You are on page 1of 8

2.

2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada ibu Bersalin dengan Pre Eklampsia
1. Pengkajian
1) Data Subyektif
(1) Identitas
Nama

: untuk panggilan sehari-hari dan agar tidak salah dalam memberikan


penanganan

Umur

: usia ibu > 35 tahun mempertinggi resiko pre eklampsia. Menurut riwayat ibu <
20 tahun dilaporkan berisiko tinggi, meskipun studi terkini pada ibu dibawah
usia 19 tahun yang melahirkan memperlihatkan angka pre eklampsia yang
rendah, namun kebanyakan penderitanya adalahprimigravida.

Agama

: untuk mengetahui keyakinan pasaien untuk mengarahkan dalam berdoa

Pendidikan

: berpengaruh dalam pemberian konseling, untuk menentukan asuhan kebidanan.

Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.


Pekerjaan
Alamat

: untuk mengetahui tinkat social ekonominya, dan berpenaruh pada pemenuhan


gizi pasien.
: untuk idfentifikasi jika ada pasien denan nama yang sama.

(2) Keluhan Utama


Pada ibu pre eklampsia biasanya mengeluh adanya tanda-tanda persalinan seperti kontraksi yang
terus menerus, serta mengeluarkan lender bercampur darah(blood slym) diikuti dengan nyeri
epigastrium, penambahan berat badan yang berlebihan, kenaikan tekanan darah serta gejala
subyektif seperti pusing dan gangguan penglihatan (Chapman dan charles, 2013).
(3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada primigravida berisiko untuk mengalami pre-eklampsia,serta adanya riwayat eklampsia pada
kehamilan sebelumnya.
(4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat gemeli dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia lebih dari dua kali lipat,sama dengan
halnya dengan memiliki riwayat mola hidatidosa, hidramnion, gestase, anemia sangat rentan
terjadipre eklampsia(Hani, 2011).

(5) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami pre eklampsia akan meningkatkan resiko 48 kali lipat.
(6) Riwayat Menstruasi
HPHT : .
HPL : ..
(7) Riwayat Kehamilan Sekarang
Masalah / keluhan hamil : pasien pre-eklampsia akan mengalami keluhan seperti nyeri
epigastrium, gangguan penglihatan, hipertensi saat kehamilan >20 minggu.
PNC : kunjungan ANC yang kurang dapat meningkatkan resiko terjadinya pre Eklampsia.
Imunisasi TT : berkaitan dengan proteksi bayi baru ;lahir dari tetanus neonatorum dan
melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
(8) Riwayat Penikahan
Menikah : .. kali
Lama pernikahan : .. tahun
(9) Riwayat Obstetri
Kehamilan : primi/multipara, berapa usia kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang lalu.
Persalinan : diskusi untuk mengetahui penolong persalinan yang lalu, jenis persalinan, spontan
belakang kepala, SC, forcep, Vakum, Tempat persalinan; penyulit yang menyertai misalnya
riwayat pre eklampsia pada kehamilan yang lalu.
Nifas : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi ibu ke bayi melalui ASI, berapa lam pemberian dan
penyulit yang menyertai.
Anak : jenis kelamin, BB/PB,kelainan konginetal dan komplikasi(icterus, status bayisaat lahir
hidup/mati), umur sekarang.
(10) Riwayat KB
Jenis kontrasepsi : ..
Lama Pemakaian : .. Berhenti Tahun : .
Keluhan/Masalah :

Menggunakan KB hormonal dapat memicu hipertensi pada klien yang memilki riwayat
hipertensi sehingga berisiko terjadi PE.
(11) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi : biasanya ibu PE diittinggi protein dan tinggi karbohidrat, ibu yang obesitas
meningkatkan resiko PE.
Eliminasi : intake/output ibu PE perlu di observasi untuk melihat adanya balance cairan.
Istirahat :pada ibu PE dianjurkan istirahat cukup yaitu dengan istirahat tirah baring 4 jam pada
siang hari dan 8 jam pada malam hari.

2) Data Obyektif
(1) Pemeriksaan umum
K/u : pada klien PE disa dikatakan baik maupun lemah tergantung terhadap kondisi klien
Kesadaran : Tingkat kesadaran menurut (Hani,2011) :
Composmentis : kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan.
Somnolen : tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri, tetapi jatuh tidur lagi.
Koma : tidak dapatbereaksiterhadap rangsangan apapun, reflek pupil terhadap
cahaya tidak ada.
Apatis : acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Pada kasu PE berat kesadaran ibu dapat
apatis dan paling baik composmentis.
Tanda-tanda vital :
TD: sistolik >160 mmHg, diastolic > 110 mmHg, Pada satu kali pemeriksaan.
Tekanan darah diastolic > 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan atau lebih
dengan jarak 4 jam dan kurang dari 7 hari.
S : normalnya 36,5 370C
Demam yang tinggi dapa mengarah ke kejang atau PE.
N : normalnya 80-100x/menit. Apabila terdapat kenaikan denyut nadi dapat
disebabkan oleh adanya peningkatan sensitifitas dari peredaran darah. Hal

tersebut merupakan akibat dari penyempitan pembuluh darah yang


mengarah pada PE.
RR : normalnya 20-25 x/menit.
BB : penambahan BB rata-rata 0,3-0,5 kg/mgg, 1 kg/ nilai normal untuk
penambahan BB selama kehamilan 9-12 kg. kenaikan BB1 kg atau dalam 1
minggu mengarah pada PE.
TB : normalnya > 145 cm.
(2) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, terkadang oedem
Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe, bendungan vena jugularis.
Payudara : payudara bersih, terjadi hyperpigmentasi aerola ka/ki, putting susu menonjol ka/ki,
kolostrum sudah keluar/belum.
Abdomen : Ada/tidak bekas SC. TFU . Cm, DJJ x/menit
Leopold I : untuk mengetahui TFU, bagian apa yang teraba di fundus.
Leopold II : untuk mengetahui letak punggung bayi.
Leopold III : untuk mengetahui presentasi janin.
Leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh bagian terendah yang masuk PAP.
Palpasi WHO : untuk mengetahui penurunan kepala janin.
DJJ : untuk mengetahui kesejahteraan janin, dan penurunan kepala janin.
Reflek patella : jika hasil reflek patella -/- maka kemungkinan pasien kekurangan B1 dan B6,
selain itu sebagai salah satu tanda PE.
Genetalia : untuk mengetahui pengeluaran lendir darah, ketuban +/Anus : adakah haemoroid atau tidak.
Ekstremitas : biasanya terdapat odem pada tangan ataupun kaki.
(3) Pemeriksaan Dalam
Tanggal. Jam.

Vulva/vagina : pengeluaran (lendir dan darah).


Porsio

: penipisan dan pelunakan

Effacement

: 0-100%

: 1-10 cm

Ketuban

: +/-

Bagian terendah : Kepala


Denominator : UUK, Os. Sacrum (normalnya UUK)
Hodge

: I-III

Molage

: 0-3 (normalnya tidak ada)

2. Identifikasi diagnosa dan Masalah Aktual


Diagnosa :
Ibu : G ... P ....., ... minggu, Inpartu Kala I/ II, Fase Laten/ Aktif
dengan Pre-eklampsia
Berat. Janin : Hidup/ mati, Tunggal/ kembar,Intra/ Ekstra Uteri, Presentasi Kepala/ Presentasi
Bokong, Keadaan janin baik/ lemah.
Masalah : kecemasan
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Menurut Prawiroharjo (2010; h. 359) diagnosa potensial yang terjadi padaibu hamil dengan preeklampsia berat apabila tidak segera mendapatkanpenanganan yang tepat dan berlangsung akan
menjadi : solusio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, kelainan mata, perdarahan otak,
edema, paru-paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, komplikasi lain antaralain
lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia aspirasi, DIC
(disseminated intravascular coogulation), prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra
uterin
5. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Pada kasus Pre-eklampsia Berat dapat dilakukan pemantauan terhadap ibu dan janin
antara lain :
1. Tekanan darah secara rutin setiap 15 menit

2. Keseimbangan cairan/ resusitasi cairana. Kanula


intravena harus
dipasang pada
semua ibu
yang menderita
pre-eklampsia
berat
untuk
pemberian
cairanb. Pemberian cairan secara oral tetap dianjurkan
3. Pemantauan DJJ.
4. Kontrol ulang protein urine, dan edema
5.Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi dan tindakanpersalinan
(Chapman&Charles. 2013; h. 317).
6. Intervensi
Dx : Ibu : G ... P ....., UK... minggu, Inpartu Kala I/ II, FaseLaten/ Aktif dengan Pre-eklampsia
Berat. Janin : Hidup/mati, Tunggal/ kembar, Intra/ Ekstra Uteri, PresentasiKepala/
Presentasi Bokong, Keadaan janin baik/ tidak
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan diharapkan PreEklampsia dapat ditangani dan
dapat dilakukan denganpersalinan normal sehingga kondisi ibu dan bayi lahirdengan
sehat.Kriteria hasil :
1. Keadaan umum : baik
2. TTV : Tekanan darah menurun minimal sampai dengan130/ 80 mmHg.
Nadi dalam batas normal (60-90 x/menit)
Pernapasan dalam batas normal (16-22 x/menit)
Suhu 36,5-370C
3. Edema : pada muka, kaki, tangan berkurang.
4. Proteinuria (-).
5. Lama kala 2 1 jam
6. Lama kala 3 30 menit
7. DJJ dalam batas normal (140-160 x/menit)
8. Persalinan berjalan lancar dengan tindakan
Intervensi diagnose
1. Berikan informasi kepada pasien tentang hasil pemeriksaan.R/ Pasien mengerti kondisi
kesehatannya. (Sulistyawati, 2010).

2. Beri pasien makan dan minum sesuai dengan kebutuhan.R/ Asupan nutrisi dan cairan yang
cukup dapat membantu ibu dalamproses persalinan yaitu menambah kekuatan ibu dalam
proses meneran.(Sulistyawati, 2010).
3. Observasi intake dan output pasien
R/ penderita pre-eklampsia berisiko tinggi terjadi edema paru dan oliguria
4. Lakukan pemasangan catheter folley
R/ upaya monitoring output pasien dan deteksi dini terjadinya oliguria
5. Observasi suhu setiap 2 jam pada fase laten dan 1 jam pada fase aktif,serta nadi, DJJ dan
kontraksi setiap 60 menit pada fase laten dan 30 menitpada fase aktif.
R/ Upaya memantau keadaan umum ibu dan kemajuan persalinan. (JNPK-KR, 2010)
6. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam
R/ memantau perkembangan kemajuan persalinan pada persalinan denganinduksi.
(Sulistyawati, 2010).
7. Observasi tekanan darah setiap 15 menitR/ Deteksi dini komplikasi pada ibu pre-eklampsia
8. Anjurkan ibu untuk diit tinggi protein dan rendah garam
R/ protein membantu pertumbuhan jaringan tubuh. Pembatasan konsumsigaram dapat
mencegah bertambahnya retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah.
9. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap dan kepala janin terlihat
didepan jalan lahir
R/ mengejan involunter tidak boleh dianjurkan sampai bagian presentasimuncul di
perineum.Mengejan aktif dikontraindikasikan, sebab tindakan ini mencakupmenahan nafas
yang lama dan terarah serta mendorong yang akanmengubah frekuensi denyut jantung.
(Chapman&Charles. 2013; h. 318).
10. Anjurkan ibu untuk tidak tidur dengan posisi terlentang
R/ menurut Sleep&Gueta (2004) dalam Chapman&Charles. (2013) posisiterlentang dapat
menekan aorta disertai mengurangi aliran darah menuju uterus dan ekstremitas
bawah.Posisi ini juga memperpanjang kala 2, menyebabkan penurunan kadaroksitosin di
dalam sirkulasi, menurunkan frekuensi dan kekuatan kontraksi,serta dapat menyebabkan
abnormalitas DJJ.

11. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi dan tindakan selanjutnya
R/ tepat obat,dosis dan tindakan.
12. Siapkan alat partus, set heacting , pakaian pasien dan pakaian bayi
R/ persiapan dalam menolong kelahiran bayi. (Sulistyawati, 2010)
6. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.(Sulistyawati, 2010).

7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari keseluruhan asuhan proses kebidanan. Evaluasi digunakan
untuk menilai asuhan yang diberikan sudah efektif, efiseien atau belum.

You might also like