Professional Documents
Culture Documents
Pembuatan
pola
operasi
waduk
SINGLE
RESERVOIR
OUTFLOW
MWS
Pivot Point
Coarse Sedimen
Foreset Slope
NWS
Original Slope
Outlets
Fine Sedimens
Waduk tunggal
Suatu tampungan yang tidak berhubungan dengan waduk tunggal atau waduk
jamak lainnya
Waduk berfungsi tunggal
Suatu tampungan yang pemanfaatan airnya hanya digunakan untuk satu jenis
kebutuhan saja
Pembuatan Pola Operasi Waduk
Klasifikasi dari Pengoperasian Waduk
Waduk dan pengoperasiannya sering diklasifikasikan berdasarkan pada
waduk yang akan digunakan untuk suatu tujuan / manfaat tertentu atau waduk
untuk berbagai tujuan / manfaat. Waduk dengan manfaat tunggal relatif
sangat mudah dalam perencanaan operasinya dan ini akan bertambah
kompleks bila merupakan suatu bagian sistim yang besar dan terintegrasi.
Waduk dengan berbagai manfaat lebih kompleks baik dalam perencanaannya
maupun pengoperasiannya. Semua waduk untuk berbagai macam manfaat
perlu mempunyai outlet yang cukup besar untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya banjir yang sangat besar atau beberapa kejadian banjir besar yang
berurutan.
Karakteristik Waduk
80
70
Luas (km2)
50
40
60
30
20
10
115
115
Spillway crest
107
105
105
95
Kurva DMA vs Volume T h 1995
85
75
Tinggi Operasional Minimum
65
75
65
55
85
55
45
45
35
35
0
500
1000
1500
Volume (juta m3)
2000
2500
3000
DMA (m)
95
DMA (m)
Prakiraan Sedimentasi
Permasalahan yang sering dialami dari suatu waduk setelah
beroperasi adalah menurunnya kapasitas tampung dari waduk /
pendangkalan waduk karena adanya sedimentasi.
Sedimentasi ini dapat disebabkan karena adanya perubahan tata
guna lahan dihulu sehingga mengakibatkan rusaknya daerah pengaliran
sebagai akibat dari terjadinya erosi yang besar.
Penyebab lain terjadinya sedimentasi diwaduk adalah tidak
optimalnya pengoperasian waduk sehingga terjadi endapan sedimentasi
yang besar di waduk.
Untuk mengantisipasi menurunya umur waduk karena sedimentasi
ini maka perlu dilakukan pemantauan besarnya sedimentasi yang
terbawa aliran masuk ke waduk dan pengambilan contoh air dan butiran
dari sedimen yang masuk ke waduk.
Dengan melakukan pengukuran / pemeruman kedalaman waduk
secara periodik dan dengan menggunakan Model HEC-6 dapat
diperkirakan secara tepat lokasi dan besarnya sedimentasi yang
terdeposit di sungai dan di waduk.
Bilamana terjadi laju sedimentasi yang tinggi maka perlu dilakukan
perbaikan dari daerah pengaliran sungai di hulu waduk dengan misalnya
melakukan reboisasi.
Neraca Air
Simulasi neraca air waduk merupakan fungsi dari inflow, outflow
dan tampungan waduk yang dapat disajikan dalam persamaan
sederhana
I O = ds / dt
Atau
I = O + CS
dengan pengertian :
I
= inflow
O
= outflow
DS / Dt = CS = perubahan tampungan
Atau secara rinci dapat ditampilkan sebagai berikut:
Vt
= Vt-1 + It + Rt Et Lt Ot OSt
dengan pengertian :
Vt
= Tampungan waduk pada periode t
Vt-1 = Tampungan waduk pada periode t-1
It
= Inflow waduk pada periode t
Rt
= Hujan yang jatuh di atas permukaan waduk, pada periode t
Et
= Kehilangan air akibat evaporasi pada periode t
Lt
= Kehilangan air akibat rembesan dan bocoran
Ot
= Total kebutuhan air
OSt = Outflow dari pelimpah
I
Min
II
Kritis
III
Max
Storage
.
- Metoda Simulasi
Penentuan pedoman operasi dapat dilakukan dengan membuat simulasi
terhadap pola operasi. Metoda simulasi berusaha dengan trial and error
dan berbagai kondisi tipe inflow serta karakteristik waduk untuk
mensimulasikan elevasi waduk agar didapatkan gambaran elevasi waduk
bila terjadi kondisi normal, basah dan kering.
Ada tiga ambang batas yang akan ditentukan dari hasil simulasi yaitu
suatu ambang batas untuk pengoperasian waduk pada kondisi basah,
ambang untuk kondisi normal dan ambang untuk kondisi kering. Dengan
diketahuinya ketiga ambang tersebut maka pengeluaran dari waduk
dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak samapi waduk dalam
kondisi yang sangat kritis. Atau dengan perkataan lain waduk pada waktu
awal operasi dimana muka air penuh dapat dicapai kembali pada akhir
operasi sebelum masuk pada tahun pengoperasian selanjutnya. Dalam
tahap operasional pengoperasian waduk / outflow dari waduk sangat
tergantung pada inflow dan elevasi waduk pada tiap akhir perioda
(mingguan, bulanan).
Model yang cocok digunakan untuk simulasi ini adalah SSARR Model
(Streamflow Synthetic and Reservoir Regulation)
9.0
8.0
Start Operasi
7.0
TMA
(m)
6.0
K
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
April
May
Jun
e
July
Augu
st
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Febr
K : Kering
Gambar 5.1 Penentuan Ambang Operasi Tahun Kering
Marc
h
9.0
8.0
Start Operasi
TMA
(m)
7.0
6.0
K
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
April
May
Jun
e
July
Augu
st
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Febr
Marc
h
- Metoda Optimasi
Dalam tahap operasional, pengoperasian suatu waduk dapat dilakukan
dengan menggunakan tehnik optimasi dengan menggunakan linear
programming (pemerograman linear) / dynamic programming
(pemrograman dinamis). Dalam pemrograman linear karakteristik dari
kurva hubungan antara elevasi dan storage dibuat linear dengan
membagi kurva menjadi beberapa bagian yang dapat dilinearkan.
Dalam pemrograman dinamis, pengoperasian dilakukan setiap step /
tahapan. Optimasi ini dibuat untuk mengantisipasi kemungkinan inflow
yang masuk ke waduk yang sangat tidak menentu (random).
Contoh Perhitungan
Inflow Yang Masuk Ke Waduk
-Kondisi Kering
-Kondisi Normal
-Kondisi Basah