You are on page 1of 29

Laporan epidemiologi penyakit tidak menular (jantung)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PJK merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan
pembuluh darah), menjadi penyebab kematian nomor wahid di dunia. PJK ini bukanlah penyakit
menular tetapi dapat ditularkan. kemungkinan penularan tersebut adalah melalui suatu bentuk
penularan sosial yang berkaitan dengan gaya hidup (life style) masyarakat. Karena itu, penyakit
ini bararti berkaitan dengan keadaan social ekonomi masyarakat. PJK bukan disebabkan oleh
kuman, virus, mikroorganisme lainnya, tetapi dapat menyerang banyak orang. Sebagai
organisme hidup, kuman-kuman umumnya menyerang setiap orang. PJK dapat menyerang
banyak orang, hanya saja masih bersifat selektif. Ada beberapa kelompok atau karakteristik
tersendiri dari orang-orang yang senang diserang PJK. Arus modernisasi yang disusul dengan
perubahan gaya hidup dapat dianggap sebagai kuman pembawa penyakit ini.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia,
penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta
orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang
menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang
mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori
penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring
dengan berubahnya pola hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World
Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di
negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit
jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam
keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan
penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka

kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada
wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan
29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab
kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab
kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja
mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang
menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer".
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK
adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian
akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
PJK cukup berbahaya tetapi dapat dicegah. Walaupun penyakit ini sering terjadi, banyak
ditemuikan, dan memberikan kematian mendadak, namun sebenarnya penyakit ini dapat dicgah.
Diperlukan upaya-upaya tersendiri maupun secara bersama-sama untuk mencegah penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat dari penyakit jantung koroner ?
2. Bagaimana faktor resiko, faktor pendorong dan faktor pencetus pada penderita jantung koroner?
3.

Bagaimana upaya-upaya yang memungkinkan dilakukan terhadap penderita jantung koroner


agar mendapatkan kebebasan yang maksimal tanpa membutuhkan suatu pertolongan?

1.3 Tujuan
1.
2.

Untuk mengetahui hakekat dari penyakit jantung koroner


Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menimbulkan adanya penyakit jantung koroner
pada penderita maupun faktor-faktor yang dapat memperparah kondisi kesehatan penderita
jantung koroner.

3. Meningkatkan pengetahuan responden untuk dapat mengenal dan melakukan upaya pencegahan
awal yang tepat

4.

Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para penderita penyakit jantung masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang
disebabakan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena
proses aterosklerosis atau spesme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena
timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal
ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada.
Pembicaraan mengenai PJK dapat meliputi berbagai jenis penyakit jantung namun
bentuk-bentuk PJK yang umum dikenal adalah:
-

Angina pectoris

Infark Miocarrdium (Acut myocard infark)

Ischemic Heart Disease

Sudden death
Jantung dialiri oleh arteri coronaria yang mensuplai darah untuk kebutuhan jantung
sendiri. Gangguan pada arteri inilah yang menyebabkan terjadi PJK. Penyakit ini berkaitan

dengan gangguan suplai darah pada otot jantung sehingga jantung akan mengalami kekurangan
darah dengan segala manifestasinya.
Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui perlangsungan lama
(kronis). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang
disebut arteriosclerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah
jantung yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung.
Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.
Terjadinya dan percepatan kejadian arterisklerosis ini berkaitan dengan berbagai faktor
yang lebih lanjut akan menjadi faktor resiko terjadinya PJK. Faktor-faktor itu adalah seperti
kebiasaan merokok, kegemukan, dan tegangan psikososial.
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, miokard infark, payah
jantung ataupun mati mendadak. Ataupun mungkin tanpa gangguan atau gejala. Pada umumnya
gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70%
atau lebih pada pangkal atau cabang utama a. coronaria. Penyempitan yang kurang dari 50%
kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini bergantung kepada
beratnya arterisklorosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serang itu lama atau masih
baru.
Angina pectoris terjadi akibat adanya plaque atau fissure yang mendasari pembentukkan
thrombus. Episode iskemik disebabkan oleh sumbatan thrombus total secara intermitten atau
emboli bagian distal yang tersusun oleh platetlet dan kolesterol yang terlepas dari plaque.
Ditemukan pada 45% post-mortem adanya mikroemboli.
Infark miokard akut terjadi akibat oklusi pada koroner sehingga terjadi nekrosis miokard
akibat gangguan suplai darah yang sangat kurang. Secara histologis perubahan ini belum terlihat
dibawah 6-8 jam. Kebanyakan bagian venterik yang menjadi tempat terjadi nekrosis.
Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa keluhan
sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6 jam setelah keluhan.
Proses mati mendadak ini dimulai dengan thrombosis pembuluh darah koroner yang disusul
dengan nekrosis yang disetai aritmia ventrikel.

2.2 Karakteristik
2.2.1 Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Koroner

Tanda-tanda penyakit jantung koroner antara lain sebagai berikut:


a) Tiba-tiba sakit dibagian dada belakang tulang dada atau seperti sesak dada
b) Nyeri dada bisa berulang beberapa menit (20 menit atau lebih)
c) Rasa nyeri bisa berupa tekanan di bagian dada dan leher seolah tercekik hingga menyebabkan
keluar keringat dingin.
d) Tiba-tiba pingsan namun bisa kembali sadar, ini terjadi karena ada gangguan irama jantung.
e) Merasa seperti sakit maag padahal sebelumnya tidak pernah mederita gangguan lambung.
Gejala-gejala penyakit jantung koroner antara lain sebagai berikut
a) Dada terasa sakit dan menekan
b) Pusing kepala yang berkepanjangan
c) Merasa sekujur tubuhnya terbakar tanpa sebab dan jelas
d) Terjadi keluhan disekitar tulang, dada dan leher
e) Tapi kebanyakan orang yang menderita penyakit jantuung koroner tidak mengalami beberapa
gejala diatas,
f) Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.
g) Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau
karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
h) Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot
selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah
gejala ini seringkali bersifat ringan dan banyak yang lainnya gejala penyakit jantung koroner
(PJK).
Tapi kadang-kadang tiba-tiba saja jantung si penderita bermasalah dan dalam kondisi yang
kronis. Tanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia yang lebih
tua, secara pathogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda, namun kejadian ini
sulit untuk diestimasi. Diperkirakan sekitar 2 % - 6 % dari semua kejadian PJK terjadi pada
individu dibawah usia 45 tahun.
2.2.2 Klasifikasi berdasarkan WTO (Waktu, Tempat dan Orang)
a) Waktu
Di negara berkembang, penyakit infeksi masih menjadi peringkat tinggi yang diderita oleh
masyarakat. Namun seiring dengan perkembangan zaman, masalah penyakit infeksi mulai
tergeser dengan penyakit non infeksi seperti penyakit jantung koroner. Dimana penyakit ini

menjadi penyebab kematian nomor satu setelah penyakit infeksi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
pergeseran pola hidup serta prilaku masyarakat seperti konsumsi makanan berlemak, merokok,
dan kurangnya aktivitas fisik.
Selain itu bergesernya usia penderita jantung koroner yang dahulunya banyak diderita oleh
usia empat puluh tahun keatas, sekarang sudah beralih pada usia muda atau usia produktif seperti
usia tiga puluhan kebawah.
b) Tempat
Penderita penyakit jantung koroner dominan ditemukan di negara maju. Hal tersebut
berkaitan dengan pola hidup penduduk negara maju yang lebih sering mengkonsumsi makanan
yang mengandung kolesterol tinggi seperti daging, makanan instant dan junk food. Di dalam
makanan instan dan junk food mengandung kadar natrium yang tinggi. Seperti yang telah
diketahui bahwa natrium dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat memicu terjadinya
penyakit jantung koroner.
c) Orang
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.
Dalam kasus penyakit jantung koroner (PJK) terjadi pergeseran umur penderitanya.
Beberapa tahun lalu orang yang terserang penyakit jantung koroner berusia diatas 40 tahun.
Sedangkan saat ini penderita penyakit jantung koroner berkisar antara usia 25 tahun. Hal tersebut
terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat, diantaranya mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi, jarang berolahraga, merokok, dan mengkonsumsi alkohol.
2. Jenis Kelamin
Morbiditas akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada laki- laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir sepuluh tahun lebih dini pada lakilaki daripada perempuan. Hormon estrogen endogen pada perempuan bersifat protektif, namun
setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi pada
laki-laki. Perokok perempuan mengalami menopause lebih dini daripada bukan perokok.
3. Kelas Sosial

Perbedaan sosial ekonomi pada mortalitas PJK tidak hanya menyerang pada kelas sosial
ekonomi menengah keatas tetapi juga pada kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah, seperti
tingkat kematian dini akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih
dibandingkan dengan kelompok pekerja kelas-kelas profesi (dokter, pengacara). Sedangkan
frekuensi istri pekerja kasar dua kali lebih besar mengalami kematian daripada istri pekerja non
manual.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit jantung koroner. Pekerjaan
yang berisiko terhadap penyakit jantung koroner adalah para pekerja yang terlalu monoton pada
pekerjaannya, beban kerja, serat waktu kerja yang tidak optimal. Jenis pekerjaan seperti ini
berhubungan dengan tingkat stress pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara penghasilan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Pada kelas sosio ekonomi menengah kebawah tingkat
kematian akibat PJK tergolong cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh minimnya dana untuk
mengakses pelayanan kesehatan, obat-obatan dan sarana lainnya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik memiliki perbedaan dalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup dan lain sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbadaan dalam angka
kesakitan atau kematian.
Insidensi kematian dini akibat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi lokal, dan juga angka yang rendah pada ras Afro-Caribia.
7. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan darah yang berusia
kurang dari 70 tahun merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya PJK, dengan rasio
odd 2 hingga 4 kali lebih besar daripada populasi kontrol. Agregasi PJK keluarga menandakan
adanya predisposisi genetik pada keadaan ini. Terdapat beberapa bukti bahwa riwayat keluarga
yang positif dapat mempengaruhi usia oncet PJK pada keluarga dekat.

2.3 Variabel Epidemiologi (Frekuensi, Determinan dan Distribusi)


1) Frekuensi

Perhitungan frekuensi penyakit jantung koroner dapat memakai beberapa bentuk


perhitungan, yakni Prevalensi, Insidensi dan Kasus. Perbedaan cara dan nilai perhitungan
frekuensi penyakit sangat diperlukan untuk memahami arti nilai itu masing-masing dan untuk
mengurangi disentepretasi artinya.
a.

Prevalensi adalah jumlah seluruh penderita (lama maupun baru) dibagi dengan jumlah populasi
yang diamati.

b. Insidensi adalah jumah yang baru sakit di bagi dengan jumlah populasi sampel.
c.

Kasus (mereka yang berkunjung/berobat dan terdaftar sakit di rumah sakit)

2) Determinan
Determinan penyakit jantung koroner dapat dilihat dari pola hidup masyarakat serta dari
lingkunga social ekonomi yang ada pada masyarakat.
3) Distribusi
Penyakit ini terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan
lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
a.

Lebih banyak pada masyarakat Negara berkembang dibandingkan Negara sedang berkembang

b. Lebih banyak di temukan didaerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan


c.

Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah keatas dibandingkan
dengan sosial ekonomi lemah.

d.

Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun justru banyak yang meninggal adalah
wanita.

e.

Meninggi setelah umur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun.

f.

Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal dibandingkan yang selamat.

2.4 Segitiga Epidemiologi (Host, Agent dan Environtment)


Segitiga epidemiologi merupakan dasar yang biasa digunakan dalam menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Host,agent, serta environment merupakan
komponen yang terdapat pada segitiga eppidemiologi dan saling berkaitan antara satu dengan
lainnya dalam terjadinya suatu penyakit, termasuk pada penyakit jantung koroner.

1) Host

Host atau pejamu merupakan manusia yang menjadi faktor terjadinya suatu penyakit.
Faktor-faktor yang termasuk didalamnya adalah umur, jenis kelamin, ras, genetik dan lainnya.
a. Usia
Tanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia yang lebih tua,
secara patogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda namun kejadian ini sulit
untuk diestimasi. Diperkirakan sekitar 2 % 6 % dari semua kejadian PJK terjadi pada individu
dibawah usia 45 tahun. Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk
menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya
penyakit jantung. Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai
akibat operasi).Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami
menopause.
Sebelum berusia 40 tahun, perbedaan kejadian PJK antara pria dan wanita adalah 8 : 1,
dan setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Pada pria insiden puncak manifestasi
klinik PJK adalah pada usia 50 60 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 60 70 tahun.
Pada wanita PJK terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat daripada pria dan risiko meningkat
secara drastis setelah menopouse.
b.Genetik
Riwayat serangan jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol
yang tidak normal. Faktor familial dan genetika mempunyai peranan bermakna dalam
patogenesis PJK, hal tersebut dipakai juga sebagai pertimbangan penting dalam diagnosis,
penatalaksanaan dan juga pencegahan PJK. Penyakit jantung koroner kadang-kadang bisa
merupakan manifestasi kelainan gen tunggal spesifik yang berhubungan dengan mekanisme
terjadinya aterosklerotik. Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan
darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor risiko independent untuk
terjadinya PJK, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar dari pada populasi control.
Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetik pada keadaan ini. Terdapat
beberapa bukti bahwa riwayat keluarga yang positif dapat mempengaruhi usia onset PJK pada
keluarga dekat.
The Reykjavik Cohort Study menemukan bahwa pria dengan riwayat keluarga menderita
PJK mempunyai risiko 1,75 kali lebih besar untuk menderita PJK (RR=1,75;95% CI 1,59-1,92)
dan wanita dengan riwayat keluarga menderita PJK mempunyai risiko 1,83 kali lebih besar untuk

menderita PJK (RR=1,83; 95% CI 1,60-2,11) dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
riwayat PJK.
c. Kebiasaan merokok.
Merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya penyakit jantung, termasuk
serangan jantung dan stroke, dan juga memiliki hubungan kuat untuk terjadinya PJK sehingga
dengan berhenti merokok akan mengurangi risiko terjadinyaserangan jantung. Merokok sigaret
menaikkan risiko serangan jantung sebanyak 2 sampai 3 kali. Sekitar 24 % kematian akibat PJK
pada laki-laki dan 11 % pada perempuan disebabkan kebiasaan merokok. Meskipun terdapat
penurunan yang progresif proporsi pada populasi yang merokok sejak tahun 1970-an, pada tahun
1996 sebesar 29 % laki-laki dan 28 % perempuan masih merokok. Salah satu hal yang menjadi
perhatian adalah prevalensi kebiasaan merokok yang meningkat pada remaja, terutama pada
remaja perempuan. Orang yang tidak merokok dan tinggal bersama perokok (perokok pasif)
memiliki peningkatan risiko sebesar 20 30 % dibandingkan dengan orang yang tinggal dengan
bukan perokok. Risiko terjadinya PJK akibat merokok berkaitan dengan dosis dimana orang
yang merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari memiliki resiko sebesar dua hingga tiga
kali lebih tinggi daripada populasi umum untuk mengalami kejadian PJK. Peran rokok dalam
patogenesis PJK merupakan hal yang kompleks, diantaranya :
a. Timbulnya aterosklerosis.
b. Peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi (termasuk spasme arteri koroner)
c. Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
d. Provokasi aritmia jantung.
e. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
f. Penurunan kapasitas pengangkutan oksigen.
g. Risiko terjadinya PJK akibat merokok turun menjadi 50 % setelah satu tahun berhenti merokok
dan menjadi normal setelah 4 tahun berhenti. Rokok juga merupakan faktor risiko utama
dalam terjadinya penyakit saluran nafas, saluran pencernaan, cirrhosis hepatis, kanker
kandung kencing dan penurunan kesegaran jasmani.
Manfaat penghentian kebiasaan merokok lebih sedikit kontroversinya dibandingkan
dengan diit dan olah raga. Tiga penelitian secara acak tentang kebiasaan merokok telah
dilakukan pada program prevensi primer dan membuktikan adanya penurunan kejadian vaskuler
sebanyak 7-47% pada golongan yang mampu menghentikan

kebiasaan

merokoknya

dibandingkan dengan yang tidak. Oleh karena itu saran penghentian kebiasaan merokok
merupakan komponen utama pada program rehabilitasi jantung koroner.
d. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI
menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung
meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya
biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi.
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007
juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi
penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).
Prevalensi hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di
perkotaan ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya
atau bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar.
e. Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK, hipertensi,
angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan jantung dan pembuluh
darah. Data dari Framingham menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat
badan optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan stroke/cerebro vascular
accident (CVA) sebanyak 3,5 %.
Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki
sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh
dengan cara mengurangi asupan kalori dan menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian
daftar komposisi makanan , pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara
teratur.
f. Diabetes Militus
Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan
lebih difus dibandingkan kelompok control dengan usia yang sesuai. Diabetes mellitus
berhubungan dengan perubahan fisik-pathologi pada system kardiovaskuler. Diantaranya dapat

berupa disfungsi endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan
risiko terjadinya coronary artery diseases (CAD). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya
mikroangiopati, fibrosis otot jantung, dan ketidaknormalan metabolisme otot jantung.
Pada diabetes tergantung insulin (NIDDM), penyakit koroner dini dapat dideteksi
pada studi populasi sejak decade keempat, dan pada usia 55 tahun hingga sepertiga pasien
meninggal karena komplikasi PJK, adanya mikroalbuminemia atau nefropati diabetic
meningkatkan risiko PJK secara bermakna.
Risiko terjadinya PJK pada pasien dengan NIDDM adalah dua hingga empat kali lebih
tinggi daripada populasi umum dan tampaknya tidak terkait dengan derajad keparahan atau
durasi diabetes, mungkin karena adanya resistensi insulin dapat mendahului onset gejala klinis
15 25 tahun sebelumnya. Sumber lain mengatakan bahwa, pasien dengan diabetes mellitus
berisiko lebih besar (200%) untuk terjadinya cardiovasculair diseases dari pada individu yang
tidak diabet.
g. Jenis Kelamin dan Hormon Seks
Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal
dari pada wanita. Morbiditas penyakit PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki darpada
perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopouse
insiden PJK meningkat dengan pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK pada laki-laki. Perokok
pada wanita mengalami menopouse lebih dini daripada bukan perokok. Gejala PJK pada
perempuan dapat atipikal, hal ini bersama bias gender, kesulitan dalam interpretasi pemeriksaan
standart (misalnya : tes latihan treadmill) menyebabkan perempuan lebih jarang diperiksa
dibandingkan laki-laki. Selain itu manfaat prosedur revaskularisasi lebih menguntungkan
pada laki-laki dan berhubungan dengan tingkat komplikasi perioperatif yang lebih tinggi pada
perempuan.
Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko PJK sekitar tiga kali lipat tetapi
beberapa bukti menunjukkan bahwa risiko dengan preparat generasi ketiga terbaru lebih
rendah. Terdapat hubungan sinergis antara penggunaan kontrasepsi oral dan merokok dengan
risiko relatif infark miokard lebih dari 20 : 1.
Faktor risiko kardiovaskuler mayor serupa pada kedua jenis kelamin, tetapi pria biasanya
menderita PJK 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada wanita. Hingga berusia 60 tahun, di

Amerika Serikat, hanya 1 dari 17 wanita yang sudah mengalami kelainan koroner, sedangkan
pria 1 dari 5. Sesudah usia 60 tahun, PJK menjadi penyebab utama kematian wanita, sama
dengan pria.
h. Ras
Pada kelompok masyarakat kulit putih maupun kulit berwarna, laki-laki mendominasi
kematian akibat PJK, tetapi lebih nyata pada kulit putih dan lebih sering ditemukan pada usia
muda dari pada usia lebih tua. Onset PJK pada wanita kulit putih umumnya 10 tahun lebih
lambat dibanding pria, dan pada wanita kulit berwarna hitam lebih lambat sekitar 7 (tujuh) tahun.
Insidensi kematian dini akibat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi lokal dan juga angka yang rendah pada rasAfro-Karibia.
i. Aktivitas Fisik
Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskuler, yaitu
peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ
yang aktif. Aktivitas aerobik secara teratur menurunkan risiko PJK, meskipun hanya 11 % lakilaki dan 4 % perempuan memenuhi target pemerintah untuk berolah raga. Disimpulkan juga
bahwa olah raga secara teratur akan menurunkan tekanan darah sistolik, menurunkan kadar
katekolamin di sirkulasi, menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah, meningkatkan kadar
HDL lipoprotein, memperbaiki sirkulasi koroner dan meningkatkan percaya diri.
Diperkirakan

sepertiga

laki-laki

dan

dua

per

tiga

perempuan

tidak

dapat

mempertahankan irama langkah yang normal pada kemiringan gradual (3 mph pada gradient 5
%). Olah raga yang teratur berkaitan dengan penurunan insiden PJK sebesar 20 40 %.
Dengan berolah raga secara teratur sangat bermanfaat untuk menurunkan faktor risiko seperti
kenaikan HDL-kolesterol dan sensitivitas insulin serta menurunkan berat badan dan kadar LDLkolesterol.
j. Stres dan Kepribadian
Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor risiko untuk PJK. Pada masa sekarang,
lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama stress dan terdapat hubungan yang saling
berkaitan antara stress dan abnormalitas metabolisme lipid. Disamping itu juga stres merangsang
sistem kardiovaskuler dengan dilepasnya catecholamine yang meningkatkan kecepatan denyut
jantung dan menimbulkan vaso konstriksi.

Penelitian yang dilakukan terhadap 1000 pasien yang mengalami serangan jantung dengan
melihat sifat dan respon individu terhadap stress, tampaknya berhubungan dengan risiko
peningkatan penyakit jantung. Beberapa ilmuwan mempercayai bahwa stress menghasilkan
suatu percepatan dari proses atherosklerosis pada arteri koroner.
Perilaku yang rentan terhadap terjadinya penyakit koroner (kepribadian tipe A) antara
lain sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan untuk
mencapai sesuatu, gangguan tidur, kemarahan di jalan, dan lain-lain. Baik ansietas maupun
depresi merupakan predictor penting bagi PJK.
k. Kurang Tidur
Orang yang tidur kurang dari 7,5 jam per hari mungkin memiliki risiko penyakit jantung
di masa depan yang lebih tinggi. Tidur telah menjadi komoditas langka di dunia ini walaupun
kemungkinan memiliki kekuatan pencegahan terhadap penyakit seperti kegemukan dan kencing
manis. Dalam masyarakat modern, orang kurang tidur akibat perubahan gaya hidup. Mereka juga
menunjukkan bahwa tidur kurang memadai dan kondisi seperti gangguan napas saat tidur
(sleep apnea) dan tekanan darah tinggi (hipertensi) malam hari adalah faktor risiko untuk
penyakit kardiovaskuler.
Para peneliti juga melihat tingginya angka serangan jantung pada pasien yang tidur
dengan durasi pendek dan tekanan darah meningkat pada malam hari dibandingkan dengan
pasien dengan durasi tidur normal lama dan tidak ada peningkatkan tekanan darah malam hari.
Namun demikian, di antara peserta yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah, terjadinya
penyakit kardiovaskuler adalah serupa bagi mereka yang durasi tidurnya terlama dan tersingkat.

2) Agent
Agent atau penyebab suatu penyakit yang berpengaruh pada terjadinya penyakit jantung
koroner adalah agent tidak hidup seperti radiasi, polusi, zat-zat kimia serta zat karsinogenik.
3) Environment
Faktor lingkungan yang terjadi diluar tubuh manusia. Dapat terbagi menjadi :
- Lingkungan fisik
- Lingkungan sosio-ekonomi
Adanya kelas-kelas sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat seperti jenis pekerjaan
seseorang dapat berdampak pada penghasilan dan tentunya berpengaruh pada penggunaan

pelayanan kesehatan yang ada. Selain itu kepadatan penduduk, kebudayaan masyarakat setempat
dapat menimbulkan masalah kesehatan serta munculnya berbagai penyakit.

2.5 Riwayat Alamiah Penyakit


Adalah suatu perkembangan penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi
lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural (fletcher).
1. tahap prepatogenesis : tahapan dimana individu dalam kondisi normal / sehat.
2. tahap patogenensis : tahapan dimana merupakan waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka / rentan terhadap penyakit sampai timbulnya gejala penyakit lainnya.
3.

tahap penyakit dini : tahapan dimana munculnya gejala penyakit yang kelihatan ringan dan
mulai menjadi masalah kesehatan

4.

tahap penyakit lanjut : merupakan tahapan dimana penyakit bertambah hebat dengan segala
kelainan patologis dan gejalanya.

5.

tahap penyakit akhir : berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam beberapa kondisi
Sembuh sempurna, Sembuh dengan cacat dan Karier

2.6 Upaya Pencegahan


Upaya penyakit jantung pada dasarnya berdasarkan faktor resikonya. Secara umum faktor
resiko penyakit jantung berhubungan dengan faktor gizi, kebiasaan merokok, tingginya stress,
hipertensi yang tidak terkendali, dan kurang olahraga. Berdasarkan hal intu, Yayasan Jantung
Indonesia memperkenalkan apa yang disebut Panca Usaha Kesehatan Jantung yang
menganjurkan pola hidup SEHAT berupa:
Seimbangkan gizi
Enyahkan rokok
Hindari stress
Awasi tekanan darah secara teratur
Teratur berolahraga
Berikut 5 tahapan pencegahan ( five level prevention) :
1. Health Promotion
Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara kesehatan:
-

Hindari rokok

Seimbangkan gizi

Hindari stress

Hindari alcohol

rekreasi
2. Specific Protection
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan
proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah
terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki
risiko terkena penyakit tertentu. Misalnya:

Up date sejarah keluarga mengenai PJK secara regular.

Kontol gula darah

Kontrol tekanan darah

Penyuluhan faktor-faktor resiko PJK terutama pada kelompok risikko tinggi


3. Early diagnosis and prompt treatment
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan
segera dengan terapi yang tepat. Misalnya:

Pengetesan profil lipoprotein dan kadar gula darah paling sedikit 2 tahun sekali.
4. Dissability limitation
Merupakan tinndakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Contoh :

Kepatuhan berobat

Hindari adanya komplikasi


5. Rehabilitation
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar
mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Misalnya:

Hindari faktor pencetus timbulnya serangan jantung

Kendalikan faktor resiko

Lakukan upaya pencegahan komplikasi

BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yang mempelajari faktorfaktor yg menentukan distribusi hubungan sebab akibat masalah kesehatan pada populasi.

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2013 jam 08.00 WITA (Responden I) dan
jam 13.00 WITA (Responden II) bertempat di kediaman responden masing-masing. Tepatnya di
kota Balikpapan.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Mencari Responden
2. Membuat janji wawancara
3. Wawancara, melakukan tanya jawab tentang penyakit yang diderita oleh responden

3.4 Sumber Data


Data yang ada dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data yakni data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observassi langsung ke rumah
responden, sedangkan data sekunder didapat dari beberapa literatur yang membantu dalam
menjelaskan tentang penyakit jantung koroner, faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
jantung koroner dan mengungkapkan suatu permasalahan dengan cara menganalisis sumbersumber tersebut dianggap kurang untuk memenuhi kekurangan informasi baru. Untuk
mengatasinya, penulis juga banyak menggunakan media lain, yakni menggunakan internet.

3.5 Teknik Analisis Data


Penulis menggunakan teknik dengan cara deskriptif, dimana penulis menjabarkan informasi
atau fakta sesuai dengan sumbernya. Penulis juga mengolah dan menjabarkan materi dengan
lebih rinci agar lebih mudah diterima masyarakat umum. Teknik sederhana yang dimulai dengan
pemahaman dari topik yang dikaji dengan harapan penulis lebih menguasai materi yang akan
disampaikan.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian sangat perlu dilakukan untuk menghasilkan laporan yang obyektif dan
tidak mengada-ada. Tahapan-tahapan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Penulis memulai tahap persiapan dengan menyiapkan lembar wawancara yang berkaitan dengan
situasi yang ada.
b. Tahap perencanaan
Menyiapkan out line yang akan dijadikan batasan-batasan penjelasan dan memilih sampel yang
akan dijadikan sumber informasi.
c. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini penulis mulai melakukan wawancara dan observasi
d. Tahap penjelasan
Merupakan tahap akhir yang berupa penyajian data dalam bentuk tulisan. Penyempurnaan
laporan juga dilakukan dalam tahap ini.

3.7 Cara pengambilan data


Data diperoleh melalui wawancara di rumah responden. Dengan cara Tanya jawab atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, pertanyaan yang diajukan seputar
riwayat penyakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan penyakit yang
responden derita.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Responden


Responden 1
Nama

: Mapiase

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 51 tahun

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Jl. Arjuna gn. Polisi rt. 68 no. 50 Balikpapan

Status

: Menikah

Riwayat Keluarga

: Tidak Ada

Hasil Diagnosa

: penyumbatan pembuluh arteri

Responden 2
Nama

: Kinanti Agatha

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 19 Tahun

Pekerjaan

: Mahasiswa

Alamat

: jalan soekarno hatta km. 5 Balikpapan

Status

: Lajang

Riwayat Keluarga

: Ada, Ibu dari responden

Diagnosa

: Jantung lemah (payah jantung)

4.2 Situasi dan Kondisi


Responden I:
Bapak mapiase (responden I) merupakan seorang pegawai swasta yang berumur 51 tahun dan
tinggal bersama seorang istri dan 6 orang anaknya. Beliau mengaku di vonis menderita penyakit
jantung selama 2 tahun terakhir atau tahun 2011 yang lalu, dengan hasil diagnosa ialah adanya
penyumbatan pada pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung. Hal ini terjadi akibat
penyakit diabetes militus yang beliau derita sebelumnya. Dari hasil pengakuan, sekarang beliau
tidak merasakan tanda-tanda kasakitan pada jantungnya. Hal ini dikarenakan telah dilakukan
penanganan segera pada system kardiovaskular yang tersumbat. Penanganan tersebut berupa
pemasangan ring pada pembuluh darah yang tersumbat tersebut. Hingga saat ini, beliau tidak
merasakan adanya keluhan-keluhan kesakitan pada jantungnya. Namun, beliau harus melakukan
pemeriksaan rutin ke tempat pelayanan kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan beliau.

Responden II
Pada responden kedua terdapat perbedaan dengan responden yang pertama, pada responden
yang kedua, ia di diagnosa sebagai pengidap jantung payah/ jantung lemah semenjak SMP kelas
3 namun sudah merasakan berbagai gejala-gejala sejak masih SD. Tanda-tanda yang sering di

rasakan responden ialah seperti sesak napas, pingsan, dan kejang-kejang. Adapun yang dilakukan
responden untuk mengobati penyakitnya apabila kambuh ialah dengan pergi ke puskesmas
setempat dan minum obat jika kambuh. Sedangkan untuk upaya pencegahan agar tidak kambuh
dari penyakitnya responden menggunakan hedset/ earphone agar tidak merasa kaget apabila di
kagetin oleh temannya.

4.3 Faktor Pencetus, Faktor Resiko, dan Faktor Pendorong


Responden I:
Faktor Resiko: Diabetes Milittus, umur
Faktor Pencetus: Tingginya kadar gula darah
Faktor Pendorong: Pemeriksaan Rutin

Responden II:
Faktor Resiko: Keturunan, pola hidup
Faktor Pencetus: Di Kagetin, aktivitas berlebih, stress
Faktor Pendorong: Menggunakan earphone, pemeriksaan rutin

4.4 Riwayat Alamiah Penyakit pada Responden


Responden I:
-

Tahap prepatogenesis: Responden belum menunjukan tanda maupun keluhan mengenai kondisi
jantung responden.

Tahap inkubasi: di tahap ini, responden telah memiliki faktor resiko yaitu adanya penyakit
diabetes militus dan jika gula darah masih tidak terkontrol maka akan terjadi penyumbatan pada
system kardiovaskular responden.

Tahap penyakit dini: pada tahap ini responden telah menampakkan gejala yang ringan bahkan
tidak disadari oleh responden akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang
berhubungan dengan jantung.

Tahap penyakit lanjut : pada tahap ini responden telah menampakkan gejala yang berarti dan
meminta pertolongan medis.

Tahap penyakit akhir : Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyakit. Dimana responden telah
dinyatakan sembuh dengan cacat hal ini dikarenakan adanya pemasangan ring pada system
kardiovaskular responden.

Responden II:
-

Tahap prepatogenesis: Responden masih dalam keadaan sehat atau tidak menampakkan gejalagejala apapun, namun sudah mendapatkan bibit penyakit yang telah diturunkan dari orang tuanya

Tahap inkubasi: Telah adanya interaksi antara bibit penyakit dengan tubuh responden sendiri,
dan apabila hal ini didukung dengan pola hidup responden yang tidak sehat maka akan semakin
memperparah interaksi tersebut.

Tahap penyakit dini: pada tahap ini responden telah menampakkan gejala, tahap ini terjadi pada
saat responden masih berumur 12 tahun.

Tahap penyakit lanjut: pada tahap ini telah muncul gejala-gejala yang berarti. Gejala yang
dialami responden ialah sesak nafas, pingsan dan kejang-kejang yang diakibatkan oleh kondisi
jantung yang lemah untuk memompa darah.

Tahap penyakit akhir: tahap ini merupakan tahap akhir dari perjalan penyakit, dimana responden
dinyatakan karier atau masih memiliki penyakit tersebut, dan penyakit akan dapat timbul
kembali apabila ada faktor pencetusnya sehingga responden harus menghindarinya.

4.5 Upaya Pencegahan


Berikut adalah 5 tahap pencegahan (five level prevention) pada rresponden 1 Bapak Mapiase:
a. Health Promotion (promosi kesehatan)
-

Olahraga teratur

Pola hidup sehat

Seimbangkan gizi

Mencari wawasan mengenai penyakit jantung


b. Specific Protection (perlindungan spesifik)

Mengurangi makanan berlemak

Hindari stress

Kontrol tekanan darah

Kontrol gula darah

Hindari rokok

Memelihara kesehatan jantung


c. early diagnosis and prompt treatment (diagnose dini dan pengobatan segera)

Konsultasi dengan dokter spesialis


d. disability limitation (pembatasan kecacatan)

Hindari adanya komplikasi


e. Rehabilitattion (rehabiitasi)

Rutin berobat
Upaya

pencegahan

yang

di

tujukan

pada

orang

sekitar

(Bapak Mapiase):
Kepada keluarga :
- Selalu memberikan dukungan moril kepada reseponden
- Tidak membuatkan makanan yang manis-manis
- Tidak membuatkan makanan yang tinggi karbohidrat
- Mengajak responden untuk selalu melakukan aktivitas fisik
Kepada orang sekitar di tempat kerja:
- Upayakan tidak memberikan pekerjaan yang memerlukan aktivitas berlebih

responden

Sedangkan five level prevention untuk responden 2 yaitu nona Kinanti Agatha ialah:
a. Health promotion (promosi kesehatan):
-

Olahraga teratur

Pola hidup sehat

Seimbangkan gizi

Mencari wawasan mengenai penyakit jantung


b. Specific Protection (perlindungan spesifik)

Kurangi aktivitas berlebih

Hindari stress

Hindari rokok

Memelihara kesehatan jantung

Pemberian informasi kepada orang sekitar untuk tidak di kagetin


c. early diagnosis and prompt treatment (diagnose dini dan pengobatan segera)

Konsultasi dengan dokter spesialis


d. disability limitation (pembatasan kecacatan)

Hindari adanya komplikasi


e. Rehabilitattion (rehabiitasi)

Rutin berobat

Penggunaan earphone

Rutin mengkonsumsi obat


Upaya pencegahan yang di tujukan pada orang sekitar:

Keluarga : selalu memberikan dukungan moril

Teman : tidak mengagetkan responden

PENYAKIT JANTUNG
PENYAKIT JANTUNG
Gambaran Umum
Penyakit jantung koroner atau yang sering disebut dengan PJK, merupakan salah satu bentuk
utama penyakit jantung dan pembuluh darah yang terdiri dari Angina Pektoris (AP), Akut
Miokard Infark (AMI) dan Sudden Death (kematian mendadak). Penyakit ini merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia dan merupakan penyakit tidak menular yang sangat
membahayakan, tetapi dapat dicegah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara
meminimalisasi berbagai faktor resiko yang mempengaruhinya. Penyakit ini sangat dipengaruhi
oleh perubahan life style (gaya hidup) yang dapat menyerang individu maupun kelompok secara
selektif atau yang disenangi, sesuai dengan faktor gaya hidup pada individu tersebut, misalnya
kebiasaan merokok. Pola makan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol, kurang
olahraga, kegemukan, stress dll.
Epidemiologi penyakit jantung merupakan ilmu yang memperlajari distribusi dan determinasi
(penyebaran penyakit dan faktor resiko yang mempengaruhi) terjadinya penyakit jantung dan
status kesehatan bagi penderita penyakit jantung, serta upaya preventif (pencegahan) terhadap
timbulnya penyakit jantung.
Gambaran Klinis

Arteri kononaria (salah satu pembuluh darah yang berada di jantung) bekerja mensuplai atau
memberi sari makanan sendiri kebutuhan darah jantung. Apabila pembulu darah ini mengalami
gangguan (biaanya terjadi gangguan suplai darah oto jantung dan segala manifestasinya), maka
akan menyebabkan PJK. Penyakit ini timbulnya tampak mendadak padahalprosesnya cukup
lama atau kronis. PJK terjadi karena ateriosklerosis (kekakuan dan penyempitan lubang
pembuluh darah) sehingga suplai darah untuk oto jantung sangat kurang, yang hal ini sering
disebut dengan Iskemic Miokard. Penyakit ini bisa menyerang individu lebih cepat berkaitan
dengan faktor resiko misalnya : merokok, kegemukan, kurang olah raga, ketegangan psikososial,
dll.
Gambaran klinisnya berupa anginapectoris (AP) akut miokard infark (AMI), payah jantung
ataupun mati mendadak (sudden death); ataupun tanpa gejala. Angina pektoris terjadi akibat
lepasnya plaque/fissure/pecahan-pecahan yang berasal dari palet (benda asing) dan kolesterol
yang mendasari terbentuknya thrombus / gumpalan-gumpalan yang berkelanjutan atau sering
disebut dengan Emboli. AMI terjadi akibat oklusi / sumbatan pada pembuluh darah koroner yang
menyebabkan sulai darah sangat kurang sehingga terjadi nekrosis miokard (Kerusakan oto
jantung) dan hal ini sering disebut dengan gagal jantung. Kematian mendadak (sudden death)
terjadi pada 50% penderita tanpa keluhan dan sisanya 6 jam setelah keluhan yang dimulai dari
proses trombosit (Penggumpana darah) dalam pembuluh darah koroner, disusul dengan nekrosis
dan aritmia ventrikel (gangguan pada ventrikel jantung).
Gejala Umum
Nyeri dada (chest pain) : rasa sakit / tidka enak (tertekan, terhimit, tercekik) di dada selama +10
menit.
Lokasi sakit terasa mulai pada bagian belakang tulang dada kiri.
Rasa sakit berlanjut pada bagian bawah lengan atas dan dapat menjalar ke atas, ke bahu, ke leher
atau rahang bawah.
Dengan mengetahui berbagai faktor yang berhubungan dengan terjadinya PJK dan tanda-tanda
serangan jantung, kiranya dapat dihindari serangan mematikan dari PJK.
Gambaran Distribusi PJK
Penyakit jantung terdistribusi dalam masayarakat berdasarkan karakteristik dan lingkungan
sebagai berikut :
Lebih seeing terjadi di Negara maju dibanding dengan negara berkembang
Lebih banyak daerah perkotaan dibanding pedesaan (saat ini saudah banyak terjadi di daerah
pedesaan)
Sering menimpa golongan ekonomi mengengah keatas dibanding ekonomi bawah? (Kejadian
kasus ini juga banyak terjadi pada golongan ekonomi menengah ke bawah).
Pria lebih mendominasi dibanding dengan wanita, tapa yang banyak mati adalah wanita.
Kasusnya meningkat setelah umur 40 th dan risiko tinggi masuk usia 50th.
Lebih banyak yang mati dibanding yang selamat
Gambaran Faktor Risiko PJK
Faktor risiko PJK adalah : semua faktor penyebab (etiologi) ditambah faktor epidemiologi yaitu
penyebaran penyakit dan faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantung tersebut.
Terdapat dua kategori faktor risiko :
Faktor risiko yang dapat diperbaiki (reversible) atau dapat diubah (modifiable).
Menetap (tidak dapat diubah / irreversible).
Faktor alamiah yang tidak dapat diubah :
Umur

Jenis kelamin
Anatomi pembuluh koroner
Metabolisme (prose salami organ tubuh sesuai dengan fungsinya masing-masing)
Faktor penting yang dapat diubah :
Hipertensi / darah tinggi
Kolesterol (bagian dari lemak tubuh yang sangat bahaya)
Rokok
Diabetes mellitus / kencing manis
Kelianan gambaran jantung (EKG)
Stress
Kebiasaan makan yang tidak sehat (misalnya makanan yang banyak mengandung zat aditif / zat
tambahan dari bahan kimia tertentu yang membahayakan organ tubuh)
Gaya hidup (life style)
Kurang olahraga
Dari dua kategori faktor resiko diatas dibagi menjadi faktor resiko mayor dan minor
Faktor resiko mayor meliputi :
Hipertensi / darah tinggi
Hiperkolestrolemi (kolesterol dalam darah tinggi)
Kegemukan merokok
Dari ketiga faktor resiko utama diatas, apabila :
Terkena satu faktor resiko akan meningkatkan 2-4 kali insiden PJK
Kombinasi 2 faktor resiko PJK, insiden meningkat 9 kali.
Kombinasi ketiganya, PJK akan meningkat 16 kali
Faktor resiko minor meliputi :
Diabetes mellitus / kencing manis
Stress
Kurang olah raga
Genetic / keturunan
Kebiasaan makan yang tidak sehat
Jenis kelamin
Obesitas / kegemukan
Pil KB (jangka panjang > 12 tahun)
Upaya Pencegahan PJK
Ada beberapa upaya pencegahan PJK antara lain :
Pencegahan primordial : pencegahan munculnya faktor predisposisi / faktor pencetus terhadap
PJK pada individu / populasi yang belum tampak faktor yang menjadi resiko PJK (orang sehat)
atau belum terpapar agar saki, dengan cara memberikan penyuluhan secara periodik dan
berkesinambungan.
Pencegahan primer : upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita, dilakukan
pendekatan masyarakat berupa penyuluhan faktor resiko PJK pada kelompok resiko tinggi.
Pencegahan sekunder : Upaya pencegahan keadaan PJK yang sudah pernah terjadi agar tidak
berulang atau menjadi lebih berat, hal ini dilakukan dengan :
Segera melakukan perubahan pola hidup terhadap faktor resiko PTM
Kepatuhan berobat
Mempertahankan nilai prognosis (perkiraan terhadap kelanjutan penyakit) agar menjadi lebih
baik

Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian
Diet Jantung
Beri makanan dengan porsi kecil tapi sering
Diet rendah garam bila terdapat hipertensi atau darah tinggi dan oedem atau bengkak
Makanan yang harus dihindari :
Kue yang terlalu manis dan gurih mislnya cake, tart, dodol dll.
Semua daging berlemak seperti ham, sosis dll
Goreng-gorengan, santan kental
Sayuran yang menimbulkan gas misalnya kol, sawi, lobak dll
Cabe dan bumbu lain yang merangsang
Kope, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol
Makan yang harus dibatasi :
Kelapa dan santan encer, nangka, durian, alpukat, kacang-lacangan kering maksimal 25g/hr.
Sumber: MEDIA INFORMASI KESEHATAN (Dinas Kesehatan Prop.Jawa tengah).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang
disebabakan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena
proses aterosklerosis atau spesme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena
timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal
ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada.

Adapun faktor resiko yang mempengaruhi penyakit jantung seseorang tergantung dari
jenis penyakit jantung yang diderita oleh seseorang begitupun dengan faktor pencetus dan
pendorongnya.
Sedangkan untuk upaya-upaya yang memungkinkan dilakukan terhadap penderita
jantung koroner agar mendapatkan kebebasan yang maksimal tanpa membutuhkan suatu
pertolongan ialah dengan menjaga konsumsi makanan dan hindari faktor-faktor pencetus
kambuhnya penyakit kembali.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan ialah:
1. Kepada keluarga responden diharapkan dapat memantau kondisi kesehatan responden
2. Kepada responden diharapkan supaya d

You might also like