You are on page 1of 20

Bagian Obstetri dan Ginekologi

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun Oleh :
Muhammad Ilham Juraij
N 111 13 007
Pembimbing Klinik :
dr. Ni Made Astijani Giri, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah
kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup
janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada
trimester pertama.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda. Di masa
lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik
yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang.
Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah
utama dalam bidang obstetri. Dalam dua dasawarsa ini terjadi peningkatan angka
kejadian kehamilan ektopik terganggu. Walaupun demikian, angka kejadian
kehamilan ektopik terganggu masih sulit untuk diperkirakan secara tepat.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun
uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik

adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang


panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai
progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat. Berikut ini dilaporkan sebuah kasus dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
di RSUD Undata Palu.

BAB II
STATUS OBSTETRI

Tanggal Pemeriksaan : 17-12-2014


Jam

: 13.30 WITA

Ruangan

: Kamar Bersalin RSUD Undata

A. IDENTITAS
Nama

: Nn. L

Nama Ibu

: Ny. S

Umur

: 18 tahun

Umur

: 40 tahun

Alamat

: Jl. Tg. Pesik

Alamat

: Jl. Tg. Pesik

Pekerjaan

: Pelajar

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Kristen

Agama

: Kristen

Pendidikan

: SMP

Pendidikan

: SMA

B. ANAMNESIS
G1 P0 A0

Usia Kehamilan : 5 minggu

HPHT : 14-11-2014

Menarche

: 13 tahun

TP

Perkawinan

: Belum kawin

: 21-08-2015

Keluhan Utama

: Nyeri perut bagian bawah

Rw. Penyakit Sekarang

: Pasien baru masuk dengan keluhan nyeri perut

bagian bawah sejak 4 hari yang lalu dirasakan


memberat bila ditekan disertai perdarahan sedikitsedikit keluar dari jalan lahir sejak 4 hari yang lalu.
Pasien sudah tidak mengalami haid sejak sebulan
yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat trauma
atau jatuh sebelumnya atau pun memijat perutnya.
Buang air kecil lancar, tidak ada nyeri (-). BAB
biasa. Mual (-) muntah (-), demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu

: Tidak ada riwayat sakit seperti ini sebelumnya,


tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya, tidak ada
riwayat diabetes mellitus.

Riwayat Obstetri

: Tidak ada.

Riwayat ANC

: belum pernah

Riwayat Imunisasi

: Tidak ada.

C. PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Sedang

Tek. Darah

: 110/60 mmHg

Kesadaran

: Kompos mentis

Nadi

: 82 x/menit

BB

: 50 Kg

Respirasi

: 26 x/menit

TB

: 156 cm

Suhu

: 37,1 C

Kepala Leher

Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),


pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax

I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)


P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar SIC
VII linea mid-clavicula dextra, batas jantung dalam batas normal.
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni reguler.
Abdomen

I : Bentuk simetris, luka bekas operasi (-)


A : Bising usus normal
P : Timpani
P : Nyeri tekan (+), massa (-), defans muscular (+)
Ekstremitas :
Edema ekstremitas bawah -/-

D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

: pembesaran abdomen (-),


bekas operasi (-)

Palpasi

: tidak teraba pembesaran uterus (TFU tidak teraba).


Terdapat nyeri tekan (+) pada daerah perut bagian bawah

Pemeriksaan Dalam

Vaginal Toucher
V/V

: Tidak ada kelainan

Portio

: Licin dan nyeri goyang (+)

Corpus uteri

: Sulit dinilai

Adneksa parametrium

: Sulit dinilai

Cavum douglas

: Menonjol

Pembukaan

: Seujung jari

Pelepasan

: Darah merah kehitaman

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap:
WBC : 8,5 x 106/mm3
HGB : 7,4 gr/dL
HCT

: 22,6 %

PLT

: 293 x 103/mm3

RBC

: 2,78 x 106/mm3

Urine:

Plano test : Positif

USG :

Kesan: Kehamilan Ektopik Terganggu

F. RESUME
Pasien perempuan G1P0A0 gravid 5 minggu usia 18 tahun datang dengan
keluhan nyeri akut abdomen, nyeri jika ditekan, perdarahan pervaginam sedikitsedikit, amenorea (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang,
Tek. Darah: 110/60 mmHg, Nadi: 82x/menit, Respirasi: 26x/menit, Suhu: 37,1C.
Konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen suprapubik, defans muscular (+). Pada
pemeriksaan VT didapatkan nyeri goyang portio (+), cavum douglas menonjol
(+). Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan. WBC : 8,5 x 106/mm3;

HGB: 7,4 gr/dL; HCT: 22,6 % ; PLT: 293 x 103/mm3 ; RBC: 2,78 x 106/mm3.
Plano test positif. Dari pemeriksaan USG kesan kehamilan ektopik terganggu.

G. DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 5 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu + anemia

H. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 28 tpm
Transfusi darah 1 kantong WB
Periksa Hb serial
Periksa EKG

FOLLOW UP
Tanggal : 18 Desember 2014
Pukul 17.00 WITA
Pemeriksaan darah lengkap:
WBC : 8,8 x 106/mm3
HGB : 8,6 gr/dL
HCT

: 26,3 %

PLT

: 283 x 103/mm3

RBC

: 3,18 x 106/mm3

Pasien masuk ke ruang operasi


Dilakukan laparotomi
Diagnosis pre-operasi

: Kehamilan ektopik terganggu

Diagnosis post-operasi

: Kehamilan ektopik terganggu, ruptur tuba pars


infundibulo sinistra

Lama operasi

: 60 menit

Laporan operasi

Tindakan

: Fimbriektomi sinistra

Insisi pfanenstiel hingga cavum abdomen.


Tampak cairan bercampur darah dan stlsel, dibersihkan dan hisap sampai ovarium

dan tuba fallopi dapat diidentifikasi.


Tampak fimbriae sinistra robek kemudian dieksisi dan diligasi, kontrol

perdarahan.
Identifikasi tuba dan ovarium dekstra tampak dalam batas normal.
Eksplorasi kavum abdomen, bersihkan dari sisa-sisa stolsel.
Jahit abdomen lapis demi lapis.
Jahit kulit secara subkutikuler.
Operasi selesai.

A : Kehamilan ektopik terganggu post laparotomi


P : IVFD RL : futrolit = 1:1 28 tetes
Ceftriaxon 1 gr/8jam/iv
Drips metronidazole 0,5 gr/8jam
Ketorolac 1 amp/8jam/iv
Ranitidine 1 amp/8jam/iv
Asam tranexamat 1 amp/8jam/iv
Cek Hb 2 jam post op, transfusi bila < 8 mg/dl

Tanggal : 19 Desember 2014


Pukul 07.00 WITA
S : nyeri pada luka post operasi
O:

KU

: Baik

Tensi

: 100/70 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Nafas

: 18 x/menit

Suhu

: 36,5 0C

Mata

: Anemis (+/+), ikterik (-/-)

Abdomen

: verban (+) rembesan (-)

PPV

: (-) darah

Ekstremitas

: oedem (-)

WBC

: 10,5 x 106/mm3

HGB

: 9,0 gr/dL

HCT

: 27,6 %

PLT

: 258 x 103/mm3

RBC

: 3,26 x 106/mm3

A : post laparotomi hari ke-1 a.i. kehamilan ektopik terganggu


P : SF 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Aff kateter
Mobilisasi
Tanggal : 20 Desember 2014
Pukul 07.00 WITA
S : nyeri pada luka post operasi
O:

KU

: Baik

Tensi

: 100/60 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 37,8 0C

Mata

: Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Abdomen

: verban (+), rembesan (-), jahitan kering (+)

PPV

: (-) darah

Ekstremitas

: oedem (-)

A : post laparotomi hari ke-2 a.i. kehamilan ektopik terganggu


P : SF 2x1 tab

Parasetamol 3x1 tab


Cefadroxil 2x1 tab
Ganti perban
Mobilisasi

Tanggal : 22 Desember 2014


Pasien Pulang.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis diketahui bahwa pasien (G1 P0
A0) usia 18 tahun dengan keluhan berupa nyeri perut bagian bawah sejak 4 hari
yang lalu dirasakan memberat bila ditekan disertai perdarahan sedikit-sedikit

keluar dari jalan lahir sejak 4 hari yang lalu. Pasien sudah tidak mengalami haid
sejak sebulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat trauma atau jatuh
sebelumnya atau pun memijat perutnya. Buang air kecil lancar, tidak ada nyeri (-).
BAB biasa. Mual (-) muntah (-), demam (-).
Hal tersebut diatas telah sesuai dengan manifestasi klinis dari kehamilan
ektopik terganggu, dimana gejala kehamilan ektopik terganggu yang biasa timbul
adalah amenorea, perdarahan pervaginam, nyeri tekan abdomen dan pelvis, dan
tanda-tanda akut abdomen. Amenorea kadang dijumpai pada hamil muda dan
gejala hamil lainnya. Sekitar seperempat wanita tidak melaporkan amenorea,
mereka menyalahkan perdarahan uterus yang sering terjadi pada kehamilan tuba
sebagai menstruasi yang sebenarnya sehingga hal ini dipastikan dengan plano test
dengan hasil positif.. Ketika dukungan endokrin untuk endometrium menurun,
perdarahan biasanya sedikit, bewarna coklat tua, dan dapat intermiten atau
kontinu. Meskipun perdarahan per vaginam yang banyak lebih sugestif untuk
abortus inkomplet daripada kehamilan ektopik, perdarahan semacam itu kadang
kala ditemukan pada kehamilan tuba.
Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya
rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat dikacaukan dengan
abortus biasa. Bila tejadi ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
membahayakan jiwa si ibu. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba tiba di perut,
seperti diiris dengan pisau dan disertai muntah dan bisa jatuh pingsan. Selain itu
juga akan timbul tanda-tanda akut abdomen seperti nyeri tekan yang hebat

(defiance musculer), muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi
rendah atau tidak terukur (syok).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, pada abdomen
terdapat nyeri tekan abdomen (+), serta defans muscular (+). Pada pemeriksaan
VT teraba porsio licin dan nyeri goyang, pembukaan seujung jari dan cavum
douglas, pelepasan darah merah kehitaman. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Rbc: 2.78x106/mm3, Wbc: 8.5x103/mm3, Plt: 293x103/mm3, Hb: 7.4
g/dL, Hct: 22.6 %.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak anemis didukung oleh hasil
laboratorium (Hb: 7.4 g/dL) yang menunjukkan keadaan anemia. Anemia
menunjukkan perdarahan yang dialami pasien cukup banyak sehingga
menimbulkan gangguan hemodinamik. Sedangkan hasil pemeriksaan VT pasien
ini yang semakin mengarahkan diagnosis pada kehamilan ektopik terganggu yaitu
adanya nyeri goyang portio dan hematokel retrouterina ditandai dengan
penonjolan cavum douglas dan tanda pasti dengan melakukan kuldosentesis.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu dalam kasus ini dipastikan dengan hasil
ultrasonografi dengan adanya gambaran kantong gestasi pada area tuba.
Untuk

kasus

kehamilan

ektopik

terganggu

sebaiknya

dilakukan

kuldosentesis untuk mengetahui isi dari cavum douglas. Cara ini dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam kavum douglas ada darah atau cairan lain. Cara ini
tidak digunakan pada kehamilan ektopik belum terganggu.

Untuk interpretasi hasil sebagai berikut:


a. Positif, apabila dikeluarkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang
tidak membeku atau yang berupa bekuan kecil-kecil. Darah ini menunjukkan
adanya hematokel retrouterina. Untuk memudahkan pengamatan sifat darah,
sebaiknya darah yang diisap disemprotkan pada kain kasa.
b. Negatif apabila cairan yang diisap bersifat :
- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau
-

kista ovarium yang pecah.


Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang

apendiks yang pecah.


Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku,

darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.


c. Non diagnostik, apabila pada pengisapan tidak berhasil dikeluarkan darah
atau cairan lain.
Hasil positif palsu dijumpai pada 5-10% kasus yang disebabkan oleh karena
korpus luteum yang rupture, abortus inkomplit, menstruasi retrograde atau
endometriosis. Hasil negative palsu dijumpai pada 11-14% kasus oleh karena
banyaknya darah dalam kavum douglas amat sedikit.
Pada pasien ini, beberapa hal yang mungkin menjadi faktor risiko terjadinya
kehamilan ektopik yaitu:

1.

Faktor dalam lumen tuba :


-

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping,


sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu

Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk lekuk dan
hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping

2.

Faktor pada dinding tuba :


-

Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang


dibuahi dalam tuba

Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat


menahan telur yang dibuahi di tempat itu.

3.

Faktor di luar dinding tuba


-

Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat


menghambat perjalanan telur.

4.

Faktor lain :
-

Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba


kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus , pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur.

Faktor hormonal

Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat


mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan
dapat menyebabkan terjadinya ektopik.
-

Faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan

ektopik.
Koitus pada umur muda 18 tahun kebawah sebagai faktor yang bisa
dipastikan.

Pada kasus ini terjadi rupture tuba pada pars infundibulo sinistra. Beberapa
tempat yang terjadi pada kehamilan ektopik tampak pada gambar berikut.

Produk konsepsi yang melakukan invasi dapat menyebabkan tuba pecah


pada beberapa tempat. Jika tuba ruptur pada minggu-minggu pertama kehamilan,
biasanya implantasi terjadi di ismus, jika implantasi terjadi di pars intertitial,
ruptur terjadi agak lebih lambat. Ruptur umumnya terjadi spontan, tetapi dapat
pula disebabkan oleh trauma akibat koitus dan pemeriksaan bimanual.

Saat ruptur semua hasil konsepsi keluar dari tuba, atau jika robekan tuba
kecil, perdarahan hebat dapat terjadi tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dari
tuba. Jika hasil konsepsi keluar ke rongga abdomen pada awal kehamilan,
implantasi dapat terjadi di daerah mana saja rongga abdomen, asal terdapat
sirkulasi darah yang cukup sehingga dapat bertahan dan berkembang. Namun hal
tersebut jarang terjadi. Sebagian besar hasil konsepsi berukuran besar dapat
tertahan di kavum Douglasi membentuk massa yang berkapsul atau mengalami
kalsifikasi membentuk lithopedon.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dept. Of Health and Human Sevices office on Womens health. Ectopic


pregnancy. Edisi 2012. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ectopicpregnancy.html
2. Hauth. C. John, dkk: Kehamilan ektopik, Obstetri Williams, Ed 21, vol 2, 982
1013, 2006
3. Epidemiologi dan Patofisiologi KET. Diunduh dari www.unsri.ac.id.
4. Manuaba I.B.G, Manuaba I.B. Chandranita. Kehamilan ektopik : Pengantar
Kuliah Obstetri. 2007.
5. Mochtar. R, Lutan. D. Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik) : Sinopsis
Obstetri. Edisi kedua. 1998.
6. Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung: Eleman. 1983.
7. Sepllan VP. Ectopic Pregnancy. Edisi 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/2041923-overview, 30 Oktober 2014.
8. Wiknosastro H. Kehamilan Ektopik. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachmihadhi T, dalam Ilmu Kebidanan edisi kedua, cetakan keempat, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.2005.

You might also like