You are on page 1of 12

Traktus Urugenitalis

Judul : Perkembangan seks sekunder (Pubertas) pada pria


Fakultas kedokteran
Kasus
Seorang anak laki-laki umur 8 tahun, merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan
jambang. Ia merasa malu karena ditertawakan oleh teman-temannya. Kemudian ia mengadu
kepada ibunya, dan oleh ibunya dikonsultasikan ke dokter.
Pendahuluan
Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak.
Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh
perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan komposisi tubuh serta perubahan
maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan menutupnya epifisis serta terbentuknya
perawakan akhir dewasa. Perubahan fisik selama pubertas terjadinya akibat perubahan
hormonal yang berlangsung saat pubertas. Pubertas merupakan proses biologis kompleks
yang terjadi pada peralihan masa anak-anak dan dewasa yang berlangsung dalam beberapa
tahap dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, nutrisi, lingkungan, dan sosial
ekonomi. Faktor ini bertanggung jawab terhadap awitan pubertas dan perkembangan
selanjutnya menuju maturitas seksual yang lengkap.1
Di Amerika Serikat, sebagian besar anak perempuan akan mengalami pubertas pada
usia 8-13 tahun, sedangkan anak lakilaki pada usia 914 tahun. Awitan pubertas pada anak
perempuan ditandai dengan pertumbuhan payudara, sedangkan pada anak lakilaki ditandai
oleh pertambahan volume testis. Sekitar 2,5% dari seluruh populasi mengalami pubertas
diluar kisaran usia pubertas normal. 1
Pubertas itu sendiri merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa
yang berlangsung dalam tahapan-tahapan dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor
neuroendokrin yang kompleks. Faktor tersebut bertanggung jawab terhadap awitan
dan perkembangan menuju maturitas seksual yang sempurna.2
Perkembangan pubertas dianggap abnormal bila awal pubertas terlampau dini atau
terlambat. Pubertas prekoks ialah perkembangan ciri-ciri seks sekunder yang terjadi sebelum
usia 8 tahun pada seorang anak perempuan atau sebelum umur 9 tahun pada seorang anak
laki-laki. 2
Pubertas prekoks mengacu pada munculnya tanda-tanda fisik dan hormonal
perkembangan pubertas pada usia yang lebih dini daripada yang dianggap biasanya. Selama
bertahun-tahun, pubertas prekoks dianggap sebagai dewasa sebelum waktunya pada anak
perempuan usia kurang dari 8 tahun namun, studi terbaru menunjukkan bahwa tanda-tanda
pubertas dini (seperti pembentukan payudara dan rambut kemaluan) sering hadir pada anak
perempuan (khususnya anak perempuan yang berkulit hitam) berusia 6-8 tahun. Untuk anak
laki-laki tanda-tanda pubertas yang muncul sebelum usia 9 tahun dianggap sebagai pubertas
prekoks.1,3
Pembahasan

Anatomi Makroskopis Saluran Reproduksi Pria

Testis dan Epididimis. 4

Testis adalah sepasang struktur oval, agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm
dan diameter sekitar 2.5 cm. Bersama dengan epididimis, testis berada dalam kantung
skrotum. Dinding yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunica vaginalis.
Tunica vaginalis dibentuk dari peritoneum abdominalis yang mengadakan
migrasi kedalam skrotum saat berkembangnya genitalia interna pria.
Epididimis adalah struktur berbentuk koma yang berada di batas posterolateral
testis. Merupakan saluran berkelok-kelok tidak teratur dengan panjang sekitar 600 cm.
Duktus berawal dari puncak testis (kaput epididimis) dan setelah melewati jalan berlikuliku duktus ini berakhir sebagai ekor epididimis dan kemudian menjadi vas (duktus)
deferen.
Epididimis adalah lokasi maturasi sperma. Testis merupakan tempat
terjadinya spermatogenesis dan produksi steroid seks pada pria.

Vas Deferen & Vesicula Seminalis


Vas deferen adalah kelanjutan dari epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan
dimulai dari ujung bawah epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis.
Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferen melewati chorda spermatica
menuju kedalam abdomen. Setelah menyilang ureter, vas deferen menuju ke duktus
vesikula seminalis. Vas deferen dan duktus vesikula seminalis bersama-sama
membentuk ductus ejaculatorius yang bermuara pada urethra pars prostatica. Ductus
ejaculatorius berukuran sekitar 2.5 cm dan sangat dekat dengan duktus kontralateralnya
saat menuju kearah depan melalui prostate.

Vesicula Seminalis sepasang struktur berongga dan berkantung pada dasar vesika
urinaria didepan rektum. Masing-masing vesikula seminalis memiliki panjang 5 cm dan
menempel erat pada vesika urinaria. Vas deferen berperan dalam mengalirkan sperma.
Vesicula seminalis memproduksi sekitar 50 60% total cairan semen. Komponen penting
semen yang berasal dari vesikula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.

Kelenjar Prostat. 4
Kelenjar Prostat sebagian struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya otot.
Struktur ini mengelilingi urethra pria. Organ berukuran 2.5x3.5x4.5 cm. Lobus media
prostat secara histologis merupakan zona transisional berbentuk baji yang secara langsung
mengelilingi urethra dan memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat terjadi
hipertrofi, lobus media dapat menyumbat aliran urine.
Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri dari jaringan fibromuskular.
Semua jaringan otot pada vas deferen, prostat, prostat disekitar urethra dan vesicula
seminalis terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15% volume total
cairan semen.
Komponen penting yang dihasilkan kelenjar prostat adalah : asam fosfatase, zinc,
sitrat dam protease yang membuat semen menjadi lebih encer.

Penis. 4

Penis terdiri dari jaringan cavernosa (erektil) dan dilalui urethra. Permukaan
posterior yang lunak adalah yang paling dekat dengan urethra.
Sebagian besar jaringan erektil penis tersusun dalam 3 kolom longitudinal yaitu
sepasang corpus cavernosum dan sebuah corpus spongiosum dibagian tengah. Ujung
penis disebut glans penis yang dilapisi dengan preputium. Arteri Pudenda memasok penis
dari permukaan dorsal dan memasuki corpus cavernosum. Ereksi penis terjadi ketika
ruang cavernosa dan corpus spongiosum terisi dengan darah. Pasokan saraf penis berasal
dari nervus pudendus ( S2,3 dan 4 ) dan pleksus otonom pelvis.
Histologi Saluran Reproduksi Pria

Testis. 5
Fungsi testis :
1. Spermatogenesis
2. Produksi androgen
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus. Produksi androgen
berlangsung di dalam kantung dari sel khusus yang terdapat di daerah interstisial
antara tubulus. Tubulus seminiferus di kelilingi oleh membrana basalis. Disisi medial
membrana basalis terdapat sel progenitor untuk memproduksi sperma. Epitel yang
mengandung spermatozoa yang sedang berkembang di sepanjang tubulus disebut
sebagai epitel seminiferus atau epitel germinal.
Pada potongan melintang testis, spermatozoit dalam tubulus berada dalam
berbagai tahapan pematangan. Diantara spermatozoit terdapat sel sertoli. Sel ini
berperan secara metabolik dan struktural untuk melindungi spermatozoa yang sedang
berkembang.
Spermatogenesis dapat dibagi menjadi 3 fase :
1. Proliferasi mitosis untuk menghasilkan banyak sel
2. Pembelahan miosis untuk menghasilkan perbedaan genetik
3. Pematangan
4

Fase yang terakhir diatas meliputi remodeling morfologi seluler yang luas
dengan tujuan untuk memfasilitasi perpindahan dan penetrasi sperma ke oosit
didalam saluran reproduksi wanita.
Sel stem spermatogonium primitif tetap dorman dalam testis sampai saat
pubertas. Saat pubertas, sel tersebut diaktivasi dan dipelihara dalam lingkaran mitosis
pada membrana basalis tubulus seminiferus.

Dari tempat penyimpanannya sel stem timbul kelompok sel yang secara
morfologis berbeda dan dinamakan sebagai spermatogonium A. Setiap
spermatogonium A mengalami beberapa kali mitosis untuk membentuk suatu klon
sel germinal. Pada pembelahan mitosis selanjutnya hingga yang terakhir, sel yang
dihasilkan disebut sebagai spermatogonium B dan setelah pembelahan terakhir sel
yang dihasilkan disebut sebagai spermatosit primer. Spermatozit primer kemudian
mengalami dua kali pembelahan meiosis. Pembelahan ini menjadikan jumlah
kromosom sel anak menjadi setengahnya.
Sel-sel yang mengalami tahap pertama dari pembelahan meiosis ini akan
memiliki perbedaan yang khas pada morfologi intinya yang dinamakan menjadi tahp
tahap khusus :

R Resting

L Leptoten

Z Zigoten

Pakiten

Di Diploten
Pembelahan meiosis pertama menghasilkan spermatosit sekunder (II) dan
pembelahan meiosis kedua menghasilkan spermatid haploid awal (S) Spermatid
selanjutnya mengalami remodeling sitoplasma yang luar biasa dimana terjadi
perkembangan ekor, bagian tengah mitochondria dan akrosom. Perkembangan
spermatozoa dalam epitel seminiferus pada manusia nampaknya agak sedikit tidak
teratur dibandingkan spesies mamalia lain.
5

Pada manusia terjadi empat kali pembelahan mitosis dan waktu yang
dibutuhkan oleh spermatogonium A untuk berkembang sampai menjadi spermatozoa
yang siap memasuki epididimis kira-kira 64 hari. Setelah spermatosit berlanjut ke
tahap pematangan, spermatosit bergerak maju di sepanjang lumen tubulus
seminiferus. Sel sertoli pembungkus spermatozoa yang berkembang homolog dengan
sel granulosa pada ovarium dan juga berperan dalam proses aromatisasi prekursor
androgen menjadi estrogen, produk yang menghasilkan pengaturan umpan balik lokal
pada sel Leydig. Sel Leydig memiliki fungsi utama lain yakni
memproduksi androgen testis.
Sel yang paling mudah rusak pada testis adalah spermatogonium. Perubahan
degeneratif yang cepat pada spermatogonium dapat disebabkan oleh radiasi, alkohol,
defisiensi makanan, radang lokal serta suhu panas.

Epididimis dan Vas Deferen. 5

Duktus yang membentuk epididimis dan vas deferen mempunyai lapisan muskuler
yang tersusun sebagai, serat sirkuler di bagian dalam dan serat longitudinal di bagian luar.
Komponen muskuler pada struktur ini bertanggung jawab terhadap gerakan peristaltik
yang menggerakan spermatosoa di sepanjang duktus.

Vesikula Seminalis. 5

Alveoli pada vesikula seminalis dibatasi oleh epitel yang mengandung granula dan
gumpalan pigmen kuning. Sejumlah epitel memiliki flagela. Sekret vesikula seminalis
berupa cairan kental kekuningan yang mengandung globulin dan sebagian besar cairan
semen terdiri dari produk vesikula seminalis.

Kelenjar Prostat. 5

Kelenjar tubuloalveolar prostat dibatasi oleh epitel-epitel yang sangat responsif


terhadap androgen. Epitel kelenjar tubuloalveolar prostat menghasilkan asam fosfatase
dan asam sitrat.

Penis. 5

Jaringan erektil penis merupakan rongga vaskular iregular yang sangat banyak
dengan sistem menyerupai spons yang mendapatkan pasokan darah dari arteriole eferen
dan kemudian dialirkan ke venule eferen. Masing-masing corpus cavernosum di bungkus
oleh tunica albuginea, suatu membrana fibrosa yang tebal.
Vena yang mengalirkan darah dari corpus cavernosum berada sedikit dibawah
tunica albuginea. Bagian dalam corpus cavernosum mengandung banyak trabekulae.
Trabekula tersusun atas serat elastis dan otot polos yang terbenam dalam gelondong
kolagen yang tebal dan terbungus oleh sel-sel endotel.

Pubertas Pada Anak Laki-Laki

Pubertas merupakan proses dimana seorang individu yang belum dewasa akan
mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi.
Pada anak laki-laki, pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap
aktivitas androgen yang meluas, sekresi testis dibawah pengaruh gonadotropin hipofisis
anterior.6
Onset pubertas dipengaruhi oleh :

Geografi

Etnis

Perbedaan status ekonomi.


Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas
Pubertas terlihat saat dimulainya pembesaran testis antara usia 914 tahun. Ciri-ciri
seksual sekunder terlihat progresif 22,5 tahun kemudian. Pertumbuhan rambut wajah
tampak paling akhir dan belum tumbuh sempurna sampai usia 2025 tahun. 6
Menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner, perubahan fisik pada
anak laki-laki dibagi menjadi 5 tahap :

Pertumbuhan Skrotum, Testis dan Penis. 6


Tahap

Rerata
(tahun)

Deskripsi

Kisaran
(tahun)

Praremaja. Ukuran serta proporsi testis skrotum


dan penis kira kira sama dengan awal masa
anak-anak

Skrotum dan testis membesar, teksture kulit 11.6


skrotum berubah. Panjang testis 2.0 3.2 cm

9.5 13.8

Penis bertambah panjang. Testis dan skrotum 12.9


membesar. Panjang testis 3.3 4.0 cm

10.8 14.9

Penis semakin panjang dan lebar. Glans 13.8


berkembang. Pembesaran testis dan skrotum
berlanjut. Skrotum menghitam

11.7 15.8

Ukuran dan bentuk genitalia dewasa. Panjang 14.9


testis > 5 cm

12.7

17.1

Pertumbuhan Rambut Pubis. 6


Tahap

Rerata
(tahun)

Deskripsi

Kisaran
(tahun)

Praremaja. Tidak terdapat rambut pubis

Pertumbuhan tipis rambut halus, lurus dan 13.4


sedikit berpigmen di dasar penis

11.2 15.6

Rambut menghitam, menebal dan sebagian 13.9


besar keriting. Rambut menyebar jarang

11.9 16.0

Rambut seperti dewasa dengan area yang 14.4


lebih sempit. Tidak ada penyebaran di bagian
medial paha

12.2 16.5

Sama seperti dewasa

13.0

15.2

17.3

Adrenarke
Istilah ini menggambarkan peran kelenjar adrenal pada pubertas. Pada
adrenarke terjadi peningkatan sintesa dan sekresi androgen yang relatif lemah
seperti androstenedione, dehidroepiandrosteron (DHEA), dan dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEA-S). Androgen berperan dalam memulai pertumbuhan rambut aksila dan
pubis. Androgen adrenal di konversi di perifer menjadi androgen yang lebih poten
yaitu : testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). 6
Testosteron dan DHT selanjutnya menstimulasi pertumbuhan rambut pubis
dan aksila serta sekresi kelenjar sebasea. 6

Pematangan Testis
Pematangan testis saat pubertas dimulai saat terjadinya produksi androgen
oleh sel Leydig, pertumbuhan tubulus seminiferus dan spermatogenesis. Ketiga
kejadian tersebut dikendalikan gonadotropin FSH dan LH. 6
Dimulainya pubertas diduga akibat lepasnya generator denyut GnRH di
hipotalamus dari inhibisi SSP. Peningkatan ukuran testis pada awal pubertas sebagian
besar adalah hasil dari peningkatan masa tubulus seminiferus dan dimulainya proses
spermatogenesis. 6

Ciri-Ciri Seksual Sekunder. 6


Testosteron dan metabolitnya menyebabkan perubahan somatik pada anak
laki-laki sebagai berikut :

Pembesaran laring

Suara lebih dalam dan berat

Peningkatan masa tulang

Peningkatan masa dan kekuatan otot skeleton

Penebalan kulit

Peningkatan dan penebalan rambut pada batang tubuh, penis, pubis,


aksila dan wajah

Pertumbuhan Somatik
Pertumbuhan somatik pada pubertas adalah interaksi komplek antara steroid
seks gonad, hormon pertumbuhan ( growth hormon GH) dan Insulin-Like Growth
Factor I (IGF-I). 6
Insulin dan tiroksin diperlukan bagi pertumbuhan tubuh yang optimal. Tidak
adanya GH, IGF-I atau resptor IGF-I akan menyebabkan dwarfisme
somatic meskipun kadar steroid sel dalam plasma dalam batas normal. 6
Efek testosteron pada pertumbuhan tulang terjadi secara tidak langsung dan
diduga akibat aromatisasi testosteron menjadi estradiol. Peran testosteron pada otot
terjadi secara langsung dimana androgen bekerja secara langsung dalam
meningkatkan massa otot. 6
Tinggi pria dewasa dipengaruhi oleh : predisposisi genetik, indeks massa
tubuh saat onset pubertas, nutrisi dan lamanya pubertas. Anak dengan lemak tubuh
yang banyak cenderung untuk mengalami pubertas lebih dini. 6
9

Androgen memiliki efek anabolik langsung pada massa otot. Peningkatan


sekresi androgen selama pubertas meningkatkan massa otot pada anak laki dan
perempuan. 6
Perbedaan perkembangan seks sekunder pria dan wanita. 6

Gangguan pada pubertas


Pubertas prekoks
Pubertas prekoks merupakan mulainya suatu ciri-ciri khas dari pubertas sekunder
sebelum memasuki usia 8 tahun pada anak perempuan dan usia 9 tahun pada anak lakilaki.7
Sifatnya:

Lengkap (komplet) yaitu jika tanda-tanda pubertas tumbuh


lengkap; pada pria penis, rambut pubik dan testis tumbuh bersama-sama,
sedangkan pada wanita payudara, rambut pubik dan haid.
Biasanya pencetusnya terletak di intrakranial. 7

Tidak lengkap (inkomplet) yaitu disini gejala pubertas hanya sebagian,


misalnya pada pria hanya penis dan rambut pubik tumbuh, sedang testis
tetap infantil, atau pada wanita hanya payudara tumbuh (telars prematur)
ataupun hanya rambut pubik (pubars prematur). Pada semua keadaan
tersebut perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya neoplasma diadrenal
atau gonad. 7

Pubertas Terlambat (Delay Puberty)


10

Keterlambatan pubertas sering terdapat dengan riwayat keluarga.


Variasi perkembangan ini lebih sering ditemukan pada anak pria dibandingkan wanita. 7
Pubertas dapat dianggap terlambat kalau perkembangan mammae pada anak
wanita belum terjadi menjelang umur 13 tahun, atau terdapat selang waktu lebih dari lima
tahun antara permulaan pertumbuhan mammae dengan menarche. Anak pria dapat
dipandang mengalami keterlambatan pematangan seksual kalau menjelang lebih dari 13,5
tahun pembesaran testis belum dimulai atau terdapat selang waktu lebih dari lima tahun
antara permulaan dan penyempurnaan pertumbuhan genitalia. 7
Pada sebagian kecil kasus yang penting keterlambatan tersebut dipengaruhi oleh
gangguan lingkungan maupun kesehatan anak yang bersangkutan. Bila keterlambatan
tersebut tidak dapat diterangkan melalui adanya riwayat keluarga atau bila tidak ada
ditemukan suatu gangguan, harus dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan
gangguan regulasi pelepasan gonadotropin dihipotalamus-hipofisis atau gangguan
respons gonadal. 7
Hipogonadotropik hipogonadisme merupakan keadaan bersifat herediter yang
dapat muncul sebagai gejala tersendiri atau timbul bersamaan dengan gangguan sensasi
penghidu yang disebut sebagai sindrom Kallman. Beratnya keadaan tersebut sangat
bervariasi dan keadaan tersebut mungkin saja baru diketahui pada masa dewasa.
Penyebab hipogonadotropik hipogonadisme yang didapat antara lain adalah tumor di
daerah hipotalamus hipofisis. 7
Hipergonadotropik hipogonadisme merupakan keadaan dimana tingginya kadar
LH dan FSH menunjukkan adanya gangguan respons gonadal dan gangguan pada
mekanisme umpan baliknya. Pemeriksaan ultrasonografi ovarium dan palpasi testis
membantu menentukan kelainan gonad. Penyebab utama pada anak perempuan adalah
sindrom Turner, tetapi dapat pula disebabkan oleh disgenesis ovarium sebagai penyebab
tersendiri. Pada anak laki-laki mungkin disebabkan gangguan kongenital pada diferensiasi
testis, atau rusaknya testis sebagai akibat torsi intrauterus dan infark. 7

Pubertas prekoks terbagi menjadi :


Pubertas prekok sejati (sentral)
Pubertas prekoks perifer (pseudopubertas prekoksia)

Pada laki-laki :
Pubertas Prekoks Sentral
Pubertas prekoks sentral terjadi karena perkembangan pubertas terlalu cepat.
Kebanyakan pada laki-laki dengan pubertas prekoks sentral terdapat kelainan pada
sistem saraf pusatnya dibandingkan yang idiopatik. Oleh karena itu penilaian pada
anak laki-laki dengan perkembangan pubertas dini dilakukan dengan scanning MRI.
Kelainan sistem saraf pusat tersebut yaitu didapat (abses, kemoterapi, granuloma,
inflamasi, radiasi, pembedahan, trauma), abnormalitas kongenital (kista arakhnoid,
hidrosefalus, hamartroma hipotalamus, displasia septo-optik, kista suprasellar), tumor
(ademona sekresi LH, astrositoma, glioma dapat bergabung dengan
neurofibromatosis, kraniofaringioma, epidimoma) dan lain-lain. 7
11

Pubertas prekoks sentral pada anak laki-laki dikarakteristikkan tidak hanya


dari pemeriksaan kadar testosteron, basal dan kadar GnRH- stimulted gonadotropin
saja, tetapi perkembangan fisik pubertas termasuk pertumbuhan testis. 7

Pubertas Prekoks Perifer


Pubertas prekoks perifer pada anak laki-laki biasanya disebabkan oleh
peningkatan endogen androgen yang tidak terdiagnosis atau penatalaksanaan
inadekuat pada kongenital hiperplasia adrenal (CAH) yang disebabkan oleh defisiensi
21-hidroksilase. 7

Penutup
Kesimpulan
Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak.
Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh
perkembangan ciri-ciri seksual sekunder perubahan komposisi tubuh serta perubahan
maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan menutupnya epifisis serta terbentuknya
perawakan akhir dewasa.
Pubertas prekoks merupakan mulainya suatu ciri-ciri khas dari pubertas sekunder
sebelum memasuki usia 8 tahun pada anak perempuan dan usia 9 tahun pada anak laki-laki.
Berdasarkan data-data dan penjelasan tentang pubertas, anak laki-laki usia 8 tahun
yang merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan jambang tersebut mengalami pubertas
prekoks (pubertas dini).
Daftar pustaka
1. Batubara, J R L; Tridjaja, B; Pulungan, A B. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1
(revisi). UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI. Jakarta: Balai penerbit IDAI.
2010.
2. Kakarla, N. Bradshaw, K D. Disorders of Pubertal Development: Precocious Puberty.
Article; 2006. Diunduh dari www.medscape.com tanggal 05 Agustus 2014.
3. Azwar, Syamsul. 2003. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri. Vol. 4. No. 4. Hal.
176-179.
4. Bambang, W. Anatomi makroskopis saluran reprodusi pria. 17 Agustus 2011.
Diunduh dari http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/anatomi-dan-fisiologisaluran.html. Tanggal 05 agustus 2014.
5. Bambang, W. Anatomi makroskopis saluran reprodusi pria. 17 Agustus 2011.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/histologi-saluran-reproduksi-pria.html.
Tanggal 05 agustus 2014.
6. Bambang, W. Anatomi makroskopis saluran reprodusi pria. 17 Agustus 2011.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/pubertas-pada-anak-laki-laki.html.
Tanggal 05 agustus 2014.
7. Speroff L, Leon, Fritz, Marc A. Abnormal Puberty and Growth Problems. In: Clinical
gynecologic endocrinology and infertility 7 th ed. Baltimore-London: William and
wilkins, 2005: p 362-398

12

You might also like