kontrak yang telah dipersiapkan / dibuat dan
dicetak oleh satu pihak dalam perjanjian.
Kontrak tersebut memuat isi atau klausul yang sama atau standar untuk semua
pelanggan (customer).
Contohnya adalah Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI)
b. 2 (dua) ciri dari Standard Term Contract :
1. Sudah dicetak terlebih dahulu oleh pihak penjual.
2. Dipergunakan untuk suatu produk yang sama yang dijual kepada semua
pelanggan / customer.
c. Dasar pertimbangan:
1. Untuk menghemat biaya.
2. Untuk simplifikasi / penyederhanaan dalam pelaksanaan (penjualan) sehari-hari.
d. Aspek negatif (yang kurang baik) dari standard term contract)
Dapat disalah gunakan oleh penjual produk, customer tidak mempunyai
kesempatan untuk bernegosiasi, customer merasa dirugikan jika terjadi karena tidak
membaca kontrak.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 35 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB V
LAW OF AGENCY
5.1

Sehubungan dengan agency menurut hukum Inggris, jelaskan : (Sept 2006 No. 10)
a. 3(tiga) cara terjadinya hubungan keagenan (creation of agency) antara principal dengan
agent
b. 5(lima) kewajiban (duties) dari seorang agent terhadap prinsipal
Jawaban :
a. 3 (tiga) cara terjadinya hubungan keagenan (creation of agency) antara principal
dengan agent
1. Kesepakatan atau perjanjian (agreement atau perjanjian)
Pada umumnya hubungan keagenan tercipta melalui satu persetujuan antara
principal dan agen. Kesepakatan ini akan tertuang dalam satu kontrak. Dalam
beberapa contoh, ada kesepakatan Namun tidak ada ikatan hukum yang sah,
contohnya ketika agen tersebut tidak mendapatkan apa apa (fee atau komisi)
atas pekerjaan yang dilakukan.

2. Pengesahan (ratifikasi)
Dalam kasus, hubungan antara principal dengan agen tercipta secara
retrospective (misalnya agen telah melaksanakan tugasnya) sesuai dengan doktrin
ratification.
Jadi, jika si A berlaku sebagai agen si B dan melakukan atas nama dan kepentingan
si B, dan setuju untuk menjual mobil si B kepda si C, kemudian si A menerima
kesepakatan untuk saling mengikat.

3. Keperluan (Necessity)
Agensi dengan kebutuhan timbul ketika seorang dipercayakan atas barang milik
orang lain dan atas dasar emergensi orang tersebut harus melakukan sesuatu
untuk mengamankannya.
Agency dengan necessity akan timbal hanya pada saat yang tidak mungkin
untuk menerima instruksi dari pemiliknya pada satina. Agency seperti sangat
jarang ditemukan saat ini berhubung kemajuan tehnology sudah dimilik hampir
semua orang.

b. 5 (lima) kewajiban (duties) dari seorang agent terhadap prinsipal


1. Melakukan instruksi - instruksi si principalnya.
2. Untuk melaksanakan dengan telitian dan cakap.
3. Melaksanakan kewajiban secara personal (tidak didelegasikan kepada orang lain)
4. Bertindak dengan itikad baik kepada principalnya.
5. Mempertanggung jawabkan uang yang diterima atas nama principalnya.
www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 36 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

5.2

Uraikan Remedies / Perbaikan atas adanya Pelanggaran kewajiban agency


Jawaban :
Sejumlah perbaikan ada pada principal bila seorang agen gagal melaksanakan
kewajibannya.
Contohnya, principal dapat:
1. Menuntut agen atas kerugian dan pelanggaran kontrak
2. Dalam kasus tertentu, menuntut si agen dalam hal terjadi kesalahan. (contohnya:
bila si agen menolak untuk mengembalikan harta benda milik principal)
3. Untuk pelanggaran yang serius (seperti menerima suap) memecat si agen tanpa
pemberitahuan lebih dulu dan Kompensasi.
4. Menuntut si agen untuk memperoleh suap yang telah diterima si agen.
5. bila pelanggaran bersifat disengaja, membatalkan kontrak dan menolak membayar
komisi.
6. Menuntut biaya atas kegagalan agen dalam melakukan agency dealings.

5.3

Jelaskan hak-hak agency.


Jawaban :
Agen punya dua hak utama yang menyangkut pemakaian jasanya oleh si principalnya,
yaitu: hak untuk menerima remunerasi dan hak untuk mendapatkan ganti rugi.

Remunerasi
Satu agency yang bekerja serampangan tidak akan dibayar. Namun apabila ada
kesepakatan yang tegas maupun tidak langsung untuk melakukan hal yang demikian,
principalnya harus memberikan reward kepada agen atas setiap pekerjaan yang sudah
dilakukan.
2 Ganti Rugi (Indemnity)
Agen mengeluarkan biaya biaya dalam melaksanakan kewajibannya, agen berhak
untuk mendapatkan ganti rugi dari principalnya. Akan tetapi agen akan kehilangan
hak untuk menerima ganti rugi jika:
a. tindakan agen bukan yang dikuasakan oleh principalnya.
b. agen melakukan pelanggaran dalam melaksanakan kewajibannya.
c. tindakannya yang illegal atau tidak sah oleh undang undang.
3. Lien (Hak Gadai)
Hak Gadai adalah hak untuk menahan barang orang lain untuk jaminan pembayaran
atas piutang. Dalam konteks agency, seorang agen akan punya hak untuk menahan
harta benda milik principalnya sebagai jaminan pembayaran komisi atau uang yang
menjadi milik agen.
Akhirnya satu hak gadai akan berakhir bila principal telah membayar atau
menawarkan untuk membayar jumlah yang menjadi kewajibannya.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 37 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

5.4

Jelaskan berakhirnya agensi


Jawaban :
Terdapat beberapa cara dimana agensi dapat berakhir:

1. Kesepakatan kedua pihak, sebagaimana awalnya agensi terjadi atas kesepakatan,


demikian juga berakhir lewat kesepakatan.
2. Pelaksanaan (isi kontrak sudah dilaksanakan) misalnya bila si agen dikuasakan
untuk menjual rumah maka apabila rumah sudah diterima oleh si Pembeli maka tugas
si agen sudah berakhir.
3. Lapse of Time (lewat waktu), Bila kontrak agensi dibuat dengan periode waktu yang
sudah ditentukan contohnya 1 tahun, maka agensi berakhir bila periode waktu sudah
lewat.
4. Withdrawal Authority (dicabutnya otoritas), Pada umumnya prinsipal dapat
mencabut otoritas si agen kapan saja. Namun hal ini bisa saja menyebabkan
pelanggaran kontrak keagenan bila secara Express ditegaskan sehingga prinsipal
dapat dituntut.
5. Penolakan oleh si agen. Sama dengan pencabutan otoritas agen oleh prinsipal, agen
dapat juga menolak kewajibannya. Namun hal ini bisa saja menyebabkan
pelanggarana kontrak keagenan sehingga agen dapat dituntut.
6. Meninggalnya salah satu pihak atau keduanya (agen dan prinsipal)
7. Bangkrut. Bangkrut pada pihak principal akan menyebabkan hubungan keagenan
berakhir secara otomatis. Namun bangkrutnya si agen hanya menyebabkan
berakhirnya keagenan dimana agen terhindar untuk melakukan kewajiban
kewajiban.
8. Terjadinya Insanity (gila atau tidak waras), insanity pada prinsipal akan mengakhiri
agensi jika situasi ini membuat prinsipal tidak mampu untuk melaksanakan kontrak
atau transaksi lain. Jika agen menjadi tidak waras, maka agensi akan berakhir
karena si agen tak mampu melakukan tugasnya.
9. Frustrasi, kegagalan. Frustrasi dalam kontrak keagenan dapat terjadi dengan
sejumlah cara.
Contohnya, subject matter of agency (misalnya satu rumah akan dijual ternyata
sudah rusak) Sama juga halnya frustrasi terjadi bila si agen bermusuhan atau tidak
berpihak kepada si prinsipal atau terjadinya sakit kepada salah satu pihak sehingga
membuat agensi tidak berguna secara komersial.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 38 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB VI
MAKING CONTRACT
6.1

Uraikan tujuan penggunaan Invitations to treat


Jawaban :
Tujuannya untuk menarik perhatian orang lain agar mau bernegosiasi. Contohnya
satu prospektus yang dikeluarkan oleh satu perusahaan asuransi berisi rincian
pertanggungan dan standar rate dan premi adalah semata mata merupakan invitation
to treat.

6.2

Uraikan hubungan hukum antara Surat Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA)


dengan polis asuransi. (Mar 2009 No. 6, Okt 2010 No. 1)
Jawaban yang disarankan :
Hubungan hukum antara SPPA dengan polis asuransi adalah bahwa SPPA merupakan
bagian kesatuan dengan polis yang tidak bisa dipisahkan, karena itu keabsahan polis
juga dipengaruhi oleh SPPA

6.3

Uraikan hubungan antara Proposal form dengan insurance Policy (Mar 2010 No. 7,
Sept 2007 No. 4)
Jawaban : lihat diatas

6.4

Jelaskan akibat dari gagalnya pelaksanaan Consideration. Mengapa resiko tidak dapat
efektif? berikan alasannya.
Jawaban :

Proposal boleh ditarik setelah premi dibayar.


Polis tidak sah akibat adanya kesalahan (mistake) atau sebab tidak adanya
kesesuaian apa yang dimaksud oleh calon tertanggung
Polis tidak sah sebab tidak adanya insurable interest.
Polis tidak berlaku dari awal oleh sebab terjadinya misrepresentation atau nondisclosure.

Penanggung diwajibkan untuk mengembalikan premi penuh dalam situasi diatas,


kecuali terjadinya fraud oleh tertanggung.
Polis juga bisa tidak berlaku atas adanya illegality, dalam hal ini, tertanggung biasanya
tidak punya hak untuk pengembalian premi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 39 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

6.5

Jelaskan persyaratan formal atas kontrak asuransi!


Jawaban :

1. CONTRACT BY DEED
Tidak ada persyaratan hukum untuk setiap jenis kontrak asuransi harus dibuat
dalam bentuk Akta.
2. KONTRAK ASURANSI HARUSLAH TERTULIS
Hanya jenis kontrak asuransi yang mengharuskan dalam bentuk tulisan adalah
polis asuransi pengangkutan (dalam Marine Insurance Act 1906, s.22).
Akan tetapi untuk mengikuti aturan ini, polis hanya menetapkan nama tertanggung
atau agen dan penanggung serta menetapkan subject matter of insurance.

6.6

3.

KONTRAK ASURANSI HARUSLAH DIBUKTIKAN DALAM TULISAN


Kontrak guaratee haruslah dibuktikan dalam tulisan, sesuai dengan undang
undang yang disebut Statute of Frauds 1677 s4. Ketentuan dalam undang undang
ini dapat diterapkan dalam asuransi fidelity guarantee tetapi tidak semuanya karena
polis polis fidelity modern sekarang ini merupakan kontrak asuransi dan bukan
kontrak guaratee.

4.

KONTRAK ASURANSI LAIN DIMANA DOKUMEN HARUS DIBUTUHKAN.


Contoh yang sangat jelas adalah asuransi motor yang juga dikembangkan di Inggris
dengan Road Trafffic Act 1988.

Uraikan 5 (lima) hal yang membuat suatu penawaran (offer) berakhir (Mar 2007 No. 10).
Jawaban yang disarankan :
Suatu kontrak biasanya terjadi setelah didahului oleh suatu proses offer and acceptance
(penawaran dan penerimaan).
Offer dapat dilakukan secara lisan, tertulis atau dengan suatu tindakan. 5 (lima) hal yang
membuat suatu penawaran berakhir:
1) A time limit or a reasonable time. (Bobot 20%)
Penawaran akan berakhir pada saat batas waktu penawaran dilewati.
2) Death (Bobot 20%)
Kematian dari salah satu pihak akan membuat penawaran berakhir.
3) Acceptance (Bobot 20%)
Acceptance atau penerimaan offer akan mengakibatkan terjadinya suatu kontrak dan
mengakibatkan offer berakhir.
4) Revocation (Bobot 20%)
Suatu penawaran akan berakhir jika ditarik kembali (withdraw) oleh yang
menawarkan sebelum terjadi acceptance.
5) Rejection, Counter Offer (Bobot 20%)
Jika pihak yang ditawarkan (offeree) menolak, maka offer akan berakhir.
Demikian juga jika pihak offeree mengajukan counter offer atau penawaran balik,
maka offer akan berakhir.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 40 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

6.7

Berkaitan dengan Principle of insurable interest dalam perjanjian asuransi, jelaskan :


(Mar 2010 No. 11, Sept 2007 No. 9)
a. Definisi
b. Unsur-unsur Utama (key element)
c. Timbulnya (creation) dari insurable interest
Jawaban :
a. Definisi
Insurable interest merupakan the legal right to insure arising out of a financial
relationship, recognized at law, between the insured and the subject matter of
insurance
Hak yang sah untuk mengasuransikan yang ditimbulkan atas adanya satu
hubungan keuangan yang diakui oleh hukum antara tertanggung dan pokok
pertanggungan.

b. Unsur-unsur Utama (key element)


1. Harus ada benda, hak, kepentingan, jiwa, tanggung jawab yang dapat
diasuransikan
2. Benda, hak, kepentingan dan sebagainya harus merupakan objek yang
diasuransikan (subject matter of insurance)
3. Tertanggung harus mempunyai hubungan dengan objek yang dipertanggungkan
di mana dia memperoleh manfaat atas keutuhannya, dan mengalami kerugian
atas rusaknya atau hilangnya subject matter of insurance
4. Hubungan antara tertanggung dan subject matter of insurance harus diakui/sah
secara hukum
c. Timbulnya (creation) dari insurable interest
1. COMMON LAW
Pada banyak kasus, insurable interest secara otomatis dianggap ada.
Contohnya, setiap orang dianggap punya kepentingan yang tidak terbatas
atas jira sendiri. Bila satu kepentingan dianggap ada, maka dapat dikatakan
kepentingan harus diakui hukum. Contoh lain yang sangat jelas adalah
kepemilikan.
Kepemilikan satu kendaraan akan memberikan hak untuk mengasuransikan.
2. KONTRAK / PERJANJIAN
Pada banyak kasus, seorang akan sepakat untuk menerima tanggung jawab /
responsibility untuk sesuatu yang sesungguhnya bukan menjadi tanggung jawab
mereka.
Contohnya: Pemilik rumah sesungguhnya punya kewajiban untuk melakukan
pemeliharaan atas harta bendanya bukan si penyewa. Namun dalam kontrak
sewa menyewa selalu diberlakukannya kondisi / ketentuan dimana penyewa
bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan bangunan yang disewa.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 41 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Sangat jelas dalam hal ini, dimana pemberlakuan syarat seperti ini akan
memberikan si penyewa satu kepentingan keuangan yang dapat diasuransikan.
Dalam kata lain, si penyewa mempunyai insurable interest atas bangunan yang
disewa.
3

6.8

UNDANG UNDANG
Terkadang satu undang undang yang dikeluarkan oleh Parlemen akan
menciptakan insurable interest yang tidak diatur dalam hukum common law.
Contohnya, dalam undang undang, the Industrial Assurance and Friendly
Societies Act 1948 dan Amendement Act 1958, memberikan kepada seorang anak
satu insurable interest yang terbatas dalam hidup orang tuanya, dimana dalam
hukum common law hal ini tidak berlaku.

Berkaitam dengan Insurable Interest dalam kontrak asuransi, Jelaskan : (Sept 2008 No. 11)
Pengertian Insurable interest, definisi :
a. 4(empat) Unsur-unsur Utama ( key element) dari insurable interest
b. 2(dua) alasan mengapa Insurable interests dipersyaratkan oleh hukum harus ada
dalam contract of insurance
Jawaban :
a. 4(empat) Unsur-unsur Utama ( key element) dari insurable interest Jawaban : Lihat di
atas
b. 2(dua) alasan Insurable interests dipersyaratkan oleh hukum harus ada dalam
contract of insurance
1. Mengurangi moral hazard
Ketika memberi jaminan asuransi, moral hazard dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya kerugian.
Satu hak untuk mengasuransikan harta benda oleh seseorang yang tidak punya
kepentingan atas rumah, mobil milik tetangga, merupakan moral hazard yang
tidak dapat dibenarkan. Moral hazard yang sangat tidak baik, adalah usaha
melakukan pembakaran sendiri (arson) atau tindakan pengrusakan bentuk lain
dalam usaha untuk menerima ganti rugi berupa uang.
2. Untuk menghindari tujuan dari pertaruhan.
Masyarakat sosial selalu berusaha untuk menekan atau sedikitnya
mengendalikan perjudian. Walaupun perjudian dapat memberikan kontribusi
pajak pada negara, efek dari perjudian sangat membahayakan kepada publik.
Persyaratan atas Insurable Interest merupakan kunci untuk membedakan antara
polis asuransi dengan kontrak judi.

6.9

Dalam kaitan dengan insurable interest (Sept 2006 No. 14)


a. Definisikan insurable interest
b. Jelaskan 4(empat) unsur-unsur utama (key element) dari insurable interest

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 42 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban : lihat diatas

6.10

Uraikan pengertian moral hazard disertai contoh (Mar 2008 No. 1)


Jawaban :
Segala aspek atau hal-hal dari suatu objek asuransi (risiko) yang bertalian dengan karakter
dan perilaku (tabiat) dari tertanggun yang mempengaruhi tinggi rendahnya risiko
Contoh : Sikap tendensi untuk memperoleh keuntungan dalam asuransi

6.11

Uraikan katakata kunci dalam insurable interest


Jawaban :

a. Satu pokok pertanggungan (Subject Matter of Insurance)


b. Pemegang polis harus punya satu kepentingan keuangan atau ekonomi
dalam pokok pertanggungan
c. Kepentingan haruslah kepentingan saat ini dan bukan satu harapan
d. Kepentingan haruslah kepentingan yang sah.
6.12

Sebutkan 6(enam) karakteristik Insurable Insurance


Jawaban :

1
2
3
4
5
6
7
8
6.13

Pure risk
Particular & fundamental risk
Nilainya dapat diukur secara finansial (financial measurement)
Kejadian tidak pasti (Fortuitous)
Homogenous exposure
Reasonable premium
Tidak melawan kepentingan umum (Not against public policy)
Insurable interest

Jelaskan 5 (lima) perbedaan antara Kontrak Asuransi dengan Kontrak Perjudian (Contract
of Wagering)
Jawaban :
ASURANSI
1. Ada atau tidaknya asuransi, risiko tetap
ada. Adanya perjanjian asuransi hanyalah
alat untuk memindahkan akibat risiko itu
kepada orang lain, dan berusaha untuk
mengurangi atau menghilangkannya.
2. Kejadian dari risiko dapat terjadi, tetapi
belum pasti akan terjadi.
3. Tidak ada pihak yang untung atau rugi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 43 of 76

JUDI
Risiko baru ada setelah ada perjanjian
untuk mengadakan permainan judi,
Kalau perjanjian tidak diadakan, risiko
itu tidak ada sama sekali.
Akibat dari risiko yang ditimbulkan
pasti terjadi, hanya hasil kejadiannya
tidak pasti, (siapa yang menang).
Satu pihak akan untung sedangkan
pihak lainnya akan rugi.
Cataan Belajar AAMAI
Edisi Maret 2014

4. Berfaedah terhadap perekonomian &


masyarakat.
5.
Didukung/diijinkan oleh Undangundang.
6. Bahaya yang terjadi tidak diinginkan oleh
kedua belah pihak.
7. Jaminan yang diberikan adalah untuk
menjamin
kepentingan
dari
yang
ditanggung.
8. Besarnya jumlah penggantian yang akan
diberikan belum diketahui dengan pasti lebih
dahulu.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 44 of 76

Sama sekali tidak berfaedah bagi


masyarakat.
Lazimnya tidak didukung.
Akibat yang terjadi justru diinginkan
(oleh yang menang).
Perjudian tidak memberikan jaminan
yang demikian.
Jumlah yang akan diperoleh pada
umum-nya telah diketahui lebih
dahulu.

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB VII
UTMOST GOODS FAITH
7.1

Uraikan Perjanjian Asuransi sebagai kontrak yang didasarkan atas uberrimae fidel (Mar
2010 No. 6)
Jawaban :
Doktrin atau Prinsip Itikad Baik (Utmost Good Faith) dalam proses penutupan Asuransi
adalah sangat sentral dan penting. Karena itulah kontrak asuransi juga disebut atau
dikenal sebagai Contract of Utmost Good Faith (uberrimae fidel)

7.2.

Jelaskan prinsip Utmost Good Faith. (Mar 2007 No. 12 )


Jawaban yang disarankan:
Doktrin atau Prinsip Itikad Baik (Utmost Good Faith) dalam proses penutupan Asuransi
adalah sangat sentral dan penting. Karena itulah kontrak asuransi juga disebut atau
dikenal sebagai Contract of Utmost Good Faith. (Bobot 16,67 %)
Secara sederhana doktrin itikad baik mewajibkan para pihak yaitu penanggung dan
tertanggung dalam proses penutupan asuransi wajib bersikap jujur dan terbuka (honestly
and openly) dalam negosiasi penutupan asuransi tersebut.
Kewajiban itikad baik ini dapat juga berlangsung selama penutupan asuransi dan dalam
proses penyelesaian klaim. (Bobot 16,67 %)
Secara khusus dalam doktrin itikad baik ini, calon tertanggung dalam proses penutupan
asuransi wajib secara jujur menyampaikan semua keterangan, informasi dan fakta yang sifatnya
material fact atau fakta material yaitu fakta material yang mempengaruhi penanggung
(underwriter) dalam melakukan akseptasi (menerima atau menolak menjamin risiko atau
jika bersedia akan tetapi dengan syarat-syarat tambahan). (Bobot 16,67 %)
Doktrin itikad baik membebankan 2 (dua) kewajiban (imposes two duties) kepada para
pihak (tertanggung dan penanggung) dalam kontrak Asuransi sebagai berikut:

1) Kewajiban untuk tidak melakukan misrepresentation yaitu kewajiban untuk bersikap


dan berbuat jujur. (Bobot 16,67 %)
2) Kewajiban untuk mengungkapkan fakta material yaitu kewajiban untuk tidak
menyembunyikan fakta material (duty not to conceal). (Bobot 16,67 %)
Pelanggaran yang dilakukan akan mengakibatkan pihak lain dapat menghindari
kontrak. Dan jika tertanggung melakukan pelanggaran terharap doktrin itikad baik
dalam proses penutupan asuransi, maka kontrak asuransi akan batal. (Bobot 16,67 %)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 45 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

7.3

Uraikan akibat pelanggaran itikad baik dalam perjanjian asuransi yang diatur dalam KUHD
(Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) (Maret 2013, No. 5)
Jawaban :

7.4

Pelanggaran yang dilakukan


menghindari kontrak.

akan

mengakibatkan

pihak

lain

dapat

Jika tertanggung melakukan pelanggaran terharap doktrin itikad baik dalam


proses penutupan asuransi, maka kontrak asuransi akan batal.

Dalam kaitan dengan utmost good faith , jelaskan 2(dua) kewajiban (two duties) yang
dibebankan oleh doctrine utmost goos faith kepada para pihak dalam kontrak (Sept 2006
No. 11)
Jawaban : lihat diatas

7.5

Uraikan 6 (enam) hal (matters) yang meskipun bersifat material, namun tidak wajib
diberitahukan calon tertanggung kepada penanggung dalam proses penutupan asuransi
(Mar 2007 No. 11 )
Jawaban yang disarankan:
6(enam) hal (matters) yang bersifat wajib, namun tidak wajib diberitahukan calon
tertanggung kepada penanggung dalam proses penutupan asuransi.
Dalam proses penutupan asuransi biasanya calon tertanggung akan mengisi sebuah
proposal form atau surat/formulir permohonan penutupan asuransi. Dan untuk risiko
tertentu, surveyor dari penanggung melakukan survey.
Calon tertanggung tersebut wajib menyampaikan semua keterangan / informasi / fakta
yang bersifat material, yaitu yang mempengaruhi tingginya risiko dan keputusan
penanggung dalam akseptasinya. (Bobot 14,29 %)
Untuk mendapatkan full mark, cukup 6 dari 8 hal dibawah ini disebutkan: (Bobot 6 x 14,
29 %)
1) Matters of Law, yaitu fakta hukum.
2) Matters of Common Knowledge, yaitu hal-hal yang telah menjadi pengetahuan
umum dari masyarakat.
3) Factors which lessen the risk, yaitu faktor-faktor yang mengurangi risiko.
4) Facts which reasonably be discovered, yaitu fakta yang secara wajar akan dapat
diketahui, misalnya loss record yang disimpan penanggung.
5) Facts which a survey should have revealed, yaitu fakta yang secara wajar akan
dapat ditemukan/diketahui oleh surveyor untuk risiko yang dilakukan survey.
6) Facts covered by the terms of the policy, yaitu fakta yang dengan jelas tercantum dalam
polis dan merupakan ketentuan dari polis, contoh pengecualian kematian yang
disebabkan olahraga musim dingin (ski) dalam polis Personal Accident.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 46 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

7) Facts which the proposer does not know, yaitu fakta yang tidak diketahui oleh
tertanggung / calon tertanggung.
8) Convictions which are spent, yaitu conviction yang telah dijalani sesuai ketentuan
Rehabilitation of Offenders Act 1974.

7.6

Uraikan pengertian Material Fact (Sept 2007 No. 2)


Jawaban :
Apa yang harus diungkapkan oleh pihak pihak dalam kontrak asuransi. Kewajiban
yang sangat penting adalah untuk mengungkapkan semua fakta ataupun keadaan yang
penting terhadap resiko. Hal ini mengarahkan kita kepada pertanyaan yang sangat
penting yaitu apa definisi dari material fact.
Standar Definisi terdapat dalam s. 18 (2) dari MIA 1906: Every circumstance is material
which would influence the judgment of a prudent insurer in fixing the premium or determining
whether he will take the risk
Terjemahan bebas:
Setiap keadaan adalah penting yang mempengaruhi pertimbangan seorang penanggung
yang prudent dalam menetapkan premi atau menentukan apakah mengambil resiko

7.7

Uraikan 2 (dua) macam Breach of Good Faith. (Mar 2006 No. 8, Okt 2010 No. 7)
Jawaban yang disarankan :
2 macam Breach of Good Faith oleh tertanggung yaitu:
1. Misrepresentation
Tertanggung memberikan secara keliru pernyataan mengenai keterangan / informasi
yang sifatnya material fact (false statement of material fact). (Bobot 50%)

2. Non-Disclosure
Tertanggung tidak mengungkapkan atau tidak memberikan keterangan/ informasi
yang sifatnya material fact (failure to disclose the whole truth). (Bobot 50%)
7.8

Berkaitan dengan misrepresentation, jelaskan : (Mar 2009 No. 13, Sept 2009 No. 13)
a. Pengertian misrepresentation.
b. 5 (lima) syarat misrepresentation.
Jawaban yang disarankan :

a. Mispresentation
Pengertian Misrepresentation adalah suatu pernyataan yang tidak benar (false
statement ofact) mengenai suatu fakta atau keadaan yang mempengaruhi seseorang
menjadi mau mengadakan perjanjian.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 47 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Dalam proses penutupan asuransi pihak calon tertanggung harus bersikap jujur
(beritikad paling baik) dalam menyampaikan semua keterangan / fakta mengenai
objek asuransi yang mempengaruhi tingginya risik.
Kalau ada kebohongan, maka polis akan batal dengan sendirinya

b. 5 (lima) syarat Misrepresentation


1. Pernyataan harus mengenai suatu fakta. (bobot 10%)\
2. Dilakukan oleh satu pihak. (bobot 10%)
3. Harus bersifat material fakta tersebut. (bobot 10%)
4. Mempengaruhi terjadinya kontrak. (bobot 10%)
5. Menimbulakan kerugian / kerugian pada pihak
(bobot 10%)
7.9

dalam

kontrak.

Berkaitan dengan mispresentation, jelaskan : (Sept 2008 No. 12)


a. Pengertian Mispresentation
b. 5(lima) syarat dari mispresentation agar dapat mempengaruhi validitas (validity) dari
sebuah perjanjian
c. Perbedaan innocent mispresentation dengan Fraudulent mispresentation
Jawaban :
a. Pengertian Mispresentation. Jawaban : lihat diatas
b 5(lima) syarat dari mispresentation agar dapat mempengaruhi validitas (validity) dari
sebuah perjanjian
Jawaban : lihat diatas
d. Perbedaan innocent mispresentation dengan Fraudulent mispresentation
Fraudulent misrepresentation.
Seseorang yang membuat satu pernyataan yang salah dengan sengaja dengan maksud
menyesatkan orang lain salah dan menempatkan mereka pada keadaan yang tidak
menguntungkan
Innocent misrepresentation (Mar 2009 No. 14B, Sept 2009 No. 14B)
Bila pernyataan ini salah namun tidak ada maksud untuk menyesatkan pihak lain

7.10

Uraikan pengertian 2 (dua) macam mispresentation (Mar 2010 No. 3)


Jawaban :
MISREPRESENTATION (Mispresentasi yang disengaja dan tidak disengaja): pernyataan
yang salah dengan sengaja dengan maksud menyesatkan orang lain salah dan
menempatkan mereka pada keadaan yang tidak menguntungkan, hal ini disebut
fraudulent misrepresentation.
Bila pernyataan ini salah namun tidak ada maksud untuk menyesatkan pihak lain, maka
hal ini disebut innocent misrepresentation.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 48 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Perlu diingat bahwa seseorang yang membuat satu Hukum mengakui konsep
misrepresentasi yang lalai, dimana pernyataan yang salah disebabkan orang yang
membuatnya tidak cukup hati hati untuk memeriksa apakah sudah benar.
Sebagaimana dalam hukum yang tegas, satu penanggung dapat menghindari satu
kontrak asuransi dengan alasan adanya misrepresentasi terlepas apakah misrepresentasi
itu fraudulent ataupun sama sekali innocent.
Bila misrepresentasi adalah fraudulent, maka pihak yang tidak bersalah boleh berhak
untuk menuntut kerugian dan satu penanggung yang sudah disesatkan atas
misrepresentasi boleh saja menahan setiap premi yang sudah dibayar. Dalam hal
terjadinya kecurangan, persyaratan sesuatu yang disebut material tidak perlu lagi
diterapkan.

7.11

Uraikan pengertian Fraudulend Mispresentation (sept 2007 no. 7)


Jawaban : Lihat diatas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 49 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB VIII
CONDITION AND WARRANTI, VOID AND
ILLEGAL CONTRACT
8.1

Jelaskan condition dan warranty dalam contract of insurance dan non insurance (Sept
2008 No. 9)
Jawaban :
Condition Non Insurance
Diterapkan kepada orang-orang yang menyangkut masalah kehidupan pribadinya.
conditions bisa dilekatkan pada tawaran,
tapi agar dapat berlaku, harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada offeree
Conditon dalam kontrak Asuransi
Bagian dari polis yang memuat syarat-syarat yang harus ditaati selama periode
pertanggungan
Warranties Non Insurance
Suatu janji, yang merupakan bagian dari kontrak, yang kalau terjadi pelanggaran
menimbulkan kerugian, maka pihak yg dirugikan dapat menuntut atas kerugian itu.
Warranties dalam kontrak Asuransi
kondisi yang fundamental dalam kontrak, yang kalau terjadi pelanggaran pihak
yang dirugikan dapat membatalkan kontrak itu.

8.2

Uraikan Warranties yang harus dipenuhi oleh tertangggung :


Jawaban :

8.3

Akan melakukan sesuatu, atau


Tidak akan melakukan sesuatu, atau
Suatu fakta yang dinyatakan ada, atau
Suatu fakta yang dinyatakan tidak akan ada.

Jelaskan Alasan adanya warranties


Jawaban :

1. Untuk meyakinkan bahwa sesuatu aspek akan dilakukan atau tidak dilakukan
atau harus ada atau tidak boleh ada yang menjadikan bahan pertimbangan bagi
penanggung.
Contoh warranty :
good house keping

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 50 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

good management
Contoh warranty dalam asuransi kebakaran:
-sampah harus diangkut setiap malam sesuatu yang harus dilakukan Contoh
warranty dalam asuransi kecurian:
-alarm system terpelihara dengan baik sesuatu yang harus dilakukan
2. Untuk meyakinkan bahwa dampak resiko tinggi tidak timbul tanpa ada
sepengetahuan penanggung karena akan mempengaruhi premium rate.
Contoh : no oil (tidak ada minyak disimpan di gudang) sesuatu hal yang tidak
boleh dilakukan mempengaruhi premium rate tidak meloading penyimpanan
bahan bakar minyak.

8.4

Jelaskan (Sept 2006 No. 12)


a. Warranty
b. Condition
c. Perbedaan warranty dengan condition dalam kontrak asuransi dengan kontrak
bukan asuransi (non insurance contract)
Jawaban : lihat diatas

8.5

Uraikan perbedaan conditions dengan warranty dalam perjanjian asuransi. (Sept


2013, No. 8)
Jawaban : lihat diatas

8.6

Uraikan perbedaan expres warranty dengan impled warranty


Jawaban :
1. Express Warranty
Adalah warranty yang dinyatakan dalam polis dengan menyebutkan bahwa formulir
permintaan asuransi merupakan dasar perjanjian dan formulir tersebut berisi keterangan
atau jawaban yang benar atau menurut pengetahuan dan keyakinan tertanggung benar.
2 Implied Warranty
Dalam asuransi marine terdapat apa yang disebut dengan implied warranty
bahwa kapal itu dalam kondisi laik laut dan semuanya memenuhi ketentuan
(MIA 1906). Secara umum implied warranty tidak terdapat dalam jenis asuransi
lain selain asuransi marine.

8.7

Kondisi / conditions adalah bagian dari polis yang memuat syarat-syarat yang
harus ditaati selama periode pertanggungan. Uraikan dua macam conditions:
Jawaban :
a. Implied conditions
Ada 4 kondisi yang dinyatakan secara tidak langsung oleh hukum yang berlaku
terhadap seluruh perjanjian asuransi walaupun kondisi tersebut tidak dinyatakan
secara tertulis, misal:
1. Bahwa tertanggung mempunyai insurable interest terhadap subject matter of
insurance

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 51 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2. Bahwa kedua belah pihak telah menjalankan utmost good faith di dalam
negosiasi hingga mencapai perjanjian
3. Bahwa subject matter of insurance benar-benar ada
4. Bahwa subject matter of insurance dapat diidentifikasi
b

8.8

Express conditions
Express conditons adalah kondisi yang dinyatakan atau disebutkan di dalam polis

Express conditons adalah kondisi yang dinyatakan atau disebutkan di dalam polis.
Uraikan 2 (dua) kondisi ini: general conditions dan particular conditions.
Jawaban :
1. General conditions adalah kondisi yang dicetak di atas polis dan berlaku untuk
semua polis yang diterbitkan oleh penanggung
General conditions biasanya berurusan dengan reinforcement of a common law
provision, seperti misrepresentation dan fraud; perubahan-perubahan yang harus
diberitahukan kepada penanggung; pembatasan dalam penutupan; prosedur
klaim; hak-hak istimewa untuk salah satu pihak, misal hak penanggung untuk
mengambil alih bangunan yang rusak karena kebakaran atau hak tertanggung
untuk membatalkan polisnya; kontribusi dengan penanggung lain, subrogasi dan
arbitrase.

2. Particular conditions adalah kondisi yang dibuat dan diketik di atas polis khusus
Particular conditions berhubungan dengan perluasan jaminan di luar jaminan
yang ada di dalam polis yang dicetak, atau special warranties dapat
diberlakukan untuk menentukan sikap tertanggung melaksanakan alasannya.
Misal, suatu perbuatan oleh tertanggung bahwa sesuatu harus atau tidak harus
dilakukan.
8.9

Uraikan pengertian conditions precedent to the contract, conditions subsequent to


the contract, conditions precedent to the liability.
Jawaban :
Conditions precedent to the contract adalah kondisi yang harus dipenuhi sebelum
kontrak berlaku, misal implied condtions
Conditons subsequent to the contract dinyatakan di dalam kontrak dan dapat berupa
general atau particular, misal perubahan situasi di dalam asuransi kebakaran. Kondisi
ini harus terus dipenuhi sepanjang periode kontrak untuk menjaga keabsahannya.
Conditions precedent to the liability dinyatakan di dalam polis dan berurusan
dengan prosedur klaim, misalnya kondisi ini harus dipenuhi sebelum ada liability. Pada
asuransi jiwa, express conditions baik general atau particular dapat diklasifikasikan sbb:
a. restrictive, misal residence, war risk
b. privilage, misal days of grace, surrender value, paid-up loans

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 52 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

c. special, misal payment of premium by installment


8.10

Berkaitan dengan Warranty dan Condition, Jelaskan akibat (effect) dari pelanggaran
(Breach) dari (Mar 2013, No. 13):

a.

Warranty

b.

Condition precedent to contract

c.

Condition precedent to liability


Jawaban :

a.

Warranty
Jika warranty dilanggar akan membenarkan penanggung untuk membatalkan
kontrak secara keseluruhan.

b.

Condition precedent to contract


Merupakan satu kondisi yang mempertegaskan bahwa polis secara keseluruhan tidak
akan berlaku bila tertanggung gagal memenuhi syarat yang diminta dalam perjanjian.
Condition diminta untuk dilaksanakan sebagai kewajiban berlanjut dari tertanggung.
Contohnya, dalam polis kend. bermotor biasanya memberlakukan Klausula yang
mewajibkan tertanggung untuk memelihara kondisi kendaraan untuk tetap layak
pakai setiap saat.

c.

Condition precedent to liability


Apabila condition precedent to liability tidak dijalankan, penanggung dapat menolak
liability untuk satu kerugian tertentu tanpa harus membatalkan kontrak keseluruhan.
Bila kerugian lain terjadi penanggung berkewajiban membayar ganti rugi kepada
tertanggung asalkan tertanggung sudah memenuhi condition tersebut.

8.11

Uraikan (Mar 2013, No. 14)

a. Onus of proof
b. Legal Capacity
c. Purpose of Subrogation
d.

Non indemnity contract policy

e.

Assignment

Jawaban :

a. Onus of proof
Prinsip utamanya adalah siapa yang menuntut harus membuktikan. Jika penggugat
ingin mengalihkan kerugiannya kepada tergugat, ia harus memberikan bukti yang
cukup untuk menunjukkan bahwa kerugian atau kerusakan yang dideritanya
disebabkan oleh kelalaian tergugat.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 53 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Beban pembuktian berada pada penggugat untuk menunjukkan berdasarkan


keseimbangan probabilitas bahwa tergugat telah lalai. Keseimbangan probabilitas
berarti lebih mungkin daripada tidak, dan jika bukti yang ada seimbang maka
penggugat tidak berhasil membuktikan kasusnya.

b. Legal Capacity
Legal capacity dalam perjanjian dapat diartikan sebagai cakap.
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap
orang yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut
hukum. Dalam pasal 1330 KUHPer, disebut sebagai orang-orang yang tidak cakap
untuk membuat suatu perjanjian:
1.
2.
3.

Orang-orang yang belum dewasa;


Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh UU dan semua orang
kepada siapa UU telah melarang membuat perjanjian tertentu.

Dari sudut rasa keadilan, perlulah bahwa orang yang membuat suatu perjanjian dan
nantinya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai cukup kemampuan untuk
menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatannya
itu. Sedangkan dari sudut ketertiban hukum, karena seorang yang membuat suatu
perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya, maka orang tersebut haruslah
seorang yang sungguh-sungguh bebas berbuah dengan harta kekayaannya.
Menurut KUHPer, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu
perjanjian, memerlukan bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya (pasal 108
KUHPer). Perbedaannya dengan seorang anak yang belum dewasa yang harus
diwakili oleh orang/wali, adalah dengan diwakili, seorang anak tidak membikin
perjanjian itu sendiri tetapi yang tampil ke depan wakilnya. Tetapi seorang istri harus
dibantu, berarti ia bertindak sendiri, hanya ia didampingi oleh orang lain yang
membantunya. Bantuan tersebut dapat diganti dengan surat kuasa atau izin tertulis.

c. Purpose of Subrogation
Dalam kasus Burnand v. Rodonachi, prinsip subrogasi diketengahkan di mana
asuradur yang telah memberikan indemnity, berhak menerima kembali dari tertanggung
sesuatu yang diterima tertanggung dari sumber lain.
Hal yang mendasar adalah bahwa tertanggung berhak atas indemnity tapi tidak boleh
lebih dari itu.
Subrogasi membolehkan asuradur menggantikan kedudukan tertanggung dalam
memperoleh keuntungan atas adanya kejadian yang dijaminkan.
Pada prinsipnya, Subrogasi berusaha mencegah tertanggung menerima
penggantian lebih dari yang seharusnya ia dapatkan; tertanggung tidak boleh
untung atas kerugian yang ia alami.
d. Non indemnity contract policy
Dalam kontrak bukan Asuransi (Non Insurance Contract), doktrin yang berlaku adalah
CIVEAT EMPTOR yang isinya ialah Lets the buyer aware yang berarti Pembeli
harus berhati-hati sebelum membeli.
www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 54 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Penjual tidak berkewajiban untuk memberikan penjelasan tentang segala sesuatu


mengenai barang dagangannya kalau tidak ditanya, kecuali adanya peraturan yang
mengharuskan. misal : Produk Makanan dan obat-obatan.
Demikian juga penjual tidak berhak menanyakan segala sesuatu mengenai pembeli,
kecuali penjualan barang-barang tertentu, misal : obat-obatan yang memakai resep.

e. Assignment
Adalah pengalihan asuransi (transfer of policy) dari pihak yang satu ke pihak lain
memerlukan pertimbangan underwriting, mengingat pemegang polis yang baru
mungkin insurable interestnya tidak sama.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 55 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB IX
ASSIGMENT AND AGENCY IN
INSURANCE
9.1

Dalam kaitan dengan assigment dalam kontrak asuransi (Sept 2006 No. 13)
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan assigmennt
b. Jelaskan 2 (dua) macam / jenis kontrak asuransi
Jawaban :
a. Yang dimaksud assigment
Pengalihan asuransi (transfer of policy) dari pihak yang satu ke pihak lain
memerlukan pertimbangan underwriting, mengingat pemegang polis yang baru
mungkin insurable interestnya tidak sama.

b. 2(dua) macam / jenis kontrak asuransi


Dilihat dari sifat mengikatnya suatu kontrak dan dikaitkan dengan kewajiban
para pihak dalam suatu kontrak, maka kontrak dapat dibagi dua yaitu:
1) Unilateral Contract (Bobot 25%)
Pada Unilateral Contract meskipun terdapat dua pihak dalam kontrak
tersebut akan tetapi hanya satu pihak saja yang mempunyai janji/kewajiban
(legally bound) untuk melakukan sesuatu atau prestasi. Contoh: sebuah
kontrak atau janji dari pemilik barang hilang untuk memberikan suatu
imbalan bagi yang menemukan barang yang hilang tersebut
2) Bilateral Contract (Bobot 25%)
Sedangkan pada Bilateral Contract masing-masing pihak (semua pihak)
dalam suatu kontrak mempunyai kewajiban (janji) untuk melakukan sesuatu
(prestasi) kepada pihak lainnya. Contoh: Insurance Contract, penanggung dan
tertanggung sama-sama mempunyai kewajiban (janji) yaitu tertanggung
wajib membayar premi dan penanggung wajib membayar ganti kerugian jika
terjadi suatu kerugian yang dijamin oleh polis (contract of insurance)
9.2

Uraikan mengapa personal contract tidak dapat dialihkan secara bebas (not freely
assignable). (Mar 2009 No. 8)
Jawaban yang disarankan :
Personal Contract tidak dapat dialihkan secara bebas karena tingkat risiko
sangat dipengaruhi oleh tertanggung atau pribadi tertanggung, misalnya polis
asuransi kebakaran atas sebuah rumah, pengalihan polis hanya dapat dilakukan
atas persetujuan tertanggung.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 56 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

9.3

Sebutkan 5(lima) penggunaan assigment


Jawaban :
a. Personal contract
b. Assignment of Marine Policies
c. Assignment of Life Policies
d. Absolute Assignment
e. Conditional Assignment
f. Policies of Assurance Act 1867
g. Assignment of policy proceeds

9.4

Uraikan pengertian dan perbedaan Pialang asuransi dengan agen asuransi (Sept 2007
No. 6)
Jawaban :
a. Broker (pialang) adalah agen calon tertanggung apabila :
Pialang asuransi yang memberikan jasa dalam keperantaraan dalam penutupan
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung
b. Agen adalah agen penanggung apabila:
Agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraaan dalam rangka pemasaran
jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung

9.5

Uraikan perbedaan usaha asuransi dengan usaha penunjang usaha asuransi (Sept
2008 No. 4)
Jawaban :
Jenis usaha perasuransian meliputi:
a. Usaha asuransi terdiri dari:
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko
atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum terhadap
pihak ke-3 yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti
2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan
3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap resiko yang dihadapi perusahaan asuransi kerugian dan atau jiwa
b.

Usaha penunjang asuransi terdiri dari:


1. usaha pialang asuransi yang memberikan jasa dalam keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung
2. usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa dalam keperantaraan
dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 57 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

3. usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap


kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan
4. usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria
5. usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraaan dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung
9.6

Uraikan Tugas dan kewajiban dari Pialang Asuransi dan Agen Asuransi menurut
undang-undang no 2 tahun 1992 beserta peraturan pelaksanaannya (Okt 2010 no 2)
Jawaban :
Pialang asuransi
Perusahaan pialang asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung

(1) Perusahaan pialang asuransi wajib memberikan keterangan yang sejelasjelasnya kepada penanggung tentang objek asuransi yang dipertanggungkan, dan
wajib menjelaskan secara benar kepada tertanggung tentang ketentuan isi polis,
termasuk mengenai hak dan kewajiban tertanggung
(2) Perusahaan pialang asuransi dilarang menerbitkan dokumen penutupan
sementara dan atau polis asuransi
(3) Perusahaan pialang asuransi harus menjaga perimbangan yang sehat antara
jumlah premi yang belum disetor kepada Perusahaan Asuransi dan jumlah modal
sendiri
Agen asuransi
UU No 2/1992 pasal 1 ayat 10
Agen asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung
PP No 73/1992 pasal 27
(1) Setiap agen asuransi hanya dapat menjadi agen dari 1 (satu) perusahaan asuransi
(2) Agen asuransi wajib memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan asuransi
yag diageni
(3) Semua tindakan agen asuransi yang berkaitan dengan transaksi asuransi menjadi
tanggung jawab perusahaan asuransi yang diageni
(4) Agen asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan keterangan
yang benar dan jelas kepada calon tertanggung tentang program asuransi yang
dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk mengenai hak dan kewajiban calon
tertanggung

9.7

Berkaitan dengan Agen dan Pialang: (Sept 2013, No. 14)


a. Jelaskan 5 (lima) kewajiban dari Agen menurut hukum Inggris
b. Uraikan pengertian Agen Asuransi menurut undang-undang No. 2 Tahun 1992
c. Uraikan pengertian Pialang Asuransi menurut Undang-Undang No. 2 Tahun
1992

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 58 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban :

a.
b.
c.

Lihat atas
Lihat atas
Lihat atas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 59 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB X
MAKING CLAIM
10.1

Uraikan pengertian bahwa suatu kerugian (loss) dalam asuransi bersifat accidental or
fortuitous. (Mar 2009 No. 3)
Jawaban yang disarankan :
Kerugian /loss dalam asuransi bersifat accidental or fortuitous artinya bahwa kerugian /
loss atau klaim asuransi haruslah terjadi secara accidental (ada unsur kecelakaan) dan bukan
yang dibuat secara sengaja oleh tertanggung dan kerugian tersebut tidak diketahui
sebelum terjadi

10.2

Uraikan pengertian The Burden of Proof dalam Klaim Asuransi. (Mar 2006 No. 7, Mar
2007 No. 6, Mar 2009 No. 14A , Sept 2008 No. 14D, Sept 2009 No. 14A)
Jawaban yang disarankan :
Pengertian The Burden of Proof dalam Asuransi
Jika terjadi suatu kerugian atau risiko maka tertanggung atau pemegang polis wajib
membuktikan bahwa :
- Kerugian terjadi disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis dan
- juga membuktikan besarnya kerugian yang dialami. (Bobot 100%)

10.3

Uraikan pengertian dua hal yang harus dibuktikan tertanggung dalam pengajuan klaim
asuransi (Mar 2013, No. 8)
Jawaban :

10.4

Kerugian terjadi disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis dan
juga membuktikan besarnya kerugian yang dialami. (Bobot 100%)

Uraikan 2(dua) hal yang wajib dilakukan oleh tertanggung dalam kaitan dengan the
burden of proof (Sept 2009 No. 6)
Jawaban : lihat diatas

10.5

Jelaskan tindakan dari perusahaan asuransi yang dianggap oleh UU No. 2/1992 dan
peraturan pelaksanaannya sebagai tindakan yang memperlambat klaim asuransi (Mar 2013,
No. 12)
Jawaban : lihat diatas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 60 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

KMK No 225 tahun 1993 pasal 14


Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai memperlambat penyelesaian klaim dan atau
pembayaran klaim adalah tindakan perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang
tidak secepatnya melakukan penyelesaian klaim secara wajar, antara lain:
a. memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta penyerahan dokumen
tertentu, yang kemudian diikuti dengan meminta penyerahan dokumen lain yang
pada dasarnya berisi hal yang sama;
b. menunda pembayaran klaim dengan mengaitkannya pada pembayaran klaim
reasuransi atas klaim tersebut;
c. menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak lazim dipergunakan dalam
kegiatan usaha asuransi;
d. tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari penutupan
asuransi dengan mengaitkannya pada penyelesaian klaim yang merupakan bagian
lain dari penutupan asuransi dalam 1 (satu) polis yang sama;

10.6

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Rules of Construction atau Rules of Interpretation.
Jawaban :
Hal ini biasanya menyangkut klaim, yaitu dalam hal luas jaminan dan pengecualian.
Untuk itu, aturan aturan telah ditetapkan untuk memecahkan setiap dispute yaitu
Ketentuan yang mengatur tentang Pengertian dan Scope kata kata yang digunakan
dalam polis asuransi.
Prinsip prinsip Interpretation yang digunakan oleh pengadilan mengacu pada 2
kategori:
1. Statutory rules (yaitu peraturan peraturan yang ditetapkan oleh Legislatif /
Pembuat Undang undang).
2. Common Law rules (yaitu peraturan peraturan yang dihasilkan oleh pengadilan)

10.7

Uraikan pengertian Contra Proferentem Rule dalam Kontrak Asuransi. (Mar 2006 No.
6, Mar. 2009 No. 14e, Sept 2009 No. 14E, )
Jawaban yang disarankan :
Pengertian Contra Proferentem Rule dalam Asuransi
Adalah suatu cara atau ketentuan dalam menafsirkan atau mengartikan kata-kata /
kalimat / bunyi polis bahwa jika ada kata-kata / kalimat / bunyi polis yang kurang jelas
atau mempunyai dua pengertian atau lebih, sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(ambiguity), maka bunyi polis tersebut harus diartikan untuk kepentingan dan
keuntungan tertanggung. Artinya tertanggung tidak boleh dirugikan. (Bobot 100%)

10.8

Uraikan mengapa penanggung harus cermat dalam membuat polis asuransi terkait
dengan asas contra proferentem (Sept 2013, No. 5)
Jawaban yang disarankan :

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 61 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Contra Proferentem Rule dalam Asuransi adalah suatu cara atau ketentuan dalam
menafsirkan atau mengartikan kata-kata / kalimat / bunyi polis bahwa jika ada kata-kata /
kalimat / bunyi polis yang kurang jelas atau mempunyai dua pengertian atau lebih,
sehingga menimbulkan ketidakjelasan (ambiguity), maka bunyi polis tersebut harus
diartikan untuk kepentingan dan keuntungan tertanggung. Artinya tertanggung tidak
boleh dirugikan. Dengan demikian, tertanggung harus cermat dan jelas dalam membuat
kata-kata (wording) kontrak asuransi dan menghindari terjadinya ketidakjelasan yang
dapat menimbulkan multitafsir yang bisa jadi akan merugikan penanggung itu sendiri.

10.9

Jelaskan
a. definisi proximate clause
b unsur-unsur pokok dalam proximate clause
Jawaban :
a. Definisi Proximate Cause:
The active, efficient cause that sets in motion a train of events which brings about a
result, without the intervention of any force started and working actively from a
new and independent source (Pawsey v Scottish Union and National, 1907).
(Penyebab yang aktif, efisien yang berlangsung dalam suatu rangkaian yang
menimbulkan suatu akibat, tanpa adanya intervensi dari setiap kekuatan, yang
dimulai dan beroperasi secara aktif dari sumber/sebab baru yang berdiri sendiri)
Jawaban : Mar 2009 No. 14c, Sept 2008 No. 14A, Sept 2009 No. 14C
Tidak ada definisi standard dari proximate cause, akan tetapi dapat dikatakan
bahwa proximate cause adalah penyebab utama terjadinya kerugian atau penyebab yang
mempunyai efek (dampak) yang terkuat.

b. Unsur-unsur Pokok dalam Proximate Cause


1. It is the dominant cause (Leyland Shipping Co v Norwich Union, 1918) Adalah
penyebab dari suatu rentetan peristiwa yang tidak terputuskan
2. Or the efficient of operative cause (P. Samuel & Co. v Dumas, 1924) Must be direct
relationship between cause and result
- Apakah bahaya dari penyebab pertama masih melekat
Kalau masih melekat, berarti penyebab pertama adalah proximate cause Kalau
sudah hilang, dianggap proximate cause sudah berhenti di situ
- apakah ada usaha untuk menghilangkan bahaya itu
Kalau ada dan usaha itu gagal maka penyebab pertama adalah proximate
cause
10.10 Berkatian dengan risiko penyebab kerugian, jelaskan pengertian : (Mar 2008 No. 12)
a. Proximate cuase
b. Chain event
c. Concurrent causes

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 62 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban :
a. Proximate cuase (Mar 2009 No. 14c, Sept 2008 No. 14a, Sept 2009 No. 14c)
Tidak ada suatu definisi proximate cause yang benar-benar standar. Namun demikian
secara sederhana proximate cause dapat diartikan sebagai penyebab utama terjadinya
kerugian ( main cause of loss) atau penyebab yang paling besar efeknya (cause with
most powerful in the effect)
Contoh :
The active, efficient cause that sets in motion a train of events which brings about a
result, without the intervention of any force started and working actively from a
new and independent source (Pawsey v Scottish Union and National, 1907).
(Penyebab yang aktif, efisien yang berlangsung dalam suatu rangkaian yang
menimbulkan suatu akibat, tanpa adanya intervensi dari setiap kekuatan, yang
dimulai dan beroperasi secara aktif dari sumber/sebab baru yang berdiri sendiri)

b. Chain event
Adalah serangkaian peristiwa atau kejadian dimana beberapa risiko terjadi secara
berurutan atau berantai tanpa terputus (unbroken chain of event) dan ada risiko yang
dijamin oleh polis dan juga ada risiko yang tidak dijamin oleh polis.
Dalam peristiwa chain of events. Jika kerugian / klaim terjadi disebabkan oleh suatu
rangkaian terjadinya risiko dimana peristiwa / risdiko yang pertama adalah yang
dijamin oleh polis (insured peril), maka penanggung wajib membayar kerugian (polis
menjamin kerugian)
Jika risiko yang pertama adalah risiko yang dikecualikan (excluded peril) , risiko
kerugian tersebut tidak dijamin oleh polis.

c. Concurrent causes
Terjadi jika dua risiko (perils) atau lebih terjadi pada saat yang bersamaan yang
menyebabkan terjadinya kerugian.
Jika dua risiko terjadi pada saat bersamaan yang mana satu risiko adalah risiko yang
dijamin oleh polis dan risiko yang satu lagi adalah risiko yang dikecualikan (excleded
perils) maka penanggung tidak wajib membayar kerugian.
Akn tetapi jika satu risiko dijamin polis dan risiko yang satu adalah risiko yang tidak
secara spesifik dikecualikan maka penanggung wajib membayar semua kerugian yang
terjadi
Tambahan :
1. Pentingnya Prinsip Proximate Cause
Asuransi memberikan jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh resikoresiko tertentu yang dipertanggungkan, namun sering ditemui kesulitan dalam
menentukan sebab-sebab yang menimbulkan kerugian, karena penyebabnya bisa
lebih dari satu yang mungkin merupakan sederetan peristiwa atau beberapa peristiwa
yang terjadi secara bersamaan.
Sehingga proximate cause itu dapat digunakan untuk menentukan penyebab
kerugian (yang dijamin atau tidak dijamin dalam polis).

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 63 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

2. Novus Actus Interveniens


Pengaruh alamiah tidak merubah posisi proximate cause (unbroken chain)
- Tootal, Broadhurst, Lee v London & Lancashire Ins (1918)

3.

Efficient danger bertahan : unbroken chain


Roth v Southeasthope Farmer (1918)
Efficient danger bertahan meskipun telah berusaha dihilangkan : unbroken chain
Leyland Shipping Co v Norwich Union (1918)
Danger harusnya telah dapat dihilangkan (inefficient) : broken chain
Gaskarth v Law Union (1876)
Chains of Events
x
Unbroken Chain

4.

New force intervenes : the chain is broken

No connection : the chain is broken

Penyebab Kerugian
x
Single cause (penyebab tunggal)
x
Chain of event (penyebabnya lebih dari satu atau sederetan penyebab) Dua
kriteria yang perlu diperhatikan adalah :

- Unbroken sequence (sederetan penyebab yang tidak terputus)


- Broken sequence (sederetan penyebab yang terputus):
Concurrent causes: 2 kejadian yang timbul pada saat bersamaan, tetapi masingmasing berdiri sendiri

Unsur-unsur Pokok dalam Proximate Cause


It is the dominant cause (Leyland Shipping Co v Norwich Union, 1918)
Adalah penyebab dari suatu rentetan peristiwa yang tidak terputuskan
ii.
Or the efficient of operative cause (P. Samuel & Co. v Dumas, 1924) Must be direct
relationship between cause and result
- apakah bahaya dari penyebab pertama masih melekat

i.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 64 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Kalau masih melekat, berarti penyebab pertama adalah proximate cause Kalau
sudah hilang, dianggap proximate cause sudah berhenti di situ
apakah ada usaha untuk menghilangkan bahaya itu
Kalau ada dan usaha itu gagal maka penyebab pertama adalah proximate cause

10.11 Uraikan pengertian concurrent cause (Sept 2013, No. 7)


Jawaban :
Terjadi jika dua risiko (perils) atau lebih terjadi pada saat yang bersamaan yang
menyebabkan terjadinya kerugian.
Jika dua risiko terjadi pada saat bersamaan yang mana satu risiko adalah risiko yang
dijamin oleh polis dan risiko yang satu lagi adalah risiko yang dikecualikan (excleded
perils) maka penanggung tidak wajib membayar kerugian.
Akn tetapi jika satu risiko dijamin polis dan risiko yang satu adalah risiko yang tidak
secara spesifik dikecualikan maka penanggung wajib membayar semua kerugian yang
terjadi.

10.12

Uraikan kelompok bahaya menurut asuransi


Jawaban :

10.13

Insured perils
Yaitu bahaya yang disebut di dalam polis, seperti kebakaran, sambaran petir dan
ledakan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam polis.

Excepted perils
Bahaya yang disebut di dalam polis sebagai bahaya yang dikecualikan, seperti
peledakan tertentu.

Uninsured perils
Yaitu bahaya yang tidak disebut di dalam polis, seperti badai, asap api dan air tidak
dikecualikan, atau tidak disebut sebagai resiko yang dijamin dalam polis asuransi
kebakaran.

Uraikan yang dimaksud insured perils dan excepted peril


Jawaban : lihat diatas

10.14

Uraikan Insured perils combined with excepted perils (Sept 2008 No. 14C)
Jawaban : lihat diatas

10.15

Uraikan concurrent causes dalam klaim asuransi harta benda (Mar 2010 No. 8, Sept 2008
No. 14B, Okt 2010 No. 5)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 65 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Jawaban :
Concurrent causes: 2 kejadian yang timbul pada saat bersamaan, tetapi masing-masing berdiri
sendiri
Kejadian
Kebakara
Badai

Kejadian B
----------->
Damage
----------- >

<------------- Kebakakaran
< ------------Huru hara

No excepted peril involved


Jika peristiwa A terjadi secara kongkiren, tetapi independent satu sama lain dan hal itu
tidak mungkin untuk dibedakan bagian mana uang rusak karena kebakaran dan mana
yang karena badai, semua kerugian dianggap dijamin sepanjang tidak ada resiko yang
dikecualikan.
Jika kerugian dapat dipisahkan, maka hanya bagian yang rusak karena kebakaran itu yang
dijamin
Where an expected peril is involved
Dalam kejadian B, jika kerusakan tidak dapat dipisahkan, keduanya tidak dijamin,
sepanjang adanya pengecualian. Jika dalam peristiwa B itu dapat dipisahkan, hanya
bagian yang disebabkan karena kebakaran saja yang dijamin.

10.16

Uraikan Penyebab Kerugian (proximate cause)


Jawaban :
x Single cause (penyebab tunggal)
x Chain of event (penyebabnya lebih dari satu atau sederetan penyebab) Dua kriteria
yang perlu diperhatikan adalah :
- Unbroken sequence (sederetan penyebab yang tidak terputus)
- Broken sequence (sederetan penyebab yang terputus):
x Concurrent causes: 2 kejadian yang timbul pada saat bersamaan, tetapi masing-masing
berdiri sendiri

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 66 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB XI
MEASURING THE LOSS
(THE PRINCIPLE OF INDEMNITY)
11.1

Uraikan bahwa polis asuransi kerugian disebut sebagai contract of indemnity. (Mar 2009
No. 4)
Jawaban yang disarankan :
Polis asuransi kerugian disebut contract of indemnity karena jika terjadi kerugian / klaim
maka jumlah ganti kerugian harus dihitung besarnya kerugian tersebut dan tujuan
pembayaran klaim adalah untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung kepada posisi
semula sesaat sebelum terjadi kerugian dan bukan untuk mendapatkan suatu yang lebih atau
keuntungan

11.2

Uraikan Perbedaan dari indemnity contract policy dengan non contract policy dalam
perjanjian asuransi (Sept 2009 No. 7)
Jawaban :
Indemnity contract policy
sebagai kompensasi finansiil yang pasti dan cukup menempatkan tertanggung dalam
posisi keuangan tertanggung sesudah kerugian sebagaimana yang ia alami segera
sebelum peristiwanya terjadi.
Indemnity non contract policy
janji untuk bertanggung jawab atas utang, kegagalan atau kesalahan mengantar oleh
orang lain.

11.3.

Berkaitan dengan Principle of indemnity, jelaskan : (Mar 2010 No. 13)


a. Pengertian Indemnity
b. Pengertian dan perbedaan antara excess dan francisse disertai contoh
c. 4(empat) metode dalam memberikan indemnity
Jawaban :
a. Pengertian Indemnity
Sebagai kompensasi finansiil yang pasti dan cukup menempatkan tertanggung dalam
posisi keuangan tertanggung sesudah kerugian sebagaimana yang ia alami segera
sebelum peristiwanya terjadi.
b. Pengertian dan perbedaan antara excess dan francisse disertai contoh

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 67 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Excess
- Adalah jumlah dari setiap claim yang merupakan faktor pengurang dalam
pembayaran klaim
- Biasanya diperjanjikan dalam polis sebagai kesepakatan jumlah
- Secara teori berarti tertanggung menahan sebagai resiko sendiri yang
konsekuensinya dia akan menerima penggantian kurang dari indemnity
Franchise
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung dan
tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut maka klaim tidak
dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah minimum maka klaim akan diganti
seluruhnya.

c.

4(empat) metode dalam memberikan indemnity


1. Payment (of money) atau cash (Bobot 25%)
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membayar dengan
sejumlah uang tunai.
Kontrak asuransi adalah janji akan membayar sejumlah uang bila terjadi
kerugian.
Cara pembayaran menurut pengalaman: dengan uang kontan, dengan
cheque, dengan giro bilyet
Jika menyangkut pihak ketiga pembayaran seperti tersebut di atas langsung
kepada pihak ketiga
Biasanya dilakukan untuk asuransi kebakaran, marine dan life

2.

Repair (Bobot 25%)


Penanggung memberikan indemnitas dengan cara memperbaiki obyek asuransi
yang mengalami kerusakan.
Biasanya untuk asuransi kendaraan bermotor
Penanggung dapat memberikan indemnity dengan cara ini, biasanya dia
menyediakan fasilitas bengkel atau bahkan bengkel kepunyaan penanggung
sendiri.
Caranya tertanggung tinggal menarik mobil yang rusak ke bengkel
penanggung kemudian mengisi formulir, kendaraan diperiksa oleh petugas
bengkel dan pekerjaan perbaikan bisa dimulai

3.

Replacement (Bobot 25%)


Penanggung memberikan indemnitas dengan cara mengganti barang obyek
asuransi yang mengalami kerusakan.
Biasanya untuk asuransi glass insurance, perhiasan, mobil baru penanggung
memanfaatkan discount dari perusahaan yang dibelinya.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 68 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Menyimpang dari prinsip indemnity, pada motor insurance ada new for
old tapi hanya sedikit sekali perbedaannya dan penanggung sudah
mendapat discount waktu pembelian.

11.4

4.

Reinstatement (Bobot 25%)


Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membangun kembali harta
benda (obyek asuransi) yang mengalami kerusakan.
Artinya pemulihan kembali harta benda yang dipertanggungkan kepada
kondisi sesaat sebelum kerugian.
Apabila terjadi total loss, indemnity dilakukan dengan cara rebuilding,
sedangkan apabila terjadi partial loss dilakukan repair.
Reinstatment bisa terjadi dalam keadaan sebagai berikut:
- oleh penanggung dalam terms of the policy
- oleh penanggung dalam UU
- oleh tertanggung dalam UU dan kontrak

5.

Measurement of Indemnity
Pada asuransi non life berlaku unliquidated damages, artinya besarnya claim
yang akan dituntut tidak diketahui sebelumnya.
Untuk asuransi life, berlaku liquidated damages, artinya jumlah uang
yang akan diberikan sudah pasti sebelumnya.

Uraikan perbedaan unliquidated damage dengan liquidated damage (Sept 2006 No. 1)
Jawaban : lihat diatas

11.5

Uraikan 4 (empat) metode pemberian indemnitas (Mar 2007 No.7 ).


Jawaban yang disarankan :
Ada empat metode pemberian indemnitas:
1.
Payment (of money) atau cash (Bobot 25%)
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membayar dengan sejumlah uang tunai.
2.
Reinstatement (Bobot 25%)
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membangun kembali harta benda (obyek
asuransi) yang mengalami kerusakan.

3.

4.

11.6

Repair (Bobot 25%)


Penanggung memberikan indemnitas dengan cara memperbaiki obyek asuransi yang
mengalami kerusakan.
Replacement (Bobot 25%)
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara mengganti barang obyek asuransi yang
mengalami kerusakan.

Jelaskan 4(empat) metode pemberian indemnity (Sept 2007 No. 13)


Jawaban : Lihat diatas

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 69 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

11.7

Jelaskan 5 (lima) hal yang membatasi besarnya indemnity yang menjadi hak dari
tertanggung dalam asuransi kerugian.
Jawaban :
1. Sum Insured :
- Maksimum batas penggantian kerugian
- Batas tanggung jawab penanggung
2. Average
- Terjadi karena ada under insurance
- Dikarenakan penanggung hanya menikmati premi penyelesaian claim sebagai
indemnity, dengan rumusan sebagai berikut:
Sum Insured x Loss Full value
- Tertanggung menerima kurang dari apa yang dideritanya tapi secara implisit
tertanggung mendanai sendiri karena under insurance or self insurance
3. Excess
- Adalah jumlah dari setiap claim yang merupakan faktor pengurang dalam
pembayaran klaim
- Biasanya diperjanjikan dalam polis sebagai kesepakatan jumlah
- Secara teori berarti tertanggung menahan sebagai resiko sendiri sendiri yang
konsekuensinya dia akan menerima penggantian kurang dari indemnity
4. Franchise
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung dan
tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut maka klaim tidak
dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah minimum maka klaim akan diganti
seluruhnya.
5. Limit
Adalah batas jumlah maksimum penggantian wardingnya In the event of loss not
more than Rp 100.000,- akan dibayar setiap artikel
Jadi Rp 100.000,- adalah maksimum limit penggantian apabila kerugiannya Rp
200.000,- maka jumlah yang dibayar adalah tetap Rp 100.000,6. Deductible
Pada prinsipnya sama dengan excess namun biasanya untuk jumlah yang cukup
besar. Seperti dalam marine insurance, deductible 1% of SI, dalam pabrik Rp 150 juta.

11.8

Sebutkan 5 (lima) hal yang membatasi besarnya indemnity yang menjadi hak dari
tertanggung dalam asuransi kerugian. (Mar 2009 No. 5)
Jawaban yang disarankan :
1. Sum Insured atau Limit of Indemnity
2. Other Policy Limit
3. Under Insurance or Average
4. Excess or Deductible
5. Franchise
(boleh dijawab dalam Bahasa Indonesia)

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 70 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

BAB XII
SUBROGRATION AND CONTRIBUTION
12.1

Berkaitan dengan subrograsi (subrogration) menurut Hukum Inggris, Jelaskan : (Sept


2007 No. 12, Mar 2013, No. 10)
a. Definisi subrograsi
b. 3(tiga) sumber timbulnya subrograsi
c. Penerapan subrograsi dalam ex-gratia payments
Jawaban :
a. Definisi subrograsi
Subrogation is a right of one person, having indemnified another under a legal
obligation to do so, to stand in the place of that another and avail himself of all
rights and remedies of that other, whether already enforced or not.
Dalam kasus Burnand v. Rodonachi, prinsip subrogasi diketengahkan di mana
asuradur yang telah memberikan indemnity, berhak menerima kembali dari tertanggung
sesuatu yang diterima tertanggung dari sumber lain.
Hal yang mendasar adalah bahwa tertanggung berhak atas indemnity tapi tidak
boleh lebih dari itu.
Subrogasi membolehkan asuradur menggantikan kedudukan tertanggung dalam
memperoleh keuntungan atas adanya kejadian yang dijaminkan.

b.

3(tiga) sumber timbulnya subrograsi


1. Tort,
Kesalahan yang sifatnya perdata (civil wrong), yang merupakan bagian dari
common law Inggris, dan bukan merupakan tindakan kriminal.

2. Contract
Salah satu bagian dari common law adalah kontrak. Dalam hubungannya
dengan subrogasi, ada kasus-kasus di mana:
- seseorang yang memiliki contractual right untuk kompensasi atas kesalahan,
dan
- dalam hukum kebiasaan dagang ada ketentuan bahwa bailees tertentu
bertanggung jawab, misalkan pemilik hotel
3

Statute
Dalam Riot Damage Act 1886 di mana seseorang menderita kerugian / kerusakan
sebagaimana yang telah disebutkan dalam UU tersebut dan telah diberikan
indemnity, maka asuradir mempunyai hak subrogasi untuk memperoleh recovery dari
pihak polisi.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 71 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Karena dalam Act tersebut dinyatakan bahwa asuradir harus


menyampaikan tuntutan subrogasinya kepada pihak kantor polisi paling
lama 14 hari sejak kejadian huru hara, maka pihak tertanggung hanya
diberikan batas waktu 7 hari untuk mengajukan indemnity atas polis yang
menutup huru hara tadi.
Subject matter of insurance
Apabila terjadi total loss dan tertanggung telah menerima indemnity
sepenuhnya, tertanggung tidak lagi berhak atas salvage. Dengan demikian jika
asuradir menjual salvage, pada dasarnya ia telah melakukan hak subrogasi
dalam rangka mendukung prinsip indemnity.
Hak subrogasi yang timbul dari adanya subject matter of insurance ini tidak
berlaku dalam marine abandonment. Jika barang itu telah diabandon kepada
asuradir, maka asuradir berhak atas apa saja sisa barang, terlepas dari nilai dan
hak subrogasi.

c.

12.2

Penerapan subrograsi dalam ex-gratia payments


Dalam hal asuradir memberikan pembayaran ex gratia asuradur tidak berhak
melakukan subrogasi dan tertanggung bisa memperoleh recovery dari sumber
lain. Hal ini disebabkan karena pembayaran ex gratia bukan merupakan indemnity
sedangkan hak subrogasi timbul untuk mendukung konsep indemnity.

Uraikan pengertian subrograsi (Sept 2008 No. 3)


Jawaban : lihat diatas

12.3

Uraikan hak subrograsi dalam perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 284 kitab
undang undang hukum Dagang (KUHD) (Sept 2009 No. 2)
Jawaban :
Penaggung telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan, memperoleh
semua hak yang sekiranya dimiliki tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan
dengan kerugian itu, dan tertanggung bertanggungjawab untuk setiap perbuatan
yang mungkin merugian hak penanggung, terhadap pihak ketiga itu.

12.4

Asas Subrogasi (Principle of Subrogation) adalah salah satu asas yang sangat penting
dalam pelaksanaan perjanjian asuransi. Jelaskan:
a. Pengertian subrogasi.
b. Pengaturan asas subrogasi di dalam KUHD
Jawaban : lihat diatas

12.5

Uraikan pengertian ex-gratia payment (Sept 2009 No. 8)


Jawaban :

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 72 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Tertanggung tidak berhak untuk mengklaim suatu pembayaran apabila peristiwa


atau kejadian yang menyebabkan kerugian atau kerusakan pokok pertanggungan
tidak termasuk dalam scope jaminan polis. Namun demikian, untuk peristiwa atau
kejadian seperti itu, penanggung kadang-kadang tetap membayar sebagian atau
seluruh kerugian itu karena pertimbangan komersil demi nama baik penanggung;
pembayaran seperti ini disebut ex gratia payment.

12.6

Berkaitan dengan prinsip kontribusi, Jelaskan : (Mar 2008 No. 13)


a
b.
c.

Definisi kontribusi
sumber timbulnya kontribusi
Market agreements

Jawaban :
a. Definisi Contribution:
Contribution is a right of an insurer to call upon others, similarly, but neccesarily
equally liable to the same insured, to share the cost of an indemnity payment.
Corollary of indemnity
Memfokuskan pada proporsi tanggung jawab penanggung yang bertanggung
jawab atas peril / subject matter of insurance yang sama, dalam hal terjadi double
insurance sehingga tertanggung tidak mendapatkan indemnity lebih dari
kerugian yang diderita.
Hal yang pokok di sini adalah bila penanggung telah membayar ganti rugi
penuh, penanggung dapat menutup kerugiannya dari penanggung lain dengan
proporsi yang seimbang

b.

Timbulnya kontribusi
Berdasarkan common law, kontribusi berlaku apabila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
1. adanya dua atau lebih polis indemnity
2. polis-polis dimaksud menutup kepentingan bersama (common interest)
Case North British & Mercantile v Liverpool & London & Globe
(1877) dikenal sebagai case The King and Queen Granaries . Rodocanachi
mendepositkan padi di lumbung yang dimiliki oleh Barnett. Barnett
mengasuransikannya. Pemilik mengasuransikannya untuk melindungi
interestnya sebagai pemilik. Ketika terjadi kebakaran, penanggung
penjamin/pengelola membayar dan mencari recovery dari penanggung
pemilik padi. Karena interest berbeda, yang satu sebagai penjamin dan yang
lain sebagai pemilik, diputuskan bahwa kontribusi tidak berlaku.
Case tersebut membuktikan bahwa untuk kontribusi antara polis-polis
timbul di dalam hukum, interest in subject matter of insurance harus sama.

3.

polis-polis dimaksud menutup resiko bersama (common perils)


Resiko yang dijamin oleh masing-masing polis tidak harus identik sepanjang
common peril yang menyebabkan loss.

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 73 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Case American Surety Co of New York v Wrightson (1910) asuransi menjamin


dishonesty of employees diputuskan berkontribusi dengan asuransi yang
menjamin dishonesty of employees dan kebakaran dan burglary.
Dishonesty adalah common peril

4.

polis-polis dimaksud menutup objek asuransi bersama (common subject matter)

5.

setiap polis harus membayar kerugian

d. Market agreements
Kadang kala oleh para penanggung di suatu negara (pasar) membuat suatu
perjanjian atau kesepakatan mengenai aturan / prinsip kontribusi. Kesepakatan
tersebut berisi modifikasi (perubahan) dari ketentuan kontribusi berdasarkan
kebiasaan dan bukan berdasarkan ketentuan hukum (legal rule)

12.7

Berkaitan dengan contribution ; (okt 2010 no 13)


a. Uraikan Pengertian contribution
b Pengaturan kontribusi dalam kitab Undang-Undang Dagang (KUHD)
c. 5(lima) kondisi atau syarat agar kontribusi dapat dijalankan menurut Hukum
Inggris
Jawaban :
a dan c. Lihat diatas
b Pengaturan kontribusi dalam kitab Undang-Undang Dagang (KUHD)
i

Rateable proportion
Perhitungan rateable proportion dapat dibagi dua cara, yaitu proporsi
terhadap harga pertanggungan dan limit of liability
1. Proporsi terhadap harga pertanggungan
Contoh:
Polis A : HP : Rp 1 M
Polis B : HP : Rp 2 M
Polis C : HP : Rp 3 M
Polis A bayar :

Rp 1 M
Rp 1 M + Rp 2 M + Rp 3M

Loss
1

Dan seterusnya untuk polis B & C

2. Proporsi terhadap liability atas loss


Contoh :
Loss Rp 1,5 M; Liability A Rp 0,5 M; Liability B Rp 1 M; Liability C Rp
1 M Setelah dikenakan average:

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 74 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Polis A membayar :
Rp 0,5 M
Rp 0,5 M + Rp 1 M + Rp 1 M

Rp 1,5 M
1

= Rp 0,3 M

Dan seterusnya untuk polis B dan C


Pendekatan ini disebut The Independent Liability Method
ii.

Market Practice;
Market practice telah mengarah kepada metode standard yang sering digunakan
dan kadang telah tergabung ke dalam formal agreement antar group company
yang besar

iii.

Polis Property (not subject to average)


Kontribusi dihitung berdasarkan proporsi terhadap Harga Pertanggungan SI by
particular insurer x loss = liability of particular insurer
Total SI by all insurer
Contoh:
Insurer A SI
Insurer B SI
Loss

iv.

= 10.000
= 20.000
= 12.000

Liability A = 10.000 x 12.000


30.000

= 4.000

Liability B = 20.000
30.000

= 8.000
= 12.000

x 12.000

Polis Property Lainnya;


Dalam hal polis-polis berlaku ketentuan average atau di mana loss limit individu
memberlakukan di bawah harga pertanggungan pembagian kontribusi harus
dihitung berdasarkan Independent Liability
Independent Liability adalah jumlah yang harus dibayar bila penanggung
dimaksud adalah satu-satunya penanggung yang menjamin kerugian
Contoh:
Property diasuransikan kepada A dan B masing-masing sebesar Rp 2 M dan Rp
1 M subject to pro rata average. Nilai property pada saat terjadi loss Rp 4,5 M dan
jumlah loss sebesar Rp 0,45 M.
Langkah I
Hitung berapa masing-masing penanggung akan membayar jika penanggung
dimaksud hanya mempunyai polis yang in force
Untuk mendapatkan independent liability A, average diaplikasikan terhadap loss;

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 75 of 76

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014










= Rp. 0,2 Milyar

Independent liability B ;





Total

= Rp. 0,1 Milyar

= Rp. 0,3 Milyar

Average condition wording menjadikan tertanggung sebagai penanggung untuk


jumlah yang under-insurance
Dalam hal ini : Rp 4,5 M (Rp 2 M + Rp 1 M) = Rp 1,5 M
Jadi tertanggung menanggung:





= Rp. 0,15 Milyar

Langkah II,
Bila jumlah independent liability penanggung kurang dari atau sama dengan
loss, maka masing-masing penanggung membayar independent liabilitynya.
Langkah III,
Bila jumlah independent liability lebih besar daripada loss, maka
perhitungan loss-nya dibagi berdasarkan proporsi terhadap liabilities, yaitu:
Independent Liability (IL) Penanggung X
Total IL Seluruh Penanggung

Loss
1

Contoh :
HP A : Rp 4,5 M
subject to
HP B : Rp 1,0 M
pro rata average
Loss : Rp 0,45 M
Value at risk : Rp 4,5 M
x

Langkah I hitung average


Liability A = Loss
Liability B = Rp 1 M x
Rp 4,5 M

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 76 of 76

Rp 0,45 M
1

= Rp 0,45 M
= Rp 0,10 M
= Rp 0,55 M

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

Langkah II atau III?


Langkah III karena total independent liability seluruh penanggung lebih
besar dari los
A bayar : Rp 0,45 M
Rp 0,55 M

B bayar : Rp 0,10 M
Rp 0,55 M

Rp 0,45 M
1

= Rp 368, 2 juta

x Rp 0,45 M
1

= Rp 81,8 juta
Rp 450 juta
(terjadi bersama- sama)

Contoh di atas mengilustrasikan metode dengan polis concurrent, tetapi metode


ini dapat pula digunakan sama baiknya dengan polis nonconcurrent.
Contoh :
HP subject to pro rata average
A menjamin seluruh contents

Rp 20 M

B menjamin stock saja

Rp 15 M

Value at risk
- stock
- content
- Kerugian pada stock

Rp 20 M
Rp 5 M
Rp 10 M

Independent liability A:
A W___ Rp 20 M_______
Rp 20 M + Rp. 5 M

Rp 10 M
1

= Rp 8

Milyar

Independent liability B :
___Rp 15 M_______
Rp 20 M

x Rp 0,45 M
1

= Rp 7,5 Milyar

TOTAL

= Rp 15,5 Milyar

A bayar : Rp 8 M
Rp 15,5 M

Rp 10 M
1

= Rp 5.161 Milyar

B bayar : Rp 7,5 M
Rp 15,5 M

x Rp 10 M
1

= Rp 4.839 Milyar

TOTAL

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 77 of 76

= Rp 10 Milyar

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

v.

Liability Insurance
Hal yang mungkin lebih dari satu polis liability menjamin kerugian yang sama
walaupun hal ini tidak biasa
Contoh:
Polis public liability A mempunyai limit of indemnity any one accident
sebesar Rp 100 juta. Polis public liability B mempunyai limit Rp 250 juta.
Tertanggung liable terhadap pihak ketiga Rp 125 juta.
Independent liability polis A sebesar limit :
Rp 100 juta
Independent liability polis B sebesar loss :
Rp 125 juta
Rp 225 juta
A bayar :

Rp 100 juta
Rp 225 juta

x Rp 125 juta
1

= Rp 55.555,56

B bayar :

Rp 125 juta
Rp 225 juta
Total

x Rp 125 juta
1

= Rp 69.444,44

www.AkademiAsuransi.org
Oleh: Afrianto Budi P, SS MM

Page 78 of 76

= Rp 125 juta

Cataan Belajar AAMAI


Edisi Maret 2014

You might also like