Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Muhamad Ibnu Sina
NPM 14420158
SEMESTER 1 KELAS D
1.
2.
3.
4.
5.
penunjang lainnya,
Setiap kutipan harus diberikan sumber rujuakan,
Semua rujukan harus ditulis secara lengkap dibagian akhir jawaban Saudara.
Hasil kerja dikirim ke alamat e-mail : saminomartono@yahoo.co.id pada tgl 30
November 2014.
Soal:
1. Kabupaten X memiliki sebuah RS tipe B dan dua RS tipe C dan D. Selain itu memiliki
15 puskemas induk dan 3 rawat inap. Semua RS memiliki BOR yang cukup baik,
namun pada puskemas rawat inap pemanfaatanya sangat rendah (tidak sesuai
perencanaan yang ditentukan). Sementara puskesmas induk lainnya rata-rata
memiliki tingkat kunjungan relatif baik.
Pertanyaan :
a.
b.
c.
d.
e.
2. Secara makro bahwa derajat kesehatan bangsa Indonesia masih rendah. Berikan
contoh fakta-fakta mengenai hal itu, dan bagaimana agar hal itu segera meningkat
(gunakan pendekatan dengan teori HL Bloom atau yang sejenisnya).
3. Berbagai kebijakan untuk menggulangi masalahkesehatan telah diluncurkan. Misalnya
UU No. 24 tahun 2011. Sebagai tindak lanjut UU tersebut telah diluncurkan program
Kartu Indonesia Sehat. Apakah program tersebut mampu memberikan jaminan
masyarakat Indonesia menjadi sehat? Coba jelaskan bagaimana strateginya agar
masyarakat mampu meningkatkan derajat kesehatannya dengan pendekatan teori
Lawrence
Green.
individu/masyarakat.
Kaitkan
peranan
kebijakan
dengan
perubahan
perilaku
dan
eksternal
(peluang
dan
tantangan).
Berikut
ini
rendahnya
Adanya SDM medis yang memadai baik untuk medis, paramedis dan
b.2. Kelemahan
Dokter gigi.
Letaknya tidak strategis (terlalu dekat dengan pusat kota/ terlalu jauh
sehingga susah dijangkau masyarakat)
.
.
b.3. Peluang
b.4. Tantangan
d. Urutan masalah
1. Kurangnya tenaga medis
2. Sarana Kesehatan yang kurang memadai
3. Letak Puskesmas Rawat Inap yang tidak Strategis
4. Adanya praktek dokter umum/Balai Pengobatan
2
3
Pendekatan Pemecahan
Masalah
Kurangnya tenaga medis
2. Fakta tentang rendahnya derajat kesehatan di Indonesia yaitu status gizi yang masih
rendah.
Sampai
saat
ini
derajat
kesehatan
dan
status
gizi
yang
masih
rendahmerupakan masalah nasional setiap tahun. Sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu
menyusui menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh
kekurangan zat besi (Denia Afrianto, FK UI ,2009)
Pada pendekatan H.L Blum ini status kesehatan dapat di pengaruhi oleh tempat
faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Dalam masalah
gizi kurang ini tidak menggunakan faktor genetik karena tidak mempengaruhi gizi
kurang.
a. Perilaku
Menambah pengetahuan masyarakat tentang KADARZI dengan cara
meningkatkan penyuluhan mengenai KADARZI dengan penyebarluasan informasi
melalui media penyuluhan tradisional (wirit yasin, kegiatan PKK dan lain - lain) yang
ada diwilayah Puskesmas secara berkala dan berkesinambungan. Masih perlu
dilakukan sosialisasi secara merata tentang KADARZI serta indikator perilakunya
kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi terjadinya masalah gizi pada
balita
(Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk . Kemenkes RI, Jakarta.)
b. Lingkungan
Dari sisi lingkungan terdapat 3 lingkungan yaitu lingkungan fisik, ekonomi dan sosial.
b.1 lingkungan fisik terdiri dari keadaan rumah, air dan lingkungan bermain anak
(keadaan
rumah,
apakah
bersih
atau
tidak.
Kebersihan
rumah
sangat
obesitas
besar
kemungkinan
dipengaruhi
oleh
orang
tuanya/herediter
(Soekirman, 2000).
3. Kartu Indonesia sehat menurut saya mampu/bisa memberikan jaminan masyarakat
Indonesia menjadi
kalau saja
kesehatan.
Strategi agar masyarakat mampu meningkatkan derajat kesehatannya dengan
pendekatan teori Lawrence Green dalam kaitannya antara peranan kebijakan dengan
perubahan perilaku individu/masyarakat.
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, dan tradisi.
Misalnya, pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pembinaan Posyandu
berkaitan dengan perilaku seorang ibu yang mau membawa anaknya ke posyandu
karena tahu bahwa di posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk
mengetahui
pertumbuhannya.
imunisasai
untuk
b. Faktor-faktor
pemungkin
(enabling
factors)
yaitu
faktor-faktor
yang
kesehatan,
misalnya
puskesmas,
posyandu,
rumah
sakit,
tempat
tidak
bisa
lepas
hubungannya
dengan
dokter
selaku
pihak
yang
digolongkan
sebagai
konsumen
sedangkan
dokter
dan
rumah
sakit
digolongkan sebagai pelaku usaha dalam bidang kesehatan. Hal ini membawa
dampak bahwa aturan-aturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen juga berlaku dalam hubungan transaksi terapeutik
dokter dan pasien tersebut. Pengertian perlindungan konsumen terdapat dalam Pasal
1 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
keahlian
masyarakat,
yang
dikembangkan
perkembangan
ilmu
sesuai
dengan
pengetahuan
dan
kebutuhan
kesehatan
tuntutan
globalisasi
5. Jalur yang ditempuh jika terjadi perselisihan antara tenaga kesehatan dengan pasien
adalah
a. Avoidance (Menghindar)
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak
terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang
akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihakpihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi
b. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat
keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan
pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi
dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
d.Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang
dapat menguntungkan semua pihak.
e.Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai
tujuan
kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk
saling
2009)
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk . Kemenkes RI, Jakarta.
Rachmadsyah, Santi, 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Gajah Mada University Press
Samsuri, Selly,2009 Menejemen konflik dalam pelayanan kesehatan, Jakarta: Usaha
Nasional
Soekirman, 2000, Status Gizi Masyarakat, Pustaka Sinar Harapan; Jakarta
Shanti Dwi Kartika*, dimuat dalam Jurnal Negara Hukum Vol. 3 No. 1 Juni 2012
Teori H. L Blum. tersedia dalam http://wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-h-l-blum/
[diakses 20 Desember 2014] Safira.
Undang-Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Undang-Undang No 08 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit