You are on page 1of 19

BAB I

STATUS PASIEN
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
a.
b.
c.
d.

Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Alamat
Tanggal periksa

: Tn. B
: 18 tahun
: Laki-Laki
: Mahasiswa
: RT.17 Pematang Sulur
: 15 Desember 2015

Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga :


Status perkawinan
: Belum Menikah
Jumlah Saudara
:1
Status ekonomi keluarga
: Cukup
Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan ukuran 8x10m dengan
lantai terbuat dari semen. Didalam rumah terdapat 1 ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi dengan menggunakan WC
Jongkok. Sampah rumah tangga dibakar di samping rumah. Rumah
memiliki 4 jendela namun jarang dibuka. Sumber air untuk kebutuhan
sehari-hari berasal dari air sumur. Sumber air bersih berasal dari air isi

ulang.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, dan 1 saudara kandungnya.
Pasien tidur sekamar dengan adiknya
III.

Aspek psikologis di keluarga :


Baik

Depan Rumah
IV.

Ruang Dapur

Belakang rumah pasien

Anamnesa :
a. Keluhan utama :
Penglihatan kedua mata kabur
b. Riwayat perjalanan penyakit (autoanamnesis)
Sejak 3 bulan yang lalu pasien merasakan pandangan kabur pada
kedua mata. Pandangan kabur apabila membaca jarak jauh dan huruf
terlihat membayang. Keluhan terutama dirasakan pasien saat di
kampus duduk dibangku belakang tidak mampu melihat slide.
Pandangan seperti asap (-), nyeri pada mata (-), mata berair (-), kotoran
mata (-). Pasien memiliki kebiasaan membaca di tempat gelap dan
membaca buku sambl berbaring. Pasien juga mengeluh nyeri kepala
yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu. Sakit kepala terutama
dirasakan saat membaca tulisan yang jauh. Pandangan berputar (-),
gigi berlubang (-).

V.

VI.

Riwayat penyakit dahulu/keluarga :

Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.


Anggota keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Riwayat diabetes mellitus pada pasien maupun keluarga disangkal

Riwayat trauma pada mata disangkal


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan umum
Kesadaran
TB
BB
TD
Nadi
RR
Kepala
THT
Leher
Thorak
Paru :
Inspeksi

: Tampak sakit ringan


: Compos mentis
: 165cm
: 62kg
: 110/80
: 78 x/menit
: 18 x/menit
: Normocephal
:Dalam batas normal
: Pembesaran KGB (-)
:
: Simetris kiri dan kanan
2

Palpasi
Perkusi
Auskustasi

: Fremitus kiri dan kanan normal


: Sonor
: suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi
Palpasi

Perkusi
Auskultasi

Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: Iktus kordis tidak terlihat


: iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

: datar, venektasi (-), luka parut (-)


: BU (+) normal
: tidak dilakukan pemeriksaan
: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstermitas
Akral hangat, oedema (-), sianosis (-)

Status Oftalmologis
-

Posisi

: ortoforia

Pergerakan bola mata

: baik

Palpebra

: hiperemis (-), edema (-)

Konjungtiva

: Hiperemis (-), anemis (-)

Kornea

: Jernih, ulkus (-/-)

Sklera

: ikterik (-/-)

Pupil

: bulat, isokor, Refleks cahaya (+/+)

Lensa

: jernih (+/+)

Lapang pandang

: sama dengan pemeriksa (+/+)

Visus

: (6/60) (6/60)
3

VII.

Usulan pemeriksaan :
- Pemeriksaan koreksi dengan Snellen Chart dan lensa koreksi
- Funduskopi
- Autorefraktometer

VIII. Diagnosa
Kelainan refraksi ec. Miopia ringan ODS (H.52.1)
IX.

Diagnosa Banding
- Astigmatisma ringan (H.52.2)
- Hipermetropia (H.52.0)

X.

Manajemen
- Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai apa itu miopia, penyebab
miopia pada pasien dan menjelaskan tatalaksana yang akan
dilakukan.
Menerangkan bahwa pentingnya pencahayaan bagi kesehatan mata
saat membaca
Menjelaskan tentang kecocokan kaca mata yang diresepkan bias
berubah sewaktu-waktu karena perubahan struktur bola mata
Menjelaskan tentang pentingnya memakai kacamata koreksi dan
menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi bila tidak
memakai kaca mata
- Preventif
Jangan membaca di tempat yang gelap atau cahaya penerangan
yang kurang.
Jangan membanca dalam posisi berbaring atau tidur
Jangan menonton dalam posisi berbaring.
-

Kuratif
Non Farmakologi
Latihan akomodasi mata dengan cara setiap membaca

sekitar 20 menit, lalu istirahatkan mata dengan melihat jauh.


Latihan menggunakan pin hole

Farmakologi
1. Rujuk ke Spesialis mata

Tradisional :

Bahan :
Daun kelor 2-3 lembar
Madu 2 sendok teh
Air matang satu gelas
Cara pembuatan :
Tumbuk daun kelor sampai halus, , lalu masukkan dalam 1 gelah
air yang telah di campur dengan madu kemudia aduk
Minum satu kali satu gelas setiap mau tidur malam.
-

Rehabilitatif
Memakai kaca mata yang telah diresepkan
Latihan akomodasi mata setiap hari
Kontrol pemeriksaan visus minimal 1 kali dalam 1 tahun

Puskesmas Simpang IV Sipin


Dokter : Mulia Oloan
SIP : No.180/SIK/2015
STR:
222/STR/2015
Puskesmas
Simpang IV Sipin
Dokter : Mulia Oloan
Tanggal : Desember
SIP : No.180/SIK/2015
STR: 222/STR/2015
Tanggal : Desember

Pro
: An.B
Tn.B
Umur : 18
9 tahun
tahun
Alamat : Rt.
Pematang
02 Tambak
sulurSari

Puskesmas Simpang IV Sipin


Dokter : Mulia Oloan
SIP : No.180/SIK/2015
STR: 222/STR/2015
Tanggal : Desember

Pro
: Tn.B
Umur : 18 tahun
Alamat : Pematang Sulur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Miopia
Miopia adalah banyangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan
retina pada mata yang tidak berakomodasi. Miopia adalah anomali refraksi pada
mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam
kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana
cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan
retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa yunani muopia yang
memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat
jauh, istilah populernya adalah "nearsightedness.
B. Fisiologi Penglihatan
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,
pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous ,
lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi
cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh.
Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di
retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat,
pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua
bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa.
Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil),
dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas
empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan
udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan
antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan (4)
perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masing-masing
memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38,
humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan
bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat
sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat
berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya
terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai daya
bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan
oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama
dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks bias
udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal
bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total
hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata.
Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka
daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena
cairan yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda
dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung

permukaannya

dapat

mencembung

sehingga

memungkinkan

terjadinya

akomodasi.
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh
lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk
bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian
presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti
bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

C. Penglihatan pada miopia


Miopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke
bolamata titik fokusnya jatuh di depan retina.
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan
istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina

D. Patofisiologi
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu
kuat untuk panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang )
disebut sebagai miopia aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea
terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang
lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada
diabetes mellitus. Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke
anterior, misalnya pasca operasi glaukoma.
E. Klasifikasi Miopia
Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi
anomaly secara klinik, antara lain :
9

a) Miopia simplex / stasioner / fisiologik


Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian
berhenti. Tetapi dapat juga naik sedikit kemudian berhenti.
Dapat juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar
umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari Spheris 5.00
Dioptri atau Spheris 6.00 Dioptri. Tetapi jika dikoreksi
dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam penglihatan
normal
b) Miopia progresif
Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi
kelainan fundus yang khas unutk miopia tinggi ( miopia
lebih dari Spheris 6.00 D ).
c) Miopia maligna Disebut juga miopia patologis/degeneratif
karena disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam
bola mata ( lensa kristalin, coroid, badan siliar ).

Klasifikasi miopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu :
1) Miopia\axial
Miopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor
herediter, komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak
maupun karena konginetal. Selain itu juga bisa karena anak biasa
membaca dalam jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus
posterior yang paling lemah dari bolamata memanjang. Orang yang
berwajah lebar karena akan menyebabkan konvergensi berlebihan saat

10

melakukan

pekerjaan

dekat,

bendungan

karena

peradangan

atau

melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata disertai tekanan yang


tinggi. Miopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa.
Miopia axial merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media
refrakta lebih pendek dibanding sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini
jarak fokus media refrakta normal ( 2.6 mm ) sedangkan jarak sumbu
orbitnya > 22,6 mm. Menurut Plempius (1622) bahwa memanjangnya
sumbu orbit bolamata disebabkan karena kelainan anatomis. Sedangkan
Donders (1864) berpendapat bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata
itu disebabkan oleh karena sering mendapatkan tekanan otot pada saat
konvergensi. Sedangkan menurut Levinshon (1925) dikemukakan bahwa
memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering
melihat kebawah pada saat bekerja diruang tertutup sehingga terjadi
peregangan pada bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi bumi.
2) Miopia refraktif
Pada miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Menurut Albert E. Sloane, miopia refraktif dapat terjadi karena :
Kornea terlalu melengkung.
Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata
yang masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak

immatura, sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.


Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus

Melitus).
Menurut ilmu kedokteran bahwa miopia dapat disebabkan karena
kurang gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan
zat kimia (seperti kalsium dan vitamin), over koreksi pada

11

kacamata, dan memakai kacamata yang tidak sesuai dengan hasil


pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.
Klasifikasi miopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :

Miopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri Spheris -3.00

Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri Spheris -6.00

Miopia tinggi/berat : > Spheris -6.00 Dioptri

Dioptri

Dioptri

F. Gejala klinis
Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction,
bahwa gejala miopia adalah sebagai berikut :
a) Gejala tunggal paling penting miopia

adalah

penglihatan jauh yang buram.


b) Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan
bahwa

koreksi

kesa-lahan

miopia

yang

rendah

membantu mengurangi sakit kepala akibat asthenopia


(mata cepat lelah).
c) Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata
jika ia ingin melihat jauh, efek pinhole dari celah
palpebra membuat ia melihat lebih jelas.
d) Penderita rabun jauh biasanya suka membaca karena
mudah bagi mereka sebagai spekulasi yang menarik.
Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan
Refraksi dan Kacamata, bahwa gejala miopia

adalah: :

12

a) Bahwa penderita miopia yang dikatakan sebagai rabun


jauh akan mengatakan penglihatannya kabur juka
melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak dekat.
Gejala miopia secara umum :
Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang
dilihatnya dan saat melihat jauh selalu menyipitkan

matanya.
Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien
akan melihat obyek dengan warna dasar merah lebih

terang.
Bola mata agak menonjol
Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau
benang-benang

hitam

(disebut

floter) di

lapang

pandangnya .
Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau

biasanya disebut dengan asthenopia (mata cepat lelah).


COA ( Camera oculi anterior ) dalam, karena jarang

dipakainya otot-otot akomodasi.


Pupil relatif lebih lebar akibat kurangnya akomodasi

( medriasis ).
Corpus vitreum cenderung keruh.
Kekeruhan di polus posterior lensa.
Menjulingkan mata.
Stafiloma posterior fundus tigroid di polus posterior

retina
Pendarahan pada corpus vitreum.
Predisposisi untuk ablasi retina.
Atropi berupa kresen miopia.
Ekspresi melotot.

G. Diagnosa

13

Untuk

mendiagnosis

miopia

dapat

dilakukan

dengan

beberapa

pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

Refraksi Subyektif

Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi


Subyektif, metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan
setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan
terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata Bila
visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan lensa sferis
negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka
pasien dikatakan menderita miopia, apabila dengan pemberian lensa sferis negatif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif
memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita
hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa


mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan
retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif
sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (komputer)

14

Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan


menggunakan komputer.
H. Komplikasi
Ablasio retin a terutama pada miopia yang tinggi.
Sranbismus
Ambliopia.12
I. Penatalaksanaan
1. Pemberian lensa spheris konkaf ( - )
Penderita miopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
spheris konkaf ( - ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam
penglihatan terbaik. Karena dengan koreksi lensa spheris konkaf (-) terkecil orang
miopia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina tanpa akomodasi.
Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena
itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada
miopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata.

15

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata miopia


ditentukan dengan cara

trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan

sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih
lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.
Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga
bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri
agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.
2. Pemakaian lensa kontak
Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan
pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan miopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Tergantung dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali
beruba-ubah, penurunan miopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien,
dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00
dioptri. Beberapa dari penurunan ini

terjadi antara 4-6 bulan pertama dari

program orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki


beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat

pemerataan kornea

secara menyeluruh. Dengan followup yang cermat, orthokeratology akan aman


dengan prosedur yang efektif. Meskipun miopia tidak selalu kembali pada level

16

dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari
adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.
3. Pembedahan/operatif
a) Radial Keratotomy
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea
dengan cara membuat sayatan pada kornea.
b) Photorefractive Keratectomy
Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea
dengan cara memotong permukaan depan kornea. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Excimer
Laser.
c) LASIK
Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada
Lasik ini sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang
lainnya yaitu mengurangi kelengkungan daripada kornea
hanya saja berbeda dalam tehnis, yaitu lebih sempurna
dengan menggunakan tehnis laser secara mutlak.

BAB III
ANALISIS KASUS
A. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah yang berlantai semen dengan sumber
pencahayaan yang kurang. Saat membaca cahaya dibutuhkan agar mata tidak
terlalu berat memfocuskan bayangan yang diterima. Cahaya yang kurang akan
menyebabkan mata lebih ekstra dalam memfocuskan bayangan sehingga akan
menimbulkan gangguan pada struktur mata yaitu miopia. Jadi, pada pasien ini,
keadaan rumah pasien khususnya pencahayaan yang kurang memilki hubungan
yang erat dengan miopia yang diderita oleh pasien.
B. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga

17

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga. Aspek


psikologis dalam keluarga pasien tidak memiliki hubungan dengan miopia yang
diderita oleh pasien.
C. Hubungan kebiasaan pasien dalam keluarga dengan diagnosis
Kebiasaan pasine yang membanca di tempat yang gelap dan membaca
sambil tiduran merupakan factor penyebab miopia yang diderita oleh pasien.
D. Analisis kemungkinan penyebab penyakit pada pasien

Membaca di tempat yang remang/gelap

Membaca sambil berbaring


E. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan
penyakit :

Untuk menghindari faktor memperberat miopia pada pasien ini adalah :

Menghindari membaca di tempat yang gelap/remang

Menghindari membaca/menonton sambil tiduran

Menggunakan secara rutin kaca mata yang diresepkan untuk mencegah


miopia semakin berat

Memeriksaan visus minimal 1 kali dalam setahun untuk mendapatkan kaca


mata yang tepat untuk pasien

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaoughan et all, Optalmology Umum.edisi 14.Widya Medika.2000.
2. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI
3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta: FKUI
4.

Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1 Media
Aesculapius. Jakarta, FK UI

5. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.

19

You might also like