You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

Katarak Senilis

Pembimbing :
dr. Michael I. L. , SpM.
Disusun oleh:
Nanda Cendikia
NIM : 11 2014228
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RS. FMC, SENTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Rabu / 23-12-15 / Katarak Senilis
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit FMC SENTUL
Tanda Tangan
Nama

: Nanda Cendikia

NIM

: 11.2014.228

Dr.Pembimbing

: dr.Michael I. L. SpM

.............................
..

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS
Nama

: Ny. RH

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 74 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Alamat

: Kampung mandala RT 01/02

Tanggal pemeriksaan : 16\

II.

ANAMNESA
Anamnesis

: Autoanamnesis & Alloanamnesis

Keluhan utama

: Penglihatan buram pada mata kanan dan kiri sejak 10


tahun yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan keluhan penglihatan buram
pada mata kiri dan terlebih di mata kanan sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengaku
menggunakan kaca mata untuk melihat jarak jauh, dan bila dipakai penglihatan akan
sedikit lebih terang, namun penglihatan buram tetap ada.
Selain penglihatan buram, pasien juga mengeluh seperti ada penghalang jika pasien
melihat ke bawah, gatal dan mengganjal pada kedua matanya sewaktu-waktu.
Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 4 tahun yang lalu dan riwayat
hipertensi. Riwayat alergi dan riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit keluarga

Ke dua anak pasien memakai kaca mata untuk jarak jauh, sedangkan suaminya
memakai kaca mata baca.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
a.

Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

:150/100 mmHg

Nadi

: 78 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Laju pernafasan

: 18x/menit

Kepala

: Normocephal, tidak terdapat deformitas

Telinga

: Discharge (-)

Hidung

: Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Mulut

: Karies gigi (-)

Leher

: Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran

Thorax

b.

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen

: datar, supel, massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) N.

Ekstremitas

: Hangat, udema -/-, deformitas (-)

Status oftalmologis

KETERANGAN

OD

OS

Tajam penglihatan

0,5/60 PH tidak maju

0.16 PH 0,25

Koreksi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Addisi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Distansia Pupil

62/60mm

1. VISUS

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. SUPERSILIA

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema

Tidak Ada

Tidak Ada

Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Ektropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Entropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Blefarospasme

Tidak Ada

Tidak Ada

Trikiasis

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis

Tidak Ada

Tidak Ada

Folikel

Tidak Ada

Tidak Ada

Papil

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

Hordeolum

Tidak Ada

Tidak Ada

Kalazion

Tidak Ada

Tidak Ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi konjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi siliar

Tidak Ada

Tidak Ada

Perdarahan subkonjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Pterigium

Tidak Ada

Grade II

Pinguekula

Tidak Ada

Tidak Ada

Nevus pigmentosus

Tidak Ada

Tidak Ada

Kista Dermoid

Tidak Ada

Tidak Ada

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak Ada

Tidak Ada

Nyeri Tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

Ukuran

12 mm

12 mm

7. SKLERA

8. KORNEA

Sensibilitas

Baik

Baik

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Keratik Presipitat

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Ada

Ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Kedalaman

Dangkal

Dangkal

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Coklat

Coklat

Kripte

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

Letak

Sentral

Sentral

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

5 mm

5 mm

Refleks cahaya langung

9. BILIK MATA DEPAN

10. IRIS

11. PUPIL

Refleks cahaya tidak langsung +


12. LENSA
Kejernihan
Keruh

Letak

Ditengah

Ditengah

Tes Shadow

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Positif sangat suram

Positif suram

1. Bentuk

Sulit dinilai

Sulit dinilai

2. Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

3. Batas

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Keruh

13. BADAN KACA


Kejernihan
14. FUNDUS OKULI
a. Reflex fundus
b. Papil

1. Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

2. C/D Ratio

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

3. Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

4. Perdarahan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

1. Exudat

Sulit dinilai

Sulit dinilai

2. Sikatriks

Sulit dinilai

Sulit dinilai

3. Refleks fovea

Positif suram

Positif suram

4. Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

5. Pigmentosa

Sulit dinilai

Sulit dinilai

15. PALPASI
Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Massa tumor

Tidak Ada

Tidak Ada

Tensi okuli (digital)

N+

N+

Tonometer Non-contact

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

c. A/V Ratio
d. Retina

e. Makula lutea

16. KAMPUS VISI


Tes konfrontasi

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tanggal 02/12/15
Glukosa Darah

V.

Glukosa Darah Puasa

: 185 mg/dL

(normal 70-110)

Glukosa Darah 2 jam PP

: 302 mg/dL

(normal 70-140)

RESUME:
Pasien datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan keluhan penglihatan buram
pada mata kanan dan kiri sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengaku menggunakan kaca
mata untuk melihat jarak jauh, dan bila dipakai penglihatan akan sedikit lebih terang,
namun penglihatan buram tetap ada. Pasien juga mengeluh seperti ada penghalang jika

pasien melihat ke bawah, gatal dan mengganjal pada kedua matanya sewaktu-waktu.
Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 4 tahun yang lalu dan riwayat hipertensi.
Ke dua anak pasien memakai kaca mata untuk jarak jauh, sedangkan suaminya
memakai kaca mata baca.
Pada pemeriksaan fisik didapati pada OD, visus 0.5/60 PH tidak maju, shadow test (-).
Pada OS, visus 0.16 PH 0.25, shadow test (+). Funduskopi pada mata kanan; reflex
fundus (+) sangat suram, lain-lain sulit dinilai. Pada mata kiri; reflex dundus (+) suram,
lain-lain sulit dinilai.

VI.

DIAGNOSIS KERJA:
OD: Katarak Senilis Matur
OS: Katarak Senilis Imatur

VII.

DIAGNOSIS BANDING
-

VIII.

Miopia
Presbiopia

PENATALAKSANAAN:
1. Non Medikamentosa:

- Edukasi penyakit katarak


- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet rendah gula.
2. Tindakan operasi :

- OS: Fakoemulsifikasi + IOL.

PROGNOSIS

a.

Ad vitam: ad bonam

b.

Ad fungsionam: ad bonam

c.

Ad sanationam: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Katarak
Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Biasanya berkaitan dengan usia,
tapi bias juga kongenital atau karena trauma. Katarak merupakan penyebab kebutaan di
dunia. Katarak ditandai dengan terjadinya edema lensa, perubahan protein, peningkatan
proliferasi, dan kerusakan kesinambungan serabut-serabut lensa. Secara umum edema lensa
berkaitan langsung dengan perkembangan katarak.1
Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh
zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor
aquaeus;

disebelah

posteriornya,

vitreus.

Kapsul

lensa

adalah

membran

yang

semipermeabel(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan
elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih
tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus
diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas.1
Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4 pada sentral
dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang mengelilinginya.
Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari
sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata4. Lensa terdiri dari 65% air dan
35% protein (tertinggi kandungan nya di antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral.
Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, atau saraf pada lensa.1
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi
ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina.
Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula
berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan
10

benda jatuh pada retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan
bertambahnya usia.1
Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly
geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau kaca
pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.1
Katarak Senilis
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang
paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun.
Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata
lainnya.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu terkena
katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,
Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia munculnya
katarak.
Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan penumpukan
molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang menyebabkan terjadinya
penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan. Sianat dalam rokok juga
menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

Patofisiologi
Aging proses
Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata
yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait usia multifactor
11

dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan
ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical
berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan pergeseran
(nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat
modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari
agregasi protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang
menyebar, penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga
menghasilkan progressive pigmentasi. Perubaha lain pada katarak terkait usia pada lensa
termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.
Tiga tipe katarak terkait usia berdasarkan morfologinya adalah nuclear, kortical, dan
subkapsular posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe juga
ditemukan.
Katarak Nuklear
Pada dekade keempat dari kehidupan, tekanan yang dihasilkan dari fiber lensa
peripheral menyebabkan pemadatan pada seluruh lensa,terutama nucleus. Nucleus member
warna coklat kekuningan (brunescent nuclear cataract). Ini menjadi batas tepi dari coklat
kemerahan hingga mendekati perubahan warna hitam diseluruh lensa (katarak hitam). Karena
mereka meningkatkan tenaga refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia lentikular
dan kadang-kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan
diplopia monocular.
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakanakan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah. Katarak
nuclear sering dihubungkan dengan perubahan pada kortek lensa. Ini penting untuk dicatat
bahwa pasien dengan katarak kortikal cenderung untuk hyperopia dibandingkan dengan
pasien dengan katarak nuclear.
Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip-lamp dengan
midriasis maksimum:

12

Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical sempit yang kecil.
Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya.
Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat diantara fiber.
Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu zona cairan diantara
lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal).
Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari lensa peripheral
seperti jari-jari roda.
Posterior Subcapsular Katarak (PSCs)
Merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau,
pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun. Banyak
ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.2
Stadium Katarak Senilis
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan
hipermatur.
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan
oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.

2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi
penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

13

degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn
iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan
normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
menyebabkan myopia lentikular
4. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,
sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif.
5. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan
berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein
lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena
di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma
karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan /
protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.3
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senil.3
Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

14

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Cairan Lensa

Normal

Bertambah (air Normal

Berkurang

masuk)

lensa keluar)

Iris

Normal

Bilik

Seluruh

Masif

Terdorong

Normal

Tremulans

Mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

(air+masa

Depan
Sudut
Mata
Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+glaukoma

Katarak metabolik (Diabetes mellitus)


Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan dari lensa, refraktif index dan
kemampuan akomodasi. Jika glukosa darah meningkat, juga meningkatkan komposisi
glukosa dalam humor aqueous. Glukosa pada aqueous juga akan berdifusi masuk ke dalam
lensa, sehingga komposisi glukosa dalam lensa jug akan meningkat. Beberapa dari glukosa
akan di konfersi oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol. Yang mana tidak akan
dimetabolisme tetapi tetap di lensa.
Setelah itu, perubahan tenakan osmotik menyebabkan infux cairan ke dalam lensa,
yang menyebabkan pembengkakan lensa. Fase saat terjadinya hidrasi lenti dapat
memnyebabkan perubahan kekuatan refraksi dari lensa. Pasien dengan diabetes bisa
menyebabkan perubahan refraksi. Pasien dengan diabetes dapat terjadi penurunan
kemampuan akomodasi sehingga presbiop dapat terjadi pada usia muda.
Katarak adalah penyebab tersering kelainan visual pada pasien dengan diabetes.
Terdapat 2 tipe klasifikasi katarak pada pasien tersebut. True diabetic cataract, atau snowflake
cataract, dapat bilateral, onset terjadi secara tiba tiba dan menyebar sampai subkapsular lensa,
tipe ini biasa terjadi pada usia dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. kekeruhan
menyeluruh supcapsular seperti tampilan kepingan salju terlihat awalnya di superfisial
anterior dan korteks posterior lensa. Vacuola muncul dalam kapsul lensa. Pembengkakan dan
kematangan katarak kortikal terjadi segera sesudahnya. Peneliti percaya bahwa perubahan
metabolik yang mendasari terjadinya true diabetic cataract pada manusia sangat erat

15

kaitannya dengan katarak sorbitol yang dipelajari pada hewan percobaan. Meskipun true
diabetic cataract jarang ditemui pada praktek klinis saat ini, Setiap dilaporkannya katarak
kortikal matur bilateral pada anak atau dewasa muda sebaiknya diwaspadai oleh klinisi
kemungkinan diabetes mellitus.
Tingginya resiko katarak terkait usia pada pasien dengan diabetes mungkin akibat dari
akumulasi sorbitol dalam lensa, berikutnya terjadi perubahan hadration dan peningkatan
glikosilasi protein pada lensa diabetic.2
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
16

perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco)
maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan
sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang
lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.1,2
LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN
Lensa Intra Okular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat
visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau multifocal. Lensa monofocal atau
Multifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian lensa mata yang rusak.

IOL monofokal
IOL

monofokal

yang

berarti

mereka memberikan

visi pada

satu jarak saja

(jauh,

menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa kontak untuk
membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL multifocal

17

IOL

multifokal

menawarkan

kemungkinan

melihat dengan

baik

pada lebih

dari

satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.2,4

DAFTAR PUSTAKA
1.

Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. 1st ed. Yogyakarta: Bagian ILmu Kesehatan
Mata FK UGM. 2007.h. 11-13, 87-95.

2.

Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.


Jakarta:ECG.2010

3.

Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta:Badan penerbit FKUI. 2010.
h.205-207

4.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed. Saunders.20
18

19

You might also like