You are on page 1of 70

TANDA DAN GEJALA MASALAH ELIMINASI SISA METABOLISME DAN SISA

PENCERNAAN
TANDA DAN GEJALA MASALAH ELIMINASI
SISA METABOLISME DAN SISA PENCERNAAN
Kebutuhan Eliminasi
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (sisa metabolisme) dan
elimiasi alvi/kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan)
Kebutuhan Eliminasi Urine
Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Peranan masing-masing organ tersebut diantaranya:
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas
ginjal sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah
untuk di buang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh
tubuh.
B. kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang
berfungsi sebagai penampung air seni / urine.
C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
Fungsi uretra pada wanita mempunyai fungsi berbeda denagn yang terdapat pada
pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sisitem
reproduksi berukuran panjang 20 cm, sedangkan pada wanita memiliki panjang 46,5 cm san hanya berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.

1.
2.
a.
b.

Komposisi urine:
air (96 %)
larutan (4 %)
larutan organik (urea, amonia, kreatin dan asam urat)
laarutan anorganik (natrium, klorida, kalium,sulfat)

Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1.

diet dan asupan (intake)

jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah
urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. Selain
itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. respons keinginan awal untuk berkemih
kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam vesika urinaria. Sehingga mempengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3. gaya hidup
perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal
ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4. stres psikologis
meningkatnya stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
5. tingkat aktivitas
6. tingkat perkembangan
7. kondisi penyakit
kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus
8. Sosiokultural
9. kebiasaan sesorang
10. pemeriksaan diagnostik
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a.
retensi urine
retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.

o
o
o
o
o
o
o

Tanda klinis retensi:


ketidaknyamanan daerah pubis
distensi vesika urinaria
ketidak sanggupan untuk berkemih
sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.

Penyebab:
o operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
o trauma sum sum tulang belakng
o tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
o sphincter yang kuat
o sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b.
Inkontinesia Urine
merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess),
pembesaran kelnjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat
narkotik.
c.

Enuresis

merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak


mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau
orang jompo.
Faktor penyebab:
o Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
o Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine
dalam jumlah besar
o Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
o Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
o Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
o Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
d.
Perubahan Pola Eliminasi Urine
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine
karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi urin terdiri atas:
a. frekuensi
b. urgensi
c. disuria
d. poliuria
e. urinaria supresi.
Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi
sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)
adalah sistem gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus
terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang 6 m.
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar.
Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
a. konstipasi
merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis
usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja
yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
Tanda klinis:
o adanya feses yang keras
o defekasi kurang dari 3 kali seminggu
o menurunnya bising usus
o adanya keluhan pada rektum
o nyeri pada saat mengejan dan defekasi
o adanya perasaan masih ada sisa feses
kemungkinan penyebab:
o defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis,
dll
o pola defekasi yang tidak teratur

o
o
o
o

nyeri saat defekasi karena hemorroid


menurunnya peristaltik karena stres psikologis
penggunaan obat seperti antasida
proses menua/ usia lanjut

b. diare
merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
o adanya pengeluaran feses cair
o frekuensi lebih dari 3 kali sehari
o nyeri atau kram abdomen
o bising usus meningkat
kemungkinan penyebab:
o malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi
o peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme
o efek tindakan pembedahan usus
o efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
o stres psikologis
c. inkontinensia usus
merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
o pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
o gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
o distensi rektum berlebih
o kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
o kerusakan kognitif
d. kembung
merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi dll
f. fecal impaction
merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang,
aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.
Faktor yang mempengaruhi proses defekasi
a.
b.
c.
d.

usia
diet
asupan cairan
aktivitas

e. pengobatan
f. gaya hidup
g. penyakit
h. nyeri
i.
kerusakan sensoris dan motoris
NAMA-NAMA KLOMPK 4 DEWI SARTINA HUSNIATI MERRY ANDRIANA RITA FEBRIANTI
SRY WAHYUNING . WD.SITTI ZUHRIA
2. DASAR ELIMINASI TUJUAN PEMBELAJARAN Untuk mengtahui Pengertian
eliminasi Mengetahui Fisiologi eliminasi Untk mngthui Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi Mngthui Asuhan keperawatan eliminasi
3. A. Pengertian Eliminasi Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah
pengeluaran, penghilangan,penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan,
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Eliminasi pada manusiaigolongkan menjadi 2 macam, yaitu: 1.
Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan.
4. 2. Miksi Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil. B.Fisiologi Dalam Eliminasi 1.Fisiologi
Defikasi Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang
mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira
pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastrokolika yang
biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan
setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat
ke kolon,dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai
sekum mulai bergerak.
5. . Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadidi
dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal
bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot
abdominal,sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir . Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melaului anus. Dalam proses
Defekasi terjadi dalam 2 macam refleks yaitu : 1. Refleks Defekasi Intrinsik Refleks
ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah
gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna
relaksasi maka terjadilah defekasi.
6. 2. Reflek Defekasi Parasimpatis Feses yang masuk akan merangsang saraf
rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian
dikembalikan ke colon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intesifnya
peristaltik, relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi Masalah Eleminasi
defekasi 1. Konstipasi Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang
kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang
tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obatobatan, kurang
aktivitas, usia. 2. Fecal Infaction Masa keras yang dilipatan rektum yang
mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan.
7. 3. Diare Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup

untuk menyerap air. 4. Inkontinensia Alvi Hilangnya kemampuan otot untuk


mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui saraf spinter anus 5. Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas. 6. Hemorroid Pelebaran
vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut
8. B.Fisiologi Miksi Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi
urine adalah ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di
dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah
kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
9. Refleks Miksi Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral 2 (S-2) dan sacral 3 (S3). Saraf sensorik dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis bagian sacral 2
sampai sacral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.
Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak kendung kemih (detrusor) agar
berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter
eksterna yang dibawah control kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau
ditahan. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot
kandung kemih.
10. Pola Eleminasi Normal Pola eleminasi urine sangat tergantung pada individu,
biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam
sehari sekitar 5 kali. Masalah-masalah Eleminasi Urin. 1. Retensi Urine Merupakan
penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk
mengkosongkan kandung kemih. 2. Inkontinensia Urine Merupakan
ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
ekskesi urine. 3. Enuresis Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih
(mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.
11. Perubahan Pola Berkemih 1. Frekuensi 2. Urgency 3. Dysuria 4. Polyuria 5.
Urinary Suppresion C. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi A. Faktor-faktor
yang mempengaruhi defekasi antara lain: 1. Umur 2. Diet 3. Cairan 4. Tonus Otot 5.
Faktor Psikologi
12. next 6. Gaya Hidup 7. Obat-Obatan 8.Aktivitas 9. Prosedur Diagnostik 10.
Penyakit 11. Anestesi Dan Pembedahan 12. Nyeri 13. Kerusakan Sensorik Dan
Motorik
13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Miksi. 1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Sosiokultural 3. Psikologis 4. Kebiasaan seseorang 5. Tonus otot 6. Intake cairan
dan makanan 7. Kondisi penyakit 8. Pembedahan 9. Pengobatan 10. Pemeriksaan
Diagnostik
14. selanjutnya D. Asuhan keperawatan eliminasi Pengkajian Eliminasi Urine a.
Frekuensi b. Volume c. Warna d. Bau e. Berat jenis f . Kejernihan g. pH h. Protein i.
Darah j. Glukosa
15. next . Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi Tindakan
Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar) 1. Menyiapkan feses untuk
bahan pemeriksaan 2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot 3.
Memberikan huknah rendah 4. Memberikan huknah tinggi 5. Memberikan gliserin 6.
Mengeluarkan feses dengan jari.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi merupakan pembuangan sisa proses di dalam tubuh. Eliminasi merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh (homeostasis). Kebutuhan eliminasi
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, usia, diet, latihan fisik dan lain-lain.
Sistem yang berperan dalam eliminasi atau proses pembuangan meliputi hampir
semua sitem tubuh. Jika terjadi gangguan terhadap eliminasi, maka sistem tubuh
yang berperan juga terganggu. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentang
kebutuhan proses eliminasi sampah metabolisme dan pencernaan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses eliminasi sisa metabolisme?
Bagaimana proses eliminasi sisa pencernaan ?
Faktor apa saja yang memengaruhi eliminasi?
Bagaimana metode pemenuhan kebutuhan eliminasi?
Apa saja gangguan-gangguan pada proses eliminasi?
1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan


1.3.2
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

Tujuan Khusus
mengetahui proses eliminasi sisa metabolisme
mengetahui proses eliminasi sisa pencernaan
mengetahui faktor yang memengaruhi eliminasi
mengetahui metode pemenuhan kebutuhan eliminasi
mengetahui gangguan-gangguan pada proses eliminasi

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui proses eliminasi sisa metabolisme dan sisa pencernaan, faktor
yang memengaruhi eliminasi dan metode pemenuhan kebutuhan eliminasi serta
gangguan-gangguan pada proses eliminasi lebih mendalam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Eliminasi Sisa Metabolisme


Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses
metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh
antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses
pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan
renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu, maka terjadi
perubahan pola eliminasi.
2.1.1 Sistem Pernapasan
Gambar 1. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi (menghirup udara
O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2). Menurut Syaifuddin (2011:382), sistem
respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Sementara itu
menurut Guyton & Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan adalah untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk
mencapai tujuan ini, pernapasan dibagi menjadi empat fungsi utama : (1) ventilasi
paru, (2) difusi oksigen dan karbondioksida, (3) pengangkutan oksigen dan
karbondioksida, dan (4) pengaturan ventilasi.
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air.
Pembuangan ini juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada
seseorang yang mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan
jantung untuk menerima pengembalian darah yang berasal dari paru-paru
mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan tekanan hidrostatik paru-paru
akan naik dan cairan keluar ke intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya terjadilah
edema paru-paru. Kondisi ini akan mengganggu proses difusi dan compliance paruparu,sehingga terjadilah gangguan eliminasi CO2 (Asmadi, 2008:91).
2.1.2 Sistem Integumen (Kelenjar Keringat)
Gambar 2. Sistem integumen

Sistem integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan jaringan


aksesoris lainnya, termasuk kuku, rambut,dan kelenjar. Syaifuddin (2011:48)
mengatakan bahwa kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga
lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar
mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat
pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan gendang
telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Terdapat dua macam kelenjar keringat,yaitu : Kelenjar keringat ekrin yang tersebar
di seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar,telapak tangan,
telapak kaki, dan dahi; kelenjar keringat apokrin merupakan kelenjar keringat yang
besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat
kelamin, dan dubur (Syaifuddin, 2011:57). Sedangkan, dalam kamus saku
kedokteran Dorland (2012:476), sweat gland (Kelenjar keringat) merupakan
kelenjar yang menyekresikan keringat,dijumpai pada lapisan dermis atau subkutan,
salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal dari isi pembuluh darah yang berada di sekitar
kelenjar keringat tersebut. Keringat ini mengandung air,garam,urea,asam urat,dan
sisa metabolisme lainnya. Pengeluaran keringat ini dipengaruhi oleh temperatur. Di
mana peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sel dan kemudian akan meningkatkan pembentukan keringat. Selain
itu,pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh hipotalamus melalui sistem saraf
otonom yang mengaktifkan saraf simpatis,sehingga kelenjar keringat pun
menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
2.1.3 Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori terbesar dalam tubuh, berwarna cokelat,
dan beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan
atas di bawah diafragma (Syaifuddin, 2011:546).
Gambar 3. Hati (Hepar)

Hepar (Liver) merupakan kelenjar besar berwarna merah gelap pada bagian atas
perut sebelah kanan, tepat di bawah diafragma. Fungsinya antara lain sebagai
tempat penyimpanan dan filtrasi darah, sekresi empedu, konvensi gula menjadi
glikogen, dan banyak aktivitas metabolik lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland,
2012:632).
Jati (2007:128) mengatakan bahwa hati berfungsi sebagai penhgstur keseimbangan
nutrien dalam darah dan sebagai organ yang menyekresikan empedu. Hepar juga
berperan dalam pembuangan sampah metabolisme. Kelainan pada hepar akan

mengakibatkan hepar tidak mempu untuk membuang sisa nitrogen. Asam


amino,yang akan digunakan sebagai energi,harus mengalami proses deaminasi
dengan dibuangnya gugus amin (NH3) yang merupakan nitrogen. NH3 ini tidak bisa
begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus di proses dulu di hepar menjadi ureum,
urea. Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui keringat dan ginjal (urine)
(Asmadi, 2008 : 91).
2.1.4 Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat
kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya
langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus (saluran) (Syaifuddin, 2011:248). Hasil sekresi kelenjar
tersebut dinamakan hormon endokrin.
Gambar 4. Sistem endokrin

Hormon endokrin di bawa oleh sistem sirkulasi ke seldi seluruh tubuh, yang meliputi
sistem saraf pada beberapa keadaaan tempat hormon tersebut berikatan dengan
reseptor dan memulai berbagai reaksi (Guyton&Hall, 2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam eliminasi sampah metabolisme melalui
pengaturan jumlah air dan natrium yang diabsorbsi kembali oleh ginjal yang
berkaitan dengan jumlah cairan tubuh. Selain itu, sistem endokrin juga berperan
dalam pengaturan final urine. Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga jenis
hormon yaitu antidiuretik hormon (ADH),renin,dan aldosteron.

Gambar 5. Mekanisme pengaturan cairan oleh hormon

2.1.5 Sistem Renal


Ginjal (ren) merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna
cokelat kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vetebral posterior terhadap
peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam (Potter&Perry,
2005:1679). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
karena hati menduduki ruang di bagian kanan lebih luas (Asmadi, 2008:91). Setiap
ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Sementara
itu, berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita 115-155 gram (Syaifuddin,
2009:286).
Gambar 6. Renal

Sistem renal merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut Syaifuddin


(2009:285), sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya terhadi
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh.
Zat ini akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.

Potter&Perry (2005:1679) mengatakan eliminasi urine tergantung kepada fungsi


ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari
darah untuk membentuk urine.
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2011:463), sebagai berikut:
Proses Filtrasi
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas
protein dari kapiler ke glomerulus dan kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein.
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena
permukaan averen lebih besar dari permukaan everen sehingga terjadi penyerapan
darah. Setiap menit kira-kira 1200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel darah dan 660
ml plasma masuk ke dalam kapiler glomerulus.
Proses Absorbsi
Gambar 7. Proses pembentukan urine

Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan
ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi
dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi.
Jumlah total air yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml/menit, 70-80% diabsobsi oleh
tubulus proksimal, disebut juga reabsorbsi air obligatori. Sisanya, 20-30% diabsorbsi
secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopresin (ADH, hormon antidiuretik) di
tubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen yaitu saluran
tempat bermuaranya tubulus distal.
Proses Sekresi
Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi
selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.
Hasil masing-masing proses pembentukan urine yaitu, urine primer (filtrat
glomerulus) pada proses filtrasi, urine sekunder pada proses absorbsi dan urine
sesungguhnya pada proses sekresi.
Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat maupun fisik,
antara lain:
a)

Kejernihan

Urine normal jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan menjadi keruh.

b)

Warna

Warna urine dipengaruhi oleh diet, obat-obatan, kepekatan, dan lain-lain. Secara
normal urine berwarna kuning.
c)

Bau

Bau khas urine bila dibiarkan terlalu lama akan berbau seperti amonia.
d)

Berat Jenis

Berat jenis urine bergantung pada jumlah zat yang terlarut dalam urine.

Eliminasi sampah metabolisme lainnya adalah eliminasi bilirubin yang terkonjugasi


yang merupakan sisa pemecahan eritrosit yang sudah tua (Asmadi, 2008:95).
Bilirubin yang terkonjugasi ini disimpan di dalam empedu dan karena perangsangan
pengeluaran kolesistokinin, bilirubin tersebut masuk ke duodenum. Bilirubin
merupakan pigmen yang memberikan warna cokelat kekuningan pada feses (Jati,
2007:128).

Gambar 9. Eliminasi eritrosit

2.2 Eliminasi Sisa Pencernaan


Setiap organisme memerlukan makanan untuk tetap dapat menjaga kelangsungan
hidupnya. Aktivitas makan dilakukan semua makhluk hidup tigak memandang usia,
spesies dan jenis kelamin. Makanan yang dikonsumsi akan dicerna oleh tubuh
melalui beragam proses (Jati, 2007:114).
Menurut Syaifuddin (2011:504), sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang
menerima makanan, mencerna untuk dijadikan energi nutrien, serta mengeluarkan
sisa proses tersebut.
Gambar 9. Kolon

Pengeluaran sisa proses pencernaan disebut eliminasi sisa pencernaan. Potter &
Perry (2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan yang
teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya.
Organ yang berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi sampah
digestif adalah kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah saluran
pencernaan yang meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, rektum dan anus. Panjang kolon pada orang dewasa 1,5
meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses, eliminasi fekal, pola defekasi,
dan karakteristik feses yang dikutip dari Asmadi (2008).
2.2.1 Proses pembentukan feses

Sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut
mengalami proses absorbsi air, natrium, dan kloride. Absorbsi ini dibantu dengan
adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc
mengalami proses reabsorbsi. Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk
semisolid yang disebut feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang
tidak dicerna menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang
dikenal dengan istilah flatus.

2.2.2 Proses eliminasi fekal (defekasi)


Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga
gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon.
Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.
Begitu ada feses yang sampai di rektum, maka ujung saraf sensoris yang berada
pada rektum menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini diteruskan ke
medula spinalis. Setelah itu, impuls dikirim ke korteks serebri serta sakral II dan IV.
Impuls dikirim ke korteks serebri agar indivisu menyadari keinginan buang air besar.
Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim ke saraf simpatis untuk
mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya sphincter ani tersebut
menyebabkan banyak feses yang masuk ke dalam rektum. Kemudian terjadi proses
defekasi dengan mengendornya sphincter ani eksterna dan tekanan yang
mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan diafragma.
2.2.3 Pola defekasi
Waktu defekasi dan jumlah feses bersifat individual. Orang dalam keadaan normal,
frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola defekasi individu juga bergantung pada
bowel training yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun, secara
khusus, jumlah feses sangatlah bergantung pada kandungan serat dan cairan pada
makanan yang dimakan.
2.2.4 Karakteristik feses
Karakteristik feses pada setiap perkembangan manusia berbeda. Lihat tabel!

Tabel.1. Karakteristik Feses


Karakteristik
Normal
Abnormal
Warna

Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
Merah
Konsistensi
Lunak, berbentuk
Cair Padat
Frekuensi
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari (jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari; orang
dewasa 1 kali sehari atau 2-3 kali seminggu
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari satu kali setiap 1-2 hari; orang dewasa lebih
dari 3 kali sehari atau kurang dari satu kali seminggu.
Bentuk
Menyerupai diameter rektum
Berbentuk pensil
Unsur-unsur
Makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak, pigmen empedu, sel-sel yang melapisi
mukosa usus dan air
Darah, pus, materi asing, lendir, dan cacing

2.3 Faktor yang Memengaruhi Eliminasi


Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi metabolisme dan sisa
pencernaan, yaitu:
1)

Usia

Usia berpengaruh pada kontrol eliminasi individu. Anak-anak masih belum mampu
mengontrol buang air besar dan buang air kecil karena siste, neuromuskulernya
belum berkembang dengan baik. Pada lansia proses eliminasi juga berubah karena
terjadi penurunan tonus otot.
2)
Diet
Gambar 10. Makanan berserat

Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan
urine. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Selain
itu, terjadinya malnutrisi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
infeksi yang menyerang organ perkemihan maupun organ pencernaan.
3)

Cairan

Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Apabila intake cairan
kurang dan output cairan berlebihan, maka tubuh menyerap air lebih banyak dari
usus besar sehingga feses menjadi keras dan sulit keluar. Sementara itu, pada
eliminasi urine, urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4)

Latihan Fisik

Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Hal ini
sangat penting bagi defekasi (pembuangan feses) dan miksi (pembuangan urine).
Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya paristaltik.
5)
Stres Psikologis
Gambar 11. Stres

Ketika seseorang sedang mengalami ketakutan atau kecemasan, terkadang ia


mengalami diare atau beser. Namun, ada juga yang mengalami susah buang air
besar.
6)

Temperatur

Jika temperatur tubuh tinggi, maka terjadi penguapan cairan tubuh. Hal itu
menyebabkan kekurangan cairan, sehingga terjadi konstipasi dan pengeluaran
urine yang sedikit.
7)

Nyeri

Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi. Seseorang yang berada dalam keadaan
nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang, maupun untuk melakukan latihan
fisik.
8)

Obat-obatan

Beberapa obat memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap eliminasi. Ada
obat yang menyebabkan diare, konstipasi maupun inkontinensia (Asmadi,2008:9798).

2.4 Pengkajian Kebutuhan Eliminasi

1)

Aspek biologis

a)

Usia

b)

Aktivitas fisik

c)

Riwayat kesehatan dan diet

d)

Penggunaan obat-obatan

e)

Pemeriksaan fisik : Eliminasi urine dan eliminasi fekal

f)
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine (warna, kejernihan, bau dan
pH) dan pemeriksaan feses.
2)

Aspek Psikologis

Stres emosional dapat menimbulkan gangguan pada eliminasi. Stres dapat


menyebabkan seseorang terdorong untuk terus berkemih, sehingga frekuensi
berkemih meningkat. Selain itu, kecemasan yang dialami seseorang dapat
membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Pengaruh ansietas pada
eliminasi fekal dapat meningkatkan peristaltik sehingga timbul diare (Asmadi,
2008:100).
3)

Aspek Sosiokultural

Menurut Asmadi (2008:100), adat istiadat terkait dengan eliminasi perlu dikaji,
seperti posisi berkemih bagi sebagian kultur mesti dilakukan dengan posisi
berjongkok, adapula dengan berdiri. Begitu pula dengan eliminasi fekal, ada yng
buang air besar di WC, kali, kebun dan lain-lain. Nilai-nilai masyarakat pun perlu
dikaji yang terkait dengan eliminasi.
4)

Aspek Spiritual

Keyakinan individu terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti urine dan feses
diyakini sebagai sesuatu yang najis sehingga perlu dibersihkan dengan air. Ada pula
individu yang cukup membersihkannya dengan tisu. Keyakinan ini juga
berhubungan dengan praktek kultural setempat.

2.5 Metode Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


Eliminasi merupakan proses pembuangan sampah atau kotoran yang terdapat di
dalam tubuh. Kotoran ini bersifat toksin, jika tidak segera dibuang makan dapat
meracuni fubuh dan akhirnya menyebabkan kematian.Namun, tidak selamanya
eliminasi berjalan dengan lancar, terkadang mengalami hambatan baik pada
eliminasi fekal maupun urine. Gangguan atau hambatan tersebut bila tidak segera
ditanggulangi dapat mengganggu keseimbangan tubuh.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus mampu mengidentifikasi


gangguan yang terjadi pada eliminasi serta dapat menanggulanginya. Oleh karena
itu, perawat harus mampu melakukan beberapa tindakan yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan eliminasi. Seperti yang dinyatakan Asmadi (2008:101),
tindakan tersebut antara lain:
a)

Membantu pengeluaran feses secara manual

b)

Penggunaan pispot atau urinal

c)

Kateterisasi (pemasangan selang kateter)

d)

Irigasi kandung kemih

e)
Gambar 12. Pispot (atas untuk perempuan; bawah untuk Pria)

Bladder training (latihan otot-otot vesika urinaria)


f)
Melakukan huknah (enema) (memasukkan cairan pencahar ke rektum dan
kolon)

2.6 Gangguan Proses Eliminasi


2.6.1 Gangguan eliminasi urine
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan dalam
aktivitas berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh kerusakan fungsi kandungan
kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir keluar, atau
ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter. Beberapa klien dapat
mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi urine.
Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah khusus karena urine keluar
melalui sebuah stoma (Potter&Perry, 2005:1686).
Tabel 2. Gejala Umum pada Perubahan Perkemihan
Gejala
Deskripsi
Penyebab atau Faktor Terkait
Urgensi
Merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
Penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung kemih akibat infeksi,
sphincter uretra tidak kompeten, stres psikologis.

Disuria
Merasa nyeri atau sulit berkemih
Peradangan kandung kemih, trauma atau inflamasi sphincter uretra
Frekuensi meningkat
Berkemih dengan sering
Peningkatan asupan cairan, radang pada kandung kemih, peningkatan tekanan
pada kandung kemih (kehamilan, stres psikologis)
Keraguan berkemih
Sulit memulai berkemih
Pembesaran prostat, ansietas, edema uretra
Poliuria
Mengeluarkan sejumlah besar urine
Asupan cairan berlebihan, diabetes melitus atau insipidus, penggunaan diuretik,
diuresis pascaobstruktif
Oliguria
Pengeluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk (biasanya kurang dari
400 ml dalam 24 jam)
Dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi ADH, gagal jantung kongestif
Nokturia
Berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
Asupan cairan berlebihan sebelum tidur (terutama kopi atau alkohol), penyakit
ginjal, proses penuaan
Dribling (urine yang menetes)
Kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine
Stres inkontinensia, overflow akibat retensi urine
Hematuria
Terdapat dalah dalam urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit glomerulus, infeksi pada
ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur perkemihan, diskrasia darah
Retensi Urine
Akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung kemih
untuk benar mengosongkan diri
Obstruksi uretra, inflamasi pada kandung kemih, penurunan aktivitas sensorik,
kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, setelah tindakan anestesi, efek
samping obat-obatan
Residu Urine
Volume urine tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau lebih)
Inflamasi atau iritasi mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih
neurogenik, pembesaran prostat, trauma atau inflamasi uretra

2.6.2 Gangguan eliminasi sisa pencernaan


Gangguan pada eliminasi sampah digestif atau sisa pencernaan menurut Potter &
Perry (2005:1746), sebagai berikut:
a)

Konstipasi

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan


frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan
kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait
dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama
terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses
diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melunasi feses.
Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum.
b)

Impaksi

Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah
kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat
diluarkan. Pada kasus impaksi berat, massa dapay lebih jauh masuk ke dalam
sigmoid. Klien menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien
yang paling beresiko mengalami impaksi.
Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama
beberapa hari walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
c)

Diare

Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang
cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang memengaruhi proses
pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar
melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi cairan yang biasa tidak dapat
berlangsung. Iritasi di salam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lendir.
Akibatnya, feses menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak mampu
mengontrol keinginan untuk defekasi.
d)

Inkontinensia

Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas


dari anus. Kondisi fisik yang merupakan fungsi atau kontrol sphincter anus dapat
menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat seringnya defekasi, feses
encer, volumenya banyak, dan feses mengandung air juga mempredisposisi
individu untuk mengalami inkontinensia.
e)

Flatulen

Flutulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram.
Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui mulut (bersendawa) atau
melalui anus (pengeluaran flatus). Namun, jika ada penurunan motilitas usus akibat
penggunaan opiat, agens anestesi umum, bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen
dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan
menimbulkan nyeri yang terasa sangat menusuk.
f)

Hemoroid

Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum. Ada


dua jenis hemoroid, yakni hemoroid internal atau hemoroid eksternal. Hemoroid
eksternal terlihat jelas ebagai penonjolan kulit, apabila lapisan vena mengeras,
akan terjadi perubahan warna menjadi keunguan. Hemoroid internal memiliki
membran mukosa di lapisan luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedn
saat defekasi, selama masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif, dan penyakit
hati kronik dapat menyebabkan hemoroid.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.
Dorland, W.A. New. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.2. Jakarta:
EGC.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan. Jakarta:EGC.

DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, musfiratul, 2008, keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan, Jakarta:
Salemba medika
KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
Posted by nurse87 on 18 Juni 2013
Posted in: Keperawatan. Tagged: Kebutuhan Dasar Manusia I. Tinggalkan Sebuah
Komentar
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel.
Anatomi Saluran Pencernaan
- Oral/Mulut
- Esofagus/Tenggorokan
- Gaster/Lambung
- Usus halus, usus besar/kolon:
Usus Halus (Duodenum, Jejunum, Illeum)
Sekumileosekal (menghubungkan usus halus dan usus besar untuk mencegah
regurgitasi/kembalinya isi dari usus besar ke usus halus).
Usus Besar :
Kolon (Asending, Transversum, Desending, Sigmoid).
Rektum: 10-15 cm (4-6 inchi), normalnya kosong sampai menjelang defekasi.
Anus/Anal : onifisium eksternal (2,5-5 cm/ 1-2 inci) mempunyai spingter: Internal
(involunter) dan Eksternal (volunteer)

Eliminasi bowel/ Buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan
proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal
dari saluran pencernaan melalui anus. ( Tarwoto dan Wartonah, 2004. hal 48).
Saluran gastrointestinal (pencernaan) bawah meliputi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
m dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari colon dan rectum yang kemudian
bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 m dengan diameter 6 cm. usus
menerima makanan yang sudah di bentuk chime (setengah padat) dari lambung

untuk mengabsorpsi air, nutrient, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus,
potassium, bikarbonat, dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus
dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai
rectum normalnya di perlukan waktu 12 jam.
Gerakan kolon di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
haustral shuffing adalah gerakan mencampur chime untuk membantu
mengabsorpsi air, kontraksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan
semi padat sepanjang kolon, gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang
berupa gelombang.
Proses Defekasi
Dalam proses defekasi terjadi 2 macam refleks yaitu :
1.

Refleks defekasi intrinsik

Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi
rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan
terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter
interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2. Refleks defekasi parasimpatis


Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian di
teruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden,
sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter
interna, maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga di pengaruhi oleh kontraksi
otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator ani. Defekasi
dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang di hasilkan dalam
proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
CO2, metana, H2S, O2, dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25 % materi padat.
Feses normal berwarna coklat karena pangaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas
bakteri. Bau khas pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun
berbentuk.

Factor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi


Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula
control defekasi menurun.
Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk
kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defikasi.

Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan
karena absorpsi yang meningkat.
Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi.gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
kolon.
Fisiologis keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltic,
sehingga menyebabkan diare.
Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
Prosedur diagnostic
Klien yang akan melakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi
Anestesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat
menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.
Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis,
epesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.

Masalah-masalah Umum pada Eliminasi Bowel


Konstipasi : Gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya di sebabkan oleh pola defekasi yang tidak
teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologi, obat-obatan, kurang
aktivitas, usia.
Fecal infaction : masa feses yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya di sebabkan

oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
Diare : keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. usus besar tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan,
alergi, penyakit kolon, dan iritasi internal.
Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses
dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarapan di
daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord, tumor spinter anus eksterna.
Kembung : Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
Hemorroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas.

Asuhan Keperawatan pd Masalah Kebutuhan Eliminasi Bowel


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
POLA DEFEKASI & KELUHAN SELAMA DEFEKASI
meliputi : bagaimana pola defekasi & keluhannya selama defekasi.
Secara normal, frekuensi BAK pd bayi selama 4-6 kali/sehari,
Sedangkan org dewasa adalah 2-3 kali/sehari
Jumlah rata-rata pembuangan/hari : 150 g
2.

KEADAAN FESES, MELIPUTI :

3. FAKTOR YG MEMPENGARUHI ELIMINASI BOWEL


PERILAKU / KEBIASAAN DEFEKASI
DIET
MAKANAN YG BIASA DIMAKAN,
MAKANAN YG DIHINDARI
POLA MAKAN YG TERATUR/TIDAK
CAIRAN
AKTIVITAS
KEGIATAN YG SPESIFIK
PENGGUNAAN OBAT
STRES

PEMBEDAHAN/PENYAKIT MENETAP, DSB


4. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik meliputi :
Keadaan abdomen
Ada/tidaknya : distensi, simetris/tdk, gerakan peristaltik, adanya masa pd perut &
tenderness.
Pemeriksaan rektum & anus
Ada/tidaknya tanda inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid dan
massa
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
KONSTIPASI berhubungan dgn :
n Defek persyarafan, kelemahan pelvis, imonilitas akibat cedera medulla spinalis &
CVA
n Penurunan respons berdefekasi
n Nyeri akibat hemorroid
n Efek samping tindk. Pengobatan (antasida, laksantif & anaestesi)
n Menurunnya peristaltik akibat stres
2.

KONSTIPASI KOLONIK berhubungan dgn :

defek persarafan, kelemahan otot dasar panggul, imobilitas akibat cedera medulla
spinalis, & CVA
Penurunan laju metabolisme akibat hipotiroidisme atau hiperparatiroidisme
Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anastesi).
Menurunya peristaltik akibat stres.
3.

KONSTIPASI dirasakan berhubungan dgn :

Penilaian salah akibat penyimpangan susunan saraf pusat, defresi, kelainan obesif
kompulsif.
Kurangnya informasi akibat keyakinan budaya
4.

DIARE berhubungan dgn :

Malabsorpsi /inflamasi akibat penyakit infeksi atau gastitis, ulkus dll


Peningkatan peristaltik akibat peningkatan metabolisme
Proses infeksi
Efek samping tindk pengobatan (antasida & antibiotik)
Stres psikologis
5.

INKONTINENSIA USUS berhubungan dgn :

gangguan sfingter rektal akibat cedera rektum/tindk. pembedahan.


kurang kontrol pd sfingter akibat cedera medula spinalis, cva (cerebro vaskular
accident) dll
distensi rektum akibat konstipasi kronis
kerusakan kognitif
ketidak mampuan mengenal/merespons proses defekasi akibat depresi/kerusakan
kognitif.
6.
KURANGNYA VOLUME CAIRAN BERHUBUNGAN DGN PENGELUARAN CAIRAN
YG BERLEBIHAN (DIARE)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Kaji perubahan faktor yg mempengaruhi masalah eliminasi bowel.
Kurangi faktor yg mempengaruhi terjadinya masalah sperti :
n Konstipasi secara umum
n Konstipasi akibat nyeri
n Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup
n Inkontinensia usus
Jelaskan mengenai eliminasi yg normal pd pasien
Pertahankan asupan makanan & minuman
Bantu defekasi secara manual
Bantyu latihan BAB dgn benar.

Tindakan Keperawatan Eliminasi Bowel


Pengambilan Bahan Pemeriksaan Feses
Huknah ( Huknah Rendah & Tinggi)
Pemberian Glyserin
Menolong Bab Di Tempat Tidur

Mengeluarkan Feses Secara Manual

PELAKSANAAN TINDAKAN
CARA YG DILAKUKAN UNTUK MENGAMBIL
FESES SEBAGAI BAHAN PEMERIKSAAN :
Pemeriksaan Feses Lengkap : merupakan pemeriksaan yg terdiri atas pemeriksaan
warna, bau, konsistensi, lendir, darah dll
Pemeriksaan feses kultur : merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dgn cara
toucher (prosedur pengambilan feses melalui tangan).
Alat :
Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
Etiket khusus.
Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.
Prosedur kerja.
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil fases melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkan daerah anus nya.
Masukkan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
Cuci tangan

MEMBERIKAN HUKNAH
Secara umum Enema atau huknah adalah tindakan yang digunakan untuk
memasukkan suatu larutan atau cairan kedalam rectum dan colon. Enema atau
huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan defekasi dengan
menstimulasi peristaltik dan juga sebagai alat transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek lokal pada mukosa rectum. (Perry,Potter.2005:1768).
Dampak Pemberian Huknah
Dampak positif
membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti
sigmoidoscopy atau colonoscopy.
Sebagai jalan alternatif pemberian obat.
Menghilangkan distensi usus.
Memudahkan proses defakasi.

Meningkatkan mekanika tubuh.


Dampak negatif
Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika
larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.
Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan
enema (perry,peterson,potter.2005).

MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH


MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH merupakan tindakan keperawatan dgn cara :
memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan menggunakan kanula
rekti melalui anus, bertujuan mengosongkan usus pd proses prabedah agar dapat
mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pasca operasi &
merangsang ABK bagi pasien yg mengalami kesulitan BAB.
Alat & Bahan
Prosedur Huknah Rendah
Alat & Bahan
Pengalas
Irigator lengkap dgn kanula rekti
Cairan hangat +700 ml-100 ml dengan suhu 40,5-430 C pd org dewasa.
Bengkok
Jeli
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisus
Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur
Atur ruangan
Atur posisi pasien dgn posisi sim miring kekiri.
Pasang pengalas dibawah glutea
Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti,
cek aliran dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung
kanula.
Gunakan sarung tangan & masukkan kanula + 15 cm kedlm rektum kearah kolon
desenden sambil pasien disuruh bernapas panjang & pegang irigator setinggi 50 cm
dari tempat tidur, buka klemnya dan air dialirkan s/d pasien menunjukkan keinginan
utk BAB.

Anjurkan pasien utk menahan sebentar jika ingin BAB & pasang pispot atau
anjurkan ketoilet. Jika pasien tdk mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar
rektum shg bersih
Cuci tangan
Catat jumlah feses yg keluar, warna, konsistensi & respon pasien

MEMBERIKAN HUKNAH TINGGI


Memberikan huknah tinggi adalah tindakan keperawatan dgn cara memasukkan
cairan hangat kedalam kolon asendens dgn menggunakan kanula usus,
BERTUJUAN : mengosongkan usus pd pasien prabedah/utk prosedur diagnostik
Alat & Bahan
Pengalas
Irigator lengkap pada kanula usus
Cairan hangat (700-1000 ml dgn suhu 40,50 - 430C).
Bengkok
Jeli
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Prosedur Kerja
Jelaskan prosedur yg akan dilakukan pd pasien
Cuci tangan
Atur ruangan dgn meletakkan sampiran bila pasien berada dibangsal umum
Atur pasien dgn posisi sim miring kekanan
Gunakan sarung tangan
Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti,
cek aliran dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung
kanula.
Masukkan kanula kedlm rektum kearah kolon asenden + 15-20 cm sambil pasien
disuruh bernapas panjang & pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur, buka
klemnya shg air mengalir kerektum s/d pasien menunjukkan keinginan utk BAB.
Anjurkan pasien utk menahan sebentar bila mau BAK & pasang pispot/anjurkan
ketoilet.
Buka sarung tangan & catat jumlah, warna, konsistensi & respons pasien
Cuci tangan

MEMBERIKAN GLISERIN
MEMBERIKAN GLISERIN dengan cara memasukkan cairan GLISERIN kedalam poros
usus menggunakan SPUIT GLISERIN.

BERTUJUAN : merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dpt BAB (khususnya pd


orang yg mengalami sembelit) & juga dpt digunakan utk persiapan operasi.
Alat & Bahan
Spuit gliserin
Gliserin dlm tempatnya
Bengkok
Pengalas
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur
Atur ruangan
Atur posisi pasien (miringkan kekiri) & berikan pengalas dibawah glutea serta buka
pakaian bag.bawah
Gunakan sarung tangan, lalu spuit diisi gliserin + 10-20 cc & cek kehangatan cairan
gliserin.
Masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus dgn cara tangan kiri mendorong
perenggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkan spuit kedlm s/d pangkal
kanula dgn ujung spuit diarahkan kedepan & anjurkan pasien napas dalam.
Setelah selesai cabut & masukkan kedlm bengkok. Anjurkan pasien utk menahan
rasa ingin defekasi & pasang pispot.
Pasang pispot / ketoilet
Lepaskan sarung tangan catat hasil
Cuci tangan

MENGELUARKAN FESES DENGAN JARI (MANUAL)


MENGELUARKAN FESES DENGAN JARI merupakan tindk. Keperawatan dgn cara
memasukkan jari kedlm rektum pasien, digunakan utk mengambil atau
menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya.

Indikasi tindakan ini adalah : apabila massa feces terlalu keras & dlm pemberian
enema tdk berhasil, konstipasi, serta terjadi pengerasan feses yg tdk mampu
dikeluarkan pada lansia.
Alat & Bahan
Sarung tangan
Minyak pelumas/jeli
Alat penampung / pispot
Pengalas
Sarung tangan
Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yg akan dilaksanakan
Gunakan sarung tangan & beri minyak pelumas(jeli) pd jari telunjuk
Atur posisi miring dengan lutut fleksi
Masukkan jari kedalam rektum & dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum
kearah umbilikus (kearah feses yg impaksi)
Secara perlahan-lahan lunakkan massa dgn masase daerah feses yg impikasi
(dengan arahkan jari pd inti yg keras).
Gunakan pispot bila ingin BAB/bantu ketoilet
Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yg keluar, warna, kepadatan,
serta respons pasien.
Cuci tangan

Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot


Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar
secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) / pasu
surungan untuk buang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan eliminasi alvi (BAB).
Alat dan bahan :
Alas / perlak
Pispot
Air bersih
Tisu
Handuk
Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum
Sarung tangan
Sabun
Prosedur kerja :
1)

Cuci tangan

2)

Jelaskan prosedur

3)

Pasang sampiran

4)

Gunakan sarung tangan

5)

Pasang pengalas dibawah glutea

6)
Tempatkan pispot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah sudah
nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.
7)
Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien
untuk menambah rasa nyaman.
8)

Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan.

9)

Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.

10) Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.


11) Cuci tangan.
Prosedur pelaksanaan
1)

Bawa peralatan kedekat pasien.

2)

Jelaskan tujuan dan prosedur.

3)

Tutup jendela dan pasang sampiran.

4)

Pasang pengalas dibawah glutea

5)

Pasang selimut mandi.

6)

Cuci tangan

7)

Pakai sarung tangan

8)

Posisikan pasien dorsal rekumben

9)
Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada pasien
apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan kenyamanan
pasien
10) Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung pasien
untuk
menambah rasa nyaman.
11) Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan
13) Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena.

14) Tingalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah selesai atau
memberi
tahu perawat.
15) Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya diatas
meja dorong/trolly
16) Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun, lalu bersihkan dengan air
bersih.
17) Keringkan dengan tisu
18) Bereskan alat dan rapikan pasien
19) Dokumentasi
hormon terkait eliminasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Alam menggunakan spektrum yang beragam molekul sebagai hormon, dan
mengetahui struktur dasar hormon menyampaikan pengetahuan yang cukup
tentang reseptor dan mekanisme tindakan.. Selain itu, struktur sederhana sering
bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan molekul yang sama - agonis dan antagonis yang terapi berharga.
eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau
bowel (feses).
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka
sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas
klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.

1.2 Tujuan

Mengetahui pengertian eliminasi

Mengetahui tentang gangguan-gangguan pada eliminasi

Serta mengetahui hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi


1.3
1.
2.
3.
4.

Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan eliminasi?
Jelaskan pengertian tentang gangguan eliminasi!
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi!
Sebutkan hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi!

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine
adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung nkemih atau
jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks
ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.
Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral (S_2) dan (S_3). Saraf sensori
dari kandung kemih di kirim ke medula spinalis (S_2) Sampai (S_2) kemudian
diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.pusat miksi mengirim signal
pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter
interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol kesadaran akan
berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan
berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10
ml urine tersisa dalam kandung kemih yang di sebut urine residu.

Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya miksi
setelah bekerja, makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali .

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut
bowel movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon
sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka
sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas
klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.
2.2 gangguan eliminasi
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak
dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan
sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan
orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis
dan Enkopresis

Gangguan eliminasi urin


Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang
mengalami gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan
memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot
sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.
d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
2.3

gangguan eliminasi fekal


Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi
fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah tinggi maupun huknah rendah.

Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan


menggunakan kanul rekti.
2.4
reaksi eliminasi
Reaksi eliminasi adalah penyingkiran atau penghilangan beberapa atom
yang terjadi pada suatu senyawa.
>> Beberapa reaksi eliminasi:
1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi)
2. Eliminasi air dari alkohol
2.5
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor
tersebut antara lain:
a.usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi
juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum
mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem
neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan
mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus
otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut menyebabkan kesulitan
dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia Ian jut berisiko
mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol
otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
b.Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal
dan urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses.
Makanan yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat
mencapai rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat
terjadinya konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan
defekasi.
Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur
manfaatnya, misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat
menghambat miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam
jumlah yang banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang
akan menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu.
Selain itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol.
Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga
mengurangi kemampuan seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine.
Selain itu, yang paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine
adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada
organ pencernaan maupun organ perkemihan.
c.Cairan
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan
tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi
cairan dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses
menjadi keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine,
kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
d.Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus
otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting

bagi defekasi dan miksi. Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya
peristaltik.
e.Strespsikologis
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika
seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami
diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
f.Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan
mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas
metabolik. Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga
dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit.
Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi
anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.
2.6
hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino.
Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk
mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah
difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat,
maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga
mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk
menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air
bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini
akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun
15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting
dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air
susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.
2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh
korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh
misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini.
Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na +
konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi
dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih
dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K +
eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan
elektrolit.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat
respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya
membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroidsteroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta.
Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi
dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh
plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang
bekerja sebagai sasaran.

Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah


pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa
ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah
ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak
dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan
sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan
orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis
dan Enkopresis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :
Usia
Diet
Cairan
Latihan fisik
Stress psikologis
Temperature
Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :
Hormone anti diuretic (ADH)
Aldosteron
Estrogen
Progesterone

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti
tentang eliminasi serta hormone-hormon yang te
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI
A.

LATAR BELAKANG

Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk
sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru
secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk
selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa keparuparu oleh system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan
air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara

normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah
satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah
pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi
sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
B.

TUJUAN :

Untuk mengetahui konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh


Untuk mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh
Untuk mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh
Untuk mengetahui masalah dalam eliminasi fecal
Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pada proses eliminasi.

A.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Kebutuhan


eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal (BAB/Alvi).
Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa
urin.
Miksi (Berkemih)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses
ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
a.
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.
b.
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Refleks Berkemih
Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai
kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam
dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang
dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh
reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan
kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung

kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan
kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf
parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara
spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi,
refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot
detrusor lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang sendiri.
Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor
regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke
kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks
kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi
sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa
detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah
dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih
berelaksasi.
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :
a.
Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif
b.
Periode tekanan dipertahankan dan
c.
Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih,
elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama
beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya
terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi
semakin sering dan semakin kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain,
yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor
volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak
akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin
kuat.
B.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL

Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa


feses.
Susunan feses terdiri dari :
a.
Bakteri yang umumnya sudah mati
b.
Lepasan epitelium dari usus
c.
Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
d.
Garam terutama kalsium fosfat
e.
Sedikit zat besi dari selulosa
f.
Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal


a.
Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, control
b.
Diet
c.
Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 3000 ml/hari
d.
Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat.
e.
Faktor psikologik
f.
Kebiasaan
g.
Posisi
h.
Nyeri
i.
Kehamilan : menekan rectum
j.
Operasi & anestesi
k.
Obat-obatan
l.
Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
m. Kondisi patologis
n.
Iritan
C.

FISIOLOGI PROSES ELIMINASI DALAM TUBUH

Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih


a.

Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna


coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebra posterior
terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal
terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 2 cm dari ginjal kanan karena
posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki
berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak dikutub superior setiap ginjal,
tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine. Setiap ginjal di
lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh lapisan lemak.
b.

Ureter

Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama
pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki panjang 2530 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada
posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga panggul
(pelvis) pada sambungan ureter ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter
kekandung kemih umumnya steril.
c.

Kandung kemih

Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian
besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul
dan, leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong,

berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan
berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih
disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke
segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor
adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos
dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik
berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial
aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot
berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung
kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari
apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju leher
masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung kemih pada
sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung
kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter,
pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih
sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 3 cm, dan dindingnya terdiri
dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot
pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal
mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin
dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada
daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang
mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini
merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih,
yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali
sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi
bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
d.

Uretra

Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus
uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi membuat urin
bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra
mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis
dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot
polos yang tebal mengelilingi uretra.
e.

Persarafan Kandung Kemih

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan
medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula
spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf
sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada
dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat
kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang
menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih.
Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi
kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui
nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf
somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung
kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat
simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit
mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga
berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi
rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin
yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan
cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada
komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai
kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks
renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter,
dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih.
Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf
yang meluas diseluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada
ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh
perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum
kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm
menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding
kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama
berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang
peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam
ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan
memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.

Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih
kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak
selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin
dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut
refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter
dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur
di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
f.

Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.

Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan
rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis
kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan
bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis
ginjal yang ureternya tersumbat.
Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan
Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari
esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil
walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.
Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :
a.

Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.


Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke
dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian
kebawah ke dalam lambung.
b.

Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri
dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi
selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.
c.

Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari
otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang.
Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung,

gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi


substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus
kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali
lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
d.

Usus kecil

Usus
1)
2)
3)

kecil (halus) mempunyai tiga bagian :


Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
Jejenum atau bagian tengah dan
Ileum

e.

Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya 125 150 cm atau 50 60 inch, terdir dari :
1)
Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2)
Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.
3)
Rektum, 10 15 cm / 4 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua
zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama
perjalanan didalam kolon (16 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air
diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat lunak.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
1)
Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian
selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit
dan garam empedu.
2)
Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan
melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan
feses.
3)
Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
f.

Anus / anal / orifisium eksternal

Panjangnya 2,5 5 cm atau 1 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal


(involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
1)
Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang

peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter
anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
2)
Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral
2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal
sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter
anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses
D.

GANGGUAN ELIMINASI URINE

Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah
satu yang tersering ialah gangguan urine.
Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003)
Inkopenten outlet kandung kemih;
Penurunan kapasitas kandung kemih;
Penurunan tonus otot kandung kemih;
Kelemahan otot dasar panggul.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
a.
Operasi pada daerah abdomen bawah.
b.
Kerusakan ateren
c.
Penyumbatan spinkter.
d.
Tanda-tanda retensi urine :
e.
Ketidak nyamanan daerah pubis.
f.
Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
g.
Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
h.
Meningkatnya keinginan berkemih.
i.
Enuresis
Tinusis

Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
a.
Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b.
Kandung kemih yang irritable
c.
Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d.
ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensis :
a.

Inkontinensia Fungsional/urge

Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena


kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum
berkemih.
Faktor Penyebab:
1)
Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2)
Penurunan tonur kandung kemih
3)
Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4)
Lingkungan
5)
Lanjut usia.
b.

Inkontinensia Stress

Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine


segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab :
1)
Inkomplet outlet kandung kemih
2)
Tingginya tekanan infra abdomen
3)
Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4)
Lanjut usia.
c.

Inkontinensia Total

Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab :
1)
Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2)
Penurunan isyarat kandung kemih
3)
Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4)
Penurunan tonus kandung kemih
5)
Kelemahan otot dasar panggul.
6)
Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
d.

Inkontenensia Dorongan

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluarana urin tanpa sadar,


terjadi setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih
Penyebab :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
e.

Penurunan kapasitas kandung kemih


Infeksi saluran kemih
Minum alcohol atau kafein
Penigkatan cairan
Peningkatan konsentrasi urine
Distensi kandung kemih yang berlebihan.
Inkontenensia reflex

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak


dirasakan, terjadi pada interval yang dpat di[perkirakan bila volume kandung kemih
mencapai jumlah tertentu.
Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis)
Tanda-tandanya :
1)
Tidak ada dorongan utnuk berkemih
2)
Merassa bahwa kandung kemih penuh
3) Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur.
Enuresis
Adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Enuresis terjadi pada
anak-anak atau orang ngompol.
Penyebab enuresis :
a.
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b.
Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke
kamar mandi.
c.
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urin
dalam jumlah besar.
d.
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan
dengan saudara kandung atau cekcok dengan orant tua).
e.
Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaanya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f.
Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system perkemihan
g.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan
pemedas.
h.
Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
E.

PERUBAHAN POLA BERKEMIH

Frekuensi
Yaitu meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Biasanya
terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
Urgency
Yaitu perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinkter untuk mengontrol berkurang.
Disuria
Yaitu adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK, trauma,
dan striktur uretra.

Poliuria
Yaitu produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan
misalnya pada pasien DM.
Urinari Suppresion
Yaitu keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang. Keadaan
dimana ginjal tidak dapat memproduksi urine secara tiba-tiba.
Anuria = Urin < 100 ml/24 jam
Oliguria = Urin 100 1500 ml/24 jam
F.

GANGGUAN ELIMINASI FECAL

Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a.
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lainlain
b.
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
c.
Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
d.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB
hilang.
e.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord
dan tumor.
g.
Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan
feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses
sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam
kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol
dan menahan buang air besar (BAB).
Inkontinensia fecal

Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak
sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN ELIMINASI
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk
Jam
No. CM
Tanggal Pengkajian
Jam
Diagnosa Medis
BIODATA
a.
Identitas klien
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjan
Suku / Bangsa
Status
No. CM
Alamat

:
:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

b.
Identitas penanggung jawab
Nama
:
Tempat Tanggal Lahir
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Suku / Bangsa
:
Status
:
Alamat
:
Hub.dg klien
:
RIWAYAT KESEHATAN
a.

Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x, konstipasi,
impaksi, diare dan sebagainya.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan
lemak dan cairan kurang
Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB
hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan
feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses
sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak
BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
b.

Riwayat penyakit sekarang

Perlu dikasi warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau), bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. Tentukan konsistensinya (encer,padat), tentukan
frekuensinya (> 3 kali sehari).

Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari ( diare
berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).
Waktu terjadinya sakitKapan mulai terjadi konstipasi/diare dan seberapa sering atau
frekuensinya yang dirasakan,
Proses terjadinya sakit
Perlu dikaji bagaiamana proses dapat terjadinya konstipasi/diare, dan kapan mulai
terjadinya.
Upaya yang telah dilakukan selama sakit
Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
c.

Riwayat penyakit dahulu.

Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian


antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
d.
Riwayat kesehatan keluarga.
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien
sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti saat
ini.
e.
Riwayat kesehatan lingkungan klien
Perlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
f.
1)

Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


Pertumbuhan

Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),


PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2)

Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.


Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt. Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk

makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti
juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :

Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)

Meniru membuat garis lurus (GH)

Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

Melepasa pakaian sendiri (BM)


g.
Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas
hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah
meninggal dunia serta pasien yang sakit.

POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)


a.
Persepsi Terhadap Kesehatan Manajemen Kesehatan
1)
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam
sakit
2)
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan
selam sakit
3)
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b.
Pola Aktivitas Dan Latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,
mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan
keterangan skala dari 0 4 yaitu :
0
: Mandiri
1
: Di bantu sebagian
2
: Di bantu orang lain
3
: Di bantu orang dan peralatan
4
: Ketergantungan / tidak mampuAktifitas
0
1
2
3
4
Makan

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Berpindah

Ambulansi

Naik tangga

c.
Pola Istirahat Tidur
Ditanyakan :
1)
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
2)
Sonambolisme
3)
Kualitas dan kuantitas jam tidur
d.
Pola Nutrisi - Metabolic
Ditanyakan :
1)
Berapa kali makan sehari
2)
Makanan kesukaan
3)
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4)
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
e.
1)
2)
3)

Pola Eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas

f.
Pola Kognitif Perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
g.

Pola Konsep Diri

1)
2)
3)
4)
5)

Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri

h.
Pola Koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i.
Pola Seksual Reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.
j.
1)
2)
3)
k.
1)
2)

Pola Peran Hubungan


Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
Pola Nilai Dan Kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan

PEMERIKSAAN FISIK
a.
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.
Keadaan umum :
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. Tekanan darah mmHg, suhu
tubuh C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=.. M= Vapasia.
BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ; tidak diketahui, hasil
pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).
c.
Kepala :
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.
Mata :
Cekung, kering, sangat cekung
e.
Sistem pencernaan :
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.
Sistem Pernafasan :
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g.
Sistem kardiovaskuler :
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.
Sistem integumen :
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat,
akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan :
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
Perlu dikaji :

Pola berkemih
: Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual.
Frekuensi
: Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari
pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam
hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur,
sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Volume
: Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari :
Hari pertama & kedua dari kehidupan 1560 ml
Hari ketigakesepuluh dari kehidupan 100300 ml
Hari kesepuluh 2 bulan kehidupan 250400 ml
Dua bulan1 tahun kehidupan 400500 ml
13 tahun 500600 ml
35 tahun 600700 ml
58 tahun 7001000 ml
814 tahun 8001400 ml
14 tahun-dewasa 1500 ml
Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor.
j.
Dampak hospitalisasi :
Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan,
kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Laboratorium :

feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,


HCO3 menurun )

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)


b.
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
TERAPI
a.
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
b.
onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
c.
antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus


menerus.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
C. PERENCANAAN (INTERVENSI)
NoDP TujuanOutcome (NOC)
Intervensi (NIC)
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat melakukan aktivitasnya
dengan criteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan. Fluid Management :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin,
albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Pantau intake dan output
Timbang berat badan setiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Kolaborasi :

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)


2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat melakukan
aktivitasnya dengan criteria hasil :

- Nafsu makan meningkat


- BB meningkat atau normal sesuai umur
Keterangan :
1 : Tdk prnh menyebutkan.
2 : Jarang menyebutkan.
3 : Kadang menyebutkan.
4 : Sering menyebutkan.
5 : Selalu menyebutkan.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

obat-obatan atau vitamin ( A)


3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko peningkatan suhu tubuh dapat melakukan aktivitasnya dengan
criteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Keterangan :
1 : Tidak memerlukan bantuan.
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan oarang lain.
4 : Membutuhkan bantuan alat.
5 : Mandiri penuh. Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Berikan kompres hangat
Kolaborasi pemberian antipirektik
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko gangguan integritas kulit perianal dapat melakukan aktivitasnya
dengan criteria hasil :
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.

3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan. setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di
rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan Kecemasan anak dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :
Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal (sentuhan, belaian dll)
Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

DAFTAR PUSTAKA
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia.
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management
Find me on facebook : Satya Excel Klik...!!!
Share this article :

Diposkan oleh Satya Excelent di 22.24 Kirimkan Ini lewat Email


BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Label: Laporan Pendahuluan Per Kebutuhan Reaksi:
You might also like this post
0 komentar:
MAKALAH ELIMINASI FEKAL
ELIMINASI FEKAL
Eliminasi Fekal adalah makanan yang sudah di cerna kemudian sisanya akan
dikeluarkan dalam bentuk feses.jadi Eliminasi Fekal proses merupakan bagian
bawah .
A. Konsep Dasar
Proses pencernaan makanan mulai darimulut sampai dengan anus. Saluran
ini akan menerima makanan dari luar tubu dan mempersisakannya untuk diserap
serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan.
Pengertian Eliminas
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang asensial dan ber peran
penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia.
Eliminasi dibutuhkan untuk di butuhkan homeostastik melalui pembuangan
sisa metabolisme.secara garis besar,sisa metabolism tersebut trbagi ke dalam dua
jenis yaitu smpah yang berasal dari salurancernak yang di buang baik sewbagai
feses (nondigestiblewaste) serta sampah metabolism yang di buang baik bersama
feses ataupun melalui saluran lain seperti urine ,co2,nitrogen,dan h2o.Eliminasi
terbagi menjadi dua pula yaitu eliminasi fekal(buang air besar/bab), dan eliminasi
urine (buang air kecil/bak) (Asmadi. 2008).
ELIMINASI SAMPAH DIGESTIF
Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya adalah
kolom atau usia besar (Gambar 5-1),kolom (usus besar )
dari saluran pencernakan yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang
meliputi sekum ,kolom asenden ,kolom tranversum ,kolom desenden ,kolom
signomoid,dan anus .panjang kolom pada orang dewasa + 1,5 meter (andra 2007).
Proses pembentukan feses
Setap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium .di kolom cyme
tersebut mengalami proses absorbs air ,nutrium,dan klorida.absorbesi ini dibantu
dengan adanya gerakan pristaltik anus. Dari 750 cc chyme tersebut ,sekitar 150200 cc mengalami proses reabsorpasi .chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi
bentuk semisolid yang disebut feses.

Selain itu dalam saluran ,cerna banyak terdapat bakteri .bakteri


mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan
menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus setiap harinya ,yang kita kenal
sebagai flatus.misalnya ,karbohidra saat difermantasikan akan menjadi hydrogen
,karbondiogsida ,dan gas mentan.apabila terjadi ganguan pencernakan
karbohidra ,maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi
.akibadnya ,seseorang akan merasa
kembung .protein ,setela indole ,statole ,dan hydrogen sulfide.
Oleh karnanya ,apabila terjadi gangguan pencernakan protein ,maka flatus dan
feses nya menjadi sangat bau.
Proses Eliminasi fekal (Defekasi)
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolom dan dilatasi sphincter ani
,kedua faktir tersebut di control oleh system syrap parasimpatis .gerakan kolom
meliputi 3(tiga)gerakan yaitu gerakan mencapur,gerakan peristatis,dan gerakan
masa kolom . Gerakan masa kolom ini denagan cepat mendorong feses makanan
yang tidak di cerna (feses)dari kolom ke rectum.
Begitu ada feses yang sampai ke kerectum ,maka ujung syarap sensoris
yang berada pada rectum menjadi regang dan terrangsang .kemudian influs ini di
teruskan ke madula spinalis. Setelah itu ,implus dikirim ke dua bagian yaitu korteks
serebri serta sacral II dan IV ,Inpus dikirm ke konteks serebri agar indifidu
menyadari ke inginan buang air besar(bab).
Orang yang korteks serebrinya belum berkembang atau tiongkat
kesadarannya menurun ,maka pengaturan membukanya sphincter ani internadan
ekstrna akan terganggu ,akibadnya ,individu tersebut dapat buang air besar secara
tak terkontrol,seperti pada bayi.
Pola Defekasi
Waktui Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual .orang dalam
keadaan normal ,frekuensi buang air besar 1 kali sehari ,Tetapi ada pula yang
buang air besar 3-4 kali seminggu .Ada yang buang air besar setelah syarapan
pagi ,ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergan tung pada bowel
training yang di lakukan pada masa kanak-kanak .sebagian besarorang memiliki
kebiasaan defekasi setelah setelah sarapan pagi karena adanya refleks gastrotolik
yang menyebab kan mass movement pada usus besar.
Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun secara
husus jumlah feses sanangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada
makanan .pola defekasi akan berubah karena adanya kontifikasi ,fekal inflation
,diare ,dan inkontinensia .kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan
frekuensi buang air besar
Karakteristik feses
Karakteristik feses normal
1.
Konsitensi
Secara normal feses memiliki bentuk ,tetapi lembek karena mengandung +75 air
dan +25 sisanya berupa zat ampas
2.
Permukaan feses
Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan rectum ,Abnormalis
permukaan feses menunjukan adanya adanya kelainan pada rectum

3.
Bau
Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau cenderung berpreasi tergantung
pada makanan yang di konsumsinya
4.
Lemak dan protein
Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah sedikit dalam feses
.jumlah ini bergantung pada kandungan zat tersebut dalm makanan yang
dikonsumsinya
Karakteristik feses abnormal
1.
Konsistensi
Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau keras.feses yang encer
mengandung air lebih dari +75 % yang disebab kan karena air dan zat makanan
yang di absorbs sepanjang kolom oleh karena chimeterlalu cepat bergerak
dikolom .feses yang keras mengandung sedikit air dan biasanya sulit untuk di
keluarkan sehingga menimbulkan nyeri saat defekasi
2.
Warna
Warna feses yang tidak normal meruoakan indikasi adanya gangguan pada
sistem pencernakan .feses yang warna nya sangat pucat mungkin karena adanya
penyakit pada organ empedu.feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh
adanya pendarahan pada rectum dan anus . feses berwarna kehitaman
menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran pencernakan . perubahan warna
feses dsapat pulah disebab kan oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan
tertentu .
3.
Kandungan
Feses mengandung mucus atau lemak yang berlebihan ,darah feses,organism
potongan ,dan/ atau parasif.
Eliminasi sampah metabolism
Beberapa sampah metabolism yang di buang oleh tubuh diantaranya adalah
air,karbondiogsida ,urine,urea,dan lain-lain .pembuangan sampah metabolism
dilakukan melalui koordinasi seluruh system tubuh.sistem tubuh yang berperan
dalam pembuangan sampah metabolism tersebut antara lain ,system pernapasan
,integumen,hepar,renal,endrokrin.
A . sistem pernapasan
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondiogsida dan uap
air.pembuangan ini juga di pengaruhi oleh fungsi kardovaskuler .misalnya pada
pada seseorang yang mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana di mana
kemampuan jantung untuk menerima pengambilan darah yang berasal dari paruparu mengalami penghambatan .
B. Sistem intigumen (kelenjar keringat)
Kelenjar keringat yang terdapat di lapisan dermis maupun subkutan
berperan dalam pembentukan keringat.
C. Sistem Hepar
Hepar juga berperan dalam pembuangan sampah metabolisme.kelainan pada
hepar akan mengakibad kan hepar tidak mampu untuk membuang sisa nitrogen.
D. Sistem Renal
Sistem lain yang berperan dalam eliminasi sampah metabolisme adalah renal
renal(ginjal) terletak pada retropreternial terutama di daerah lumbal ,diseblah kiri
dan kanan vertebra .
E.
Sistem endokrim

System endrokrim juga berpran aktiv dalam eliminasi sampah metabolism


melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang di absiorbesi oleh ginjal yang
berkaitan dengan jumlah cairan tubuh .
saluran bagian atas
Organ saluran ini terdidi dari:Mulut,Fering,Esofagus,dan lambung.
a. mulut
mulut merupakan jalan masukyang dilalui makanan pertama kali untuk
system pencernaan.secara umum mulut dibagi dua .
1.Bagian ruang vastibulah yaitu:gusi, gigibibir dan pipih.
2.bagian mulut bagian dalam yaitu rongah yang di sisa dan
bersambung dengan
faring.
b. faring
faring merupakan organ yang menghubukan rongga mulut dengan
esophagus.didalam lengkuk perinng terdiri dari tonsil,yaotu kumpulan kelenjar
limpah yang banyak mengandung liposit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
c.Esofagus
berbentuk seperti tabung berotot yang menghubukan rongga mulut dengan
lambung dengaqn bagian posteriot berbataan dengan faring.
d. lambung
lambung adalah organ yang paling paksibel kerena dapat menampung
makanan sebanyak 1 sapai 2 liter.
2. saluran bagian bawah.
Organ saluran bagian bawah meliputi:usus halus,usus besar,rektu dan anus.
a. usus halus.
Merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak diantara sifter pylorus
lambung dengan katup ileosekal yang merupakan bagian awal dari usus
besar.posisinya terletak di sanperal bawah abdomen yang didukung oleh lapisan
mensenterika.funsi usus
halus adalah menerima sekresi dan saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil
motabolis ke usus besar.
b. usus behar atau kolon
berbentuk seperti hurup U terbalik usus besar terbagi menjadi 3 daerah:kolon
asenden,kolon transyersum,dan kolon desenden.
Funsi kolon:
menyerap air selama proses pencernaan
tempat penghasil vitamin K dan H (BIOTIK) sebagai hasil simbosis bakteri usus E
colin.
membantu masa feses
mendorong sisa makanan hasil pencernaan keluar dari tubu.

c. rektum
merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.sebelum dibuang
lewat anus. Feses di tampung terlebih dahulu pada bagian rectum.
2.PROSES DEFEKASI
Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus da;am proses
defekasiterjadi dua yaitu :
reflek defekasi intrinsic
berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga trjadi distensi rectum kemudian
menyebabkan rangsangan pada flatus mensentrikus yang terjadi gerakan feristaltik.
reflek defikasi parasimpatis
feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian
diteruskan ke jarak spinal .

3.Faktor factor yang mempengaruhi proses defekasi :


usia
pada usia bayi kotrol defekasi belum berkembang sedangkan pada usia lanjut
control menurun
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi fekal saja,tetapi juga berpengaruh
terhadap control eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu buang air
besar maupun buang air kecil karena system neuromuskulernya belum berkembang
dengan baik.manusia dalam usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam
elimin asi tersebut.biasanya terjadi penurunan tonus otot,sehingga feristetik
menjadi lambat.
Haltersebut menyababkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses,sehingga
pada manusia usia lanjut berosiko mengalami kontifasi.(asmadi/2008).
pada usia bayi kotrol defekasi belum berkembang sedangkan pada usia lanjut
control menurun
diet
makan berserat akan mempercepat produksi feses.
Makanan adalah factor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan
urine.makanan berserat sangat lah diperlukan untuk membentuk feses.makanan
yang rendah serat menyebab kan pergerakan sisa disgestik menjadi lambat
mencapai rectum,sehingga meningkatkan penyerapan air.Hal ini berrakibad
terjadinya kontifasi.makanan yangteratur sangat berpengaruh pada keteraturan
defekasi.(asmadi 2008)
intake cairan
cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras
intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.Bila antake cairan tidak
ada kuat atau output caiaran yang berlebihan,aka tubuh akan mengabsorebsi
cairan dari usus besar dalam jumlah besar.hal tersebut tersebut menyebabkan
feses menjadi keras,kering,dan sulit melewati saluran pencernaan.(asmadi 2008)
aktivitas
tonus atau abdomen dan diagram akun sangat membantu defekasi.
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot.tonus otot
yang baik dari otot-otot abdominal,otot velvis,dan digrama sangat penting bagi

dekasi dan miksi.latihan fisik merangsang terhadap timbulnya peristalti.( asmadi


2008)
fisiologis
keadaan cemas,takut dan marah akan menigka.
Setres yang berlebihan akan menpengaruhi eliminasi fekal dan urine.ketika
seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan,terkadang terkadang dia akan
mengalami diare ataupun beser.namun ,ada pula yang menyebabkan sulit buang
besar.( asmadi 2008)
temperature
eliminasi dipengaruhi oleh temparatur tubuh.seseorng yang demam akan
mengalami peningkatan pemgaruh cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas
metabolik.hal tersebut akan menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga
dampak nya berpotensi terjadi kontifasi dan penheluaran urine menjadi sedikit.
( asmadi 2008)
gaya hidup
kebiasaan untuk melatih kalau buang air besar sejak kecil secara teratur
prosedur diagnostik
biasanya dipuasakan atau dilakukan kliman dahulu agar tidak dapat BAB kecuali
setelah makan
penyakit
beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi
Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi.seseorang yang berada dalam keadaan
nyeri sulit untuk makan,diet yang seimbang ,maupun untuk melakukan latiuhan
dalam upaya mempertahan kan tonus otot dasar panggul dan perut (asmadi 2008).
11 Obat-Obatan
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap
eliminasi.ada obat yang menyebabkan seorang menjadi diare pada kondisi organ
pencernakan maupun organ perkemihan .misal nya obat Analgesik Narkotik (Opiat)
dapat manyebabkan kontifasi karena obat tersebut menekan gerakan
peristaltik,obat Antikolinergk(missal,Atropin )dapat menyebabkan retasi urine.
( asmadi 2008)
4.Masalah masalah umum pada eliminasi fekal
1.
konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang kurang
dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi
yang tidak teratur
2.
infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang diakibatkan
retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan .
3.
diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB akibat
cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar tidak punya waktu untuk
menyerap air
4.
inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat kerusakan fungsi
5.
kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga menyebabkan
intensi internal
Membantu menggunakan pispot dan urinal

Pengertian .
Membantu klien yang hendak buang air besar (BAB) dengan menggunakan
pispot atau buang air kecil (BAK) dengan menggunakan urinal di atas tempat tidur .
Tujuan
A . membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi
B . mengurangi pertgerakan klien
C . menjaga membersihkan klien
D . mengetahui kelainan feses atau urine secara langsun
PERSIAPAN :
Pot
Kertas kloset
Alas bokong
Kain penutup / sketsel /sprey
Botol berisi air bersih
PROSEDUR :
Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
Membawa alat ke dekat pasien.
Menyiapkan lingkungan.
Membuka/menurunkan pakain bagian bawah.
Meletakkan dan mengatur posisi pot di bawah bokong pasien.
Memberikan urinal
Menutup kaki sampai ke bokong pasien dengan kain penutup / sprey/ sketsel.
Mengangkat urinal
Memiringkan pasien dan membersihkan bokong dengan menyiram dan
mengeringkan dengan kertas kloset.
Mengangkat pot dan alas bokong.
Merapikan posisi dan pakaian pasien.
Membawa pot dan urinal ke spoelhok.
Merapikan alat
Mencuci tangan.
YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Perhatian komposisi, jumlah, warna dan bau tinja.
Bila ada kelainan lapor ke perawat penanggung jawab.

Membantu klien laki-laki yang hendak buang air kecil


Gambar .
urinal
Tujuan
Membantu klien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
Mengurangi pergerakan klien
Mengetahui adanya kelainan urine secara langsung
Persiapan
a. Persiapan klien

1) Mengucapkan salam terapeutik


2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Urinal
3) Perlak dan pengalas
4) Air dalam botol
Prosedur
a. Pintu ditutup/pasang sampiran
b. Petugas mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
c. Pasang perlak dan pengalas
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan, jika perlu perawat membantu
e. Dengan tangan kiri petugas memasukkan penis kedalam mulut urinal dan klien
dianjurkan berkemih
f. Klien dirapihkan kembali
g. Alat dirapikan kembali
h. Mencuci tangan
i. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama petugas yang melakukan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.

You might also like