You are on page 1of 38

POLA OPERASI WADUK

MATERI POLA OPERASI WADUK

Pembuatan

pola

operasi

waduk

Klasifikasi dari waduk


Waduk dengan manfaat tunggal
INFLOW
Waduk dengan berbagai manfaat
Faktor yang mempengaruhi
Masukan air ke waduk
Karakteristik waduk
Prakiraan sedimentasi
Keluaran dari waduk
Neraca air
Pola operasi waduk

SINGLE
RESERVOIR

OUTFLOW

POLA OPERASI WADUK TUNGGAL


Top set Slope

MWS

Pivot Point

Coarse Sedimen

Foreset Slope

NWS

Original Slope

Outlets
Fine Sedimens

Waduk tunggal
Suatu tampungan yang tidak berhubungan dengan waduk tunggal atau waduk
jamak lainnya
Waduk berfungsi tunggal
Suatu tampungan yang pemanfaatan airnya hanya digunakan untuk satu jenis
kebutuhan saja
Pembuatan Pola Operasi Waduk
Klasifikasi dari Pengoperasian Waduk
Waduk dan pengoperasiannya sering diklasifikasikan berdasarkan pada
waduk yang akan digunakan untuk suatu tujuan / manfaat tertentu atau waduk
untuk berbagai tujuan / manfaat. Waduk dengan manfaat tunggal relatif
sangat mudah dalam perencanaan operasinya dan ini akan bertambah
kompleks bila merupakan suatu bagian sistim yang besar dan terintegrasi.
Waduk dengan berbagai manfaat lebih kompleks baik dalam perencanaannya
maupun pengoperasiannya. Semua waduk untuk berbagai macam manfaat
perlu mempunyai outlet yang cukup besar untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya banjir yang sangat besar atau beberapa kejadian banjir besar yang
berurutan.

Waduk Dengan Manfaat Tunggal (Single Purpose)


Waduk yang diperuntukkan bagi rekreasi atau perikanan pada
umumnya menghendaki elevasi yang konstan, tidak terlalu banyak
perubahan muka air di waduk terkecuali jika terjadi banjir besar atau
terjadinya evaporasi yang besar. Untuk kondisi dimana tidak ada pintu
diatas pelimpah maka pengendalian keluaran dibuat pada lebarnya dari
pelimpah. Untuk pengendalian banjir, waduk akan diusahakan kosong
kecuali selama terjadinya banjir. Untuk kondisi daerah pengaliran
sungai yang besar ( sistim jaringan sungai yang luas yang mempunyai
beberapa waduk didalamnya) maka keluaran dari hulu waduk sangat
mempengaruhi pola operasi dari waduk dihilirnya. Untuk waduk dengan
manfaat tunggal seperti irigasi sangat membutuhkan suatu outlet untuk
mengendalikan air yang dikeluarkan dan memungkinkan untuk
mengontrol muka air yang ada diwaduk.
Waduk dengan Berbagai Manfaat (Multi Purpose)
Kombinasi dari berbagai manfaat pada umumnya dimaksudkan
untuk dapat mengoptimumkan kondisi yang ada serta meningkatkan
kelayakan pembangunan suatu waduk. Pola operasi yang terbaik dalam
kondisi ini adalah kompromi antara berbagai kebutuhan.

Waduk dengan Berbagai Manfaat (Multi Purpose)


Kombinasi dari berbagai manfaat pada umumnya dimaksudkan
untuk dapat mengoptimumkan kondisi yang ada serta meningkatkan
kelayakan pembangunan suatu waduk. Hal yang harus diperhatikan
dalam mengoperasikan waduk dengan berbagai manfaat adalah konflik
kepentingan terutama pada waduk yang memiliki sumber daya air yang
terbatas.Pola operasi yang terbaik dalam kondisi ini adalah kompromi
antara berbagai kebutuhan.
Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam operasi waduk adalah
- prediksi besarnya masukan ke waduk,
- karakteristik waduk
- sedimentasi
- keluaran yang sangat tergantung pada kebutuhan air, debit yang limpas
serta besarnya evaporasi

KONDISI TIPE WADUK

Masukan air ke waduk


Masukan yang masuk ke waduk sangat dipengaruhi oleh
karakteristik dari daerah pengaliran sungainya dan karakteristik iklim
didaerah tersebut. Menilik kondisi iklim sulit untuk diperkirakan secara
tepat sehingga datanya merupakan suatu variabel acak maka besarnya
masukan yang masuk ke waduk seringkali bervariasi dan sangat sulit
untuk dapat diperkirakan secara tepat.
Dalam analisis seringkali masukan air ke awduk diklarifikasikan
dalam tiga kondisi, yaitu : masukan kondisi basah, normal, dan kering.
Perhitungan besarnya masukan untuk kondisi basah, normal, dan kering
dapat dilakukan dengan menghitung besarnya rata-rata masukan dan
standar deviasinya serta persentasi tingkat akurasi yang diharapkan
Air yang masuk ke waduk terdiri dari air di sungai yang masuk
kewaduk, air dari daerah pengaliran sungai disekeliling waduk serta air
hujan yang jatuh langsung ke waduk. Untuk memperkirakan besarnya
masukan yang masuk ke waduk dari sungai dapat dilakukan dengan

Karakteristik Waduk

Karakteristik waduk sangat diperlukan dalam penyusunan pola


operasi suatu waduk. Data karakteristik waduk terdiri dari data phisik dari
waduk tersebut serta data hubungan antara elevasi luas dan volume
dari waduk.
Data fisik dari waduk terdiri dari data pelimpah (lebar dan
elevasinya), data ada / tidak adanya pintu diatas pelimpah, data outlet
dari waduk, data elevasi maksimum pengoperasian, data tampungan
mati dan efektif storage dll. Data tersebut diatas mutlak perlu diketahui
bila suatu waduk akan dioptimalkan pola operasinya.
Data hubungan antara elevasi luas dan volume didapatkan dari
hasil pengukuran / pemeruman kedalaman waduk. Selanjutnya dapat
dilakukan pemetaan dan penggambaran serta perhitungan besarnya
storage untuk setiap perubahan elevasi dari waduk.

80

70

Luas (km2)
50
40

60

30

20

10

115

115
Spillway crest

107
105

105
95
Kurva DMA vs Volume T h 1995

85

Kurva DMA vs Luas T h 1995

75
Tinggi Operasional Minimum

65

75
65

Kurva DMA vs Volume T h 2000

55

85

55

Kurva DMA vs Luas T h 2000

45

45

35

35
0

500

1000

1500
Volume (juta m3)

2000

2500

3000

DMA (m)

95

DMA (m)

Prakiraan Sedimentasi
Permasalahan yang sering dialami dari suatu waduk setelah
beroperasi adalah menurunnya kapasitas tampung dari waduk /
pendangkalan waduk karena adanya sedimentasi.
Sedimentasi ini dapat disebabkan karena adanya perubahan tata
guna lahan dihulu sehingga mengakibatkan rusaknya daerah pengaliran
sebagai akibat dari terjadinya erosi yang besar.
Penyebab lain terjadinya sedimentasi diwaduk adalah tidak
optimalnya pengoperasian waduk sehingga terjadi endapan sedimentasi
yang besar di waduk.
Untuk mengantisipasi menurunya umur waduk karena sedimentasi
ini maka perlu dilakukan pemantauan besarnya sedimentasi yang
terbawa aliran masuk ke waduk dan pengambilan contoh air dan butiran
dari sedimen yang masuk ke waduk.
Dengan melakukan pengukuran / pemeruman kedalaman waduk
secara periodik dan dengan menggunakan Model HEC-6 dapat
diperkirakan secara tepat lokasi dan besarnya sedimentasi yang
terdeposit di sungai dan di waduk.
Bilamana terjadi laju sedimentasi yang tinggi maka perlu dilakukan
perbaikan dari daerah pengaliran sungai di hulu waduk dengan misalnya
melakukan reboisasi.

Keluaran dari waduk


Kebutuhan air sangat ditentukan oleh manfaat dari waduk tersebut.
Untuk waduk yang mempunyai manfaat tunggal, keluaran air waduk
dihitung hanya untuk pemenuhan suatu kebutuhan. Berbeda halnya untuk
waduk yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, keluaran dari waduk
perlu mengakomodasi semua kebutuhan dan merupakan total dari seluruh
kebutuhan dari setiap sektor seperti untuk irigagi, PLTA, air baku,
perianan, dll.
Meskipun seringkali terjadi konflik dalam pengoperasiannya namun
hal tersebut dapat dikompromikan / disusun sesuai dengan skala prioritas
yang telah dituangkan dalam undang-undang pengairan untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
Kebutuhan air dalam suatu daerah pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
- Kebutuhan Air Minum dan Kegiatan Perkotaan (MPI)
- Kebutuhan Air untuk Industri (IND)
- Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan Sungai
- Kebutuhan Air untuk Perikanan
- Kebutuhan Air untuk Peternakan
- Kebutuhan Air untuk Irigasi

Neraca Air
Simulasi neraca air waduk merupakan fungsi dari inflow, outflow
dan tampungan waduk yang dapat disajikan dalam persamaan
sederhana
I O = ds / dt
Atau
I = O + CS
dengan pengertian :
I
= inflow
O
= outflow
DS / Dt = CS = perubahan tampungan
Atau secara rinci dapat ditampilkan sebagai berikut:
Vt
= Vt-1 + It + Rt Et Lt Ot OSt
dengan pengertian :
Vt
= Tampungan waduk pada periode t
Vt-1 = Tampungan waduk pada periode t-1
It
= Inflow waduk pada periode t
Rt
= Hujan yang jatuh di atas permukaan waduk, pada periode t
Et
= Kehilangan air akibat evaporasi pada periode t
Lt
= Kehilangan air akibat rembesan dan bocoran
Ot
= Total kebutuhan air
OSt = Outflow dari pelimpah

Kapasitas Waduk (Reservoir Capacity and Yield)


Kapasitas dari waduk dapat ditentukan dari beberapa metoda:
- Analisa kurva masa
- Membandingkan inflow ke waduk dengan kebutuhan (demand) dan
menentukan storage yang dibutuhkan pada kondisi dimana kebutuhan
melebihi inflow.
- Secara analitis
- Memasukan semua inflow yang ada dan tentukan kapasitasnya
dengan mengurangkan dengan outflow (numeric dan sequence depth)
- Analisa kapasitas storage dengan memilih minimum flow dari inflow
yang ada
- Pendekatan stokastik
Menggunakan suatu model stokastik untuk membangkitkan masukan, dan
data hasil bangkitan tersebut digunakan untuk mendapatkan kapasitas
tampungan

Pola Operasi Waduk


Rencana dan pedoman operasi harus direncanakan sejak tahap
perencanaan dan digunakan untuk menentukan besarnya tampungan efektif
dari waduk yang direncanakan.
Evaluasi dan modifikasi terhadap pola operasi dalam tahap operasional
dapat disesuaikan lagi sesuai dengan pengalaman operasi yang aktual.
Pedoman operasi dapat bervariasi dari suatu pola operasi yang dilakukan,
misalnya selama terjadinya banjir sampai ke pedoman dalam operasi jangka
waktu lebih lama agar dapat memenuhi kebutuhan.
Pedoman operasi ini dapat berbentuk grafik, tabulasi atau kombinasinya.
Pola dan perioda waktu dalam operasi waduk berkaitan dengan manfaat dari
waduk tersebut. Sebagai contoh :
Irigasi, waktu/durasi pengoperasian adalah 2 mingguan
Pengendalian banjir, waktu/durasi pengoperasian adalah
jam-jaman
PLTA, waktu/durasi pengoperasian adalah jam-jaman/ harian
Domestik, waktu/durasi pengoperasian adalah harian

Untuk waduk yang bermanfaat mencukupi berbagai macam kebutuhan,


sering mengalami konflik dalam pengoperasiannya. Contohnya waduk untuk
penanggulangan banjir dan waduk untuk irigasi atau PLTA.
Dalam operasinya waduk yang dikembangkan untuk pengendalian banjir
mengusahakan agar elevasi muka air waduk dapat serendah mungkin pada waktu
akan memasuki musim hujan.
Waduk yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik, untuk dapat
mengoptimalkan energi yang diperolehnya diperlukan untuk senantiasa menjaga
agar elevasi muka air di waduk setinggi mungkin, sedangkan waduk yang digunakan
untuk irigasi akan mengeluarkan air sesuai dengan kebutuhan irigai sehingga pada
musim penghujan berusaha untuk menampung air semaksimal mungkin.
Konflik operasi untuk waduk-waduk yang digunakan untuk pengendalian
banjir dan irigasi serta waduk untuk PLTA dan pengendalian banjir seringkali sulit
untuk dipecahkan bila dalam pola operasinya tidak ditentukan prioritas dalam
pedoman operasinya dan dilakukan optimalisasi dalam penentuan pola operasinya.
Pengoperasian waduk dapat dilakukan periode jam-jaman, harian,2 mingguan atau
bulanan.

Ada beberapa pendekatan dan metoda yang dapat digunakan dalam


pembuatan pola operasi. Pola operasi dapat dibuat sederhana atau
dapat dibuat dengan mengoptimalkan kondisi yang ada.
- Pola Konvensional OUTFLOW

I
Min

II
Kritis

III
Max

Storage

Bila tampungan di waduk pada kondisi I antara Min storage (elevasi


minimum pengoperasian) dan Kondisi awal kritis maka outflow dari waduk
lebih kecil dari target (kebutuhan), bila tampungan berada pada kondisi II,
maka keluaran dari waduk adalah sesuai dengan kebutuhan air yang
diperlukan namun bila storage pada kondisi III dimana melebihi dari
tampungan maksimum pengoperasian (elevasi maksimum pengoperasian)
maka keluaran adalah besarnya kebutuhan ditambah dengan besarnya
debit yang terbuang melalui pelimpah.
Pola operasi yang optimal berusaha untuk menjaga agar tidak sering
terjadi limpasan diatas pelimpah dan tidak adanya pengurangan
kebutuhan akibat storage yang cenderung menurun dibawah titik / ambang
kritis

.
- Metoda Simulasi
Penentuan pedoman operasi dapat dilakukan dengan membuat simulasi
terhadap pola operasi. Metoda simulasi berusaha dengan trial and error
dan berbagai kondisi tipe inflow serta karakteristik waduk untuk
mensimulasikan elevasi waduk agar didapatkan gambaran elevasi waduk
bila terjadi kondisi normal, basah dan kering.
Ada tiga ambang batas yang akan ditentukan dari hasil simulasi yaitu
suatu ambang batas untuk pengoperasian waduk pada kondisi basah,
ambang untuk kondisi normal dan ambang untuk kondisi kering. Dengan
diketahuinya ketiga ambang tersebut maka pengeluaran dari waduk
dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak samapi waduk dalam
kondisi yang sangat kritis. Atau dengan perkataan lain waduk pada waktu
awal operasi dimana muka air penuh dapat dicapai kembali pada akhir
operasi sebelum masuk pada tahun pengoperasian selanjutnya. Dalam
tahap operasional pengoperasian waduk / outflow dari waduk sangat
tergantung pada inflow dan elevasi waduk pada tiap akhir perioda
(mingguan, bulanan).
Model yang cocok digunakan untuk simulasi ini adalah SSARR Model
(Streamflow Synthetic and Reservoir Regulation)

9.0

8.0
Start Operasi

7.0

TMA
(m)

6.0

K
5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

April

May

Jun
e

July

Augu
st

Sept

Oct

Nov

Dec

Jan

Febr

K : Kering
Gambar 5.1 Penentuan Ambang Operasi Tahun Kering

Marc
h

9.0

8.0
Start Operasi

TMA
(m)

7.0

6.0

K
5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

April

May

Jun
e

July

Augu
st

Sept

Oct

Nov

B : Basah, N : Normal, K : Kering


Gambar 5.2 Pola Operasi Waduk

Dec

Jan

Febr

Marc
h

- Metoda Optimasi
Dalam tahap operasional, pengoperasian suatu waduk dapat dilakukan
dengan menggunakan tehnik optimasi dengan menggunakan linear
programming (pemerograman linear) / dynamic programming
(pemrograman dinamis). Dalam pemrograman linear karakteristik dari
kurva hubungan antara elevasi dan storage dibuat linear dengan
membagi kurva menjadi beberapa bagian yang dapat dilinearkan.
Dalam pemrograman dinamis, pengoperasian dilakukan setiap step /
tahapan. Optimasi ini dibuat untuk mengantisipasi kemungkinan inflow
yang masuk ke waduk yang sangat tidak menentu (random).

Contoh Perhitungan
Inflow Yang Masuk Ke Waduk
-Kondisi Kering
-Kondisi Normal
-Kondisi Basah

Inflow Yang Masuk Ke Waduk


Pola Pengoperasian Waduk

You might also like